Anda di halaman 1dari 9

Pemicu

Diduga Depresi, Hendra Bacoki Tubuhnya Sendiri

 Korban sekarat dan dilarikan ke Rumah Sakit

Diduga mengalami depresi, Asen alias Hendra (30) warga Jalan Buluh Perindu Gang Sepakat,
Kecamatan Medan Tembung, mencoba menghabisi nyawanya dengan cara membacoki tubuhnya
sendiri dengan parang pemotong daging, Sabtu (23/7) pagi.

Namun nyawa Hendra bisa diselamatkan. Dengan kondisi sekarat serta luka – luka di sekujur
tubuhnya, Hendra dilarikan ke RSU Deli Medan guna mendapat perawatan medis.

Keterangan dari keluarga korban di RS, sebelum peristiwa pembacokan itu terjadi, Akiet alias
Hendi (27) yang merupakan sepupu Hendra, saat itu berada di loteng rumahnya. Ketika turun ke lantai
1, Hendi melihat sepupunya Hendra tengah berbicara ngawur seorang diri sembari meneteng parang
daging. Tiba – tiba Hendra membacoki tangan kirinya sendiri, kemudia membacok kepala dan
lehernya hingga berulang- ulang.

Hendi yang ketakutan langsung berlari ke lantai 3 dan melompat ke lantai 1 lewat jendela.
Akibatnya Hendi mengalami luka memar di kepala dan tangannya. Dengan menahan sakit, Hendi
berteriak minta tolong, seketika itu juga warga sekitar berdatangan.

Babinkamtibnas dan warga setempat langsung mendobrak pintu rumah dan mendapati Hendra
terkapar bersimbah darah dengan kondisi sekarat. Selanjutnya Hendra dibawa ke RSU Deli Medan
dengan ambulans.

Ketika diwawancarai wartawan, Hendi menjelaskan, ketika ia turun ke lantai 1, namun pintu
dikunci Hendra yang ssaat itu berbicara seorang diri. Tiba – tiba Hendra langsung membacok
tubuhnya hingga bersimbah darah.

Menurut Hendi, sebelum bertindak nekat Hendra sering ketakutan atau paranoid. “Teman – teman
Hendra belum lama ini mengatakan kepada saya bahwa korban merasa ketakutan jika ditangkap
polisi” katanya.

Ketika ditanya apakah korban merupakan seorang pecandu berat Narkoba. Hendi mengaku tak
mengetahuinya sama sekali. “Kalau masalah Hendra pecandu narkoba, saya tak tahu pasti. Hendra
selama ini jarang keluar kamar dan ia memiliki sifat tertutup kepada semua orang termasuk
keluarganya sendiri.

“Setau saya Hendra tak memiliki teman wanita. Korban juga tak memiliki pekerjaan tetap”,
ucapnya

Pantauan di Rumah Sakit, Kapolsek Percut Sei Tuan Kompol Lesman Z, terlihat mengecek
kondisi Hendra. Ketika Kapolsek ditanyai mengaku saat ini kondisi Hendra masih sekarat. “Hendra
saat ini belum bisa diminta keterangannya karena kondisinya sekarat dan masih ditangani intensif
pihak dokter. Sedangkan saksi – saksi, diantaranya keponakan korban sudah dimintai keterangannya,”
ujarnya.

1
I. Klarifikasi Istilah

II. Definisi Masalah

1. Membacoki tubuhnya sendiri


2. Berbicara ngawur seorang diri
3. Ketakutan
4. Menutup diri

III. Analisa Masalah

A. Membacoki tubuhnya sendiri


 Depresi
 Halusinasi
 Ansietas
 Gangguan Kepribadian
B. Berbicara Ngawur Sendirian
 Halusinasi
 Depresi
C. Ketakutan
 Waham Curiga
 Ilusi
D. Menutup Diri
 Menurunnya komunikasi efektif
 Gangguan kepribadian
 Apatis
 Ansietas
 Waham Curiga

2
IV. Gali Konsep

Os Laki - laki 30 tahun

AlloAnamnesa : Pemeriksaan Fisik :

 tidak mempunyai pekerjaan  Keadaan Fisik : Kritis


Penyebab :  tidak ada teman wanita  Kesadaran : kurang baik
 takut ditangkap polisi  Vital Sign : Normal
 Depresi
 Halusinasi
 Gangguan Kepribadian
Keluhan :
 Waham curiga
 Ilusi  Ketakutan
 Berbicara Sendiri
 Menutup diri Pemeriksaan Penunjang

 Lab : belum dapat dilakukan


 Psikologis : belum dapat
dilakukan
Reaksi yang terjadi :

 Bacok diri sendiri

Diagnosa Differential :

 Skizofrenia
 Depresi Akut
 Stressor

3
V. Learning Objective

1. Halusinasi dan macam – macamnya


2. Waham dan bentuk – bentuknya
3. Psikosis dan gangguan jiwa berat
4. Van Gogh Syndrome
5. Penatalaksanaan gaduh gelisah
6. Pencegahan psikosi dan prognosa

VI.Kumpulan Informasi

1. Halusinasi : persepsi atau tanggapan dari panca indera tanpa adanya rangsangan ( stimulus )
eksternal)
Macam - macam halusinasi :
 Halusinasi penglihatan (visual, optik): tak berbentuk(sinar, kilapan atau pola cahaya) atau
yang berbentuk(orang, binatang, barang yang dikenal) baik itu yang berwarna atau tidak
 Halusinasi pendengaran (autif, akustik): suara manusia, hewan, binatang mesin, barang,
kejadian alamiah atau musik
 Halusinasi Penciuman (olfaktorius): mencium sesuatu bau
 Halusinasi pengecap (gustatorik) : merasa/ mengecap sesuatu
 Halusinasi peraba (taktil) : merasa diraba, disentuh, ditiup,disinari atau seperti ada ulat
bergerak di bawah kulitnya
 Halusinasi kinestetik : merasa badannya bergerak dalam sebuah ruangan, atau anggota
badannya bergerak (umpamanya anggota badan bayangan atau phantom limb)
 Halusinasi viseral : perasaan tertentu timbul didalam tubuhnya
 Halusinasi Hipnagogik : terdapat ada kalanya pada seorang yang normal, tetap sebelum
tertidur persepsi sensorik bekerja salah
 Halusinasi hipnopompik : seperti pada halusinasi Hipanogogik, tetap terjadi tepat sebelum
terbangun samasekali dari tidurnya. Disamping itu ada pula pengalaman halusinatorik dalam
impian yang normal
 Halusinasi histerik : Timbul pada nerosa histerik karena konflik emosional

2. Waham : Suatu keyakinan seseorang yang tidak sesuai dengan kenyataan, tetapi
dipertahankan dan tidak dapat diubah oleh orang lain.
Bentuk – bentuk waham :
 Waham Kejar : Sebuah waham dengan tema utama bahwa pasien diserang, diganggu, ditipu,
disiksa atau dilawan komplotan.
 Waham Referensi : Keyakinan bahwa objek, kejadian atau orang memiliki sebuah makna
pribadi bagi pasien. Umumnya dalam bentuk negatif diturunkan dari ide referensi, dimana
seseorang secara salah merasa bahwa ia sedang dibicarakan orang lain.
 Waham Kebesaran : Menunjukkan kepentingan, kemampuan, kekuatan, pengetahuan atau
identitas yang berlebihan atau hubungan khusus dengan dewa atau orang terkenal.
 Waham rasa bersalah dan Ketidakberhargaan : Ditemukan lebih sering pada penyakit depresi
dan terkadang disebut waham depresi. Tema-tema yang khas adalah kesalahan yang kecil dari

4
hukum pada masa yang lalu akan ditemukan dan membawa malu pada pasien, atau
kesalahannya akan membawa ganti rugi pada keluarganya.
 Waham Nihilistik : Merupakan keyakinan tentang ketiadaan beberapa orang atau sesuatu.
Tapi pengertian ini diperluas hingga termasuk ide-ide pesimis bahwa karier pasien berakhir,
ia akan mati, tidak memiliki uang atau bahwa dunia adalah merupakan sebuah malapetaka.
Waham nihilistik dihubungkan dengan derajat ekstrim dari mood depresi.
 Waham Somatik : Keyakinan palsu yang menyangkut fungsi tubuh pasien. Dimana pasien
memiliki suatu cacat fisik atau kondisi medis umum.
 Waham Agama : Waham yang berisi nilai agama, lebih sering terjadi pada mas dulu dari pada
masa sekarang, agaknya mencerminkan bagian terbesar bahwa agama dijalankan dalam
kehidupan orang-orang biasa dimasa lalu. Suatu keyakinan agama yang tidak biasa dan
dipegang dengan kuat ditemui diantara anggota kelompok agama minoritas, dapat disarankan
untuk berbicara kepada anggota yang lain sebelum menentukan apakah ide-ide itu abnormal
atau tidak.
 Waham Cemburu : Keyakinan palsu yang didapatkan dari kecemburuan patologis bahwa
kekasih pasien adalah tidak jujur.
 Waham Seksual atau Cinta (Erotomania) : Keduanya jarang terjadi namun jika terjadi hal ini
sering terjadi pada wanita. Waham mengenai hubungan seksual seringkali sekunder pada
halusinasi somatik yang dirasakan pada genital. Seorang wanita dengan waham cinta percaya
bahwa ia dicintai oleh pria yang biasanya tak dapat digapai, dari golongan status sosial yang
lebih tinggi dan kepada siapa dia belum pernah bicara.
 Waham Pengendalian : Keyakinan bahwa tindakan, perasaan dan kemauan adalah benar-
benar berasal dan dipengaruhi atau diatur oleh orang atau kekuatan dari luar.
a. Penarikan Pikiran (thought withdrawal)
Keyakinan bahwa pikirannya telah ditarik keluar
b. Penanaman Pikiran (thought insertion)
Keyakinan bahwa beberapa pikirannya adalah bukan miliknya telah ditanamkan kedalam
pikirannya oleh kekuatan dari luar.
c. Penyiaran Pikiran (thought broadcasting)
Keyakinan bahwa pikirannya telah diketahui oleh yang lain, seolah-olah setiap orang
dapat membaca pikirannya.
d. Pengendalian pikiran (thought control)
Keyakinan bahwa pikiran pasien dikendalikan oleh orang atau tenaga lain.

3. Psikosis : Masalah kesehatan mental yang menyebabkan orang sakit untuk memahami dan
menafsirkan sesuatyang berbeda dari orang - orang disekitar mereka. Hal ini mungkin
melibatkan halusinasi atau delusi. Pasien psikotik merasa dirinya tidak sakit, meskipun sudah
ada bukti adanya perubahan perilaku yang tidak wajar secara jelas. Pasien tidak mau minum
obat atau tidak mau diajak berobat, atau bila waham dianggap dia ingin diracuni. Keadaan
merasa tidak sakit inilah yang mempersulit pengobatan, apabila keluarga juga mengiyakan
keadaan si pasien yang merasa tidak sakit, pasien semakin menolak untuk diobati. Disini
peran keluarga penting, kalau adanya gejala – gejala seperti waham, halusinasi, delusi, segera
berkonsultasi ke dokter spesialis jiwa.
Gangguan Jiwa Berat : Mereka yang mengalami gangguan jiwa berat tidak bisa
menjalankan kehidupannya sehari – hari, bicaranya tidak nyambung, sering berperilaku
menyimpang dan terkadang mengamuk. Contoh dari gangguan jiwa berat ini adalah mania
dan skizofrenia. Pada skizofrenia tersebut ada 2 bagian sindrom untuk mendiagnosa

5
skizofrenia yaitu sindrom positif dan sindrom negatif. Pada sindrom positif ada gejala waham,
kekacauan proses berpikir, halusinasi, gaduh gelisah, kebesaran, kecurigaan, sedangkan pada
sindrom negatif ada gejala afek tumpul, penarikan emosional, kemiskinan rapport ( susah
berhubungan dengan pasien), penarikan diri dari hubungan sosial secara pasif/apatis,
kesulitan dalam pemikiran abstrak, kurangnya spontanitas dan pendengaran, pemikiran
stereotipi.

4. Van Gogh Syndrome


Disebut juga cedera diri yaitu cedera disengaja dan langsung ke diri yang mencakup
gigitan, terbakar, ulserasi dan membenturkan kepala. Cedera ini jarang fatal dan biasanya
tidak bunuh diri di alam. Perilaku ini adalah umum di antara remaja, pasien psikiatri dan pada
wanita. gangguan bipolar, penyalahgunaan obat dan sindrom metabolik seperti Lesch-Nyhan
dan sindrom Munchausen ini sering dikaitkan dengan gangguan ini. Mutilasi berulang diri
disebut sindrom Van Gogh setelah pelukis terkenal yang memotong telinganya dan
memberikannya kepada seorang prostitusi
Bisa juga sebagai sebuah istilah aneh untuk memutilasi diri sendiri, misalnya
amputasi ekstremitas, enukleasi mata atau mengebiri yang mungkin berhubungan dengan
delusi dismorfik, gangguan citra tubuh atau psikosis, atau komponen dari sindrom Lesch-
Nyhan.

5. Penatalaksanaan Gaduh Gelisah


Tetap waspada, kuasai keadaan, bersikap ramah seperti contohnya jika pasien diikat,
ada baiknya ikatan dibuka tetapi tetap dipegang oleh penjaga.
Suntikan secara intramuskuler dengan neuroleptikum (tranquiliezer mayor) yang
mempunyai dosis terapeutik tinggi (misalnya : chlorpromazine HCL), pada umumnya sangat
berguna untuk mengendalikan psikomotorik yang meningkat. Bila tidak ada, maka suntikan
dengan neuroleptikum (tranquiliezer mayor) yang mempunyai dosis terapeutik rendah,
misalnya trifluoperazine (stezaline), haloperidol, atau fluphenazine HCL (anatensol) dapat
juga dipakai, biarpun efeknya mungkin tidak secepat neuroleptikum dosis terapeutik tinggi.
Bila tidak ada juga, maka tranquiliezer pun dapat dipakai, misalnya diazepam (valium atau
stesolid), disuntik secara intravena, dengan mengingat bahwa tranquilizer bukan suatu
antipsikotikum seperti neuroleptika, tetapi meskipun demikian kedua – duanya mempunyai
anti tegang, anti cemas dan anti agitasi.
Efek samping neuroleptikum yang segera timbul terutama yang mempunyai dosis
teraupetik tinggi, adalah hipotensi postural, lebih sering pada pasien dengan susunan saraf
vegetatif yang labil atau pasien lansia. Untuk menegah terjadinya sinkop, maka pasien jangan
langsung berdiri dari keadaan berbaring, tetapi sebaiknya duduk dulu kurang lebih 1 menit.
Penjagaan dan perawatan agar os jangan mengalami kecelakaan, melukai diri sendiri,
menyerang orang lain atau merusak barang - barang.
Bila OS sudah tenang dan kooperatif, maka pengobatan dengan neuroleptikum
dilanjutkan (bila perlu suntikan juga dilanjutkan). Tempat berbaringnya harus memuaskan,
jangan sampai mengganggu pasien sehingga ia gelisah. Pemberian makanan dan cairan juga
harus memadai.
Pasien dengan amok (mengamuk), bila saat sampai ke kita tidak mengamuk lagi, kita
tinggal berusaha menenteramkan saja dan mengobati keadaan fisik jika ada. Psikosis
skizofrenia dan bipolar memerlukan pengobatan jangka panjang dengan neuroleptikum.

6
6. Pencegahan Psikosis : Bersifat kausal yang berarti pencegahan yang dilakukan tergantung
pada etiologi psikosi itu sendiri.

Prognosa Psikosis : Bersifat kausal yang berarti baik atau buruknya prognosa bergantung
pada penyebab dari psikosis itu sendiri. Jika dapat diobati, maka prognosanya baik, jika
sebaliknya, makan prognosa buruk. Penanganan dengan pengobatan antipsikotik disarankan.
Beberapa kondisi kronik, seperti skizofrenia, mungkin membutuhkan terapi yang lebih lama
dengan pengobatan antipsikotik untuk mengendalikan gejala.

7
Kesimpulan

OS laki - laki 30 tahun dengan keluhan ketakutan, berbicara sendiri, menutup diri dan
membacoki diri sendiri ini didiagnosa sementara skizofrenia dan harus dilakukan pemeriksaan
lanjutan untuk dapat menegakkan diagnosa seperti pemeriksaan aksis dan reality testing of ability
(RTA) serta dapat dilakukan pemeriksaan radiologi seperti CT-Scan untuk memeriksa apakah ada lesi
pada otak yang dapat menyebabkan gangguan jiwa.

8
Daftar Pustaka
Wiramihardja, Sutardjo A. (2005). Pengantar Psikologi Abnormal. Bandung : PT. Refika Aditama

Smet, Bart. (1994). Psikologi Kesehatan. Jakarta. PT. Gramedia Widiasarana Indonesia

Maramis, W. F. (2008). Ilmu Kedokteran Jiwa. Surabaya : Universitas Airlangga

Baihaqi M.I.F. (2005). Psikiatri : Konsep Dasar dan Gangguan Gangguan Jiwa. Bandung : PT. Refika
Aditama

Dirgagunarsa, Singgih. (1999). Pengantar Psikologi. Jakarta

Anda mungkin juga menyukai