Anda di halaman 1dari 12

Metode Pemisahan dan Pengukuran II

Spektrofotometer UV-Vis dan Penerapannya

KELOMPOK 4 :

FITRILYA (H311 16 001)

MAGEFIRA (H311 16 003)

REYNALDI (H311 16 007)

SRI WULANDARY (H311 16

HASWINA FEBRIANTI (H311 16

MUH SYAHRIL YUSUF (H311 16

ABDUL RAHMAN (H311 16

DEPARTEMEN KIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2018
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Analisis Spektroskopi didasarkan pada interaksi radiasi dengan spesies

kimia. Berprinsip pada penggunaan cahaya atau tenaga magnet atau listrik untuk

mempengaruhi senyawa kimia sehingga menimbulkan tanggapan. Tanggapan

tersebut dapat diukur untuk menetukan jumlah atau jenis senyawa. Cara interaksi

dengan suatu sampel dapat dengan absorpsi, pemendaran (luminenscence) emisi,

dan penghamburan (scattering) tergantung pada sifat materi. Teknik spektroskopi

meliputi spektroskopi UV-Vis, spektroskopi serapan atom, spektroskopi infra

merah, spektroskopi fluorensi, spektroskopi NMR, spektroskopi massa.

Spektroskopi adalah ilmu yang mempelajari materi dan atributnya

berdasarkan cahaya, suara atau partikel yang dipancarkan, diserap atau

dipantulkan oleh materi tersebut. Dalam catatan sejarah, spektroskopi mengacu

kepada cabang ilmu dimana "cahaya tampak" digunakan dalam teori-teori

struktur materi serta analisa kualitatif dan kuantitatif. Prinsip kerja dalam

spektrofotometri UV-sinar tampak yaitu menggunakan sumber cahaya dari sinar

UV dan sinar tampak dengan pengaturan berkas cahaya menggunakan

monokromator.

Spektrofotometer terdiri atas spektrometer dan fotometer.Spektrofotometer

menghasilkan sinar dari spektrum dengan panjang gelombang tertentu dan

fotometer adalah alat pengukur intensitas cahaya yang ditransmisikan atau yang

diabsorpsi. Spektrofotometer tersusun atas sumber spektrum yang kontinyu,

monokromator, sel pengabsorpsi untuk larutan sampel atau blangko dan suatu alat
untuk mengukur perbedaan absorpsi antara sampel dan blangko ataupun

pembanding.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa pengerian dari spekrofotometri UV-Vis?
2. Apa prinsip kerja dari spekrofotometri UV-Vis?
3. Apa penerapan dari spekrofotometri UV-Vis?
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Defenisi Spektrofotometer

Spektrofometri sesuai dengan namanya adalah alat yang terdiri dari

spektrometer dan fotometer. Spektrofotometri menghasilkan sinar dari spektrum

dengan panjang gelombang tertentu dan fotometer adalah alat pengukur intensitas

cahaya yang ditransmisikan atau diabsorpsi. Jadi spektrofotometri digunakan

untuk mengukur energi secara relatif jika energi tersebut ditransmisikan,

direfleksikan atau diemisikan sebagai fungsi dari panjang gelombang. Kelebihan

spektrofotometri dibandingkan dengan fotometer adalah panjang gelombang dari

sinar putih dapat lebih terseleksi dan ini diperoleh dengan alat pengurai seperti

prisma, grating ataupun celah optis (Khopkar,1990).

2.2 Defenisi Spektrofotometer UV-Vis

Spektrofotometer UV-Vis adalah alat yang digunakan untuk mengukur

transmitansi, reflektansi dan absorbsi dari cuplikan sebagai fungsi dari panjang

gelombang serta untuk pengukuran didaerah ultra violet dan didaerah tampak.

Semua metode spektrofotometri berdasarkan pada serapan sinar oleh senyawa

yang ditentukan, sinar yang digunakan adalah sinar yang semonokromatis

mungkin. Spektrofotometer sesuai dengan namanya merupakan alat yang terdiri

dari spektrometer dan fotometer. Spektrometer menghasilkan sinar dari spektrum

dengan panjang gelombang tertentu dan fotometer adalah alat pengukur intensitas

cahaya yang ditransmisikan atau yang diabsorbsi (Khopkar,1990).

2.3 Cara Kerja Spektrofotometer

Cara kerja spektofotometer secara singkat adalah sebagai berikut.

Tempatkan larutan pembanding, misalnya blangko dalam sel pertama sedangkan


larutan yang akan dianalisis pada sel kedua. Kemudian pilih fotosel yang cocok

200 nm-650 nm (650 nm-1100 nm) agar daerah λ yang diperlukan dapat terliputi.

Dengan ruang fotosel dalam keadaan tertutup “nol” galvanometer dengan

menggunakan tombol dark-current. Pilih h yang diinginkan, buka fotosel dan

lewatkan berkas cahaya pada blangko dan “nol” galvometer didapat dengan

memutar tombol sensitivitas. Dengan menggunakan tombol transmitansi,

kemudian atur besarnya pada 100%. Lewatkan berkas cahaya pada larutan sampel

yang akan dianalisis (Khopkar, 1990).

Alat yang digunakan dalam metode spektrofotometri menggunakan sebuah

sumber cahaya polikromatis yang dilewatkan pada sebuah monokromator prisma

dan kisi difraksi yang diposisikan secara tetap untuk menghasilkan cahaya

monokromatis. Cahaya polikromatis perlu diubah menjadi cahaya monokromatis

karena suatu larutan berwarna memerlukan warna tunggal agar penyerapan

larutan tersebut dapat maksimal (Harini dkk., 2012).

Kalibrasi spektrofotometer UV-vis penting dilakukan untuk

mengoptimalisasi performanya. Kurva yang normal memberikan hasil dengan R2

(nilai regresi) yang baik yakni membentuk model linear. Setidaknya nilainya

mendekati 1, minimal memperoleh 0,997 untuk menunjukkan keakuratan yang

maksimal (Adeeyinwo dkk., 2013).

B. Penerapan dari Spektrofotometer UV-Vis


1. Penetapan Kadar Vitamin C Pada Cabai Merah (capsicum annum L.)
Menggunakan Metode Spektrofotometri Uv-Vis
Abstrak
Latar belakang: Vitamin C atau asam askorbat merupakan salah satu

vitamin yang diperlukan oleh tubuh yang berfungsi membantu proses

metabolisme tubuh. Vitamin C berperan dalam pembentukan kolagen interseluler.


Pengukuran kadar vitamin C penting dilakukan, salah satunya dengan

menggunakan metode spektrofotometer UV-Vis.

METODE PENELITIAN

Prosedur penelitian yang digunakan yaitu 100 mg cabai merah yang

dihaluskan, kemudian ditambahkan dengan sedikit aquades bebas CO2 dan

disaring. Filtrat yang diperoleh dimasukkan ke dalam labu ukur 100 mL dan

ditambah aquades bebas CO2 hingga mencapai tanda batas. Pengukuran kadar

vitamin C dalam cabai merah (Capsicum annum L.) mengunakan metode

spektrofotometri UV-Vis dilakukan dengan menggunakan akuades sebagai blanko

dan larutan standar berupa asam askorbat.

a. HASIL PENELITIAN

Penentuan panjang gelombang maksimum dilakukan dengan mengukur nilai

absorbansi larutan asam askorbat 1 ppm rentang panjang gelombang 200 - 300

nm. Hasil pengukuran absorbansi asam askorbat 1 ppm ditunjukkan pada Tabel 1.

Tabel 1. Pengukuran absorbansi asam askorbat 1 ppm

Panjang Gelombang (nm) Absorbansi Asam Askorbat 1


ppm (A)
200 0,053
210 0,031
220 0,021
230 0,021
240 0,029
250 0,054
260 0,075
270 0,069
280 0,037
290 0,014
300 0,005

Nilai absorbansi tertinggi diperoleh pada panjang gelombang 260 nm

dengan nilai absorbansi sebesar 0,075. Hasil pengukuran kadar vitamin C pada
cabai merah (Capsicum annum L.) menggunakan spektrofotometri UV-Vis dapat

dilihat pada Tabel 2.

Tabel 2. Absorbansi larutan sampel cabai merah (Capsicum annum L.) pada

panjang gelombang 260 nm

Pengukuran Absorbansi vitamin C pada


cabai merah (Capsicum annum L.)
(A)
1 0,226
2 0,226
3 0,224

Rata-rata 0,225

Larutan sampel cabai merah (Capsicum annum L.) dilarutkan ke dalam

aquades, karena asam askorbat bersifat polar, larut dalam air, sehingga filtrat

yang dihasilkan diukur menggunakan spektrofometer UV-Vis. Pengukuran asam

askorbat menggunakan spektrofotometer dilakukan tiga kali pengukuran, dengan

ratarata absorbansi yang didapat sebesar 0,225. Apabila dikonversikan sebesar

4,463 ppm, yaitu 0,4463% b/b.

PEMBAHASAN

Vitamin C atau asam askorbat merupakan bahan farmasi yang banyak

dikonsumsi sebagai antioksidan. Asam askorbat dalam sediaan farmasi dapat

ditentukan dengan metode titrasi iodometri atau spektrofotometri untraviolet pada

panjang gelombang 265 nm. Penyerapan pada panjan gelombang 260 nm

mampu menyerap absorbansi maksimal pada asam askorbat. Absorbansi

sebanding dengan jumlah partikel, sehingga berdasarkan data tersebut partikel

yang paling banyak terserap berada pada panjang gelombang 260 nm.

Berdasarkan data tersebut, pengukuran selanjutnya dilakukan pada panjang

gelombang 260 nm untuk beberapa sampel.


Kadar vitamin C pada cabai merah besar keriting diperoleh dengan

cara mengonversi data absorbansi pada Tabel 2 ke dalam bentuk konsentrasi

(ppm) yang diperoleh berturut-turut sebesar 4,478; 4,478; 4,434 ppm dan

didapatkah hasil rata-rata sebesar 4,463 ppm, yaitu 0,4463 % b/b. Asam askorbat

yang direkomendasikan untuk dikonsumsi oleh orang dewasa kira-kira 45

mg/hari untuk 40 g cabai segar. Kebutuhan vitamin C dapat terpenuhi jika

konsumsi cabai besar merah sebanyak 1000 g8.

Pada penelitian ini menunjukkan bahwa kandungan asam askorbat

pada cabai merah besar dapat digunakan dalam industri farmasi. Cabai merah

berpotensi sebagai sumber vitamin C. Asam askorbat bersifat termolabile 9.

Oleh karena itu konsumsi cabai disarankan dalam keadaan segar. Hal ini

menunjukkan bahwa metode spektrofotometer UV-Vis mampu memberikan

hasil pengukuran kadar vitamin C yang hampir sama dengan nilai nutrisi yang

terdapat dalam cabai merah.

2. Penetpan kadar ß- karoten pada beberapa jenis cabe (Genus Capsicum) dengan

metode spektrometri tampak determination of ß-caroten in sometypes of chili

(Genus Capsicum) using visible spectrometry method.

ABSTRAK

Beta karoten merupakan provitamin A yang berperan penting bagi

pembentukan vitamin A. Sebagian besar sumber vitamin A adalah ß-karoten.

Dalam tubuh ß-karoten akan diubah menjadi vitamin A. Cabe yang dianggap

sebagai bahan pangan yang sangat penting merupakan sumber ß-karoten yang

sangat baik. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui kandungan ß-karoten

dalam cabe dengan metode spektrofotometri tampak. Cabe segar yang telah

dihaluskan diekstraksi dengan campuran heksana:aseton:etanol (2:1:1) v/v dengan


metode maserasi. Setelah proses ekstraksi selesai ditambahkan akuabidestilata.

Hasil ekstraksi berupa fase non polar dipisahkan, kemudian diuapkan sampai

kering. Residu yang diperoleh selanjutnya digunakan untuk analisis kualitatif dan

kuantitatif. Analisis kualitatif ß-karoten dengan metode Carr-Price.

METODE PENELITIAN Alat

Alat

Seperangkat alat spektrofotometer UV-Vis (Pharmaspec UV-1700

Shimadzu, Jepang), magnetik stirer, corong pisah, corong buchner, kertas

aluminium foil, timbangan analitik, glassware.

Bahan

Bahan utama berupa Cabe merah besar (Capsicum annuum L. Var.

abreviatum Fingerhuth) dari Temanggung dan diperoleh melalui PT. LION

SUPERINDO Jl. Sultan Agung No.10 Yogyakarta, Cabe merah keriting

(Capsicum annuum L Var. Longum sendt) dan cabe rawit (Capsicum frutescens

L.) segar yang dipanen langsung dari kebunnya di Sleman. Bahan kimia yang

digunakan adalah antimon triklorida p.a (E merck), ß-karoten p.a (Sigma),

etanol p.a.

Jalannya Penelitian

1. Pembuatan larutan pereaksi untuk uji kualitatif ß-karoten

2. Pengambilan sampel

3. Penyiapan sampel

4. Uji kualitatif β Karoten

5. Uji kuantitatif β Karoten

6. Analisis data

Hasil dan Pembahasan

Penetapan Kadar β-Karoten pada Beberapa Jenis Cabe


Cabe yang dianggap sebagai bahan pangan yang sangat penting

merupakan sumber ß-karoten yang sangat baik. Penetapan kadar ß-karoten dalam

cabe dilakukan dengan metode spektrofotometri tampak pada panjang gelombang

452,4 nm. Pada uji kualitatif diperjelas dengan hasil spektra pada sampel yang

menunjukkan kemiripan dengan spektra standar terdapat puncak pada daerah

sekitar 350-550 nm, sedangkan pada uji kuantitatif diperoleh waktu operasi

(operating time) sangat stabil karena tidak terjadi reaksi atau reaksi pembentukan

warna. Panjang gelombang serapan maksimum adalah 452,4 nm. Hasil

pengukuran kurva baku disajikan pada Tabel II.

C (μg/mL) Serapan
(A)
3 0,331
6 0,446
9 0,576
12 0,713
15 0,855
Tabel 1. Serapan larutan ß-karoten standar pada beberapa konsentrasi

Berdasarkan data-data pada Tabel II diperoleh persamaan regresi linier

yang menyatakan hubungan antara konsentrasi larutan ß-karoten standar dengan

serapan yaitu Y= 0,0483X + 0,1897 dengan r = 0,9992, dimana Y adalah serapan

dan X adalah konsentrasi dalam μg/mL. Setelah dibandingkan dengan koefisien

korelasi (r) tabel= 0,959 dengan taraf kepercayaan 99% ternyata r hitung > r tabel,

yang menunjukkan bahwa adanya hubungan yang signifikan antara konsentrasi

larutan ß-karoten standar dengan serapan sehingga dapat digunakan untuk

penetapan kadar ß-karoten dalam sampel. Hal ini dapat terlihat dari grafik kurva

baku ß-karoten standar yang berbentuk garis lurus.


Gambar 2. Kuva hubunga antara konsntrasi larutan ß-karoten standar dengan

serapan

Dari hasil penelitian diketahui bahwa ß-karoten dalam cabe merah besar >

cabe merah keriting dan > cabe rawit.

Hal ini ada hubungan langsung antara derajat kemerahan cabe dengan

kadar ß-karoten, semakin merah cabe semakin tinggi kadar ß-karoten dan ini

dipengaruhi antara lain oleh tingkat kematangan cabe. Cabe merah besar

(Capsicum annuum L. Var. abreviatum Fingerhuth), cabe merah keriting

(Capsicum annuum L Var. Longum sendt) dan cabe rawit (Capsicum frutescens

L.) mengandung ß-karoten. Kadar rata-rata ß-karoten pada cabe merah besar

sebesar (10,54±0,07) mg/100g, cabe merah keriting sebesar (5,57±0,13) mg/100g

dan cabe rawit sebesar (0,36±0,01) mg/100g. Kadar ß-karoten pada cabe merah

besar, cabe merah keriting dan cabe rawit adalah berbeda bermakna (Octaviani,

2014).

Kadar ß-karoten dalam cabe merah besar (Capsicum annuum L. Var.

abreviatum Fingerhuth), cabe merah keriting (Capsicum annuum L Var. Longum

sendt) dan cabe rawit (Capsicum frutescens L.). Dari hasil penelitian diketahui

bahwa ß-karoten dalam cabe merah besar > cabe merah keriting dan > cabe rawit.

Hasil analisis statistik diawali dengan uji Kolmogorov Smirnov, hasil

menunjukkan bahwa data kadar ß-karoten dalam cabe tesebut terdistribusi

normal dengan nilai asymtot 0,485>0,01. Dilanjutkan dengan uji Levene untuk
mengetahui homogenitas varian dan diperoleh nilai Asymtot 0,737>0,01

sehingga diketahui varian data kadar ß-karoten dalam cabe adalah homogen.

Anda mungkin juga menyukai