Anda di halaman 1dari 10

Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe NHT Untuk Meningkatkan

Hasil Belajar Peserta Didik Kelas XI MIA 5 SMAN 1 Enrekang

Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe NHT Untuk Meningkatkan Hasil


Belajar Peserta Didik Kelas XI MIA 5 SMAN 1 Enrekang

The Implementation of the Cooperative of NHT Learning Model to improve the


learning outcomes of students in class XI MIA 5 SMAN 1 Enrekang
1)
Ade Fitria, 2)Maryono, 3)Sugiarti
1,2,3)
Universitas Negeri Makassar, Jalan Dg Tata Raya, Makassar
Email: fitriaade.82@gmail.com

ABSTRAK
Penelitian tindakan kelas (PTK) ini bertujuan untuk mengetahui cara
menerapkan langkah - langkah model pembelajaran NHT untuk meningkatkan
hasil belajar siswa Kelas XI MIA 5 SMA Negeri 1 Enrekang. Penelitian ini
dilaksanakan sebanyak dua siklus. Data hasil penelitian menunjukkan bahwa
pembelajaran NHT dapat meningkatkan hasil belajar siswa Kelas XI MIA 5
SMA Negeri 1 Enrekang yang terdiri dari 6 fase yaitu: (1) fase pendahuluan
dengan memberikan apersepsi mengenai materi, indikator dan tujuan
pembelajaran, (2) fase penomoran (numbering) dengan membagi peserta didik
dalam beberapa kelompok secara heterogen dan member nomor kepada
peserta didik dalam tiap kelompok berdasarkan kemampuan akademiknya, (3)
fase pengajuan pertanyaan (Questioning), pada fase ini guru memberikan
kesempatan kepada peserta didik untuk bertanya mengenai materi yang belum
dimengerti, (4) fase berpikir bersama (Heads Together), pada fase ini guru
mendampingi dan membimbing peserta didik dalam kerja kelompok dan
menyelesaikan LKPD lalu peserta didik menyatukan pendapatnya terhadap
soal LKPD yang telah dikerjakan dan memastikan bahwa setiap anggota
kelompok mengetahui jawaban dari pertanyaan yang diberikan, (5), fase
menjawab (Answering), pada fase ini guru menunjuk peserta didik dari
masing-masing kelompok berdasarkan nomor kepalanya untuk
mempresentasikan hasil pekerjaannya, dan (6) fase penghargaan dengan
memberikan pujian dan hadiah bagi kelompok terbaik. Penerapan model
pembelajaran kooperatif tipe NHT dapat meningkatkan hasil belajar peserta
didik kelas XI MIA 5 SMA Negeri 1 Enrekang.
Kata Kunci : Kooperatif, NHT, Hasil Belajar, Larutan Asam-Basa
Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe NHT Untuk Meningkatkan
Hasil Belajar Peserta Didik Kelas XI MIA 5 SMAN 1 Enrekang

ABSTRACT
The Classroom Action Research is aim to the determine how to
implement it the steps of NHT learning models to improve learning outcomes
of students in class XI MIA 5 SMAN 1 Enrekang. This study was conducted
by two cycles. The research data indicate that the NHT learning model can
improve the students learning outcomes in class XI MIA 5 SMAN 1 Enrekang
which consists of six phases: (1) The preliminary phase by providing
apersepsi regarding of subject, indicator, and learning objektive, (2) Phase
numbering dividing the students into several groups heterogen and give
number to the member in each group based on academic ability, (3) fase
Questionig, in this phase teacher give chance for students to asking about
subject that has not been understood, (4) Phase Heads Together, in this phase
teacher accompany and guide the students to work in group dan finish the
worksheets then the students unite they opinion about the worksheets that has
been done and to ensure that each member of the group to know the answer to
the questions, (5) phase Answering, in this phase teacher pointed students of
each group based on the number of head to present the result of their work,
and (6) Appreciation phase, by giving praise and prize for the group. The
implementation of the cooperative of the NHT learning model can improve
the learning outcomes of the students in class XI MIA 5 SMAN 1 Enrekang.
Key Words: Cooperative, NHT, Learning Outcomes, Acid- Base Solution

PENDAHULUAN
Pendidikan, sasaran utamanya diajarnya, tetapi juga sebagai pengelola
yaitu manusia, mengandung banyak aspek pembelajaran (Sanjaya, 2010).
dan sifatnya sangat kompleks. Pendidikan Proses pembelajaran yang kurang
yang dimiliki oleh seseorang sangat melibatkan keaktifan peserta didik akan
mempengaruhi kehidupannya. Salah satu menyebabkan peserta didik kurang
yang berperan penting dalam pendidikan memahami apa yang disampaikan oleh
yaitu proses pembelajaran yang dibawakan gurunya sehingga, seorang guru harus
oleh guru. Pembelajaran sangat mencari cara yang efektif agar proses
dipengaruhi oleh interaksi antara guru dan pembelajaran yang terjadi dalam kelas
peserta didk dalam proses belajar dapat melibatkan peserta didik secara aktif.
mengajar. Sehingga untuk meningkatkan Salah satu cara agar proses pembelajaran
pembelajaran guru harus mencari cara dapat mengaktifan peserta didik yaitu
yang efektif agar peserta didik dapat dengan menggunakan model pembelajaran
mudah memahami pelajaran yang yang sesuai dan dapat menarik minat
disampaikannya. peserta didik dalam belajar sehingga
Guru dalam proses pembelajaran berdampak pada hasil belajarnya. Salah
memegang peran yang sangat penting. satu model pembelajaran yang dapat
Peran guru, apalagi untuk peserta didik tak digunakan agar guru dapat mengaktifkan
mungkin dapat digantikan oleh perangkat peserta didik dalam kelas yaitu
lain, seperti televise, radio, komputer dan menggunakan model pembelajaran
lain sebagainya. Sebab, peserta didik kooperatif.
adalah organisasi yang sedang berkembang Pembelajaran kooperatif muncul
yang memerlukan bimbingan dan bantuan dari konsep bahwa peserta didik akan lebih
orang dewasa. Dalam proses pembelajaran, mudah menemukan dan memahami konsep
guru tidak hanya berperan sebagai model yang sulit jika mereka saling berdiskusi
atau teladan bagi peserta didik yang dengan temannya. Peserta didik secara
rutin bekerja dalam kelompok untuk saling
Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe NHT Untuk Meningkatkan
Hasil Belajar Peserta Didik Kelas XI MIA 5 SMAN 1 Enrekang

membantu memecahkan masalah-masalah Model ini dapat diterapkan pada


yang kompleks. Jadi, hakikat social dan mata pelajaran kimia pada materi larutan
penggunaan kelompok sejawat menjadi asam-basa. Sebab materi asam basa
aspek utama dalam pembelajaran memiliki cakupan berupa teori dan
kooperatif (Trianto. 2012). perhitungan yang membutuhkan
Model pembelajaran kooperatif pemahaman konsep secara mendalam yang
memiliki beberapa tipe. Salah satunya dapat didiskusikan oleh para peserta didik
yaitu NHT. Model pembelajaran sehingga merekalah yang aktif dalam
kooperatif tipe NHT terdiri dari empat proses memahami materi yang ada.
langkah utama, yaitu numbering, Beberapa penelitian tentang
questioning, heads together dan peningkatan hasil belajar dengan model
answering. Melalui langkah-langkah pembelajaran kooperatif tipe NHT yaitu
pembelajaran tersebut akan menjamin penelitian yang dilakukan oleh Hardayati,
keterlibatan secara total dari semua peserta dkk (2014) yang berjudul “Penerapan
didik selain itu akan membuat peserta Model Pembelajaran Kooperatif Tipe NHT
didik lebih bertanggung jawab secara untuk Mencapai Ketuntasan Belajar
individu dalam kelompoknya. Hal ini Peserta Didik”. Menunjukkan bahwa
dapat menyebabkan hasil belajar peserta model pembelajaran NHT memberikan
didik meningkat. dampak positif terhadap hasil belajar
SMA Negeri 1 Enrekang peserta didik. Berdasarkan hal ini peneliti
merupakan salah satu sekolah yang berasumsi bahwa model pembelajaran
memiliki jumlah peserta didik sebanyak 30 kooperatif tipe NHT dapat diterapkan pada
orang pada tiap kelas. Sehingga diperlukan materi Larutan Asam Basa dimana seperti
model pembelajaran yang efektif untuk yang diketahui larutan asam basa berisi
diterapkan dalam proses pembelajaran konsep-konsep dan perhitungan yang
pada sekolah ini. Sekolah ini juga membutuhkan pemahaman konsep secara
menggunakan kurikulum 2013. Kurikulum mendalam seperti halnya dengan
2013 ini lebih menekankan pada matematikan yang membutuhkan
keterlibatan peserta didik di dalam kelas. pemahaman konsep secara mendalam agar
Menurut Slavin (dalam Qonitah, dkk. hasil belajar peserta didik dapat
2013) model pembelajaran yang bertujuan meningkat.
untuk mengembangkan keaktifan peserta Berdasarkan masalah yang telah
didik, aspek keterampilan sosial sekaligus dikemukakan sebelumnya, maka tujuan
aspek kognitif dan aspek sikap peserta dari penelitian ini adalah untuk
didik adalah model kooperatif. Sehingga mengetahui langkah-langkah penerapan
model kooperatif sesuai dapat diterapkan model pembelajaran kooperatif tipe NHT
pada sekolah ini. untuk meningkatkan hasil belajar peserta
Salah satu tipe model kooperatif didik kelas XI MIA 5 SMAN 1 Enrekang
yaitu tipe NHT. Model ini memiliki pada materi pokok larutan asam dan basa.
beberapa kelebihan salah satunya yaitu
melibatkan seluruh peserta didik dalam METODE PENELITIAN
pemecahan masalah. Sehingga peserta Penelitian ini adalah penelitian
didik melakukan diskusi dengan sungguh- tindakan kelas (classroom action
sungguh. Selain itu, model ini juga dapat research). Penelitian Tindakan Kelas
meningkatkan rasa tanggung jawab (PTK) merupakan jenis penelitian tindakan
individu dan peserta didik yang pandai yang bertujuan untuk memperbaiki dan
dapat mengajari peserta didik yang kurang menyelesaikan permasalahan pembelajaran
pandai. yang ada di dalam kelas. Adapun tahapan-
tahapan pelaksanaannya meliputi:
Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe NHT Untuk Meningkatkan
Hasil Belajar Peserta Didik Kelas XI MIA 5 SMAN 1 Enrekang

perencanaan, pelaksanaan tindakan, rana koqnitif, rana afektif dan rana


observasi, evaluasi, dan refleksi. Penelitian psikomotor. Selain itu, teknik analisis data
ini terdiri atas 2 siklus. secara statistik deskriptif dilakukan untuk
Pada penerapan model mengetahui persentase keterlaksanaan
pembelajaran kooperatif tipe NHT akan pembelajaran dan lembar observasi untuk
dilakukan beberapa siklus. Dimana merefleksi.
tindakan yang dilakukan pada siklus a. Hasil belajar
pertama dan siklus kedua sama, dan siklus 1. Rana Koqnitif
selanjutnya sama. Kecuali pada bagian
skor jawaban Benar
refleksi, dimana pada bagian ini siklus Nilai = x 100
kedua dilakukan berdasarkan data hasil skor seluruh soal
dan fakta yang didapatkan dari siklus
sebelumnya/pertama. Penelitian ini 𝜮𝒙
Ketuntasan Kelas =
dilaksanakan dalam 2 siklus. Siklus 1 dan 𝑵
2 masing-masing terdiri dari 4 kali
pertemuan. Tiga kali pertemuan untuk 2. Rana afektif dan rana psikomotor
pelaksanaan tindakan dan satu kali 𝒋𝒖𝒎𝒍𝒂𝒉 𝒏𝒊𝒍𝒂𝒊
pertemuan untuk evaluasi. 𝒙 𝟒 = 𝒏𝒊𝒍𝒂𝒊 𝒂𝒌𝒉𝒊𝒓
𝒋𝒖𝒎𝒍𝒂𝒉 𝒏𝒊𝒍𝒂𝒊 𝒎𝒂𝒌𝒔𝒊𝒎𝒂𝒍
Instrumen yang digunakan pada
penelitian ini yaitu tes hasil belajar, lembar
3. Lembar observasi keterlaksanaan
penilaian afektif, lembar penilaian
pembelajaran
psikomotor, lembar observasi
keterlaksanaan pembelajaran dan lembar 𝐏𝐞𝐫𝐬𝐞𝐧𝐭𝐚𝐬𝐞 𝐊𝐞𝐭𝐞𝐫𝐥𝐚𝐤𝐬𝐚𝐧𝐚𝐚𝐧 𝐏𝐞𝐦𝐛𝐞𝐥𝐚𝐣𝐚𝐫𝐚𝐧
observasi untuk merefleksi. Instrumen
∑𝐒𝐤𝐨𝐫 𝐲𝐚𝐧𝐠 𝐝𝐢𝐩𝐞𝐫𝐨𝐥𝐞𝐡
berupa tes hasil belajar digunakan untuk = 𝐱 𝟏𝟎𝟎
𝐒𝐤𝐨𝐫 𝐦𝐚𝐤𝐬𝐢𝐦𝐮𝐦
mengukur kemampuan peserta didik
mengenai materi yang telah dipelajari dan 𝐏𝐞𝐫𝐬𝐞𝐧𝐭𝐚𝐬𝐞 𝐤𝐞𝐭𝐞𝐫𝐥𝐚𝐤𝐬𝐚𝐧𝐚𝐚𝐧 𝐏𝐞𝐦𝐛𝐞𝐥𝐚𝐣𝐚𝐫𝐚𝐧
diberikan pada setiap akhir siklus, soal tes 𝐊𝐞𝐬𝐞𝐥𝐮𝐫𝐮𝐡𝐚𝐧
∑𝐏𝐞𝐫𝐬𝐞𝐧𝐭𝐚𝐬𝐞 𝐊𝐞𝐭𝐞𝐫𝐥𝐚𝐤𝐬𝐚𝐧𝐚𝐚𝐧 𝐏𝐞𝐫 𝐒𝐢𝐤𝐥𝐮𝐬
berisi soal-soal pilihan ganda sebanyak 20 =
𝐉𝐮𝐦𝐥𝐚𝐡 𝐒𝐢𝐤𝐥𝐮𝐬
butil pada siklus I dan 15 butir pada siklus
II. Lembar penilaian afektif digunakan 4. Lembar observasi untuk
untuk mengukur afektif peserta didik merefleksikan langkah-langkah
dengan indikator sikap menerima, NHT
memberikan respon, menilai, organisasi,
Persentase per fase pembelajaran =
karakteristik. Lembar penilaian psikomotor ∑ 𝒂𝒌𝒕𝒊𝒗𝒊𝒕𝒂𝒔 𝒃𝒆𝒍𝒂𝒋𝒂𝒓 𝒔𝒊𝒔𝒘𝒂 𝒚𝒂𝒏𝒈 𝒕𝒆𝒓𝒍𝒊𝒉𝒂𝒕
digunakan untuk mengukur keterampilan 𝒋𝒖𝒎𝒍𝒂𝒉 𝒕𝒐𝒕𝒂𝒍 𝒂𝒌𝒕𝒊𝒗𝒊𝒕𝒂𝒔 𝒔𝒊𝒔𝒘𝒂
x 100
peserta didik dalam menjalani praktikum. %
Lembar observasi keterlaksanaan Persentase aktivitas belajar per
pembelajaran digunakan untuk mengetahui
pertemuan =
bagaimana proses pembelajaran dengan ∑𝒑𝒆𝒓𝒔𝒆𝒏𝒕𝒂𝒔𝒆 𝒂𝒌𝒕𝒊𝒗𝒊𝒕𝒂𝒔 𝒃𝒆𝒍𝒂𝒋𝒂𝒓 𝒔𝒊𝒔𝒘𝒂 𝒑𝒆𝒓 𝒇𝒂𝒔𝒆
menggunakan model NHT, dan lembar 𝒋𝒖𝒎𝒍𝒂𝒉 𝒕𝒐𝒕𝒂𝒍 𝒇𝒂𝒔𝒆
observasi untuk merefleksikan langkah-
langkah NHT digunakan selama proses Persentase aktivitas belajar per siklus =
pembelajaran berlangsung. Ketiga ∑𝒑𝒆𝒓𝒔𝒆𝒏𝒕𝒂𝒔𝒆 𝒂𝒌𝒕𝒊𝒗𝒊𝒕𝒂𝒔 𝒃𝒆𝒍𝒂𝒋𝒂𝒓 𝒔𝒊𝒔𝒘𝒂 𝒑𝒆𝒓 𝒑𝒆𝒓𝒕𝒆𝒎𝒖𝒂𝒏
Instrumen ini telah divalidasi oleh Dosen 𝒋𝒖𝒎𝒍𝒂𝒉 𝒕𝒐𝒕𝒂𝒍 𝒑𝒆𝒓𝒕𝒆𝒎𝒖𝒂𝒏

Kimia UNM berupa validasi isi.


Teknik analisis data yang
digunakan untuk menganalisis data yang
diperoleh dilakukan dalam tiga rana yaitu
Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe NHT Untuk Meningkatkan
Hasil Belajar Peserta Didik Kelas XI MIA 5 SMAN 1 Enrekang

HASIL DAN PEMBAHASAN Persentase keterlaksanaan


A. Hasil Penelitian pembelajaran pada pertemuan pertama
1. Siklus 1 sebesar 73.91%. Pertemuan kedua sebesar
a. Data Hasil Observasi Keterlaksanaan 82.61%. dan pertemuan ketiga sebesar
Pembelajaran NHT 86.95%. Dari hasil tersebut diketahui
Hasil penyajian dan analisis data bahwa pelaksanaan pembelajaran NHT
hasil observasi keterlaksanaan yang dilakukan oleh peneliti belum
pembelajaran siklus I menunjukkan bahwa sempurna dikarenakan ada beberapa
nilai persentase keterlaksanaan tindakan yang belum terlaksana. Data
pembelajaran sebesar 81.16%. Rincian Hasil Observasi untuk Merefleksikan
data kuantitatif hasil observasi Langkah-Langkah NHT
keterlaksanaan pembelajaran siklus I dapat
dilihat pada Tabel 1. b. Data Hasil Observasi untuk
Merefleksikan Langkah-Langkah
Tabel 1. Hasil Observasi Keterlaksanaan NHT
Pembelajaran Siklus I Berdasarkan penyajian dan
Pertemuan Jumlah % analisis data lembar observasi untuk
merefleksikan langkah-langkah NHT
I 17 73.91 %
diperoleh persentase rata-rata pada siklus I
II 19 82.61 % yaitu 57% dengan predikat cukup aktif.
III 20 86.95 % Rincian data kuantitatif hasil observasi
Rata-Rata 81.16% untuk merefleksi dapat dilihat pada Tabel
2.

Tabel 2. Hasil Observasi untuk Merefleksikan Langkah-Langkah NHT Siklus


I
Aspek yang diamati Rata-Rata Predikat

Kegiatan Pendahuluan
Peserta didik mengucapkan/menjawab salam 98% Sangat aktif
Fase 1: Menyampaikan tujuan dan memotivasi peserta didik 4% Tidak aktif
Fase 2: Penomoran (Numbering) 100 % Sangat aktif
Fase 3: Pengajuan Pertanyaan (Questioning) 51 % Kurang aktif
Fase 4: Berpikir Bersama (Heads Together) 68% Aktif
Fase 5: Menjawab (Answering) 56% Cukup
Kegiatan Penutup 54 % Kurang aktif
Fase 6: Memberi Penghargaan 43 % Kurang aktif
Persentase siklus I 57% Cukup

c. Data Hasil Belajar Akhir Siklus I menunjukkan bahwa mayoritas peserta


Hasil penyajian dan analisis data didik kelas XI MIA 5 SMAN 1 Enrekang
hasil tes akhir siklus I menunjukkan belum mencapai kriteria ketuntasan
bahwa nilai rata-rata yang diperoleh minimal (KKM ≥75). Rincian data
peserta didik adalah 64. Persentase kuantitatif hasil belajar peserta didik dapat
ketuntasan kelas juga hanya mencapai dilihat pada Tabel 3.
10%, hanya 3 peserta didik yang
dikategorikan tuntas dan 27 peserta didik
yang dikategorikan tidak tuntas. Hal ini
Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe NHT Untuk Meningkatkan
Hasil Belajar Peserta Didik Kelas XI MIA 5 SMAN 1 Enrekang

Tabel 4. Hasil Penilaian Afektif Peserta


Tabel 3. Data Kuantitatif Hasil Belajar Didik Siklus I
Peserta Didik Siklus I Rata-
Pertemuan Jumlah
Nilai Tertinggi 80 Rata
Nilai Terendah 45 I 86.96 2.90
Nilai Rata-rata 64 II 87.32 2.91
Siswa Tuntas 3 peserta didik III 98.76 3.29
27 peserta Jumlah 273.04 9.10
Siswa Tidak Tuntas Rata-Rata 3.03
didik
Ketuntasan Kelas 10%
e. Data Hasil Penilaian Psikomotor
Sebanyak 90% peserta didik yang Hasil penyajian dan analisis data
tidak tuntas pada siklus I mayoritas tidak hasil penilaian psikomotor peserta didik
tuntas pada indikator: 1) Mengidentifikasi akhir siklus I menunjukkan bahwa seluruh
larutan asam dan basa berdasarkan reaksi peserta didik mempunyai nilai
dengan oksida, 2) Mengidentifikasi spesi keterampilan (psikomotor) yang baik. Hal
asam basa dari suatu persamaan reaksi ini menunjukkan bahwa mayoritas peserta
asam basa Bronsted-Lowry, 3) didik kelas XI MIA 5 SMAN 1 Enrekang
Menjelaskan konsep asam basa menurut telah mencapai kriteria ketuntasan minimal
Lewis, 4) Mengidentifikasi spesi asam yaitu nilai 2,33 (B) dan ketuntasan kelas
basa dari suatu persamaan reaksi asam yaitu 80% dengan rata-rata nilai yang
basa Lewis, 5) Menghitung konsentrasi diperoleh peserta didik yaitu 3.51 (A-).
OH- dan H+ larutan asam atau basa yang
diketahui konsentrasinya, 6) 2. Siklus 2
Menghubungkan kekuatan asam atau basa a. Hasil observasi lembar
dengan derajat pengionan (α) dan tetapan keterlaksanaan pembelajaran NHT
asan (Ka) atau tetapan basa (Kb). Hasil penyajian dan analisis data
hasil observasi keterlaksanaan
d. Data Hasil Penilaian Afektif pembelajaran siklus II menunjukkan
Hasil penyajian dan analisis data bahwa nilai persentase keterlaksanaan
hasil penilaian afektif peserta didik akhir pembelajaran sebesar 97.1%. Hasil ini
siklus I menunjukkan bahwa seluruh menunjukkan bahwa pelaksanaan
peserta didik mempunyai sikap yang baik. pembelajaran NHT yang dilakukan oleh
Hal ini ditunjukkan dari hasil capaian peneliti telah mengalami peningkatan dan
peserta didik kelas XI MIA 5 SMAN 1 dapat dikatakan sempurna sehingga
Enrekang dengan nilai rata-rata yang diharapkan hasil belajar peserta didik juga
didapatkan peserta didik 3.03 (B+) dengan ikut meningkat. Rincian data kuantitatif
ketuntasan kelas 100%. Hasil ini telah hasil observasi keterlaksanaan
melampaui kriteria ketuntasan minimal pembelajaran siklus II dapat dilihat pada
yaitu nilai 2,33 (B) dengan ketuntasan Tabel 5.
kelas sebesar 80%. Rincian data kuantitatif
hasil penilaian afektif peserta didik dapat Tabel 5. Hasil Observasi Keterlaksanaan
dilihat pada Tabel 4. Pembelajaran Siklus II
Pertemuan Jumlah %
I 21 91.30 %
II 23 100 %
III 23 100 %
Rata-Rata
81.16%
SIklus I
Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe NHT Untuk Meningkatkan
Hasil Belajar Peserta Didik Kelas XI MIA 5 SMAN 1 Enrekang

Rata-Rata Berdasarkan penyajian dan


97.1%
Siklus II analisis data lembar observasi untuk
Rata-Rata merefleksikan langkah-langkah NHT
89.13%
Keseluruhan siklus II, diperoleh persentase rata-rata
pada siklus II yaitu 84% dengan predikat
b. Data Hasil Observasi untuk aktif. Rincian data kuantitatif hasil
Merefleksikan Langkah-Langkah observasi untuk merefleksi dapat dilihat
NHT siklus II pada Tabel 6.

Tabel 6. Hasil Observasi untuk Merefleksikan Langkah-Langkah NHT siklus II

Aspek yang diamati Rata-Rata Predikat

Kegiatan Penutup
Peserta didik mengucapkan/menjawab salam 100% Sangat aktif
Fase 1: Menyampaikan tujuan dan memotivasi peserta didik 73 % Aktif
Fase 2: Penomoran (Numbering) 100 % Sangat aktif
Fase 3: Pengajuan Pertanyaan (Questioning) 88 % Sangat aktif
Fase 4: Berpikir Bersama (Heads Together) 95% Sangat aktif
Fase 5: Menjawab (Answering) 89% Sangat aktif
Kegiatan Penutup 59 % Cukup
Fase 6: Memberi Penghargaan 50 % Kurang aktif
Presentase Siklus II 84 % Aktif

c. Data Hasil Belajar Akhir Siklus II Ketuntasan Kelas 83%


Hasil penyajian dan analisis data
hasil tes akhir siklus II menunjukkan d. Data Hasil Penilaian Afektif
bahwa nilai rata-rata yang diperoleh Hasil penyajian dan analisis data
peserta didik adalah 81. Hal ini tentu saja hasil penilaian afektif peserta didik akhir
menunjukkan bahwa mayoritas peserta siklus II menunjukkan bahwa seluruh
didik kelas XI MIA 5 SMAN 1 Enrekang peserta didik mempunyai sikap yang baik
telah mencapai kriteria ketuntasan minimal dengan hasil capaian peserta didik kelas XI
(KKM ≥75). Persentase ketuntasan kelas MIA 5 SMAN 1 Enrekang dengan nilai
juga telah mencapai 83% sehingga secara rata-rata yang didapatkan peserta didik
detail dapat dikatakan bahwa 25 peserta sebesar 3.30 (B+) dengan ketuntasan kelas
didik yang dikategorikan tuntas dan hanya sebesar 100%. Hal ini menunjukkan bahwa
5 peserta didik yang dikategorikan tidak mayoritas peserta didik kelas XI MIA 5
tuntas. Rincian data kuantitatif hasil SMAN 1 Enrekang telah mencapai kriteria
belajar peserta didik dapat dilihat pada ketuntasan minimal yaitu nilai 2,33 (B)
Tabel 7. dan ketuntasan kelas yaitu 80% dari
jumlah seluruh peserta didik dalam kelas
Tabel 7. Data Kuantitatif Hasil Belajar tersebut. Rincian data kuantitatif hasil
Peserta Didik Siklus II penilaian afektif peserta didik dapat dilihat
Nilai Tertinggi 93 pada Tabel 8.
Nilai Terendah 67
Nilai Rata-rata 81 Tabel 8. Hasil Penilaian Afektif Peserta
23 peserta Didik Siklus II
Siswa Tuntas Rata-
didik Pertemuan Jumlah
Rata
Siswa Tidak Tuntas 5 peserta didik
I 98.24 3.27
Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe NHT Untuk Meningkatkan
Hasil Belajar Peserta Didik Kelas XI MIA 5 SMAN 1 Enrekang

II 100.04 3.33 tertinggi dikelompoknya. Begitupun


III 98.42 3.28 nomor kepala dua hingga lima. Pada siklus
I jumlah kelompok yang dibentuk yaitu 5
Jumlah 296.7 9.89
kelompok dengan tiap kelompok terdiri
Rata-Rata 3.30 dari enam orang. Pada siklus II, kelompok
yang telah dibentuk pada siklus I diubah
e. Data Hasil Penilaian Psikomotor sehingga terbentuk 6 kelompok yang
Hasil penyajian dan analisis data terdiri dari lima orang per kelompok. Hal
hasil penilaian psikomotor peserta didik ini dilakukan karena pada siklus I ada
akhir siklus II menunjukkan bahwa seluruh kelompok yang memiliki anggota yang
peserta didik mempunyai nilai saling mengganggu satu-sama lain
keterampilan (psikomotor) yang baik sehingga menggangu proses pembelajaran.
dengan hasil capaian peserta didik kelas XI Selain itu, jumlah anggota kelompok
MIA 5 SMAN 1 Enrekang dengan nilai dianggap terlalu banyak sehingga pada
rata-rata yang didapatkan peserta didik siklus II dijadikan 6 kelompok dimana tiap
sebesar 3.55 (A-) dengan ketuntasan kelas kelompok terdiri dari lima orang. Hasilnya
sebesar 100%. Hal ini menunjukkan pada siklus II peserta didik lebih
bahwa mayoritas peserta didik kelas XI konsentrasi terhadap proses pembelajaran
MIA 5 SMAN 1 Enrekang telah mencapai sehingga hasil belajar peserta didik
kriteria ketuntasan minimal yaitu nilai 2,33 meningkat.
(B) dan ketuntasan kelas yaitu 80% dari Fase pengajuan pertanyaan
jumlah seluruh peserta didik dalam kelas (Questioning), pada fase ini guru
tersebut. memberikan kesempatan kepada peserta
didik untuk bertanya mengenai materi
B. Pembahasan yang belum dimengerti kemudian guru
Pembelajaran kooperatif tipe berdiskusi dengan peserta didik secara
NHT memiliki 6 langkah atau fase. Fase singkat tentang materi yang belum
pendahuluan yaitu guru menyampaikan dimengerti oleh peserta didik tersebut.
tujuan pembelajaran beserta indikator dan Pada siklus I, jumlah peserta didik yang
apersepsi terhadap peserta didik. Pada fase bertanya masih sangat kurang dikarenakan
ini peserta didik mendengarkan dan peserta didik kurang percaya diri untuk
menulis tujuan dan indikator pembelajaran mengajukan pertanyaan, dibuktikan oleh
yang disampaikan oleh guru agar peserta banyaknya peserta didik yang ragu-ragu
didik dapat mengetahui pokok materi yang mengacungkan tangan untuk bertanya.
akan mereka pelajari. Untuk mengatasi hal tersebut pada siklus
Fase penomoran (numbering), II, guru lebih mendorong peserta didik
pada fase ini guru membagi peserta didik untuk bertanya. Salah satu caranya yaitu
dalam beberapa kelompok secara guru mengunjungi tiap kelompok.
heterogen dan member nomor kepada Hasilnya banyak peserta didik yang lebih
peserta didik dalam tiap kelompok berani mengajukan pertanyaan.
berdasarkan kemampuan akademiknya dan Fase berpikir bersama (Heads
pada fase ini juga guru membagikan Together), pada fase ini guru mendampingi
LKPD kepada tiap kelompok untuk dan membimbing peserta didik dalam
didiskusikan. Pembagian kelompok dan kerja kelompok dan menyelesaikan LKPD
pemberian nomor kepala dilakukan lalu peserta didik menyatukan pendapatnya
berdasarkan tingkat akademik yang terhadap soal LKPD yang telah dikerjakan
dimiliki oleh peserta didik. Peserta didik dan memastikan bahwa setiap anggota
yang mendapatkan nomor kepala satu kelompok mengetahui jawaban dari
dalam kelompoknya merupakan peserta pertanyaan yang diberikan. Pada siklus I
didik yang memiliki tingkat akademik
Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe NHT Untuk Meningkatkan
Hasil Belajar Peserta Didik Kelas XI MIA 5 SMAN 1 Enrekang

beberapa peserta didik masih kurang dari soal yang dikerjakan oleh teman
mengerti dengan soal yang ada pada sekelompoknya.
LKPD yang diberikan dan masih ada Fase pemberian penghargaan,
peserta didik yang tidak membantu pada fase ini guru mempersilahkan peserta
anggota kelompoknya dalam mengerjakan didik untuk menyampaikan simpulan dari
soal LKPD. Selain itu pada siklus I juga materi yang telah dipelajari kemudian guru
ada satu atau dua peserta didik yang tidak memberi penguatan dan memberikan
mengerjakan soal LKPD dan lebih penghargaan kepada tiga kelompok
bergantung pada teman kelompoknya. terbaik. Pada siklus I, hanya satu atau dua
Sehingga pada siklus II, guru menegaskan peserta didik yang mau untuk
ulang pada peserta didik untuk menyampaikan kesimpulan dikarenakan
menggunakan berbagai literatur dalam peserta didik bingung apa yang harus dia
menjawab soal yang ada dalam LKPD dan katakana. Sehingga pada siklus II, guru
membantu menjelaskan pada peserta didik menunjuk langsung peserta didik untuk
ketika ada soal LKPD yang tidak menyimpulkan materi dan juga
dimengerti dan untuk lebih memastikan menegaskan pada peserta didik yang lain
peserta didik memahami materi guru untuk menuliskan kesimpulannya di
mengunjungi setiap kelompok untuk catatannya masing-masing. Hasilnya
melihat hasil diskusi peserta didik, dan peserta didik lebih berani untuk
menegaskan kepada peserta didik bahwa menyampaikan simpulannya.
penilaian dalam berkelompok merupakan Persentase rata-rata
bagian dari penilaian proses pembelajaran. keterlaksanaan pembelajaran model
Guru membagi soal yang ada di LKPD kooperatif tipe NHT secara keseluruhan
kepada peserta didik berdasarkan nomor dalam penelitian ini adalah sebesar 89.13%
kepala peserta didik sehingga masing- dengan kategori baik (Tabel 5). Pada
masing peserta didik memiliki tanggung siklus I, terdapat beberapa fase
jawab sendiri dan tidak melimpahkan pembelajaran yang belum maksimal dalam
semua soal LKPD kepada teman pelaksanaanya. Hal ini dikarenakan alokasi
kelompoknya. Hasilnya pada siklus II, waktu pembelajaran yang tidak
peserta didik lebih bertanggung jawab mencukupi. Namun, pada tiap pertemuan
terhadap tugasnya dan lebih bekerja sama menunjukkan peningkatan keterlaksanaan
dengan teman kelompoknya. pembelajaran. Adapun persentase rata-rata
Fase menjawab (Answering), pada dari lembar observasi untuk merefleksikan
fase ini guru menunjuk peserta didik dari langkah-langkah NHT dapat dilihat dalam
masing-masing kelompok berdasarkan penyajian dan analisis hasil observasi
nomor kepalanya untuk mempresentasikan untuk merefleksikan langkah-langkah
hasil pekerjaannya kemudian guru NHT) menunjukkan bahwa terjadi
memberikan penguatan dan menekankan peningkatan dari siklus I yaitu sebesar
penjelasan dan konsep mengenai materi. 57% dengan kategori cukup aktif menjadi
Pada siklus I peserta didik Peserta didik 84% dengan kategori aktif pada siklus II
ditunjuk berdasarkan nomor kepala dan dalam penelitian ini.
nomor soal peserta didik bernomor kepala Peningkatan rata-rata nilai hasil
1 mengerjakan soal nomor 1. Sedangkan belajar peserta didik yang diukur dengan
pada siklus II Peserta didik ditunjuk secara tes akhir hasil belajar dari siklus I yaitu 64
acak berdasarkan nomor soal. Peserta didik menjadi 81 pada siklus II. Persentase
bernomor kepala 1 mengerjakan soal ketuntasan kelas juga meningkat dari
nomor 3. Hal ini dilakukan untuk melihat siklus I yaitu 10% (Tabel 3) menjadi 83%
apakah peserta didik memahami jawaban (Tabel 7) pada siklus II. Pada siklus I
indikator yang tuntas yaitu menjelaskan
Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe NHT Untuk Meningkatkan
Hasil Belajar Peserta Didik Kelas XI MIA 5 SMAN 1 Enrekang

konsep asam basa menurut Arhenius, peserta didik pada rana afektif dan rana
menjelaskan sifat asam dan basa, psikomotorik juga meningkat. Pada rana
menjelaskan konsep asam basa menurut afektif nilai rata-rata peserta didik yaitu
Bronsted-Lowry, menjelaskan konsep 3.03 (B+) pada siklus I dan 3.30 (B+) pada
asam basa menurut Lewis, menghitung siklus II. Sedangkan pada rana
konsentrasi OH- dan H+ larutan asam atau psikomotorik nilai rata-rata peserta didik
basa yang diketahui konsentrasinya. yaitu 3.51 (A-) pada siklus I dan 3.55 (A-)
Sedangkan pada siklus II, indikator yang pada siklus
tuntas yaitu menjelaskan derajat keasaman
(pH), mengidentifikasi sifat larutan B. Saran
berdasarkan nilai pH dan indikator asam Model pembelajaran kooperatif
basa, menghitung pH larutan asam atau tipe NHT dapat digunakan sebagai salah
basa yang diketahui konsentrasinya , satu alternatif untuk meningkatkan hasil
menjelaskan titrasi asam basa, menentukan belajar peserta didik, tetapi ada hal yang
konsentrasi/kadar asam atau basa perlu dipertimbangkan yaitu guru
berdasarkan data hasil titrasi asam basa. sebaiknya memperhatikan alokasi waktu
Selain itu nilai hasil belajar peserta didik pelaksanaan pembelajaran sehingga dapat
pada rana afektif dan rana psikomotorik menjalankan proses pembelajaran sesuai
juga meningkat. Pada rana afektif nilai standar kurikulum yang berlaku.
rata-rata peserta didik yaitu 3.03 (B+) pada
siklus I dan 3.30 (B+) pada siklus II. DAFTAR PUSTAKA
Sedangkan pada rana psikomotorik nilai Qonitah, dkk. 2013. Pengaruh Penggunaan
rata-rata peserta didik yaitu 3.51 (A-) pada Pembelajaran Kooperatif Tgt
siklus I dan 3.55 (A-) pada siklus II. (Teams Games Tournament)
Berdasarkan uraian di atas, Dengan Permainan Word Square
penerapan model pembelajaran kooperatif Dan Crossword Terhadap Prestasi
tipe NHT dapat meningkatkan hasil belajar Belajar Ditinjau Dari
peserta didik kelas XI MIA 5 SMAN 1 Kemampuan Memori Siswa Pada
Enrekang yang menjadi latar belakang Materi Pokok Sistem Periodik
masalah dalam penelitian ini. Unsur Kelas X Sma Batik 2
Surakarta Tahun Pelajaran
2012/2013. Jurnal Pendidikan
KESIMPULAN DAN SARAN Kimia (JPK), Vol. 2 No. 2.
A. Kesimpulan Universitas Sebelas Maret:
Berdasarkan penelitian yang telah Surakarta.
dilakukan, maka dapat disimpulkan bahwa Sanjaya, W. 2010. Strategi Pembelajaran
langkah-langkah model pembelajaran Berorientasi Standar Proses
kooperatif tipe NHT yang dapat Pendidikan. Jakarta: Prenada
meningkatkan hasil belajar peserta didik Media Grup.
kelas XI MIA 5 SMAN 1 Enrekang yaitu Trianto. 2012. Mendesai Model
fase pendahuluan, fase penomoran Pembelajaran Inovatif-Progresif.
(numbering), fase pengajuan pertanyaan Jakarta: Kencana Perdana Media
(Questioning), fase berpikir bersama Group.
(Heads Together), fase menjawab
(Answering), fase pemberian penghargaan.
Persentase ketuntasan kelas meningkat dari
yaitu 10% pada siklus I menjadi 83% pada
siklus II. Selain itu nila hasil belajar

Anda mungkin juga menyukai