Laporan Pendahuluan

Anda mungkin juga menyukai

Anda di halaman 1dari 14

LAPORAN PENDAHULUAN PADA NY.

U
DENGAN HPP (HAEMORHAGIC POST PARTUM)
DI RUANG MAWAR RSUD DR. H. KOESNADI BONDOWOSO

Oleh :
Hendra Dwi M.
Dina Rofifaeni I.
Afiyah Lailatus Solehah
Amin Basir

PROGRAM STUDI D III KEPERAWATAN


UNIVERSITAS B0NDOWOSO
2018
LAPORAN PENDAHULUAN
POST PARTUM PADA KLIEN YANG MENGALAMI
HPP (HAEMORHAGIC POST PARTUM)

A. DEFINISI
Perdarahan post partum adalah perdarahan yang terjadi segera setelah
persalinan melebihi 500 cc yang dibagi menjadi bentuk perdarahan primer dan
perdarahan post partum sekunder. Istilah perdarahan post partum dalam arti luas
mencakup semua perdarahan yang terjadi setelah kelahiran bayi : sebelum, selama dan
sesudah keluarnya plasenta.

B. ETIOLOGI
Penyebab umum perdarahan post partum adalah:
1. Atonia Uteri
2. Retensi Plasenta
3. Sisa Plasenta dan selaput ketuban
a. Pelekatan yang abnormal
b. Tidak ada kelainan perlekatan
4. Trauma jalan lahir
a. Episiotomi yang lebar
b. Lacerasi perineum, vagina, serviks, forniks dan rahim
c. Rupture uteri
5. Penyakit darah
Kelainan pembekuan darah misalnya afibrinogenemia /hipofibrinogenemia.
Tanda yang sering dijumpai:
a. Perdarahan yang banyak
b. Solusio plasenta.
c. Pre eklampsia dan eklampsia.

C. KLASIFIKASI
Perdarahan Post partum diklasifikasikan menjadi 2, yaitu:
1. Early post partum hemorhagic
Ealy post partum terjadi 24 jam pertama setelah bayi lahir
2. Late post partum hemorhagic
Late post partum terjadi lebih dari 24 jam pertama setelah bayi lahir. perdarahan
yang terjadi antara hari kedua sampai enam minggu paska persalinan.
D. MANIFESTASI KLINIK
Gejala Klinis umum yang terjadi adalah kehilangan darah dalam jumlah yang
banyak (> 500 ml), nadi lemah, pucat, lochea berwarna merah, haus, pusing, gelisah,
letih, dan dapat terjadi syok hipovolemik, tekanan darah rendah, ekstremitas dingin,
mual.
Gejala Klinis berdasarkan penyebab:
1. Perdarahan post partum akibat Atonia uteri.
Perdarahan post partum dapat terjadi karena terlepasnya sebagian plasenta
dari rahim dan sebagian lagi belum; karena perlukaan pada jalan lahir. Atonia uteri
dapat terjadi karena proses persalinan yang lama; pembesaran rahim yang
berlebihan pada waktu hamil seperti pada hamil kembar atau janin besar;
persalinan yang sering (multiparitas) atau anestesi yang dalam. Atonia uteri juga
dapat terjadi bila ada usaha mengeluarkan plasenta dengan memijat dan
mendorong rahim ke bawah sementara plasenta belum lepas dari rahim.
Perdarahan yang banyak dalam waktu pendek dapat segera diketahui. Tapi bila
perdarahan sedikit dalam waktu lama tanpa disadari penderita telah kehilangan
banyak darah sebelum tampak pucat dan gejala lainnya. Pada perdarahan karena
atonia uteri, rahim membesar dan lembek.
Pada perdarahan yang timbul setelah janin lahir dilakukan upaya
penghentian perdarahan secepat mungkin dan mengatasi akibat perdarahan. Pada
perdarahan yang disebabkan atonia uteri dilakukan tamponade utero vaginal, yaitu
dimasukkan tampon kasa kedalam rahim sampai rongga rahim terisi penuh.
Adapun Faktor predisposisi terjadinya atonia uteri, yaitu umur, partus lama dan
partus terlantar.

2. Perdarahan post partum akibat Retensio plasenta.


Retensio plasenta adalah keadaan dimana plasenta belum lahir selama 1 jam
setelah bayi lahir. Penyebab retensio plasenta :
a. Plasenta belum terlepas dari dinding rahim karena melekat dan tumbuh lebih
dalam.
b. Plasenta sudah terlepas dari dinding rahim namun belum keluar karena atonia
uteri
Bila plasenta belum lepas sama sekali tidak akan terjadi perdarahan tetapi
bila sebagian plasenta sudah lepas maka akan terjadi perdarahan. Ini merupakan
indikasi untuk segera mengeluarkannya. Plasenta mungkin pula tidak keluar karena
kandung kemih atau rektum penuh. Oleh karena itu keduanya harus dikosongkan.
3. Perdarahan post partum akibat Subinvolusi.
Subinvolusi adalah kegagalan uterus untuk mengikuti pola normal involusi,
dan keadaan ini merupakan salah satu dari penyebab terumum perdarahan
pascapartum. Biasanya tanda dan gejala subinvolusi tidak tampak, sampai kira-kira
4 hingga 6 minggu pascapartum. Fundus uteri letaknya tetap tinggi di dalam
abdomen/ pelvis dari yang diperkirakan. Keluaran lokhea seringkali gagal berubah
dari bentuk rubra ke bntuk serosa, lalu ke bentuk lokhea alba. Lokhea yang tetap
bertahan dalam bentuk rubra selama lebih dari 2 minggu pasca patum sangatlah
perlu dicurigai terjadi kasus subinvolusi. Jumlah lokhea bisa lebih banyak dari
pada yang diperkirakan. Leukore, sakit punggung, dan lokhea berbau menyengat,
bisa terjadi jika ada infeksi. Ibu bisa juga memiliki riwayat perdarahan yang tidak
teratur, atau perdarahan yang berlebihan setelah kelahiran.

4. Perdarahan post partum akibat Inversio uteri.


Inversio Uteri adalah keadaan dimana fundus uteri terbalik sebagian atau
seluruhnya masuk ke dalam kavum uteri. Uterus dikatakan mengalami inverse jika
bagian dalam menjadi di luar saat melahirkan plasenta. Reposisi sebaiknya segera
dilakukan dengan berjalannya waktu, lingkaran konstriksi sekitar uterus yang
terinversi akan mengecil dan uterus akan terisi darah.
Pembagian inversio uteri
a. Inversio uteri ringan
Fundus uteri terbalik menonjol ke dalam kavum uteri namun belum keluar dari
ruang rongga rahim
b. Inversio uteri sedang
Terbalik dan sudah masuk ke dalam vagina
c. Inversio uteri berat
Uterus dan vagina semuanya terbalik dan sebagian sudah keluar vagina.
Penyebab inversio uteri
a. Spontan
grande multipara, atoni uteri, kelemahan alat kandungan, tekanan
intra abdominal yang tinggi
b. Tindakan
Cara tarikan tali pusat yang berlebihan.

5. Perdarahan post partum akibat Hematoma.


Hematoma terjadi karena kompresi yang kuat disepanjang traktus genitalia,
dan tampak sebagai warna ungu pada mukosa vagina atau perineum. Hematoma
yang kecil diatasi dengan es, analgesik dan pemantauan yang terus menerus.
Biasanya hematoma ini dapat diserap kembali secara alami.
6. Perdarahan post partum akibat laserasi /robekan jalan lahir.
Robekan jalan lahir merupakan penyebab kedua tersering dari perdarahan
post partum. Robekan dapat terjadi bersamaan dengan atonia uteri. Perdarahan post
partum dengan uterus yang berkontraksi baik biasanya disebabkan oleh robekan
servik atau vagina.
a. Robekan serviks
Persalinan selalu mengakibatkan robekan serviks sehingga servik seorang
multipara berbeda dari yang belum pernah melahirkan pervaginam. Robekan
servik yang luas menimbulkan perdarahan dan dapat menjalar ke segmen
bawah uterus. Apabila terjadi perdarahan yang tidak berhenti, meskipun
plasenta sudah lahir lengkap dan uterus sudah berkontraksi dengan baik, perlu
dipikirkan perlukaan jalan lahir, khususnya robekan servik uteri
b. Robekan vagina
Perlukaan vagina yang tidak berhubungan dengan luka perineum tidak sering
dijumpai. Mungkin ditemukan setelah persalinan biasa, tetapi lebih sering
terjadi sebagai akibat ekstraksi dengan cunam, terlebih apabila kepala janin
harus diputar. Robekan terdapat pada dinding lateral dan baru terlihat pada
pemeriksaan speculum.
c. Robekan perineum
Robekan perineum terjadi pada hampir semua persalinan pertama dan tidak
jarang juga pada persalinan berikutnya. Robekan perineum umumnya terjadi
digaris tengah dan bisa menjadi luas apabila kepala janin lahir terlalu cepat,
sudut arkus pubis lebih kecil daripada biasa, kepala janin melewati pintu
panggul bawah dengan ukuran yang lebih besar daripada sirkum ferensia
suboksipito bregmatika. Laserasi pada traktus genitalia sebaiknya dicurigai,
ketika terjadi perdarahan yang berlangsung lama yang menyertai kontraksi
uterus yang kuat.

E. PENATALAKSANAAN
1. Penatalaksanaan keperawatan
Dengan adanya perdarahan yang keluar pada kala III, bila tidak berkontraksi
dengan kuat, uterus harus diurut. Pijat dengan lembut uterus, sambil menyokong
segmen uterus bagian bawah untuk menstimulasi kontraksi dan kekuatan
penggumpalan. Waspada terhadap kekuatan pemijatan. Pemijatan yang kuat dapat
meletihkan uterus, mengakibatkan atonia uteri yang dapat menyebabkan nyeri.
Lakukan dengan lembut.
Pantau tipe dan jumlah perdarahan serta konsistensi uterus yang menyertai
selama berlangsungnya hal tersebut. Waspada terhadap darah yang berwarna merah
dan uterus yang relaksasi yang berindikasi atoni uteri atau fragmen plasenta yang
tertahan. Perdarahan vagina berwarna merah terang dan kontra indikasi uterus,
mengindikasikan perdarahan akibat adanya laserasi.
2. penatalaksanaan medis
Pertahankan pemberian cairan IV. Pemberian 20 unit oksitosin dalam 1000
ml larutan RL atau normal saline, efektif bila diberikan infus intra vena 10 ml/mnt.
Transfusi darah diberikan bila diperlukan.

F. PENATALAKSANAAN PENUNJANG
1. Kadar Hb, Ht, Masa perdarahan dan masa pembekuan
2. Pemeriksaan USG
Hal ini dilakukan bila perlu untuk menentukan adanya sisa jaringan konsepsi
intrauterine
3. Urinalisis memastikan kerusakan kandung kemih
4. Profil koagulasi menentukan peningkatan degradasi kadar produk fibrin, penurunan
fibrinogen, aktivasi masa tromboplastin dan masa tromboplastin parsial

G. PENGKAJIAN KEPERAWATAN
1. PENGKAJIAN
a. Identitas klien
Data diri klien meliputi : nama, umur, pekerjaan, pendidikan, alamat, medical
record dan lain – lain
b. Riwayat kesehatan
1. Riwayat kesehatan dahulu
riwayat penyakit jantung, hipertensi, penyakit ginjal kronik, hemofilia, riwayat
pre eklampsia, trauma jalan lahir, kegagalan kompresi pembuluh darah, tempat
implantasi plasenta, retensi sisa plasenta.
2. Riwayat kesehatan sekarang
Keluhan yang dirasakan saat ini yaitu: kehilangan darah dalam jumlah banyak
(>500ml), Nadi lemah, pucat, lokea berwarna merah, haus, pusing, gelisah,
letih, tekanan darah rendah, ekstremitas dingin, dan mual.
3. Riwayat kesehatan keluarga
Adanya riwayat keluarga yang pernah atau sedang menderita hipertensi,
penyakit jantung, dan pre eklampsia, penyakit keturunan hemopilia dan
penyakit menular.
4. Riwayat obstetri:
 Riwayat menstruasi meliputi: Menarche, lamanya siklus, banyaknya, baunya
, keluhan waktu haid, HPHT
 Riwayat perkawinan meliputi : Usia kawin, kawin yang keberapa, Usia
mulai hamil
 Riwayat hamil, persalinan dan nifas yang lalu
- Riwayat hamil meliputi: Waktu hamil muda, hamil tua, apakah ada
abortus, retensi plasenta
- Riwayat persalinan meliputi: Tua kehamilan, cara persalinan, penolong,
tempat bersalin, apakah ada kesulitan dalam persalinan anak lahir atau
mati, berat badan anak waktu lahir, panjang waktu lahir
- Riwayat nifas meliputi: Keadaan lochea, apakah ada pendarahan, ASI
cukup atau tidak dan kondisi ibu saat nifas, tinggi fundus uteri dan
kontraksi
 Riwayat Kehamilan sekarang
a. Hamil muda, keluhan selama hamil muda
b. Hamil tua, keluhan selama hamil tua, peningkatan berat badan, tinggi
badan, suhu, nadi, pernafasan, peningkatan tekanan darah, keadaan gizi
akibat mual, keluhan lain
5. Riwayat antenatal care meliputi : Dimana tempat pelayanan, beberapa kali,
perawatan serta pengobatannya yang didapat
6. Pola aktifitas sehari-hari
 Makan dan minum, meliputi :
Komposisi makanan, frekuensi, baik sebelum dirawat maupun selama
dirawat. Adapun makan dan minum pada masa nifas harus bermutu dan
bergizi, cukup kalori, makanan yang mengandung protein, banyak
cairan, sayur-sayuran dan buah – buahan.
 Eliminasi, meliputi:
Pola dan defekasi, jumlah warna, konsistensi. Adanya perubahan pola
miksi dan defeksi.
BAB harus ada 3-4 hari post partum sedangkan miksi hendaklah
secepatnya dilakukan sendiri (Rustam Mukthar, 1995 )
 Istirahat atau tidur meliputi :
Gangguan pola tidur karena perubahan peran dan melaporkan kelelahan
yang berlebihan.
 Personal hygiene meliputi :
Pola atau frekuensi mandi, menggosok gigi, keramas, baik sebelum dan
selama dirawat serta perawatan mengganti balutan atau duk.

Pemeriksaan fisik post partum


No KOMPONEN 0 1 2 3 4
A PERSIAPAN ALAT
1 Alat untuk pemeriksaan Tanda – Tanda vital

Baki dengan alas


 Alat untuk TTV (Tensimeter, Stetoskop,
Thermometer axila)
 Botol berisi air bersih dan air klorin
 Nierbekken 1 buah
 1 buah com berisi tissue
 Jam tangan
 Buku Catatan

Alat untuk Pemeriksaan Fisik dan Vulva hygiene


Troli atas berisi
 Handuk PI
 Stetoskop
 1 Buah Com berisi kapas DTT
 1 Buah Com berisi kassa
 Betadine
 1 Buah Baki instrument berisi sepasang handscoon
 1 Buah Waskom berisi larutan klorin 0,5 %
 1 Buah nierbekken
 Reflek patella
 Senter Penlight
Troli bawah berisi
 Perlak beralas
 Perlengkapan ibu seperti kain, pembalut , dan pakain
dalam yang bersih
2 Lampu sorot
3 1 Tempat Sampah Medis ( Kuning ) , 1 Tempat
Sampah Non medis
/ Kering ( Hitam )
B PERSIAPAN PASIEN
Pasien di sambut dengan ramah dan langsung
tanyakan keluhan
C PERSIAPAN RUANGAN
Siapkan ruangan ( Pasang Schrem )
D KEADAAN UMUM IBU
Observasi keadaan umum dan keadaan emosional ibu
E LANGKAH – LANGKAH
No KOMPONEN 0 1 2 3 4
1 Cuci tangan
2 Melakukan Pemeriksaan
 Tekanan Darah
 Nadi
 Suhu
 Pernafasan
3 Pasien di minta untuk mengganti pakaian dan
meminta pasien untuk melepas pakaian
dalamnya.Pasien di minta untuk naik ke tempat tidur
untuk di lakukan pemeriksaan
4 Pemeriksaan Kepala
Untuk mengidentifikasi keadaan rambut seperti bersih
atau tidak, berketombe atau tidak, rontok atau tidak
5 Pemeriksaan Telinga
Untuk mengidentifikasi keadaan telinga seperti bersih
atau tidak, ada secret atau tidak , ada kelainan atau
tidak
6 Pemeriksaan Muka
Untuk mengidentifikasi adanya tanda anemis,
preeklamsia –eklamsia pada post partum karena bisa
terjadi pada 1 – 2 hari post partum
 Cara Kerja

a )Inspeksi Muka : Warna kulit muka dan


pembengkakan daerah
wajah dan kelopak mata
b ) Konjungtiva : pucat atau tidak
c ) Sklera : ikterik atau tidak
7 Pemeriksaan Hidung
Untuk mengidentifikasi keadaan hidung seperti ada
atau tidak polip , ada atau tidak sekret
8 Pemeriksaan Mulut
Untuk mengidentifikasi keadaan mulut seperti
kebersihan, kelembaban bibir, ada atau tidak apte ,
ada atau tidak karies pada gigi
9 Pemeriksaan Leher
 Cara Kerja
a ) Inspeksi Leher : apakah terlihat ada benjolan
atau
tidakdan kesimetrisan leher
dan
pergerakannya
b ) Palpasi : pemeriksaan palpasi pada
kelenjar
tyroid dan getah bening
dilakukan dengan cara
meletakkan ujung jari kedua
tangandi kelenjar dengan posisi
pemeriksaan ikut gerakan
menelan

10 Pemeriksaan Dada
Untuk mengidentifikasi adanya
No KOMPONEN 0 1 2 3 4
 Ada atau tidak bunyi weezing, rochi, rales pada paru
– paru
 Ada atau tidak bunyi Mur – mur dan palpitasi pada
jantung
11 Pemeriksaan Payudara
Untuk menmgidentifikasi akan pemeriksaan tindak
lanjut dari pemeriksan prenatal dan segera setelah
melahirkan apakah ada komplikasi pada post partum
misalnya adanya bendungan payudara, mastitis pada
payudara , dan abses pada payudara
 Cara Kerja
a ) Inspeksi Payudara : warna kemerahan atau tidak ,
adaatau idak vaskularisasi,ada
atau tidak oedema,
ada atau tidak putting susu
lecet, apakah
putting susu menonjol atau
tidak,adakah pengeluaran
cairan seperti kolostrum,
ASI,Pus atau darah
b ) Palpasi Payudara: Ibu tidur telentang dengan
lengan
tangan kiri dan lengan tangan
kanan ke atas
secara sistematis lakukan
perabaan payudara sebelah kiri
sampai axila , lalu ulangi
pemeriksaan yang sama pada
payudara kanan perhatikan
apakahada
benjolan, pembesaran kelenjar
getah bening , abses pada
payudara kemudian
kaji nyeri tekan,
12 Pemeriksaan Abdomen
 Cara Kerja
a ) Inspeksi : Lihat apakah ada luka operasi , jika ada
maka kaji apakah ada tanda – tanda
perdarahan , atau apakah ada tanda –
tanda infeksi
b ) Palpasi : Pada TFU periksa apakah sesuai
dengan
involusio uteri dan apakah kontraksi
uterus baik atau tidak
13 Pemeriksaan Ekstremitas
 Cara Kerja
a ) Inspeksi : Warna kemerahan atau tidak
b ) Palpasi : Pada pemeriksaan kaki apakah
ada varises , oedema,
reflek patella , nyeri tekan dan
panas pada betis ,
jika ada maka menandakan tanda
homan positif
No KOMPONEN 0 1 2 3 4

14 Pemeriksaan Genetalia Eksterna


 Cara Kerja
a ) Pasang perlak beralas
b ) Cuci tangan
c ) Membantu ibu dalam posisi dorsal recumbent
e ) Buka tutup com kapas DTT , dekatkan
nieerbekken
dan Pakai sarung tangan steril
f ) Lakukan vulva hygiene dengan kapas DTT
g ) Periksa anogenital apakah ada varises, hematoma,
oedema , tanda – tanda infeksi , periksa luka jahitan
apakah ada pus ,apakah ada jahitan yang terbuka ,
periksa lokhea , warna , dan konsistensinya
15 Pemeriksaan Kandung Kemih
Pada kandung kemih di periksa apakah kandung
kemih ibu penuh atau tidak , jika penuh minta ibu
untuk berkemih dan jika ibu tidak bisa maka lakukan
kateterisasi
16 Pemeriksaan Anus
Pada Anus di periksa apakah ada hemoroid atau tidak
17 Angkat perlak dan pengalas kemudian Lepas dan
rendam handscoon pada baskom larutan chlorin 0,5 %
18 Membantu ibu untuk merapihkan pakaian
19 Mencuci kedua tangan dengan sabun dengan air
mengalir
20 Dokumentasikan

H. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Defisit perawatan diri : mandi
2. Risiko infeksi
3. Kesiapan meningkatkan pemberian ASI
RENCANA TINDAKAN KEPERAWATAN
DIAGNOSA TUJUAN DAN
TGL/JAM RENCANA TINDAKAN RASIONAL PARAF
KEPERAWATAN KRITERIA HASIL
12-11-2018 Defisit Perawatan Diri : Tujuan : Setelah dilakukan Bantuan perawatan 1. Mengkaji
07.00 WIB Mandi tindakan keperawatan diri : mandi / kemampuan
selama 2x24 jam kebersihan pasien untuk
kemampuan mandi klien 1. Kaji kemampuan melakukan
dapat terpenuhi. pasien untuk perawatan secara
Kriteria hasil : melakukan perawatan mandiri untuk
- Klien tampak diri memudahkan
bersih 2. Ganti pakaian yang intervensi
- Klien dan keluarga kotor dengan yang selanjutnya
mampu merawat bersih 2. Melindungi
secara mandiri 3. Berikan pujian kepada pasien lebih
pasien tentang kooperatif
kebersihannya 3. Membuat pasien
4. Bimbing keluarga lebih kooperatif
pasien 4. Membimbing
memandikan/menyeka keluarga agar
pasien keterampilan
dapat diterapkan
12-11-2018 Risiko Infeksi Tujuan : Setelah dilakukan Perlindungan Infeksi : 1. Menambah
07.00 WIB tindakan keperawatan 1. Ajarkan pasien dan pengetahuan
selama 2x24 jam masalah keluarga bagaimana keluarga agar
keperawatan risiko infeksi cara menghindari dapat diterapkan
dapat teratasi infeksi 2. Antibiotic
2. Instruksikan pasien membantu
untuk minum membunuh
antibiotic yang mikroorganisme
diresepkan 3. Nutrisi yang
3. Tingkatkan asupan cukup membantu
nutrisi yang cukup menurunkan
4. Monitor kerentanan risiko infeksi
terhadap infeksi 4. Kaji adanya
5. Batasi jumlah tanda-tanda
pengunjung infeksi
5. Dapat
mengurangi
terjadinya
infeksi berlanjut
12-11-2018 Kesiapan meningkatkan Tujuan : Setelah dilakukan Konseling laktasi 1. Menambah
07.00 WIB pemberian ASI tindakan keperawatan 1. Berikan informasi pengetahuan ibu
selama 2x24 jam mengenai manfaat tentang manfaat
diharapkan pengetahuan menyusui baik menyusui
pasien tentang ASI fisiologis maupun 2. Mengetahui ilmu
meningkat psikologis ibu tentang
Kriteria hasil : 2. Kaji motivasi serta menyusui
- Manfaat menyusui persepsi ibu tentang 3. Membantu
(5) Pengetahuan menyusui menerapkan
sangat banyak 3. Ajari ibu tentang teknik menyusui
- Teknik menyusui teknik menyusui yang yang benar
ibu (5) benar 4. Pakaian yang
Sepenuhnya 4. Dukung ibu untuk nyaman dan
adekuat memakai pakaian tidak ketat
- Dukungan yang nyaman membantu
keluarga (5) produksi ASI
Sepenuhnya yang adekuat
adekuat

Anda mungkin juga menyukai