Anda di halaman 1dari 25

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Setiap individu pasti mengalami proses belajar, belajar dapat

dilakukan oleh siapapun (anak-anak, remaja, orang tua), dimanapun (di

sekolah maupun lingkungan tempat tinggal) dan berlangsung seumur

hidup. Dalam pendidikan disekolah belajar merupakan kegiatan pokok

yang harus dijalani. Tujuan pendidikan akan tercapai apabila proses

belajar atau pembelajaran dalam suatu sekolah dapat berlangsung dengan

baik, yaitu proses belajar yang melibatkan siswa secara aktif dalam proses

pembelajaran. Proses pembelajaran berperan penting dalam usaha

meningkatkan hasil belajar.

Hasil belajar merupakan hal yang berhubungan dengan kegiatan

belajar karena belajar merupakan proses sedangkan hasil belajar adalah

sebagian hasil yang telah dicapai seseorang setelah mengalami proses

belajar melalui evaluasi yang dilakukan siswa dituangkan dalam berbentuk

data atau angka maupun dalam pengaplikasian pada kehidupan sehari-hari

tas ilmu yang didapatkannya. Nana Sudjana (2009:3) mendefinisikan hasil

belajar siswa pada hakikatnya adalah perubahan tingkah laku sebagai hasil

belajar dalam pengertian yang lebih luas mencakup bidang kognitif,

afektif, dan psikomotorik. Sejalan dengan Benjamin S. Bloom pada tahun

1956, yang membagi tujuan pendidikan kedalam tiga domain yaitu

1
kognitif, afektif, dan psikomotor (sudjana, 2009:22). Dimyati dan

Mudjiono (2006: 3-4) juga menyebutkan hasil belajar merupakan hasil

dari sesuatu interaksi tindak belajar dan tindak mengajar. Dari sisi guru,

tindak mengajar diakhiri dengan proses evaluasi hasil belajar. Dari sisi

siswa, hasil belajar merupakan berakhirnya pengajaran dari puncak proses

belajar.

Hasil belajar merupakan salah satu indikator pencapaian tujuan

pembelajaran di kelas tidak lepas dari faktor-faktor yang mempengaruhhi

hasil belajar itu sendiri. Menurut Slameto (2010:54), faktor-faktor tersebut

secara global dapat diuraikan dalam dua bagian, yaitu internal dan

eksternal. Factor internal meliputi inteligensi, motivasi, sikap, minat,

bakat, konsentrasi. Faktor eksternal meliputi faktor keluarga, faktor

sekolah, faktor masyarakat.

Sangat disadari baik oleh guru, siswa dan orang tua bahwa dalam

belajar di sekolah, intelegensi atau kemampuan intelektual memerankan

peranan yang penting, khususnya sangat berpengaruh terhadap tinggi

rendahnya hasil belajar siswa. Meskipun peranan intelegensi sangat

berpengaruh terhadap hasil belajar, perlu diingat adapun beberapa faktor

lain pun tetap berpengaruh. Diantara faktor-faktor tersebut adalah minat.

Menurut Muhibbin Syah (2013:152) secara sederhana,

minat(interes) berarti kecenderungan dan kegairahan yang tinggi atau

keinginan yang besar terhadap sesuatu. Menurut Belly (2006:4) minat

adalah keinginan yang didorong oleh suatu keinginan setelah melihat,

2
mengamati dan membandingkan serta mempertimbangkan dengan

kebutuhan yang diinginan. Dalam hal ini minat merupakan landasan yang

sangat penting bagi seseorang untuk melakukan sesuatu kegiatan yang

baik. Bukan saja dapat mempengaruhi tingkah laku, tetapi juga dapat

mendorong seseorang untuk melakukan atau memperoleh sesuatu. Dengan

hal ini dapat disimpulkan bahwa siswa yang memiliki minat belajar akan

tekun belajar berusaha untuk mendapatkan hasil belajar yang optimal, dan

sebaliknya dengan siswa yang tidak memiliki minat belajar.

Dalam kegiatan belajar, minat belajar sangat dibutuhkan. Bila

seorang siswa tidak memiliki minat dan perhatiannya terhadap terhadap

objek yang dipelajari, maka akan sulit untuk diharapkan siswa tersebut

dapat mengikuti proses pembelajaran dengan baik dan mendapatkan hasil

belajar yang memuaskan. Sebaliknya, apabila siswa tersebut mengikuti

pembelajaran disertai dengan minat dan perhatiannya tertuju pada objek

yang dipelajari, maka hasil yang diperoleh akan jauh lebih baik. Seperti

yang dikatakan oleh Usman Efendi dan Juhaya S Praja (2003: 28) bahwa

belajar dengan minat akan lebih baik dari pada belajar tanpa minat.

Karena itu seseorang yang didorong oleh minat dan merasa senang

dalam belajar dapat memperoleh hasil belajar yang optimal. Faktanya

masih banyak ditemukan kurangnya minat belajar pada siswa sehingga

hasil belajar yang didapatkan kurang optimal. Di lapangan beberapa

masalah yang sering dijumpai penulis adalah kurangnya konsentrasi pada

mata pelajaran, keaktifan di dalam kelas, dan minimnya kehadiran

3
dikarenakan kurangnya minat siswa untuk mengikuti proses belajar

mengajar.

Oleh karena itu diperlukan adanya upaya untuk meningkatkan

minat siswa terhadap pendidikan, salah satunya yaitu dengan

menggunakan metode yang dapat menarik minat siswa. Dengan metode

yang tepat, diharapkan dapat meningkatkan minat belajar siswa sehingga

tujuan pendidikan dapat tercapai.

Berdasarkan uraian diatas, penulis mencoba menerapkan salah satu

model pembelajaran yaitu, model pembelajaran Snow Ball Throwing

melaui pendekatan Taksonomi Bloom untuk mengetahui apakah dengan

model tersebut dapat meningkatkan minat belajar matematika. Penulis

memilih metode pembelajaran ini agar menarik minat belajar siswa aktif

dalam proses pembelajaran yang berbentuk permainan, yang didesain

dengan melempar bola pertanyaan. Metode ini bertujuan unttuk

memancing kreatifitas dalam membuat soal sekaligus menguji daya serap

materi yang disampaikan oleh ketua kelompok. Karena berupa permainan,

siswa harus dikondisikan dalam keadaan santai tetapi tetap terkendali tidak

rebut, kisruh atau berbuat onar.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang yang tertera diatas, maka dapat

diidentifikasi masalah yang akan ditemui dalam proses pembelajaran

adalah kurangnya minat belajar siswa, di karenakan siswa selalu

4
menganggap mata pelajaran matematika sangat sulit dipahami, suasana

belajar dan pembawaan guru yang monoton sehingga siswa bosan berada

didalam kelas, serta kurangnya siswa bergerak atau aktif dikarenakan

sebagian siswa yang memiliki sifat pemalu, pendiam dan takut untuk

menunjukan kemampuannya.

C. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas dapat kita rumuskan masalah:

Apakah minat belajar siswa Mts Negeri Kota Sorong meningkat setelah

menggunakan model pembelajaran Snow Ball Throwing dengan metode

Taksonomi Bloom?

D. Tujuan Penelitian

Sesuai dengan permasalahan-permasalahan diatas, penelitian ini

bertujuan untuk:

Mengetahui minat belajar siswa Mts Negeri Kota Sorong meningkat

setelah menggunakan model pembelajaran Snow Ball Throwing dengan

metode Taksonomi Bloom!

E. Manfaat Penelitian

Penulis mengharapkan dengan hasil penelitian ini dapat bermanfaat

bagi:

1. Guru

5
Memberikan informasi tentang model pembelajaran yang

dapat di terapkan dengan materi khususnya Matematika.

2. Siswa

Meningkatkan minat sehingga diharapkan prestasi belajar

siswa memuaskan pada mata pelajaran khususnya Matematika.

3. Sekolah

Member masukan bagi sekolah sebagai pedoman untuk

mengambil kebijakan di sekolah tersebut.

4. Bagi Peneliti

Bermanfaat sebagai sumber informasi (referensi) yang

dapat digunakan untuk mengembangkan ilmu dan penelitian

lanjutan mengenai model pembelajaran Snow Ball Throwing

dengan Taksonomi Bloom.

6
BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Kerangka Pustaka

1. Belajar

Kegiatan belajar merupakan aktivitas sehari-hari yang biasa

dilakukan setiap manusia, baik anak-anak, dewasa maupun orang tua.

Kegiatan belajar dapat dilakukan di sekolah, rumah, dan lingkungan

masyarakat. Beberapa pendapat ahli mengatakan:

Menurut Slameto(2010:10): belajar adalah suatu proses usaha yang

dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku

yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri

dalam interaksi dengan lingkungannya. Skinner (dalam Muhibbin

Syah, 2013:88) berpendapat bahwa belajar adalah suatu proses

adaptasi atau penyesusaian tingkah laku yang berlangsung secara

progresif. Dengan begitu Skinner percaya bahwa proses adabtasi akan

mendatangkan hasil yang optimal apabila ia diberi penguatan

(reinforcer). Sementara Syaiful Bahri Djamarah (2008:175)

berpendapat, belajar adalah serangkaian kegiatan jiwa raga untuk

memperolehsuatu perubahan tingkah laku sebagai hasil dari

pengalaman individu dalam interaksi dengan lingkungannya yang

menyangkut kognitif, afektif, dan psikomotor. Adapun James O.

Wittaker, 1970 (dalam Wasty Soemanto, 2006:104) menyatakan

7
bahwa belajar adalah proses dimana tingkah laku ditimbulkan atau

diubah melalui latihan atau pengalaman. Dengan demikian, perubahan

akibat pertumbuhan, kematangan, kelelahan, penyakit, atau pengaruh

obat-obatan tidak termasuk sebagai belajar.

Dari beberapa pendapat para ahli diatas, dapat disimpulkan bahwa

belajar adalah usaha seseorang untuk memperoleh perubahan dalam

bentuk kognitif, afektif, psikomotor kearah yang lebih baik dari

sebelumnya, diperoleh dari pengalaman individu dan interaksi

lingkungan sekitarnya.

2. Hasil Belajar

Hasil belajar merupakan hal yang berhubungan dengan kegiatan

belajar karena kegiatan belajar merupakan proses sedangkan hasil

belajar adalah sebagian hasil yang dicapai seseorang setelah

mengalami proses belajar dengan terlebih dahulu mengandakan

evaluasi dari proses belajar yang dilakukan. Adapun beberapa

pendapat menurut para ahli:

Menurut Arikunto (2001:63) sebagai hasil yang telah dicapai

seseorang setelah mengalami proses belajar dengan terlebih dahulu

mengadakan evaluasi dari proses belajar yang dilakukan. Dimyati dan

Mudjiono (2006:3) hasil belajar adalah hasil yang dicapai dalam

bentuk angka-angka atau skor setelah diberikan tes hasil belajar pada

setiap akhir pembelajaran. Nilai yang diperoleh siswa menjadi acuan

8
untuk melihat penguasaan siswa dalam menerima materi pelajaran.

Menurut Sudjana (2010: 22), hasil belajar adalah kemampuan yang

dimiliki siswa setelah menerima pengalaman belajar. Warsito (dalam

Depdiknas, 2006: 125) mengemukakan bahwa hasil dari kegiatan

belajar ditandai dengan adanya perubahan perilaku ke arah positif yang

relatif permanen pada diri orang yang belajar.(dikutip dari Kang

Mousir 2009). Menurut Dimyati dan Mudjiono (2006:3) hasil belajar

merupakan hasil dari interaksi tindak belajar dan tindak belajar.

Sukmadinata (2007:102) mengatakan hasil belajar merupakan realisasi

atau pemekaran dari kecakapan-kecakapan potensial atau kapasitas

yang dimiliki seseorang. Menurut Rusman (2012:123) hasil belajar

adalah sejumlah pengalaman yang diperoleh siswa yang mencakup

ranah kognitif, afektif, dan psikomotor. Belajar tidak hanya

penguasaan konsep teori mata pelajaran saja, tapi juga penguasaan

kebiasaan, presepsi, kesenjangan, minat-bakat, penyesuaian sosial,

macam-macam ketrampilan, cita-cita, keinginan dan harapan. Hasil

belajar menurut Arikunto (2001:63) sebagai hasil yang telah dicapai

seseorang setelah mengalami proses belajar terlebih dahulu

mengadakan evaluasi dari proses belajar yang dilakukan. Menurut

Ahmad Susanto (2013:5) hasil belajar siswa adalah kemampuan yang

diperoleh anak setelah melalui kegiatan belajar. Karena belajar itu

sendiri merupakan suatu proses dari seseorang yang berusaha untuk

memperoleh suatu bentuk perubahan perilaku yang relative tetap.

9
Dengan kata lain dapat disimpulkan hasil belajar adalah bentuk

realisasi nyata dari potensi seseorang setelah melalui proses belajar

ataupun pengalaman dengan mengadakan evaluasi guna mendapatkan

hasil perubahan (kognitif, afektif, psikomotor) yang relatif tetap. Hasil

belajar adalah suatu pencapaian yang diperoleh oleh siswa dalam

proses pembelajaran yang dituangkan dengan angka maupun dalam

pengaplikasian pada kehidupan sehari-hari atas ilmu yang didapat.

3. Minat

Kata minat secara etimologi berasal dari bahasa inggris “interest”

yang berarti kesukaan, perhatian (kecenderungan hati [ada sesuatu),

keinginan. Jadi dalam proses belajar siswa harus mempunyai minat

atau kesukaan untuk mengikuti kegiatan belajar yang berlangsung,

karena dengan adanya minat akan mendorong siswa untuk menunjukan

perhatian, aktivitasnya dan partisipasinya dalam proses belajar

mengajar.

Menurut Muhibbin Syah (2013:152) secara sederhana,

minat(interes) berarti kecenderungan dan kegairahan yang tinggi atau

keinginan yang besar terhadap sesuatu. Menurut Belly (2006:4) minat

adalah keinginan yang didorong oleh suatu keinginan setelah melihat,

mengamati dan membandingkan serta mempertimbangkan dengan

kebutuhan yang diinginan. Sardiman (2011:76) menyatakan bahwa

“minat diartikan sebagai suatu kondisi yang terjadi apabila seseorang

10
melihat ciri-ciri atau arti sementara situasi yang dihubungkan dengan

keinginan-keinginan atau kebutuhan sendiri. Oleh karena itu, apa yang

dilihat seseorang sudah tentu akan membangkitkan minatnya sejauh

apa yang dilihat itu mempunyai hubungan dengan kepentingan sendiri.

Hal ini menunjukan bahwa minat merupakan kecenderungan jiwa

seseorang kepada seseorang (biasanya disertai dengan perasaan

senang), karena merasa ada kepentingan dengan sesuatu itu”. William

James mengatakan bahwa minat siswa merupakan faktor utama yang

menentukan derajat keaktifan belajar siswa (Usman, 2003:27)

Dari beberapa pendapat para ahli diatas dapat disimpulkan bahwa

pengertian minat adalah rasa ketertarikan, perhatian, keinginan lebih

yang dimiliki seseorang terhadap suatu hal, tanpa ada dorongan yang

menyebabkan kecenderungan individu untuk memiliki rasa senang

tanpa ada paksaan sehingga dapat menyebabkan perubahan

pengetahuan, ketrampilan dan tingkah laku.

4. Model Pembelajaran Snow Ball Throwing

a. Pengertian Model Pembelajaran Snow Ball Throwing

Model snowball throwing (melempar bola) merupakan jenis

pembelajaaran kooperatif yang didesain seperti permainan

melempar bola. Metode ini bertujuan untuk memancing kreatifitas

dalam membuat soal sekaligus menguji daya serap materi yang

disampaikan oleh ketua kelompok. Karena berupa permainan,

11
Siswa harus dikondisikan dalam keadaan santai tetapi tetap

terkendali tidak ribut, kisruh atau berbuat onar dan salah satu

komponen utama dalam menciptakan suasana belajar yang aktif,

inovatif, kreatif dan menyenangkan.

Menurut Kokom Komalasari (2010:67) model pembelajaran

snow ball throwing adalah model pembelajaran yang menggali

potensi kepemimpinan siswa dalam kelompok dan keterampilan

membuat-menjawab pertanyaan yang dipadukan melalui suatu

permainan imajinatif membentuk dan melempar bola salju.

Hamzah B.Uno (2011:102) menyatakan bahwa model

pembelajaran snow ball throwing adalah model kegiatan

pembelajaran yang memberikan kesempatan individu untuk

berpendapat, kemudian dipadukan secara berpasangan,

berkelompok, dan yang terakhir secara klasikal untuk mendapatkan

pandangan dari seluruh siswa atau siswa di kelas.

Dengan demikian dapat ditarik kesimpulan bahwa model

pembelajaran snow ball throwing adalah model yang membantu

guna jalannya proses belajar mengajar dengan cara menggali

potensi kepemimpinan dalam kelompok dan keterampilan

membuat-menjawab pertanyaan yang dipadukan melalui suatu

permainan, dan memberikan pelatihan serta kesempatan individu

untuk berpendapat.

12
b. Langkah-langkah Model Pembelajaran Snowball Throwing

a) Guru menyampaikan materi yang akan disajikan. Guru

membentuk kelompok – kelompok dan memnggil masing –

masing ketua kelompok untuk memberikan penjelasan tentang

materi.

b) Masing – masing ketua kelompok kembali ke kelompoknya

masing – masing, kemudian menjelaskan materi yang

disampaikan oleh guru kepada temannya.

c) Kemudian masing – masing siswa diberikan satu lembar kerja

untuk menuliskan pertanyaan apa saja yang menyangkut materi

yang sudah dijelaskan oleh ketua kelompok.

d) Kemudian kertas tersebut dibuat seperti bola dan dilempar dari

satu siswa ke siswa lain selama kurang lebih 5 menit.

e) Setelah siswa mendapat satu bola / satu pertanyaan diberikan

kesempatan kepada siswa untuk menjawab pertanyaan yang

tertulis dalam kertas berbentuk bola tersebut secara bergantian.

f) Evaluasi

g) Penutup.

c. Kelebihan Model Pembelajaran Snowball Throwing

a) Suasana pembelajaran menjadi menyenangkan karena siswa

seperti bermain dengan melempar bola kertas kepada siswa

lain.

13
b) Siswa mendapat kesempatan untuk mengembangkan

kemampuan berpikir karena diberi kesempatan untuk membuat

soal dan diberikan pada siswa lain.

c) Membuat siswa siap dengan berbagai kemungkinan karena

siswa tidak tahu soal yang dibuat temannya seperti apa.

d) Siswa terlibat aktif dalam pembelajaran.

e) Pendidik tidak terlalu repot membuat media karena siswa terjun

langsung dalam praktek.

f) Pembelajaran menjadi lebih efektif.

g) Ketiga aspek yaitu aspek kognitif, afektif, dan psikomotor

dapat tercapai.

d. Kelemahan Model Pembelajaran Snowball Throwing

a) Sangat bergantung pada kemampuan siswa dalam memahami

materi sehingga apa yang dikuasai siswa hanya sedikit. Hal ini

dapat dilihat dari soal yang dibuat siswa biasanya hanya

seputar materi yang sudah dijelaskan atau seperti contoh soal

yang diberikan.

b) Ketua kelompok yang tidak mampu menjelaskan dengan baik

tentu menjadi penghambat bagi anggota lain untuk memahami

materi sehingga diperlukan waktu yang tidak sedikit untuk

siswa mendiskusikan materi pembelajaran.

14
c) Tidak ada kuis individu maupun penghargaan kelompok

sehingga siswa saat berkelompok kurang termotivasi untuk

bekerja sama. Tapi tidak menutup kemungkinan bagi guru

untuk menambahkan pemberian kuis individu dan penghargaan

kelompok.

d) Memerlukan waktu yang panjang.

e) Murid yang nakal cenderung untuk berbuat onar.

f) Kelas sering kali gaduh karena kelompok dibuat oleh murid.

5. Metode Taksonomi Bloom

Dikutip dari Anas Sudijono (2001:49-52) Benjamin S. Bloom dkk

berpendapat bahwa taksonomi tujuan ranah kognitif meliputi enam

jenjang proses berpikir yaitu:

a. Pengetahuan, adalah kemampuan seseorang untuk mengingat-

ingat kembali (recall) atau mengenali kembali tentang tentang

nama, istilah, ide, gejala, rumus-rumus dan sebagainya, tanpa

mengharapkan kemampuan untuk menggunakannya.

Pengetahuan atau ingatan ini merupakan proses berpikir yang

paling rendah.

b. Pemahaman, adalah kemampuan seseorang untuk mengerti atau

memahami sesuatu setelah sesuatu itudiketahui dan diingat.

Dengan kata lain, memahami adalah mengetahui tentang

sesuatu dan dapat melihatnya dari berbagai segi. Seorang

15
peserta didik dikatakan memahami sesuatu apabila ia dapat

memberikan penjelasan atau memberi uraian yang lebih rinci

tentang hal itu dengan menggunakan kata-katanya sendiri.

Pemahaman merupakan jenjang kemampuan berpikir yang

setingkat lebih tinggi dari ingatan atau hafalan.

c. Penerapan, adalah kesanggupan seseorang untuk menerapkan

atau menggunakan ide-ide umum, tata cara ataupun metode-

metode, prinsip-prinsip, rumus-rumus, teori-teori dan

sebagainya, dalam situasi yang baru dan konkret. Aplikasi atau

penerapan ini adalah proses berpikir setingkat yang lebih tinggi

dari pemahaman.

d. Analisis, mencakup kemampuan untuk merinci suatu kesatuan

kedalam bagian-bagian sehingga struktur keseluruhan atau

organisasinya dapat dipahami dengan baik.

e. Sintesis, adalah kemampuan seseorang untuk merinci atau

menguraikan suatu bahan atau keadaan menurut bagian-bagian

yang lebih kecil dan mampu memahami hubungan diantara

bagian-bagian atau faktor-faktor yang satu dengan faktor-faktor

yang lainnya. Sintesis merupakan suatu proses yang

memadukan bagian-bagian atau unsur-unsur secara logis,

sehingga menjelma menjadi suatu pola yang berstruktur atau

berbentuk pola baru. Jenjang sintesis kedudukannya lebih

tinggi setingkat dari analisis.

16
f. Evaluasi adalah merupakan jenjang berpikir paling tinggi

dalam ranah kognitif menurut Bloom. Penilaian atau evaluasi

disini merupakan kemampuan seseorang untuk membuat

pertimbangan terhadap suatu situasi, nilai, atau ide, misalnya

jika seseorang dihadapkan pada beberapa pilihan maka ia akan

mampu memilih satu pilihan yang terbaik, sesuai dengan

patokan atau kriteria yang ada.

6. Materi

A. Himpunan

1. Konsep himpunan

a. Pengeretian himpunan

Pengertian himpunan adalah kumpulan objek atau benda

yang dapat didefinisikan dengan jelas, sehingga dapat

diketahui objek yang dimaksud himpunan dan yang tida

dimaksud dalam himpunan tersebut.

b. Menuliskan notasi pembentuk himpunan.

c. Cara menyatakan himpunan

Ada tiga cara menyatakan himpunan, yaitu dengan

mendaftar, mendeskripsikan anggota, dan menuliskan

notasi pembentukan himpunan.

 Himpunan kosong adalah himpunan yang tidak

mempunyai anggota dan dinotasikan 

17
d. Hubungan antara dua himpunan

e. Kesamaan dua himpunan

Syarat kesamaan dua himpunan

 Jika A bagian dari B dan B bagian dari A

dinotasikan dengan A=B

f. Gabungan dan irisan dua himpunan

 Irisan adalah suatu himpunan yang anggotanya

merupakan anggota merupakan anggota

persekutuan dari dua himpunan tersebut.

Irisan himpunan A dan B dinotasikan sebagai

berikut : AB = X   A dan X  B}

g. Gabugan

Gabungan adalah himpunan yang anggota terdiri atas

anggota-anggota A atau anggota-anggota B.

h. Selisih himpunan

Selisih himpunan A adalah suatu himpunan yang

anggotanya semua anggota dari A tetapi bukan anngota

dari B.

i. Komplement himpunan

Komplement himpunan A adalah suatu himpunan yang

anggota-anggotanya merupakan anggota S tetapi bukan

anggota A dengan notasi pembentuk himpunan dituliskan

sebagai berikut. : Ac = {X  XS dan XA}

18
B. Kerangka Berpikir

Pada zaman ini masih banyak siswa yang mengangap khususnya

pelajaran matematika sebagai pelajaran yang membosankan, menakutan,

bahkan dapat membuat stres para siswa. Hal ini dapat mempengaruhi

minat belajar seorang siswa. Dalam kegiatan pembelajaran sangat

diperlukan model belajar agar proses belajar mengajar terstruktur rapi,

sehingga mendapatkan tujuan atau hasil belajar yang diinginkan. Adapun

model belajar snow ball throwing melalui metode taksonomi bloom ini

yang digunakan peneliti, merupakan jenis pembelajaaran kooperatif yang

didesain seperti permainan melempar bola. Diharapkan setelah peneliti

member tindakan dengan menggunakan model pembelajaran snow ball

throwing ini dapat dapat meningkatkan minat siswa.

Untuk lebih jelasnya berikut ini bagan desain penelitian/ kerangka

berpikir yang dibuat oleh peneliti pada gambar 2.1:

19
Pembelajaran Matematika di SMP

Kondisi Awal Guru menggunakan model Minat beljar


pembelajaran khusus siswa rendah

Guru menggunakan SIKLUS I


mModel Pembelajaran
Tindakan Snow Ball Throwing melalui
Metode Taksonomi Bloom SIKLUS II

Diduga menggunakan “X”


Kondisi Akhir dapat meningkatkan “Y”
bagi siswa

Gambar 2.1

C. Hipotesis Penelitian

Dengan mengunakan model pembelajaran snow ball throwing

melalui metode taksonomi bloom, maka dapat mempengaruhi dan

meningkatkan minat belajar siswa.

20
BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis dan Desain Penelitian

B. Subyek Penelitian

Pada penelitian ini yang menjadi subjek penelitian adalah siswa/i

MTs Negeri Model Kota Sorong kelas VIIIc yang berjumlah 42 terdiri dari

22 wanita dan 20 pria pada mata pelajaran Matematika tahun ajaran ganjil.

C. Prosedur Penelitian

Pada penelitian tindakan kelas ini direncanakan terdiri dari 2 siklus.

Tiap siklus dilaksanakan dengan pembahasan yang ingin dicapai. Secara

rinci pelaksanaan penelitian untuk setiap siklus yaitu sebagai berikut:

Siklus 1

Tahap 1 : Perencanaan

a. Membuat tujuan pembelajaran

b. Menyiapkan sumber belajar dari buku dan lembar kerja

siswa yang disiapkan guru.

c. Menentukan pokok bahasan

d. Membuat lembar observasi untuk melihat kondisi belajar

mengajar siswa dikelas ketika diajarkan dengan model

pembelajaran snow ball throwing melalui pendekatan

taksonomi bloom.

21
e. Membuat lembar evaluasi untuk melihat minat belajar siswa

dengan menggunakan model pembelajaran snow ball

throwing melalui metode taksonomi bloom

Tahap 2 : Pelaksanaan Tindakan

a. Pembukaan

b. Guru menyiapkan topik materi dan tujuan yang ingin

dicapai

c. Guru menyampaikan materi yang akan disajikan. Guru

membentuk kelompok – kelompok dan memnggil masing –

masing ketua kelompok untuk memberikan penjelasan

tentang materi.

d. Masing – masing ketua kelompok kembali ke kelompoknya

masing – masing, kemudian menjelaskan materi yang

disampaikan oleh guru kepada temannya.

e. Kemudian masing – masing siswa diberikan satu lembar

kerja untuk menuliskan pertanyaan apa saja yang

menyangkut materi yang sudah dijelaskan oleh ketua

kelompok.

f. Kemudian kertas tersebut dibuat seperti bola dan dilempar

dari satu siswa ke siswa lain selama kurang lebih 5 menit.

g. Setelah siswa mendapat satu bola / satu pertanyaan

diberikan kesempatan kepada siswa untuk menjawab

22
pertanyaan yang tertulis dalam kertas berbentuk bola

tersebut secara bergantian.

h. Evaluasi

i. Penutup.

Tahap 3: Observasi dan Evaluasi

Observasi dilakukan pada saat proses belajar mengajar

(PMB) berlangsung. Dengan mencatat semua kegiatan, perubahan

dan respon siswa selama mengikuti pembelajaran yang peneliti

lakukan dengan model pembelajaran Snow Ball Throwing melalui

metode Taksonomi Bloom. Serta melakukan evaluasi guna

mengetahui kemampuan siswa dalam menemukan solusi dari

permasalahan yang diberikan guru.

Tahap 4: Refleksi

Pada tahap ini hasil yang diperoleh dalam observasi dan

evaluasi dikumpulkan dan dianalisis. Kemudian dari hasil tersebut

akan dilihat apakah memenuhi target yang ditetapkan pada

indicator kerja. Jika belum maka peneliti akan dilanjutkan pada

siklus berikutnya dengan memperbaiki kelemahan dan kekurangan

pada siklus pertama.

23
Siklus II

Langkah-langkah yang dilakukan pada siklus II relative

sama dengan perencanaan dan pelaksanaan dalam siklus I dengan

mengadakan beberapa perubahan dan perbaikan serta penambahan

sesuai dengan kenyataan yang didapatkan dilapangan.

D. Variabel Penelitian

Yang menjadi variabel penelitian adalah minat belajar siswa

meningkat atau tidak setelah guru menggunakan model pembelajaran

snow ball throwing melalui metode taksonomi bloom.

E. Teknik dan Instrumen Pengumpulan Data

Pengumpulan data dilakukan dengan meemberikan pre-test dan

post-test sebelum dan sesudah pemberian tindakan dan check list

F. Teknik Analisis Data

24
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian

B. Pembahasan

C. Refleksi Pelaksanaan

BAB V PENUTUP

A. Simpulan

B. Saran

25

Anda mungkin juga menyukai