melaksanakan petunjuk teknis senam hamil, senam nifas, senam bayi, senam lansia,
merencanakan ergonomik yang baik di tempat kerja/usaha.
Berdasarkan pernyataan WCPT (World Confederation for Physical Therapyst) bahwa
fisioterapi dapat berperan dalam upaya kesehatan masyarakat yang di Indonesia dilakukan
oleh Puskesmas, dan sesuai dengan keputusan Menkes RI No.128/MENKES/SK/II/2004
tentang kebijakan dasar Puskesmas dimana upaya kesehatan Puskesmas dikelompokkan
menjadi dua yakni upaya kesehatan wajib dan upaya kesehatan pengembangan, serta
bertitik tolak dari ilmu dan teknologi fisioterapi dalam paradigmanya, dimana dalam
memberikan pelayanannya bersifat menopang intervensi medis juga bersifat saling
ketergantungan dan mandiri, maka upaya pelayanan fisioterapi di Puskesmas merupakan
upaya kesehatan INOVASI. Dengan kata lain fisioterapi di Puskesmas merupakan pelayanan
penunjang baik upaya kesehatan wajib maupun upaya kesehatan pengembangan.
Penyelenggaraan kegiatan pelayanan fisioterapi di Puskesmas dilakukan secara terpadu
dengan azas keterpaduan dengan lintas program dan lintas sektoral, antara lain : (1)
Posyandu Bayi-Balita, Bumil, Nifas; fisioterapis bekerjasama dengan pemegang program
KIA-KB, Promkes, Gizi dalam merencanakan dan melaksanakan kegiatan seperti deteksi dini
kecacatan, intervensi dini kecacatan, senam hamil, senam nifas, senam bayi. (2) Posyandu
Lanjut usia; fisioterapis berpadu dengan pemegang program Lansia, Promkes, Batra, Gizi
dalam merencanakan dan melaksanakan tes/latihan keseimbangan dan koordinasi, latihan
fisik (latihan mencegah osteoporosis, latihan scoliosis, latihan koreksi postur, dll), teknologi
tepat guna fisioterapi, senam lansia, akupressure. (3) Upaya kesehatan sekolah,
keterpaduan fisioterapi dengan pemegang program UKS, promkes, kesling, gizi, kesehatan
gigi dan kesehatan remaja dalam kegiatan deteksi dini kecacatan, latihan ergonomi, senam
otak. (4) kunjungan rumah pasien sebagai kelanjutan rawat inap, keterpaduan fisioterapi
dengan program Perkesmas, batra, lansia dan upaya medis dalam memberikan latihan
mobilisasi seperti transver dan ambulasi dengan dan tanpa alat bantu jalan. (5) P3K,
keterpaduan fisioterapis dengan dokter, perawat, pemegang program kesehatan olahraga,
apoteker-asisten apoteker, pusling bersamasama dalam kegiatan P3K. (6) Pengobatan
Tradisional (Batra). Fisioterapi berpadu lintas program dengan apoteker/ass apoteker,
tenaga kesehatan lain dalam mendata, membina, mengawasi Batra lebih khusus kelompok
ketrampilan, serta berpadu lintas sektor dengan pemerintah kecamatan & kelurahan, tokoh
agama, tokoh masyarakat, pengobat tradisional, kader. (7) Upaya kesehatan kerja, fisioterapi
berpadu lintas program dengan tenaga kesehatan lain, sekaligus berpadu lintas sektoral
dengan pemerintah setempat, tenaga kerja dan dunia usaha yang ada. Fisioterapi dengan
pengetahuan biomekanik dapat merancang kondisi lingkungan yang ergonomik, melatih
gerakan fungsional yang efektif, efisien, aman sehingga disamping dapat mencegah
timbulnya cedera akibat kerja oleh karena sikap kerja atau peralatan yang tidak aman, dapat
pula meningkatkan produktivitas kerja. (8) Usaha kesehatan olahraga, fisioterapis berpadu
lintas program dan lintas sektor dengan dokter olahraga, pelatih olahraga, fisioterapis
olahraga, instruktur senam, guru olahraga. Fisioterapi dapat memberikan kontribusi
terhadap perkembangan iptek olahraga dan melakukan upaya promotif, preventif, tindakan
terapeutik dalam upaya pemulihan cedera olahraga. (9) Fisioterapi pelayanan medik,
ditujukan untuk mempercepat proses penyembuhan, memperkecil gangguan, keterbatasan
dan ketidakmampuan fungsi akibat penyakit/kelainan tubuh manusia. Dalam hal ini
fisioterapi bekerjasama dengan tim medis untuk memberikan intervensi profesinya yang
bersifat menopang, saling ketergantungan dan mandiri dengan sistem rujukan. (10)
Rehabilitasi Bersumberdaya Masyarakat (RBM), program fisioterapi disini yaitu
meningkatkan pengetahuan, ketrampilan, kesadaran masyarakat dengan menggunakan
seluruh potensi yang ada di masyarakat baik sumberdaya alam dan sumberdaya manusianya
dalam mengatasi penyandang cacat (penca), termasuk pendekatan lintas sektor, pemeritah
setempat, tokoh masyarakat, tokoh agama, keluarga penca dalam pembangunan kesehatan.
Konsep pengembangan fisioterapi di Puskesmas
1. Kebijakan
Pengembangan pelayanan fisioterapi di Puskesmas perlu ditingkatkan berdasarkan
dimensi dan cakupan pelayanan yang ada (seperti diuraikan diatas) dan kebutuhan tuntutan
lingkungan atau masyarakat yang membutuhkan upaya pelayanan fisioterapi. Serta
keterlibatan dan dukungan dari seluruh komponen yang terkait secara terus-menerus,
bertahap dan terpadu dalam mengembangkan profesi dan pelayanannya
2. Strategi
Tujuan utama yaitu mewujudkan pelayanan fisioterapi di Puskesmas secara optimal
berdayaguna dan berhasil guna