Anda di halaman 1dari 17

Materi 1. Manfaat Fisiologi Tanaman dan ruang lingkupnya.

Fisiologi tanaman merupakan ilmu yang mempelajari fungsi tanaman, dengan kata
lain mengetahui apa yang terjadi pada tanaman sehingga dapat hidup. Dalam mempelajari
fisiologi tumbuhan banyak ilmu yang terkait didalamnya yaitu Kimia/ Fisika : Biokimia,
kimia organik, kimia anorganik, Sitologi, Anatomi, Morfologi, Sistematik, Ilmu tanah,
Genetika, Ekologi. Fisiologi tanaman sebenarnya merupakan terapan dari ilmu fisika dan
kimia modern untuk memahami cara kerja organ-organ di dalam tanaman. Fisiologi tanaman
mengkaji berbagai hal seperti ribuan macam reaksi kimia yang berlangsung di dalam setiap
sel hidup, yaitu mengubah bentuk air, garam mineral dan gas dari lingkungan menjadi bentuk
jaringan yang terorganisasi serta berbagai organ tanaman. Dari saat pembuahan, yaitu ketika
tanaman baru mulai sebagai zigot, sampai tanaman mati, yang prosesnya bisa membutuhkan
waktu bertahun-tahun, proses perkembangan yang teratur akan membesarkan ukuran tanaman
tersebut.
Pada bidang pertanian, perkebunan, kehutanan akan selalu membutuhkan ilmu
fisiologi tumbuhan untuk mempelajari tumbuhan dalam hal: pengolahan tanah, pemilihan
bibit, pemeliharaan tanaman, penanggulangan hama, penanganan panen dan pasca panen
(penyimpanan) yang pada akhirnya bermuara untuk peningkatan kehidupan manusia.

Harahap, Fauziyah. (2012). Fisiologi Tumbuhan Suatu Pengantar. Medan: UNIMED PRESS.

Salisbury, F. B And Cleon W Ross. (1995). Fisiologi Tumbuhan jilid I. Bandung : ITB
Bandung.
Materi 2. Keragaman Plasma Nutfah

Plasma Nutfah adalah substansi yang terdapat dalam kelompok makhluk hidup, dan
merupakan sumber sifat keturunan yang dapat dimanfaatkan dan dikembangkan atau dirakit
untuk menciptakan jenis unggul atau kultivar baru. Plasma Nutfah diartikan sebagai “bahan
tanaman, hewan, mikroba atau makhluk lainnya yang mengandung satuan- satuan fungsional
pewarisan sifat yang mempunyai nilai, baik aktual maupun potensial. Disadari ataupun tidak,
plasma nutfah memegang peran yang sangat penting dalam kehidupan manusia. Semua
kegiatan yang mendukung kehidupan di muka bumi dapat berlangsung karena adanya plasma
nutfah. Plasma Nutfah mencakup keanekaragaman bahan genetika baik dalam bentuk varietas
tradisional dan mutakhir maupun kerabat liarnya. Bahan genetika ini merupakan bahan
mentah yang sangat penting bagi para pemulia tanaman, hewan dan ikan, terutama untuk
merakit varietas atau galur baru. Dapat dikatakan bahwa bahan genetika ini merupakan
cadangan penyesuaian genetika untuk mengatasi lingkungan yang membahayakan dan
perubahan ekosistem.
Pengelolaan plasma nutfah secara sungguh- sungguh dengan tujuan utama
meningkatkan pemanfaatan plasma nutfah untuk kesejahteraan masyarakat luas dan
berpedoman pada azas kelestarian yang berkelanjutan. Plasma nutfah dapat tersimpan berupa
”biji” di ruang-ruang penyimpanan (seed storage), berupa jaringan tanaman di media-media
kultur jaringan, maupun berupa tanaman muda/ dewasa di kebun-kebun koleksi. Pengelolaan
plasma nutfah yang dilakukan dapat meliputi kegiatan eksplorasi, konservasi, karakterisasi,
evaluasi, rejuvenasi dan dokumentasi.

Syukur, C. (2006). Pengelolaan Plasma Nutfah Penelitian Dan Pengembangan Perkebunan .


Lokakarya Nasional Pengelolaan dan Perlindungan Sumber Daya Genetik di
Indonesia: Manfaat Ekonomi untuk Mewujudkan Ketahanan Nasional , 119-123.
Materi 3. Anatomi Tumbuhan: Organisasi Tanaman, Organisasi Sel
A. Organisasi Tanaman
1. Akar
Pada ujung pucuk akar terdapat maristem apikal yang sel-selnya akan membelah diri,
tumbuh, berdiferensiasi sehingga menyebabkan pertumbuhan menjadi semakin
meluas. Di dalam akar terdapat Epidermis yang menjadi jaringan pelindung dan
terdiri dari satu lapisan sel padat. Di bawah epidermis terdapat lapisan cukup tebal,
yakni koteks yang memiliki lapisan terdalam yang terdiri atas sebaris sel, disebut
endodermis. Terdapat penebalan seperti pita pada sisi-sisi radial dan melintang sel
endodermis pada endodermis yang disebut jalur/ pita caspary yang kedap air sehingga
mencegah difusi air sepanjang dinding sel dan memaksa gerakan larutan melalui
protoplasma.
Bagian tengah akar dinamakan silinder pembuluh yang terdiri atas penyalur air, xilem
dan jaringan penyalur makanan, floem. Parenkima merupakan semacam jaringan
pengisi dan berfungsi dalam penyimpanan makanan. Pada gimnosperma dan dikotil
ada jaringan maristem yang dinamakan kambium pembuluh yang mengelilingi xilem.
2. Batang
Dibawah meristem apikal batang berlangsung diferensiasi dan pendewasaan jaringan.
Epidermis diliputi oleh kutin yang bersifat resisten. Lapisan tipis kutin disebut
kutikula. Kambium pembuluh muncul jauh dari ujung batang membentuk xylem.
Cambium menyebabkan pertambahan lebar batang dan akar yang semakin meningkat
pertambahan kayunya, maka pertumbuhan meluas sumbu muda berlanjut karena
adanya aktivitas maristem apikal.
3. Daun
Tulang daun yang tampak helaian daun mengandung jaringan pembuluh. Pada
jaringan parenkimatik (mesofil) yang berkedudukan di antara epidermis daun bagian
atas dan bawah terdapat bagian parenkima palisade yang banyak mengadung
kloroplas dan parenkima spongiosa. Pada epidermis terdapat stoma yang bertugas
untuk pertukaran gas antar jaringan daun dan atmosfer.
4. Bunga
Bunga dibentuk oleh maristem apikal khusus yang berkembang dari apeks pucuk
vegetative setelah dirangsang oleh faktor-faktor internal dan eksternal.
B. Organisasi Sel
1. Sitoplasma meliputi sebagian protoplas, merupakan zat kental yang lebih kurang
transparan dalam cahaya tampak. Sitoplasma dipisahkan dari dinding sel oleh
membrane unit disebut plasmalema dan dari vakuola oleh membrane unit lain, yakni
tonoplas.
2. RE (Retikulum Endoplasma), ialah sistem kompleks yang terdiri atas dua membrane
unit yang membatasi ruangan sempit diantaranya. Terdiri atas RE Kasar (granula) dan
RE Halus (agranular).
3. Aparatus Golgi, terdiri dari sistem tumpukan sisterna pipih yang bulat, setiap sisterna
dibatasi oleh membrane unit halus. Setiap tumpukannya disebut badan golgi yang
terlibat dalam sekresi gula, polisakarida, dan kompleks protein polisakarida.
4. Mitokondria, berisi ribosom yang ukurannya lebih kecil dari yang terdapat di
sitoplasma dan fibril DNA.
5. Plastid, semua tipe plastid berasal dari badan-badan renik, yaitu proplastid yang
terdapat pada sel-sel telur dan sel-sel maristem.
6. Mikrobadan, berperan dalam oksidasi asam glikolat, suatu fiksasi karbon dioksida.
7. Ribosom , berperan dalam sintesis protein, yakni perakitan asam amino menjadi rantai
polipeptida.
8. Sferosom, yakni badan lipit yang berbentuk bola yang menjadi legap electron setelah
fiksasi dengan osmium tretoksida.
9. Nukleus, membawa informasi untuk protein sel di dalam DNAnya.
10. Vakuola, berfungsi dalam mengatur air dan kandungan solut dalam sel, seperti pada
pengaturan osmosis.
11. Zat-Zat Ergestik, yakni bahan cadangan dan bahan buangan yang diproduksi sel.
12. Dinding sel, dibedakan menjadi 3 lapisan pokok, yakni lamella tengah, dinding
primer, dan dinding skunder.

Fahn, A. (1991). Anatomi Tumbuhan Edisi Ketiga. Yogyakarta: Gadjah Mada University
Press.
Materi 4. Klasifikasi Tanaman : tanaman C3, C4, CAM, habitus tanaman

Klasifikasi tanaman merupakan metode pengorganisasian tanaman berdasarkan informasi


tentang fisik, biokimia, fisiologis, dan sebagainya. Klasifikasi tanaman merupakan klasifikasi
biologi.
1. C3: Hasil pertama dari fotosintesis adalah molekul yang mempunyai 3 atom karbon,
yaitu 3 PGA (Phospho gliseric acid). Pada tanaman C3 fiksasi CO2 terjadi melalui siklus
calvin. Contoh tanaman C3 adalah gandum, kentang, kedelai, dan lain-lain.
2. C4: Hasil dari fotosintesis adalah molekul dengan 4 atom karbon, yaitu malat. Contoh
tanaman C4: jagung, tebu, sorgum.
3. CAM (Crasculacean Acid Metabolism). Seperti halnya tanaman C4, pada tanaman
CAM molekul pertama dari fotosintesis adalah malat. Tanaman CAM mempunyai
keistimewaan, yaitu dapat dorman pada keadaan ekstrim tanpa merusak sel, dan akan
tumbuh kembali pada keadaan normal. Contoh tanaman CAM adalah kaktus, stone crop.
Materi 5. Mekanisme penyerapan air, unsur hara, dan translokasinya, difusi, osmosis dan
ambibisi.

Akar merupakan organ penyerap air dan unsur hara, maka kontak air atau unsur hara
dengan permukaan sel bulu-bulu akar merupakan bagian yang sangat penting dari proses
penyerapan. Aliran massa merupakan gerakan larutan hara (air dan hara mineral) ke
permukaan akar yang digerakkan oleh transpirasi tanaman . Hara bergerak karena ada gradien
potensial air. Aliran massa terjadi akibat adanya gaya tarik menarik antara molekul-molekul
air yang digerakkan oleh lepasnya molekul air melalui penguapan (transpirasi). Setiap ada
molekul air yang menguap posisinya akan diisi oleh molekul air yang berada di bawahnya
dan molekul air di bawahnya menarik molekul yang di bawahnya lagi sampai pada molekul
air yang berada di luar sel epidermis bulu akar masuk ke dalam sel sambil menarik molekul
air yang kebetulan kontak dengannya. Demikian tarik menarik ini terjadi selama ada
penguapan. Karena pergerakan ini terjadi tidak membutuhkan energi, maka peristiwa ini
disebut transportasi pasif unsur hara dari larutan media tanam menuju sel epidermis bulu
akar.
Angkutan hara menembus membran melibatkan semacam alat angkut (carrier) yang
mengikat ion-ion tertentu, membawanya melintas membran dan melepas ion-ion tersebut
disisi lain dari membran dengan energi (ATP) dari proses respirasi atau dari proses
fotofosforilasi pada sel berklorofil. Angkutan ion hara menembus membran berlawanan arah
dengan gradien konsentrasi, melibatkan energi atau semacam pompa pada membran.
Dalam pembuluh xylem, hara banyak bergerak secara pasif ke dalam pucuk bersama-sama
dnegan air mengikuti aliran transpirasi atau oleh tekanan akar. Berbeda halnya dengan
gerakan/angkutan hara dalam xylem yang selalu satu arah mengikuti transpirasi, angkutan
dalam floem adalah dua arah yaitu dari sumber (source) ke wadah (sink) dan digerakkan
secara aktif. Angkutan dalam floem merupakan angkutan jarak jauh (long distance transport).
Arah angkutan dalam floem terdiri dari 2 arah, yaitu dari “source” (daun) ke “sink” (akar,
pucuk, buah, biji) sebagai tempat pembongkaran isi floem, serta dari tempat-tempat tertentu
ke daun.
Difusi terjadi karena adanya perbedaan konsentrasi bahan disuatu titik dengan titik
lainnya. Jika di satu sisi membrane terdapat larutan dan di sisi lainnya terdapat larutan
lainnya yang berbeda konsentrasi, maka osmosis akan berlangsung. Larutan yang lebih pekat
mempunyai potensial air lebih rendah, jadi air akan berdifusi ke daerahnya dari larutan lain
sampai tekanannya naik sampai suatu titik, yaitu sampai potensial airnya sama dengan
potensial air larutan yang kurang pekat.
Imbibisi merupakan proses penyerapan air oleh benih. Penyerapan air oleh benih pada
dasarnya ditentukan oleh laju pergerakan air melalui tanah masuk ke dalam sel-sel benih.
Laju pergerakan air akan ditentukan oleh perbedaan antara potensi air tanah dengan potensi
air benih. Laju serapan air oleh benih akan semakin tinggi jika perbedaan potensi air antara
tanah dan benih besar. Laju serapan air oleh benih akan lebih rendah jika resistensi tanah dan
benih tinggi terhadap pergerakan air.

Salisbury, F. B And Cleon W Ross. (1995). Fisiologi Tumbuhan jilid I. Bandung : ITB
Bandung.

Lakitan, B. (1995). Fisiologi Pertumbuhan dan Perkembangan Tanaman. Jakarta: PT Raja


Grafindo Persada.

Wiraatmaja, I. W. (2016). PERGERAKAN HARA MINERAL DALAM. Denpasar: Universitas


Udayana.
Materi 6. Fungsi dan Defisiensi Unsur Hara

Unsur hara tanaman ada beberapa macam, sehingga untuk memudahkan dalam
mempelajarinya para ahli di bidang nutrisi tanaman mengelompokkan seperti berdasarkan
keesensialitasannya bagi tanaman, berdasarkan jumlah yang dibutuhkan dan berdasarkan
mobilitasnya dalam floem. Berdasarkan keesensialannya, hara dibedakan menjadi : (a) Hara
esensial yaitu hara yang harus memenuhi 4 kriteria, yaitu (1) Tanpa kehadirannya tanaman
tak dapat tumbuh (tidak dapat menyelesaikan siklus hidupnya secara penuh); (2) Berperan
sangat penting dalam proses fisiologis dan tak dapat digantikan; (3) Merangsang dan
mengatur aktivitas enzim; dan (4) Komponen metabolisme esensial. (b) Hara benefisial yaitu
hara yang berfungsi menstimulir pertumbuhan tetapi tidak esensial atau bersifat esensial
untuk spesies tertentu.
Secara fisiologis unsur hara yang diserap oleh tanaman akan memiliki fungsi tertentu di
dalam tanaman. Tubuh tanaman mengandung 90 jenis unsur 6 dalam jumlah kecil, namun
dari 90 unsur itu hanya 16 unsur yang diketahui bersifat esensial . Fungsi umum hara mineral
adalah : 1. Sebagai bagian dari protoplasma dan dinding sel. Beberapa unsur hara merupakan
bagian yang penting dari molekul sel ( misalnya S dalam protein, P dalam ATP, Mg dalam
klorofil, Ca dalam kalsium pektat). 2. Mempengaruhi permeabilitas membran sitoplasma. Ca
dan unsur-unsur yang bervalensi 2 atau 3 mengurangi permebilitas sedangkan unsur-unsur
yang bervalensi 1 menambah permeabilitas. 3. Sebagai katalisator dalam reaksi kimia. Misal :
Fe, Cu dan Zn merupakan bagian dari berbagai enzim (bagian prostetik), Fe sebagai bagian
dari sitokrom; Mg, Mn, Co dapat mempercepat atau memperlambat reaksi-raksi enzimatik. 4.
Sebagai penyangga kemasaman sel. Kation penting sebagai sistem penyangga tumbuhan
adalah K, Ca, Na dan Mg.

Wiratmaja, I.W. (2016). Pergerakan Hara Mineral dalam Tanah. Bali : UNUD
Materi 7. Transpirasi dan Faktor yang mempengaruhi

Transpirasi merupakan penguapan air dari tumbuhan. Pristiwa ini biasanya


berhubungan dengan kehilangan air dalam melalui stomata, kutikula, atau lentisel. Rangka
molekul semua bahan organik pada tumbuhan terdiri dari atom karbon yang harus diperoleh
dari atmosfer. Karbon masuk ke dalam tumbuhan sebagai karbon dioksida melalui pori
stomata, yang paling banyak terdapat di permukaan daun, dan air keluar secara difusi melalui
pori yang sama saat stomata terbuka.
Faktor lingkungan mempengaruhi tidak hanya proses fisika penguapan dan difusi,
tetapi juga mempengaruhi membuka tutupnya stomata pada permukaan daun yang dilalui
lebih dari 90% air yang ditranspirasikan dan CO2. Naiknya suhu daun sangat banyak
menaikan penguapan dan sedikit difusi, dan menyebabkan stomata menutup atau membuka
lebih lebar, bergantung pada spesies dan faktor lain. Naiknya suhu membuat udara mampu
membawa lebih banyak kelembapan, maka transpirasi meningkat dan barangkali bukaan
stomata pun terpengaruh. Angin lebih banyak membawa CO2 dan mengusir uap air dan
menyebabkan penguapan dan penyerapan CO2 Meningkat, sehingga menyebabkan stomata
menutup sebagian. Bila daun dipanaskan oleh sinar matahari dengan panas yang melebihi
suhu udara, angin akan menurunkan suhunya. Akibatnya transpirasi menurun. Bila
kandungan air tanah terbatas, transpirasi, dan penyerapan CO2 terhambat, karena stomata
menutup.

Salisbury, F. B And Cleon W Ross. (1995). Fisiologi Tumbuhan jilid I. Bandung : ITB
Bandung.
Materi 8. Metabolisme dan enzim

Reaksi kimia yang memungkinkan adanya kehidupan disebut metabolisme. Terdapat


ribuan reaksi berkesinambungan yang terjadi didalam tiap sel, sehingga metabolisme
merupakan reaksi menakjubkan. Tumbuhan juga menghasilkan banyak sekali senyawa
kompleks yang dinamakan metabolisme sekunder yang melindungi tumbuhan dari serangga,
bakteri, cendawan, dan patogen lainnya. Pembentukan molekul besar dari molekul kecil
dinamakan anabolisme yang memerlukan masukan energi. Katabolisme adalah perombakan
molekul besar menjadi molekul kecil, dan proses ini melepaskan energi. Agar sel berfungsi
dan berkembang sebagai mestinya, lintasan metaboliknya harus diatur sesama.
Enzim merupakan Sel yang dapat mengatur lintasan metabolik yang mana yang
berjalan, dan seberapa cepat, dengan cara memproduksi katalis yang tepat dalam jumlah yang
sesuai pada saat diperlukan. Hampir semua reaksi kimia kehidupan berlangsung sangat
lambat tanpa katalis, dan enzim merupakan katalis yang lebih khas disbanding dengan ion
logam. Enzim tidak tersebar merata didalam sel. Enzim yang berfungsi dalam fotosintesis
berada di kloroplas. Faktor yang menyebabkan struktur enzim berubah sehingga substrat
tidak dapat lagi terikat dengannya, dan aktivitas katalisisnya akan hilang.
Beberapa faktor yang dapat mempengaruhi laju reaksi enzimatik yaitu konsentrasi enzim dan
susbstrat, pH, suhu, produk reaksi, dan senyawa penghambat.

Salisbury, F. B And Cleon W Ross. (1995). Fisiologi Tumbuhan jilid II. Bandung : ITB
Bandung.
Materi 9. Fisiologi dan Boimol fotositesis (sintesa karbohidrat, lemak, dan protein)
Materi 10. Faktor-faktor yang mempengaruhi kecepatan fotosintesis

Proses fotosintesis dipengaruhi beberapa faktor yaitu faktor yang dapat memengaruhi
secara langsung seperti kondisi lingkungan maupun faktor yang tidak memengaruhi secara
langsung seperti terganggunya beberapa fungsi organ yang penting bagi proses fotosintesis.
Proses fotosintesis sebenarnya peka terhadap beberapa kondisi lingkungan meliputi kehadiran
cahaya Matahari, suhu lingkungan, konsentrasi karbondioksida (CO2). Faktor lingkungan
tersebut dikenal juga sebagai faktor pembatas dan berpengaruh secara langsung bagi laju
fotosintesis. Faktor pembatas tersebut dapat mencegah laju fotosintesis mencapai kondisi
optimum meskipun kondisi lain untuk fotosintesis telah ditingkatkan, inilah sebabnya faktor-
faktor pembatas tersebut sangat memengaruhi laju fotosintesis yaitu dengan mengendalikan
laju optimum fotosintesis.
Selain itu, faktor-faktor seperti translokasi karbohidrat, umur daun, serta ketersediaan
nutrisi memengaruhi fungsi organ yang penting pada fotosintesis sehingga secara tidak
langsung ikut memengaruhi laju fotosintesis.
Berikut adalah beberapa faktor utama yang menentukan laju fotosintesis :
1. Intensitas cahaya. Laju fotosintesis maksimum ketika banyak cahaya.
2. Konsentrasi karbon dioksida. Semakin banyak karbon dioksida di udara, makin banyak
jumlah bahan yang dapt digunakan tumbuhan untuk melangsungkan fotosintesis.
3. Suhu. Enzim-enzim yang bekerja dalam proses fotosintesis hanya dapat bekerja pada
suhu optimalnya. Umumnya laju fotosintensis meningkat seiring dengan meningkatnya
suhu hingga batas toleransi enzim.
4. Kadar air. Kekurangan air atau kekeringan menyebabkan stomata menutup, menghambat
penyerapan karbon dioksida sehingga mengurangi laju fotosintesis.
5. Kadar fotosintat (hasil fotosintesis). Jika kadar fotosintat seperti karbohidrat berkurang,
laju fotosintesis akan naik. Bila kadar fotosintat bertambah atau bahkan sampai jenuh,
laju fotosintesis akan berkurang.
6. Tahap pertumbuhan. Penelitian menunjukkan bahwa laju fotosintesis jauh lebih tinggi
pada tumbuhan yang sedang berkecambah ketimbang tumbuhan dewasa. Hal ini mungkin
dikarenakan tumbuhan berkecambah memerlukan lebih banyak energi dan makanan
untuk tumbuh

Wiraatmaja, I Wayan. (2016). PERGERAKAN HARA MINERAL DALAM. Denpasar:


Universitas Udayana.
Materi 11. Respirasi
Materi 12. Biomol respirasi ( katalis karbohidrat, lemak, protein)
Materi 13. Faktor-faktor yang mempengaruhi respirasi

Proses respirasi pada tumbuhan sangat dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu:
1. Substrat respirasi. Respirasi sangat dipengaruhi oleh jenis substrat respirasi yang
digunakan, hal ini terlihat dari nilai RQ yang dihasilkan. Respirasi quotien (RQ) adalah
perbandingan antara CO2 yang dihasilkan dengan O2 yang digunakan. RQ sangat
dipengaruhi oleh jenis substrat yang digunakan, jika substrat respirasinya adalah
karbohidrat (sukrosa dan pati). Perbedaan kandungan gula akibat tidak berimbangnya laju
fotosintasis menyebabkan perbedaan laju respirasi. Apabila substrat gula habis maka
substrat protein dapat digunakan, tetapi pertama-tama dihidrolisis terlebih dahulu menjadi
asam amino (asam glutamat dan aspartat), kemudian baru dirombak oleh reaksi glikolisis
dan daur Krebs.
2. Umur jaringan dan tipe jaringan. Jaringan muda dan dewasa respirasinya lebih kuat
daripada jaringan tua, karena jaringan tersebut lebih aktif sehingga lebih banyak
memerlukan energi.
3. Suhu sampai batas - batas tertentu (10o C – 300 C) menyebabkan kecepatan respirasi
menjadi 2-2,5 kali lebih cepat untuk setiap kenaikan suhu 10o C. Apabila suhunya tinggi (
> 350C maka kecepatan respirasinya menurun, hal ini disebabkan oleh rusaknya ensim
yang mempengaruhi proses tersebut, terbatasnya O2 karena berkurangnya kelarutan, dan
lambatnya proses difusi.
4. Oksigen (O2 ). Persediaan oksigen sangat mempengaruhi proses respirasi, tetapi
peranannya tergantung pada jenis tumbuhan. Kekurangan oksigen menyebabkan
terhambatnya pengangkutan hormon sitokinin dari akar muda ke batang. Kekurangan
oksigen juga menyebabkan terhambatnya penyerapan nitrogen sehingga menyebabkan
lambatnya fotosintesis dan translokasi karbohidrat, sebab kekurangan oksigen akan
menurunkan permeabilitas akar terhadap air, dan akumulasi bahan beracun yang
disebabkan oleh mikroba di sekitar akar.
5. Karbon dioksida (CO2 ). Apabila kandungan CO2 – nya tinggi (>0,03%) maka kecepatan
respirasinya menurun, hal ini disebabkan oleh terhambatnya difusi O2 akibat menutupnya
stomata.
6. Luka dan rangsangan mekanik. Pelukaan dan rangsangan mekanik seperti
melengkungkan batang dapat meningkatkan respirasi, sebab:
a. Terjadi peningkatan aktifitas ensim sehingga proses glikolisis dan katabolisme
oksidatif meningkat.
b. Diperlukan lebih banyak energi untuk memperbaiki bagian tanaman yang rusak
yang diikuti oleh pembentukan kalus.

Wiraatmaja, I Wayan (2016). PERGERAKAN HARA MINERAL DALAM. Denpasar:


Universitas Udayana.

Materi 14. Pertumbuhan tanaman dan analisisnya

Pertumbuhan tanaman sering di definisikan sebagai pertambahan ukuran, berat, dan atau
jumlah sel. Ukuran tanaman sebagai indicator pertumbuhan dapat dilihat secara satu dimensi
dua dimensi atau tiga dimensi.
Tinggi tanaman merupakan indicator pertumbuhan yang paling mudah untuk di ukur.
Tinggi tanaman sebagi indikator dapat dianjurkan pada tanaman berbatang tunggal dengan
percabangan lateral yang terbatas dan tumbuh dengan pencahayaan yang optimal. Tapi tinggi
tanaman kurang berarti pada saat tanaman hidup di cahaya yang suboptimal sehingga terjadi
etiolasi. Tidak hanya tinggi tanaman yang dapat menjadi indikator pertumbuhan tanaman
adalah luas daun, volume akar,dan berat tanaman,

Lakitan, Benyamin. (1996). Fisiologi Pertumbuhan dan Perkembangan Tanaman. Jakarta :


PT RajaGrafindo Perseda.

Materi 15. Hormon tumbuh dan ZPT

Hormon tumbuhan adalah senyawa organic yang di sintesis di salah satu bagian
tumbuhan dan di pindahkan ke bagian lain, dan pada konsentrasi sangat rendah mampu
menimbulkan suatu respons fisiologis. Respon pada organ sasaran tidak perlu bersifat
memicu , karena proses seperti pertumbuhan kadang malah terhambat oleh hormon, terutama
oleh asam abisat. Zat pengatur tumbuhan organic yang di sintesakan oleh ahli kimia organic,
dari itu hormone harus dapat di pindahkan di dalam tubuh tumbuhan, namun tidak di jelaskan
sejauh mana pemindah itu ; tidak pula bahwa hormone berarti tidak menimbulkan respon
pada sel yang mensitesisnya.
Setiap hormon mempengaruhi respon pada banyak bagian tumbuhan, respon tersebut
bergantung pada spesies, bagian tumbuhan, fase perkembangan, konsentrasi hormone,
interaksi antar hormone yang diketahui dan bernagai factor lingkungan.

Salisbury, F.B and cleon w ross. (1995). Fisiologi Tumbuah jilid 3.Bandung : ITB
Harahab, Fauziyah. (2012). Fisiologi Tumbuhan Suatu Pengantar.Medan : UNIMED
PRESS

Materi 16. Perkembangan biji dan dormansi, juvenilitas,pembungaan, dan pembuahan,


pemasakan dan senesen serta pembentukan umbi.

Anda mungkin juga menyukai