Persaliman Normal 5
Persaliman Normal 5
– Persalinan adalah serangkaian kejadian yang berakhir dengan pengeluaran bayi yang cukup bulan,
disusul dengan pengeluaran placenta dan selaput janin dari tubuh ibu. (Sulaiman Sastrawinata, 1983).
– Persalinan adalah suatu proses pengeluaran hasil konsepsi (janin turi) yang dapat hidup didunia luar,
dari rahim melalui jalan lahir atau jalan lain. (Rustam Muchtar, 1998).
B. Jenis Persalinan
– Persalinan spontan.
Proses lahir bayi dengan tenaga ibu sendiri tanpa bantuan dan alat, serta tidak melukai ibu dan bayi yang
berlangsung kurang dari 24 jam.
– Persalinan buatan.
Persalinan pervaginam dengan bantuan alat – alat atau melalui dinding perut dengan operasi secio
caesaria.
– Persalinan anjuran
Kekuatan yang diperlukan untuk persalinan ditimbulkan dari luar dengan jalan rangsangan seperti
pemberian pitocin atau prostaglandin atau pemecahan ketuban.
1. Abortus.
Pengeluarana buah kehamilan sebelum kehamilan 22 mg atau bayi dengan berat badan kurang dari 500
g.
2. Partus imaturus.
Pengeluaran buah kehamilan antara 22 mg dan 28 mg atau bayi dengan berat badan antara 500 g dan
999 g.
3. Partus prematurus.
Pengeluaran buah kehamilan antara 28 mg dan 37 mg atau dengan berat badan 1000 g dan 2499 g.
Pengeluaran buah kehamilan antara 37 mg dan 42 mg atau bayi dengan BB 2500 g atau lebih
Progesterone menimbulkan relaksasi otot rahim, sebaliknya estrogen meninggikan kerentanan otot
rahim. Selama kehamilan terdapat keseimbangan antara kadar progesterone dan estrogen didalam
darah, tetapi pada akhir kehamilan kadar progesterone menurun sehingga menimbulkan his.
2. Teori oxytocin.
Pada akhir kehamilan kadar oxytosin bertambah. Oleh karena itu timbul kontraksi otot – otot rahim.
Plasenta yang tua akan menyebabkan turunnya kadar estrogen dan progesterone yang akan
menyebabkan kekejangan pembuluh darah. Hal ini akan menimbulkan his.
4. Teori prostaglandin.
Prostaglandin yang dihasilkan oleh deciduas menimbulkan kontraksi miometrium pada setiap umur
kehamilan.
5. Pengaruh janin.
Hipofise dan supra renal janin memegang peranan oleh karena pada anencephalus, kehamilan sering
lama dari biasanya
Rahim yang menjadi besar dan teregang yang menyebabkan iskemia otot – otot rahim sehingga
mengganggu sirkulasi uteroplasenta.
Dibelakang serviks terletak ganglion servikalis, bila ganglion ini digeser dan ditekan misalnya oleh kepala
janin maka akan menimbulkan his.
D. Gejala Persalianan.
1. Rasa sakit oleh adanya his yang datang lebih kuat, sering dan teratur
2. Keluarnya lendir bercampur darah lebih banyak. Hal ini terjadi karena robekan – robekan kecil yang
terjadi pada serviks
– Kepala turun memasuki PAP terutama pada primigravida. Pada primigravida kepala anak pada bulan
terakhir berangsur – angsur turun kedalam rongga panggul. Pada multigravida, dinding rahim dan perut
sudah kendor kekenyalannya sudah berkurang sehingga kekuatan mendesak kebawah tidak seberapa,
biasanya kepala bru turun pada permulaan persalinan.
– Perasaan sering atau susah BAB karena vesika urinaria karena tertekan oleh bagian terbawah janin.
– Serviks menjadi lembek, mulai mendatar, sekresi bertambah, kadang – kadang bercampur darah.
G. Proses Persalinan
1. Kala I.
– fase aktif : serviks berdilatasi 4 – 9 cm, kecepatan pembukaan 1cm atau lebih perjam, penurunan
kepala dimulai.
Pada kala pembukaan his belum begitu kuat, datangnya 10 – 15 menit dan tidak seberapa mengganggu
ibu hingga ia sering masih dapat berjalan
Lambat laun his bertambah kuat, interval menjadi lebih pendek, kontraksi lebih kuat dan lebih lama,
lendir darah bertambah banyak.
2. Kala II
2. His menjadi lebih kuat, kontraksinya selama 50 – 100 detik, datangnya tiap 2 – 3 menit. Ketuban
biasanya pecah dalam kala ini dan ditandai dengan keluarnya cairan yang kekuningan secara tiba-tiba
dan banyak.
4. Pada akhir kala 2 sebagai tanda bahwa kepala sudah sampai didasar panggul, perineum menonjol,
vulva menganga dan rectum terbuka.
5. Dipuncak his, bagian terkecil dri kepala nampak dalam vulva, tetapi hilang lagi waktu his berhenti.
Pada his berikutnya bagian kepala yang nampak lebih besar lagi, tetapi surut kembali kalau his terhenti.
Kejadian ini disebut kepala membuka pintu.
6. Maju dan surutnya kepala berlangsung terus, sampai lingkaran terbesar dari kepala terpegang oleh
vulva sehingga tidak dapat mundur lagi. Pada saat ini tonjolan tulang ubun – ubun saat ini telah lahir dan
sub oksiput ada dibawah simpisis. Pada saat ini disebut kepala keluar pintu. Karena pada his berikutnya
dengan ekstensi lahirlah ubun – ubun besar, dahi dn mulut pad komisura posterior.
7. Setelah kepala lahir ia jatuh kebawah dan kemudian terjadi putaran paksi luar, sehingga kepala
melintang. Sekarang vulva menekan pada leher dan dada tertekan oleh jalan lahir sehingga dari hidung
anak keluar lendir dan cairan.
8. Pada his berikutnya bahu lahir, bahu belakang dulu kemudian baru depan disusul oleh seluruh badan
anak dengan fleksi lateral sesuai dengan paksi jalan lahir.
9. Lamanya kala 2 pada primi kurang lebih 50 menit dan pada multi kurang lebih 20 menit.
3. Kala III
– Lamanya kala uri kurang lebih 8,5 menit dan pelepasan plasenta hanya memakan waktu 2 – 3 menit.
4. Kala IV
Kala I :
1. Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan peningkatan frekuensi dan intensitas kontraksi
uterus.
Tujuan :
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1 x 3 jam pasien dapat beradaptasi terhadap nyeri
dengan KH :
Intervensi :
– Kaji derajat ketidak nyamanan malalui isyarat verbal dan non verbal.
– Jelaskan penyebab nyeri.
– Ajarkan klien cara mengontrol nyeri dengan menggunakan tehnik pernapasan / relaksasi yang tepat
dan masses pinggang
– Bantu tindakan kenyamanan mis : gosokan pada kaki, punggung, tekanan sakral, perubahan posisi.
– Anjurkan klien untuk berkemih setiap 1- 2 jam, palpasi diatas simpisis untuk menentukan ada tidaknya
distensi setelah blok syaraf.
– Hitung waktu dan catat frekuensi, intensitas dan pola kontraksi uterus setiap 30 menit.
Tujuan :
Setelah dilakukan tindakan keperawatan kurang lebih selama 1 x 3 jam tidak terjadi cedera pada janin
dengan KH :
Intervensi :
– Lakukan palpasi (leopold) untuk menentukan posisi janin, berbaring dan presentasi.
– Hitung DJJ dan perhatikan perubahan periodik pada respon terhadap kontraksi uterus.
3. Resti cedera terhadap maternal berhubungan dengan perlambatan mortilitas gastric, dorongan
fisiologis.
Tujuan :
setelah dilakukan tindakan keperawatan kurang lebih 1 x 2 jam tidak terjadi cedera pada maternal
dengan KH :
– Klien mengatakan resiko dan alasan dan intervensi khusus sudah dimengerti.
– Klien kooperatif untuk melindungi diri sendiri / janin dari dari cedera.
Intervensi :
– Berikan es batu atau cairan jernih pada klien bila memungkinkan, hindari makanan padat.
– Anjurkan klien untuk bernapas pendek dan cepat atau meniup bila ada dorongan untuk mengejan.
4. Resti gangguan pertukaran gas pada janin berhubungan dengan perubahan suplai O2 atau aliran darah
: anemia dan pendarahan sekunder
Tujuan :
Intervensi :
– Kaji faktor – faktor maternal atau kondisi yang menurunkan sirkulasi uteroplasental.
5. Gangguan rasa nyaman nyeri akut berhubungan dengan dilatasi atau regangan dan hipoksia jaringan,
tekanan mekanik dari bagian presentasi.
Tujuan :
– Klien mampu menggunakan tehnikm yang tepat untuk mempertahankan kontrol, istirahat diantara
kontraksi.
Intervensi :
– Kaji derajat ketidakmampuan melalui isyarat verbal dan non verbal.
– Bantu klien dan ajarkan mengubah bernapas menjadi lebih cepat mis : tiupan napas pendek dan cepat.
– Berikan dorongan dan informasi tentang kemajuan persalinan dan berikan reinforcement untuk upaya
klien / pasangan.
6. Resti terhadap penurunan curah jantung berhubungan dengan penurunan aliran balik vena,
hipovolemia, perubahan tahanan vaskuler sistemik.
Tujuan :
– Tidak ada edema, DJJ dalam batas normal (120 – 160 x / menit).
Intervensi :
7. Kurangnya pengetahuan tentang proses persalinan berhubungan dengan kurangnya sumber – sumber
informasi.
Tujuan :
Klien dan keluarga mengetahui tentang proses persalinan dengan KH :
– Secara aktif klien ikut dalam upaya mendorong untuk meningkatkan pengeluaran plasenta.
Intervensi :
Kala II :
1. Resti kekurangan volume cairan berhubungan dengan kehilangan aktif, penurunan masukan
Tujuan :
Intervensi :
2. Resti infeksi terhadap maternal berhubungan dengan prosedur infasif berulang. Trauma jaringan,
persalinan lama.
Tujuan :
Intervensi :
– Lakukan pemeriksaan vagina hanya bila sangat perlu dengan menggunakan tehnik aseptik.
Kala III :
1. Resti kekurangan volume cairan berhubungan dengan pengeluaran pervaginam akibat atonia.
Tujuan :
Intervensi :
– Inspeksi permukaan plasenta maternal dan janin, perhatikan ukuran, insersi tali pusat dan ketuban.
2. Gangguan rasa nyaman nyeri akut berhubungan dengan trauma jaringan, respon fisiologis setelah
melahirkan.
Tujuan :
Intervensi :
– Lakukan perawatan luka episiotomi dengan tehnik aseptik dan oleskan salep topikal.
– Ganti pakaian dan klien yang basah, berikan selimut yang hangat.
Kala IV :
1. Perubahan ikatan proses keluarga berhubungan dengan transisi atau peningkatan perkembangan
anggota keluarga.
Tujuan :
Intervensi :
– Anjurkan ayah untuk menyentuh dan menggendong bayi serta membantu dalam perawatan bayi,
sesuai kondisinya.
– Observasi dan catat interaksi bayi – keluarga, perhatikan perilaku untuk menunjukkan ikatan dan
kedekatan dalam budaya khusus.
DAFTAR PUSTAKA
Doengoes M. E. 2001. Rencana Perawatan Maternal / Bayi, Edisi 2. Jakarta: EGC.
Moechtar Rustam. 1998. Sinopsis Obstetri : Obstetri Fisiologi, Obstetri Patologi, Jilid I, Edisi 2. Jakarta:
EGC.
Saifudin A.B dkk. 2002. Buku Panduan Praktis Pelayanan Kesehatan Maternal, Edisi I, Catatan I. Jakarta:
Yayasan Bina Pustaka Sasworo Prawirohardjo.