Anda di halaman 1dari 5

1

FISIOTERAPI SEBAGAI UPAYA KESEHATAN INOVASI PUSKESMAS

Melihat perkembangan dan perubahan lingkungan yang ada baik perkembangan


teknologi maupun perubahan akan tuntutan layanan kesehatan (termasuk fisioterapi) maka
dimensi/pendekatan pelayanan dan cakupan pelayanan serta ruang lingkup pelayanan
fisioterapi tidak hanya terbatas pada sarana kesehatan tertentu saja seperti RS tetapi juga di
sarana kesehatan lainnya seperti Puskesmas. Pelayanan fisioterapi merupakan bagian
integral dari pelayanan kesehatan umum dan dilakukan oleh fisioterapis yang memiliki
pengetahuan dasar, ketrampilan dan keahlian melalui pendidikan formal dan kepadanya
diberikan kewenangan untuk melakukan upaya fisioterapi
Pelayanan fisioterapi yang diharapkan yaitu pelayanan fisioterapi secara paripurna dan
komprehensif berdasarkan dimensi pelayanan pada pendekatan promotif, preventif, kuratif
serta rehabilitatif dengan cakupan pelayanan sepanjang rentang kehidupan manusia dari
praseminasi sampai dengan ajal. Pelayanan dilakukan berdasarkan konsep asuhan fisioterapi
dalam melakukan keputusan profesional dan didasari pada kewenangan dan kewajiban yang
ada secara absah
Di Indonesia sistem fisioterapi sebagai sebuah bentuk pelayanan kesehatan masih
sangat muda. Sistem ini tumbuh dan berkembang. Pada saat ini pelayanan fisioterapi mulai
dikenal bukan saja di kota-kota besar tetapi sudah diterima di masyarakat kecamatan bahkan
di pedesaan/kelurahan. Ini dibuktikan dengan bertambahnya sarana pelayanan kesehatan
dari pemerintah dengan hadirnya Puskesmas dan ditempatkannya tenaga fungsional
fisioterapi di Puskesmas itu sendiri, maka peluang berkembangnya bentuk pelayanan
fisioterapi semakin luas. Di Sulawesi Utara khususnya di kota Tomohon, dari tahun 2008
dimulai dengan satu fisioterapis sampai tahun 2010 menjadi 15 fisioterapis yang disebarkan
di tujuh Puskesmas yang ada di Kota Tomohon. Kecenderungan positif ini perlu direspon
oleh segenap masyarakat fisioterapis Indonesia bersama pemerintah dengan terus
merencanakan pengembangan sistem fisioterapi secara lebih mendasar, terarah dan
terkendali.
Peluang lain dalam pengembangan sistem fisioterapi di Puskesmas yaitu dengan
adanya kerjasama dan kolaborasi yang dilakukan pemerintah (khususnya di Pemkot
Tomohon melalui Dinas Kesehatan dan Sosial) dengan institusi pendidikan fisioterapi (AKFIS

Artikel Fisioterapi Puskesmas, oleh Friets T.V. Eman, SST


2

St.Lukas Tomohon sebagai satu-satunya pendidikan tinggi fisioterapi swasta di Indonesia


Timur) dalam meningkatkan mutu pelayanan kesehatan khususnya fisioterapi.
Selain peluang nasional dan lokal diatas, dalam tataran jasa pelayanan kesehatan
dunia dengan adanya GATS 2010 (General Agreement on Trade in Service) dimana dalam
GATS tersebut fisioterapi telah dinyatakan sebagai salah satu dari empat jasa profesional
profesi dalam bidang kesehatan (dokter, perawat, bidan dan fisioterapis) ikut dalam
perdagangan bebas dunia. Dengan demikian maka pelayanan fisioterapi semakin besar dan
kompetitif.
Belum lagi yang tidak kalah pentingnya (patut diperhitungkan) yaitu proses
pembelajaran masyarakat yang semakin meningkat dan sadar akan dirinya terhadap
kebutuhan pelayanan kesehatan khususnya fisioterapi. Hal ini ditandai dengan jumlah
masyarakat yang mendapatkan pelayanan fisioterapi secara langsung (khususnya di
Puskesmas Taratara) cukup signifikan.
Sejak ditempatkannya tenaga fungsional fisioterapi di Puskesmas (khususnya PKM
Taratara) tahun 2008 berbagai kegiatan upaya kesehatan fisioterapi telah banyak dilakukan
baik yang bersifat promotif dan preventif maupun kuratif dan rehabilitatif. Hal ini sejalan
dengan salah satu fungsi Puskesmas sebagai pusat pelayanan kesehatan strata pertama yaitu
bertanggung jawab menyelenggarakan pelayanan kesehatan secara menyeluruh, terpadu
dan berkesinambungan. Pelayanan fisioterapi di Puskesmas (dalam hal ini PKM Taratara)
meliputi: (1) Pelayanan kesehatan individu, artinya pelayanan fisioterapi yang bersifat
pribadi dengan tujuan memperbaiki, mengobati serta memulihkan gerak dan fungsi tubuh
seseorang akibat penyakit/gangguan/kelainan. Pelayanan fisioterapi ini dilakukan di dalam
gedung khususnya di ruang unit fisioterapi dan ditujukan untuk pasien rawat jalan dan rawat
inap puskesmas Taratara, (2) Pelayanan kesehatan kelompok/masyarakat, yaitu pelayanan
yang bersifat publik dengan tujuan memelihara dan meningkatkan kesehatan
kelompok/masyarakat, mencegah gangguan gerak dan keterbatasan fungsi tubuh akibat
gaya hidup. Upaya promotif dan preventif fisioterapi ini dilakukan di luar gedung Puskesmas
yakni di spa/pusat kebugaran, sekolah, panti usia lanjut, panti rehabilitasi anak cacat, pusat
olahraga, tempat kerja/industri yang ada di wilayah kerja Puskesmas. Kegiatan yang dapat
dilakukan fisioterapis antara lain penyuluhan kesehatan mayarakat, membuat dan

Artikel Fisioterapi Puskesmas, oleh Friets T.V. Eman, SST


3

melaksanakan petunjuk teknis senam hamil, senam nifas, senam bayi, senam lansia,
merencanakan ergonomik yang baik di tempat kerja/usaha.
Berdasarkan pernyataan WCPT (World Confederation for Physical Therapyst) bahwa
fisioterapi dapat berperan dalam upaya kesehatan masyarakat yang di Indonesia dilakukan
oleh Puskesmas, dan sesuai dengan keputusan Menkes RI No.128/MENKES/SK/II/2004
tentang kebijakan dasar Puskesmas dimana upaya kesehatan Puskesmas dikelompokkan
menjadi dua yakni upaya kesehatan wajib dan upaya kesehatan pengembangan, serta
bertitik tolak dari ilmu dan teknologi fisioterapi dalam paradigmanya, dimana dalam
memberikan pelayanannya bersifat menopang intervensi medis juga bersifat saling
ketergantungan dan mandiri, maka upaya pelayanan fisioterapi di Puskesmas merupakan
upaya kesehatan INOVASI. Dengan kata lain fisioterapi di Puskesmas merupakan pelayanan
penunjang baik upaya kesehatan wajib maupun upaya kesehatan pengembangan.
Penyelenggaraan kegiatan pelayanan fisioterapi di Puskesmas dilakukan secara terpadu
dengan azas keterpaduan dengan lintas program dan lintas sektoral, antara lain : (1)
Posyandu Bayi-Balita, Bumil, Nifas; fisioterapis bekerjasama dengan pemegang program
KIA-KB, Promkes, Gizi dalam merencanakan dan melaksanakan kegiatan seperti deteksi dini
kecacatan, intervensi dini kecacatan, senam hamil, senam nifas, senam bayi. (2) Posyandu
Lanjut usia; fisioterapis berpadu dengan pemegang program Lansia, Promkes, Batra, Gizi
dalam merencanakan dan melaksanakan tes/latihan keseimbangan dan koordinasi, latihan
fisik (latihan mencegah osteoporosis, latihan scoliosis, latihan koreksi postur, dll), teknologi
tepat guna fisioterapi, senam lansia, akupressure. (3) Upaya kesehatan sekolah,
keterpaduan fisioterapi dengan pemegang program UKS, promkes, kesling, gizi, kesehatan
gigi dan kesehatan remaja dalam kegiatan deteksi dini kecacatan, latihan ergonomi, senam
otak. (4) kunjungan rumah pasien sebagai kelanjutan rawat inap, keterpaduan fisioterapi
dengan program Perkesmas, batra, lansia dan upaya medis dalam memberikan latihan
mobilisasi seperti transver dan ambulasi dengan dan tanpa alat bantu jalan. (5) P3K,
keterpaduan fisioterapis dengan dokter, perawat, pemegang program kesehatan olahraga,
apoteker-asisten apoteker, pusling bersamasama dalam kegiatan P3K. (6) Pengobatan
Tradisional (Batra). Fisioterapi berpadu lintas program dengan apoteker/ass apoteker,
tenaga kesehatan lain dalam mendata, membina, mengawasi Batra lebih khusus kelompok
ketrampilan, serta berpadu lintas sektor dengan pemerintah kecamatan & kelurahan, tokoh

Artikel Fisioterapi Puskesmas, oleh Friets T.V. Eman, SST


4

agama, tokoh masyarakat, pengobat tradisional, kader. (7) Upaya kesehatan kerja, fisioterapi
berpadu lintas program dengan tenaga kesehatan lain, sekaligus berpadu lintas sektoral
dengan pemerintah setempat, tenaga kerja dan dunia usaha yang ada. Fisioterapi dengan
pengetahuan biomekanik dapat merancang kondisi lingkungan yang ergonomik, melatih
gerakan fungsional yang efektif, efisien, aman sehingga disamping dapat mencegah
timbulnya cedera akibat kerja oleh karena sikap kerja atau peralatan yang tidak aman, dapat
pula meningkatkan produktivitas kerja. (8) Usaha kesehatan olahraga, fisioterapis berpadu
lintas program dan lintas sektor dengan dokter olahraga, pelatih olahraga, fisioterapis
olahraga, instruktur senam, guru olahraga. Fisioterapi dapat memberikan kontribusi
terhadap perkembangan iptek olahraga dan melakukan upaya promotif, preventif, tindakan
terapeutik dalam upaya pemulihan cedera olahraga. (9) Fisioterapi pelayanan medik,
ditujukan untuk mempercepat proses penyembuhan, memperkecil gangguan, keterbatasan
dan ketidakmampuan fungsi akibat penyakit/kelainan tubuh manusia. Dalam hal ini
fisioterapi bekerjasama dengan tim medis untuk memberikan intervensi profesinya yang
bersifat menopang, saling ketergantungan dan mandiri dengan sistem rujukan. (10)
Rehabilitasi Bersumberdaya Masyarakat (RBM), program fisioterapi disini yaitu
meningkatkan pengetahuan, ketrampilan, kesadaran masyarakat dengan menggunakan
seluruh potensi yang ada di masyarakat baik sumberdaya alam dan sumberdaya manusianya
dalam mengatasi penyandang cacat (penca), termasuk pendekatan lintas sektor, pemeritah
setempat, tokoh masyarakat, tokoh agama, keluarga penca dalam pembangunan kesehatan.
Konsep pengembangan fisioterapi di Puskesmas
1. Kebijakan
Pengembangan pelayanan fisioterapi di Puskesmas perlu ditingkatkan berdasarkan
dimensi dan cakupan pelayanan yang ada (seperti diuraikan diatas) dan kebutuhan tuntutan
lingkungan atau masyarakat yang membutuhkan upaya pelayanan fisioterapi. Serta
keterlibatan dan dukungan dari seluruh komponen yang terkait secara terus-menerus,
bertahap dan terpadu dalam mengembangkan profesi dan pelayanannya
2. Strategi
Tujuan utama yaitu mewujudkan pelayanan fisioterapi di Puskesmas secara optimal
berdayaguna dan berhasil guna

Artikel Fisioterapi Puskesmas, oleh Friets T.V. Eman, SST


5

Sasaran : (a) terwujudnya pelayanan fisioterapi profesional, komprehesif dan terpadu


sesuai standar dan etika profesi, (b) terwujudnya manajemen pelayanan fisioterapi yang
efektif dan efisien untuk mencapai pelayanan bermutu, (c) terwujudnya sistem informasi
pelayanan fisioterapi yang terintegrasi dengan sistem informasi kesehatan (SIK), (d)
terwujudnya jenjang kemitraan yang sinergis dengan berbagai program dan sektor yang ada,
(e) terlaksananya penelitian dan pengembangan dalam upaya mewujudkan pelayanan
fisioterapi bermutu dan unggul

Artikel Fisioterapi Puskesmas, oleh Friets T.V. Eman, SST

Anda mungkin juga menyukai