Salah satu cara yang paling ekonomis, mudah dan aman untuk
mengirimkan energi adalah melalui bentuk energi listrik. Pada pusat
pembangkit, sumberdaya energi primer seperti bahan baker fosil
(minyak, gas alam, dan batubara), hidro, panas bumi, dan nuklir diubah
menjadi energi listrik. Generator sinkron mengubah energi mekanis yang
dihasilkan pada poros turbin menjadi energi listrik.
Satuan listrik :
Pada reactor air tekan (pressurized water reactor) terdapat dua rangkaian
yang seolah-olah terpisah. Pada rangkaian pertama bahan baker uranium-
235 yang diperkaya dan tersusun dalam pipa-pipa berkelompok, disundut
untuk menghasilkan panas dalam reactor. Karena air dalam bejana penuh,
maka tidak terjadi pembentukan uap, melainkan air menjadi panas dan
bertekanan. Air panas yang bertekanan tersebut kemudian mengalir ke
rangkaian kedua melalui suatu generator uap yang terbuat dari baja.
Generator uap ini kemudian menghasilkan uap yang memutar turbin dan
proses selanjutnya mengikuti siklus tertutup sebagaimana berlangsung
pada turbin uap PLTU.
Konversi energi baik dari energi listrik menjadi energi mekanik (motor)
maupun sebaliknya dari energi mekanik menjadi energi listrik (generator)
berlangsung melalui medium medan magnet. Energi yang akan diubah
dari satu system ke system lainnya, sementara akan tersimpan pada
medium medan magnet untuk kemudian dilepaskan menjadi energi
system lainnya. Dengan demikian, medan magnet di sini selain berfungsi
sebagai tempat penyimpanan energi juga sekaligus sebagai medium
untuk mengkopel perubahan energi.
atau dalam persamaan differensial, konversi energi dari elektris ke mekanis adalah
sebagai berikut:
Ini hanya berlaku ketika proses konversi energi sedang berlangsung pada keadaan
dinamis yang transient. Untuk keadaan tunak, dimana fluks merupakan harga yang
konstan, maka
dWF = 0
dWE = dWM
d = B l ds
E = d/dt
Maka e = B l ds/dt; dimana ds/dt = v = kecepatan
Jadi, e = B l v
2.3. Kopel
F=BIl
T=Fr
Pada umumnya mesin dinamik terdiri atas bagian yang berputar disebut
rotor dan bagian yang diam disebut stator. Di antara rotor dan stator
terdapat celah udara. Stator merupakan kumparan medan yang berbentuk
kutub sepatu dan rotor merupakan kumparan jangkar dengan belitan
konduktor yang saling dihubungkan ujungnya (lihat gambar) untuk
mendapatkan tegangan induksi (ggl).
Jika kumparan rotor diputar dengan arah berlawanan dari arah jarum jam,
tegangan akan dibangkitkan dengan arah yang berlawanan pada kedua
ujung rotor yang tidak dihubungkan.
http://www.sciencejoywagon.com/physicszone/lesson/otherpub/wfendt/g
eneratorengl.htm
Kerja suatu mesin dinamis dapat juga dilihat dari segi adanya interaksi
antar medan magnet stator dan rotor, yaitu:
F=BIl
T = K Br Bs sin
Dimana
K adalah konstanta l x r
Sudut dikenal sebagai sudut kopel atau sudut daya dengan harga
maksimum = 90o. Dengan menganggap Br dan Bs sebagai fungsi arus
rotor dan arus stator, persamaan kopel menjadi:
T = K Ir Is sin
Pada setiap satu kali putaran mesin, tegangan induksi yang ditimbulkan
sudah menyelesaikan p/2 kali putaran. Maka untuk mesin 4 kutub, satu
kali putaran mekanik mesin (360o) berarti sama dengan dua kali putaran
listrik (720o). Persamaan umumnya adalah sebagai berikut:
e = (p/2) m
e = sudut listrik
m = sudut mekanik
2.7. Frekuensi
f = (p/2) (n/60)
ns = 120 (f/p)
Jadi misalnya untuk generator sinkron yang bekerja dengan frekuensi 50
putaran per detik dan mempunyai jumlah kutub p=2, maka kecepatan
berputar mesin tersebut adalah:
http://www.physics.uiowa.edu/~umallik/adventure/induction.htm
3. MOTOR INDUKSI
Motor induksi merupakan motor arus bolak balik (ac) yang paling luas
penggunaannya. Penamaannya berasal dari kenyataan bahwa arus rotor motor
ini bukan diperoleh dari sumber tertentu, tetapi merupakan arus yang terinduksi
sebagai akibat adanya perbedaan relative antara putaran rotor dengan medan
putar (rotating magnetic field) yang dihasilkan oleh arus stator.
Belitan stator yang dihubungkan dengan suatu sumber tegangan tiga fasa akan
menghasilkan medan magnet yang berputar dengan kecepatan sinkron (ns =
120f/2p). Medan putar pada stator tersebut akan memotong konduktor-
konduktor pada rotor, sehingga terinduksi arus; dan sesuai dengan Hukum
Lentz, rotor pun akan ikut berputar mengikuti medan putar stator.
Perbedaan putaran relative antara stator dan rotor disebut slip. Bertambahnya
beban, akan memperbesar kopel motor, yang oleh karenanya akan memperbesar
pula arus induksi pada rotor, sehingga slip antara medan putar stator dan
putaran rotor pun akan bertambah besar. Jadi , bila beban motor bertambah,
putaran rotor cenderung menurun. Dikenal dua tipe motor induksi yaitu motor
induksi dengan rotor belitan dan rotor sangkar.
Gambar motor induksi.
Sumber : http://www.automatedbuildings.com/news/jul01/art/abbd/abbd.htm
Sumber : http://www.tpub.com/doeelecscience/electricalscience2144.htm
Pada posisi T1, arus pada fasa C berada pada harga positif
maksimumnya. Pada saat yang sama, arus pada fasa A dan B berada pada
separuh harga negative maksimumnya. Medan magnet yang dihasilkan
terbentuk secara vertical dengan arah ke bawah, dengan kekuatan medan
maksimum terjadi sepanjang fasa C, antara kutub C (utara) dengan C’
(selatan). Medan magnet ini dibantu oleh medan-medan yang lebih lemah
yang dihasilkan sepanjang fasa A dan B, dengan kutub-kutub A’ dan B’
menjadi kutub-kutub utara dan kutub-kutub A dan B menjadi kutub-
kutub selatan.
Pada posisi T2, gelombang sinus arus telah berotasi sebanyak 60 derajat
listrik. Pada posisi ini, arus dalam fasa A telah naik hingga harga
negative maksimumnya. Arus pada fasa B mempunya arah yang
berlawanan dan berada pada separuh harga maksimum positifnya. Begitu
pula arus pada fasa C telah turun hingga separuh dari harga maksimum
positifnya. Medan magnet yang dihasilkan terbentuk ke kiri arah bawah,
dengan kekuatan medan maksimum sepanjang fasa A, antara kutub-kutub
A’ (utara) dan A (selatan). Medan magnet ini dibantu oleh medan-medan
yang lebih lemah yang timbul sepanjang fasa B dan C, dengan kutub-
kutub B dan C menjadi kutub-kutub utara dan kutub-kutub B’ dan C’
menjadi kutub-kutub selatan. Di sini terlihat bahwa medan magnet pada
stator motor secara fisik telah berputar sebanyak 60o.
Pada posisi T3, gelombang sinus arus berputar lagi 60 derajat listrik dari
posisi sebelumnya hingga total rotasi pada posisi ini sebesar 120 derajat
listrik. Pada posisi ini, arus dalam fasa B telah naik hingga mencapai
harga positif maksimumnya. Arus pada fasa A telah turun hingga separuh
dari harga negative maksimumnya, sementara arus pada fasa C telah
berbalik arah dan berada pada separuh harga negative maksimumnya
pula. Medan magnet yang dihasilkan mengarah ke atas kiri, dengan
kekuatan medan maksimum sepanjang fasa B, antara kutub B (utara) dan
B’ (selatan). Medan magnet ini dibantu oleh medan-medan yang lebih
lemah sepanjang fasa A dan C, dengan kutub-kutub A’ dan C’ menjadi
kutub-kutub utara dan kutub-kutub A dan C menjadi kutub-kutub selatan.
Sehingga terlihat di sini bahwa medan magnet pada stator telah berputar
60o lagi dengan total putaran sebesar 120o.
Pada posisi T4, gelombang sinus arus telah berotasi sebanyak 180 derajat
listrik dari titik T1 sehingga hubungan antara arus-arus fasa adalah
indentik dengan posisi T1 kecuali bahwa polaritasnya telah berbalik.
Karena fasa C kembali pada harga maksimum, medan magnet yang
dihasilkan sepanjang fasa C kembali berada pada harga maksimum,
medan magnet yang dihasilkan sepanjang fasa C akan memiliki kekuatan
medan maksimum. Meskipun demikian, dengan arus yang mengalir
dalam arah yang berlawanan pada fasa C, medan magnet yang timbul
mempunyai arah ke atas antara kutub C’ (utara) dan C (selatan). Terlihat
bahwa medan magnet sekarang telah berotasi secara fisik sebanyak 180o
dari posisi awalnya.
Pada posisi T5, fasa A berada pada harga positif maksimumnya, yang
menghasilkan medan magnet ke arah atas sebelah kanan. Kembali,
medan magnet secara fisik telah berputar 60o dari titik sebelumnya
sehingga total rotasi sebanyak 240o. Pada titik T6, fasa B berada pada
harga maksimum negative yang menghasilkan medan magnet ke arah
bawah sebelah kanan. Medan magnet pun telah berotasi sebesar 60o dari
titik T5 sehingga total rotas adalah 300o.
Akhirnya, pada titik T7, arus kembali ke polaritas dan nilai yang sama
seperti pada Posisi T1. Karenanya, medan magnet yang dihasilkan pada
posisi ini akan identik dengan pada posisi T1. Dari pembahasan ini,
terlihat bahwa untuk satu putaran penuh gelombang sinus listrik (360o),
medan magnet yang timbul pada stator sebuah motor juga berotasi satu
putaran penuh (360o). Sehingga, dengan menerapkan tiga-fasa AC
kepada tigfa belitan yang terpisah secara simetris sekitar stator, medan
putar (rotating magnetic field) juga timbul.
3.2. SLIP
Jika arus bolak balik dikenakan pada belitan stator dari sebuah motor
induksi, sebuah medan putar timbul. Medan putar ini memotong batang
rotor dan menginduksikan arus kepada rotor. Arah aliran arus ini dapat
ditentukan dengan menggunakan aturan tangan kiri untuk generator.
Dari penjelasan di atas, terlihat bahwa rotor pada motor induksi tidak pernah dapat
berputar dengan kecepatan yang sama dengan kecepatan medan putar. Jika
kecepatan rotor sama dengan keceparan medan putar stator, maka tidak ada gerak
relatif antara keduanya, dan tidak akan ada induksi EMF kepada rotor. Tanpa
induksi EMF ini, tidak akan ada interaksi medan yang diperlukan untuk
menimbulkan gerak. Rotor, karenanya ahrus berputar dengan kecepatan yang lebih
rendah dari kecepatan medan putar stator jika gerak relatif tersebut harus ada
antara keduanya.
Persentase perbedaan antara kecepatan rotor dan kecepatan medan putar disebut
dengan slip. Semakin kecil slip, semakin dekat pula kecepatan rotor dengan
kecepatan medan putar. Persen slip dapat dicari menggunakan Equation (12-1).
dimana
Kecepatan medan putar atau kecepatan sinkron dari suatu motor dapat dicari
dengan menggunakan Equation (12-2).
dimana
Contoh: Sebuah motor induksi dua kutub, 60 Hz, mempunyai kecepatan pada
beban penuh sebesar 3554 rpm. Berapakah persentase slip pada beban penuh?
Solusi:
3.3. Torque
Torque motor induksi AC tergantug kepada kekuatan medan rotor dan
stator yang saling berinteraksi dan hubungan fasa antara keduanya.
Torque dapat dihitung dengan Equation (12-3).
dimana
Jika dua belitan stator dengan impedansi yang tidak sama dipisahkan
sejauh 90 derajat listrik dan terhubung secara parallel ke sumber satu
fasa, medan yang dihasilkan akan tampak berputar. Ini disebut dengan
pemisahan fasa (phase splitting).
Pada motor fasa terpisah (split-phase motor), dipergunakanlah lilitan
starting untuk penyalaan. Belitan ini mempunyai resistansi yang lebih
tinggi dan reaktansi yang lebih rendah dari belitan utama. Jika tegangan
yang sama VT dikenakan pada belitan starting dan utama, arus pada
belitan utama (IM) tertinggal dibelakang arus pada belitan starting (IS).
Sudut antara kedua belitan mempunyai beda fasa yang cukup untuk
menimbulkan medan putar untuk menghasilkan torque awal (starting
torque). Ketika motor mencapai 70 hingga 80% dari kecepatan sinkron,
saklar sentrifugal pada sumbu motor membuka dan melepaskan belitan
starting. Motor satu fasa biasanya digunakan untuk aplikasi kecil seperti
peralatan rumah tangga (contoh mesin pompa).
Seperti diketahui, rotor motor sinkron terkunci dengan medan putar dan
harus terus beroperasi pada kecepatan sinkron untuk semua keadaan
beban. Selama kondisi tanpa beban (no-load), garis tengah kutub medan
putar dan kutub medan dc berada dalam satu garis (gambar dibawah
bagian a). Seiring dengan pembebanan, ada pergeseran kutub rotor ke
belakang, relative terhadap kutub stator (gambar bagian b). Tidak ada
perubahan kecepatan. Sudut antara kutub rotor dan stator disebut sudut
torque .
Jika beban mekanis pada motor dinaikkan ke titik dimana rotor ditarik keluar dari
sinkronisasi , maka motor akan berhenti. Harga maksimum torque sehingga
motor tetap bekerja tanpa kehilangan sinkronisasi disebut pull-out torque.
4. GENERATOR AC (ALTERNATOR)
Hampir semua tenaga listrik yang dipergunakan saat ini bekerja pada sumber
tegangan bolak balik (ac), karenanya, generator ac adalah alat yang paling
penting untuk menghasilkan tenaga listrik. Generator ac, umumnya disebut
alternator, bervariasi ukurannya sesuai dengan beban yang akan disuplai.
Sebagai contoh, alternator pada PLTA mempunyai ukuran yang sangat besar,
membangkitkan ribuan kilowatt pada tegangan yang sangat tinggi. Contoh
lainnya adalah alternator di mobil, yang sangat kecil sebagai perbandingannya.
Beratnya hanya beberapa kilogram dan menghasilkan daya sekitar 100 hingga
200 watt, biasanya pada tegangan 12 volt.
Sumber lain :
http://www.rowand.net/Shop/Tech/AlternatorGeneratorTheory.htm
ROTATING-ARMATURE ALTERNATOR
ROTATING-FIELD ALTERNATORS
Stator terdiri dari inti besi yang dilaminasi dengan belitan armature yang
melekat pada inti ini.
Sumber : http://www.adtdl.army.mil/cgi-bin/atdl.dll/fm/55-509-1/Ch13.htm
4.2. Fungsi-Fungsi Komponen Alternator
Exciter adalah sebuah generator dc eksitasi sendiri dengan belitan shunt. Medan
exciter menghasilkan intensitas fluks magnetic antara kutub-kutubnya. Ketika
armature exciter berotasi dalam fluks medan exciter, tegangan diinduksikan dalam
belitan armature exciter. Keluaran dari komutator exciter dihubungkan melalui
sikat dan slip ring ke medan alternator. Karena arusnya adalah arus searah, maka
arus selalu mengalir dalam satu arah melalui medan alternator. Sehingga, medan
magnet dengan polaritas tetap selalu terjadi sepanjang waktu dalam belitan medan
alternator. Ketika alternator diputar, fluks magnetiknya dilalukan sepanjang belitan
armature alternator. Tegangan bolak balik pada belitan armature generator ac
dihubungkan ke beban melalui terminal.
Semua generator, besar dan kecil, ac dan dc, membutuhkan sebuah sumber daya
mekanik untuk memutar rotornya. Sumber daya mekanis ini disebut prime mover.
Prime mover dibagi dalam dua kelompok yaitu untuk high-speed generator dan
low-speed generator. Turbin gas dan uap pada PLTG dan PLTU adalah penggerak
utama berkecepatan tinggi sementara mesin pembakaran dalam (internal
combustion engine), air pada PLTA dan motor listrik dianggap sebagai prime
mover berkecepatan rendah.
Jenis prime mover memainkan peranan penting dalam desain alternator karena
kecepatan pada mana rotor diputar menentukan karakteristik operasi dan
konstruksi alternator.
ROTOR ALTERNATOR
Ada dua jenis rotor yang digunakan untuk alternator medan berputar yaitu turbine-
driven dan salient-pole rotor. Jenis turbine-driven digunakan untuk kecepatan
tinggi dan salient-pole untuk kecepatan rendah. Belitan pada turbine-driven rotor
disusun sedemikian rupa sehingga membentuk dua atau empat kutub yang berbeda.
Belitan-belitan tersebut dilekatkan erat-erat di dalam slot agar tahan terhadap gaya
sentrifugal pada kecepatan tinggi.
Salient-pole rotor seringkali terdiri dari beberapa kutub yang dibelit terpisah,
dibautkan pada kerangka rotor. Salient-pole rotor mempunyai diameter yang lebih
besar dari turbine-driven rotor. Pada putaran per menit yang sama, salient-pole
memiliki gaya sentrifugal yang lebih besar. Untuk menjaga keamanan dan
keselatan sehingga belitannya tidak terlempar keluar mesin, salient-pole hanya
digunakan pada aplikasi keceparan rendah.
4.4. Frekuensi
Sebuah generator empat kutub dengan kecepatan 1800 rpm juga bekerja
pada frekuensi 60 Hz.
Sebagaimana yang telah kita lihat, ketika beban pada generator berubah,
tegangan terminal pun ikut berubah. Besarnya perubahan tergantung pada
desain generator.
Anggap bahwa tegangan tanpa beban generator adalah 250 volt dan
tegangan beban penuh adalah 220 volt. Persen regulasi adalah:
Referensi:
http://www.tpub.com/neets/book5/17.htm
http://www.tpub.com/doeelecscience/electricalscience2143.htm