Anda di halaman 1dari 13

LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN

KLIEN DENGAN MASALAH KEPERAWATAN JIWA


PERILAKU KEKERASAN

A. MASALAH UTAMA
Perilaku kekerasan

B. PROSES TERJADINYA MASALAH


1. Definisi
Perilaku kekerasan adalah tingkahlaku individu yang ditujukan
untuk melukai atau mencelakakan individu lain yang tidak menginginkan
datangnya tingkah laku tersebut (Purba, 2008).
Perilaku kekerasan merupakan keadaan individu yang beresiko
menimbulkan bahaya secara langsung terhadap dirinya sendiri maupun
orang lain (Carpenito, 2008). Perilaku kekerasan merupakan perilaku
yang bertujuan melukai seseorang secara langsung maupun psikologis
(Soetjiningsih, 2007).
Perilaku kekerasan merupakan suatu keadaan dimana seseorang
melakukan tindakan yang dapat membahayakan secara fisik, baik kepada
diri sendiri maupun orang lain (Yosep, 2007).
Jadi, perilaku kekerasan merupakan tindakan mengungkapkan
perasaan dengan cara mencederai diri sendiri atau orang lain.
Gejala klinis yang ditemukan pada klien dengan perilaku kekerasan
didapatkan melalui pengkajian meliputi:
a. Wawancara: diarahkan penyebab marah, perasaan marah, tanda-
tanda marah yang dirasakan oleh klien.
b. Observasi: muka merah, pandangan tajam, otot tegang, nada suara
tinggi, berdebat dan sering pula tampak klien memaksakan
kehendak: merampas makanan, memukul jika tidak senang.

1
2. Penyebab terjadinya masalah
Perilaku kekerasan/ amuk dapat disebabkan karena frustasi, takut,
manipulasi, atau intimidasi. Perilaku kekerasan merupakan hasil konflik
emosional yang belum dapat diselesaikan. Perilaku kekerasan juga
menggambarkan rasa tidak aman, kebutuhan akan perhatian, dan
ketergantungan pada orang lain (Stuart, 2005).
Pada klien gangguan jiwa, perilaku kekerasan dapat disebabkan
adanya perubahan sensori persepsi berupa halusinasi baik dengar, visual
maupun lainnya. Klien merasa diperintah oleh suara-suara atau bayangan
yang mengejeknya. Klien dengan perilaku kekerasan dapat melakukan
tindakan-tindakan berbahaya bagi dirinya, orang lain maupun
lingkungan, seperti menyerang orang lain, memecahkan perabot,
membakar rumah dan lain-lain (Stuart, 2005).
Tanda dan gejala
a. Perasaan malu terhadap diri sendiri akibat penyakit dan tindakan
terhadap penyakit (rambut botak karena terapi)
c. Rasa bersalah terhadap diri sendiri (mengkritik/menyalahkan diri
sendiri)
d. Gangguan hubungan sosial (menarik diri)
e. Percaya diri kurang (sukar mengambil keputusan)
f. Mencederai diri (akibat dari harga diri yang rendah disertai harapan
yang suram, mungkin klien akan mengakiri kehidupannya.

3. Akibat terjadinya masalah


Klien dengan perilaku kekerasan dapat melakukan tindakan-tindakan
berbahaya bagi dirinya, orang lain maupun lingkungannya, seperti
menyerang orang lain, memecahkan perabot, membakar rumah dll.
Sehingga klien dengan perilaku kekerasan beresiko untuk mencederai
diri orang lain dan lingkungan.

2
C. POHON MASALAH
Resiko mencederai diri, orang lain dan lingkungan

Perilaku Kekerasan/amuk Core Problem

Gangguan Harga Diri: Harga Diri Rendah

D. MASALAH KEPERAWATAN DAN DATA YANG PERLU DIKAJI


1. Masalah Keperawatan
a. Resiko mencederai diri, orang lain dan lingkungan
b. Perilaku kekerasan/ amuk
c. Gangguan harga diri: harga diri rendah
2. Data yang perlu dikaji pada masalah keperawatan perilaku kekerasan
a. Resiko mencederai diri, orang lain dan lingkungan
Data subyektif:
1) Klien mengatakan benci atau kesal pada seseorang.
2) Klien suka membentak dan menyerang orang yang mengusiknya
jika sedang kesal atau marah.
3) Riwayat perilaku kekerasan atau gangguan jiwa lainnya.
Data objektif:
1) Mata merah, wajah agak merah.
2) Nada suara tinggi dan keras, bicara menguasai: berteriak,
menjerit, memukul diri sendiri/orang lain.
3) Ekspresi marah saat membicarakan orang, pandangan tajam.
4) Merusak dan melempar barang-barang.
b. Perilaku kekerasan/ amuk
Data subyektif:
1) Klien mengatakan benci atau kesal pada seseorang.
2) Klien suka membentak dan menyerang orang yang mengusiknya
jika sedang kesal atau marah.
3) Riwayat perilaku kekerasan atau gangguan jiwa lainnya.

3
Data obyektif:
1) Mata merah, wajah agak merah.
2) Nada suara tinggi dan keras, bicara menguasai.
3) Ekspresi marah saat membicarakan orang, pandangan tajam.
4) Merusak dan melempar barang-barang.
c. Gangguan harga diri: harga diri rendah
Data subyektif:
1) Klien mengatakan: saya tidak mampu, tidak bisa, tidak tahu apa-
apa, bodoh, mengkritik diri sendiri, mengungkapkan perasaan
malu terhadap diri sendiri.

Data obyektif:
1) Klien tampak lebih suka sendiri, bingung bila disuruh memilih
alternatif tindakan, ingin mencederai diri/ingin mengakhiri
hidup.

E. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Perilaku kekerasan/amuk.
2. Gangguan konsep diri: harga diri rendah.

F. RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN


1. Resti mencederai diri sendiri, orang lain dan lingkungan berhubungan
dengan perilaku kekerasan.
Tujuan Umum:
Klien tidak mencederai diri, orang lain dan lingkungan.
Tujuan Khusus:
a. Klien dapat membina hubungan saling percaya.
Tindakan:
1) Bina hubungan saling percaya: salam terapeutik, empati, sebut
nama perawat dan jelaskan tujuan interaksi.
2) Panggil klien dengan nama panggilan yang disukai.

4
3) Bicara dengan sikap tenang, rileks dan tidak menantang.
4) Jelaskan tentang kontrak yang akan dibuat.
5) Beri rasa aman dan sikap empati.
6) Lakukan kontak singkat tapi sering.
b. Klien dapat mengidentifikasi penyebab perilaku kekerasan.
Tindakan:
1) Beri kesempatan untuk mengungkapkan perasaan.
2) Bantu klien mengungkapkan penyebab jengkel/ kesal.
3) Dengarkan ungkapan rasa marah dan perasaan bermusuhan klien
dengan sikap tenang.
c. Klien dapat mengidentifikasi tanda-tanda perilaku kekerasan.
Tindakan:
1) Anjurkan klien mengungkapkan yang dialami dan dirasakan saat
jengkel/kesal.
2) Observasi tanda perilaku kekerasan.
3) Simpulkan bersama klien tanda-tanda jengkel/ kesal yang
dialami klien.
d. Klien dapat mengidentifikasi perilaku kekerasan yang biasa
dilakukan.
Tindakan:
1) Anjurkan klien untuk mengungkapkan perilaku kekerasan yang
biasa dilakukan.
2) Bantu klien bermain peran sesuai dengan perilaku kekerasan
yang biasa dilakukan.
3) Bicarakan dengan klien apakah dengan cara yang dilakukan
masalahnya selesai.
e. Klien dapat mengidentifikasi akibat perilaku kekerasan.
Tindakan:
1) Bicarakan akibat/ kerugian dari cara yang dilakukan.
2) Bersama klien menyimpulkan akibat dari cara yang digunakan.

5
3) Tanyakan pada klien apakah ingin mempelajari cara baru yang
sehat.
4) Klien dapat mengidentifikasi cara konstruktif dalam berespon
terhadap kemarahan.
Tindakan:
1) Tanyakan kepada klien apakah ia ingin mempelajari cara baru
yang sehat
2) Beri pujian jika mengetahui cara lain yang sehat.
3) Diskusikan dengan klien cara lain yang sehat.
f. Klien dapat mendemonstrasikan cara mengontrol perilaku kekerasan.
Tindakan:
1) Bantu klien memilih cara yang paling tepat untuk klien.
2) Bantu klien mengidentifikasi manfaat cara yang telah dipilih.
3) Bantu klien untuk mensimulasikan cara yang telah dipilih.
4) Beri reinforcement positif atas keberhasilan yang dicapai dalam
simulasi.
5) Anjurkan menggunakan cara yang telah dipilih saat jengkel/
marah.
g. Klien mendapat dukungan dari keluarga dalam mengontrol perilaku
kekerasan.

Tindakan:
1) Identifikasi kemampuan keluarga merawat klien dari sikap apa
yang telah dilakukan keluarga selama ini.
2) Jelaskan peran serta keluarga dalam merawat klien.
3) Jelaskan cara-cara merawat klien:
a) Cara mengontrol perilaku marah secara konstruktif.
b) Sikap tenang, bicara tenang dan jelas.
c) Membantu klien mengenal penyebab ia marah.
4) Bantu keluarga mendemonstrasikan cara merawat klien.

6
5) Bantu keluarga mengungkapkan perasaannya setelah melakukan
demonstrasi
6) Klien dapat menggunakan obat dengan benar (sesuai program
pengobatan).
Tindakan:
1) Jelaskan jenis-jenis obat yang diminum klien pada klien dan
keluarga.
2) Diskusikan manfaat minum obat dan kerugian berhenti minum
obat tanpa seizin dokter.
3) Jelaskan prinsip 5 benar minum obat (nama klien, obat, dosis,
cara dan waktu).
4) Anjurkan untuk membicarakan efek dan efek samping obat yang
dirasakan.
5) Anjurkan klien melaporkan pada perawat/ dokter jika merasakan
efek yang tidak menyenangkan.
6) Beri pujian jika klien minum obat dengan benar.
2. Perilaku kekerasan berhubungan dengan gangguan konsep diri: harga diri
rendah.
Tujuan umum:
Klien dapat berhubungan dengan orang lain secara optimal
Tujuan khusus:
a. Klien dapat membina hubungan saling percaya dengan perawat
Tindakan:
1) Bina hubungan saling percaya
a) Salam terapeutik
b) Perkenalan diri
c) Tanyakan nama lengkap klien dan panggilan yang disukai.
d) Jelaskan tujuan pertemuan
e) Ciptakan lingkungan yang tenang
f) Buat kontrak yang jelas (waktu, tempat dan topik
pembicaraan)

7
2) Beri kesempatan pada klien mengungkapkan perasaannya.
3) Sediakan waktu untuk mendengarkan klien.
4) Katakan kepada klien bahwa ia adalah seseorang yang berharga
dan bertanggung jawab serta mampu menolong dirinya sendiri.
b. Klien dapat mengidentifikasi kemampuan dan aspek positif yang
dimiliki.
Tindakan:
1) Diskusikan kemampuan dan aspek positif yang dimiliki klien.
2) Setiap bertemu klien hindarkan dari memberi penilaian negatif
3) Utamakan memberi pujian yang realistis.
c. Klien dapat menilai kemampuan yang dapat digunakan.
Tindakan:
1) Diskusikan bersama klien kemampuan yang masih dapat
digunakan selama sakit
2) Diskusikan pula kemampuan yang dapat dilanjutkan setelah
pulang ke rumah.
d. Klien dapat menetapkan/ merencanakan kegiatan sesuai kemampuan
yang dimiliki.
Tindakan:
1) Rencanakan bersama klien aktivitas yang dapat dilakukan setiap
hari sesuai kemampuan (mandiri, bantuan sebagian, bantuan
total).
2) Tingkatkan kegiatan sesuai dengan toleransi kondisi klien.
3) Beri contoh cara pelaksanaan kegiatan yang boleh klien lakukan.
e. Klien dapat melakukan kegiatan sesuai kondisi dan kemampuannya
Tindakan:
1) Beri kesempatan klien untuk mencoba kegiatan yang telah
direncanakan.
2) Beri pujian atas keberhasilan klien.
3) Diskusikan kemungkinan pelaksanaan di rumah.

8
f. Klien dapat memanfaatkan sistem pendukung yang ada.
Tindakan:
1) Beri pendidikan kesehatan pada keluarga tentang cara merawat
klien dengan harga diri rendah.
2) Bantu keluarga memberi dukungan selama klien dirawat.
3) Bantu keluarga menyiapkan lingkungan di rumah.
4) Beri reinforcement positif atas keterlibatan keluarga.

9
DAFTAR PUSTAKA

Carpenito, L. J, 2008, Buku Saku Diagnosa Keperawatan, Ed 8, EGC,


Jakarta.
Keliat, B. A, 2007, Pemberdayaan Klien dan Keluarga dalam Perawatan
Klien Skizofrenia dengan Perilaku Kekerasan di RSJP Bogor.
Disertasi, FKM UI, Jakarta.
Purba dkk, 2008, Asuhan Keperawatan pada Klien dengan Masalah
Psikososial dan Gangguan Jiwa, USU Press, Medan.
Soetjiningsih, 2009, Buku Ajar Tumbuh Kembang Remaja dan
Permasalahannya, Sagung Seto, Jakarta.
Stuart, G. W & Laraia, M. T, 2007, Principles and Practice of Psychiatric
Nursing. Ed 7, Mosby, St Louis.
Yosep, Iyus, 2007, Keperawatan Jiwa, Ed 1, PT Reflika Aditama, Bandung.

10
STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN (SP)
KLIEN DENGAN MASALAH PERILAKU KEKERASAN
(SP 1 PASIEN)

Masalah :
Hari / tanggal :
Jam :

A. PROSES KEPERAWATAN
1. Kondisi Klien

2. Tujuan Khusus
a. Klien dapat membina hubungan saling percaya.
b. Klien dapat mengidentifikasi penyebab perilaku kekerasan.
c. Klien dapat mengidentifikasi tanda dan gejala perilaku kekerasan.
d. Klien dapat mengidentifikasi perilaku kekerasan yang dilakukan.
e. Klien dapat mengidentifikasi akibat perilaku kekerasan.
f. Klien dapat mengajarkan cara mengontrol perilaku kekerasan.
3. Tindakan
a. Sapa klien dengan ramah baik verbal maupun nonverbal.
b. Diskusi bersama klien penyebab perilaku kekerasan saat ini dan yang
lalu.
c. Diskusikan tanda dan gejala perilaku kekerasan.
d. Diskusikan bersama klien perilaku kekerasan yang biasa dilakukan
pada saat marah.
e. Diskusikan bersama klien akibat perilaku marah.
f. Diskusikan bersama klien cara mengontrol perilaku kekerasan.

12
B. STRATEGI KOMUNIKASI
1. ORIENTASI (PERKENALAN)
a. Salam Terapeutik
“Assalamualaikum. Selamat pagi”
“Saya Siti, perawat disini, Siapa nama Bapak? Senang dipanggil
siapa?”
b. Evaluasi/Validasi
“Bagaimana perasaan Bapak hari ini? Masih ada perasaan marah
atau kesal?”
c. Kontrak Waktu
“Bagaimana kalau kita bercakap-cakap tentang perasaan marah
Bapak? Dimana kita duduk? Berapa lama? Bagaimana jika 20
menit?”
2. KERJA
”Apa yang menyebabkan Bapak marah? Apakah sebelumnya Bapak
pernah marah? Penyebabnya apa? Sama kah dengan yang sekarang? Oh
iya jadi ada 2 penyebab marah Bapak? Pada saat penyebab marah itu
ada, seperti Bapak pulang ke rumah dan istri belum menyediakan
makanan, apa yang bapak rasakan?” (tunggu respon pasien) apakah
Bapak merasakan kesal kemudian dada Bapak berdebar-debar, mata
melotot, rahang terkatup rapat, dan tangan mengepal?”
“Setelah itu apa yang Bapak lakukan? Oh iya jadi Bapak memukul istri
Bapak dan memecahkan piring, apakah dengan cara ini makanan
terhidangkan? Iya, tentu tidak. Apa kerugian cara yang bapak lakukan?
Betul, istri jadi sakit dan takut, piring-piring pecah. Menurut Bapak
adakah cara lain yang lebih baik? Maukah bapak belajar cara
mengungkapkan kemarahan dengan baik tanpa menimbulkan kerugian?”
“Ada beberapa cara untuk mengontrol kemarahan Pak, salah satunya
adalah dengan cara fisik. Jadi melalui kegiatan fisik disalurkan rasa
marah.”

13
“Ada beberapa cara, bagaimana kalau kita belajar satu cara dulu?
Begini Pak, kalau tanda-tanda marah tadi sudah Bapak rasakan maka
Bapak berdiri lalu tarik nafas dari hidung, tahan sebentar, lalu
keluarkan/tiup perlahan-lahan melalui mulut seperti mengeluarkan
kemarahan. Ayo coba lagi, tarik dari hidung, bagus.., tahan, dan tiup
melalui mulut. Nah, lakukan 5 kali. Bagus sekali, Bapak sudah bisa
melakukannya. Bagaimana perasaannya?”
“Nah sebaiknya latihan ini Bapak lakukan secara rutin, sehingga bila
sewaktu-waktu rasa marah itu muncul Bapak sudah biasa
melakukannya.”
3. TERMINASI
a. Evaluasi Subyektif
”Bagaimana perasaan Bapak setelah berbincang-bincang tentang
kemarahan Bapak?
b. Evaluasi Obyektif
“Ya, jadi ada 2 penyebab Bapak marah ....(sebutkan) dan yang
Bapak rasakan ...(sebutkan) dan yang Bapak lakukan...(sebutkan)
serta akibatnya...(sebutkan). Bapak sudah bisa memperagakan tarik
nafas dalam tadi dengan baik.”
c. Rencana Tindak Lanjut
“Bagaimana kalau kita buat jadwal latihannya? Berapa kali bapak
mau latihan dalam sehari? Mau jam berapa saja latihannya?”
d. Kontrak
- Topik
“Bagaimana kalau kita bertemu lagi untuk belajar dan latihan
mengendalikan rasa marah?”
- Waktu
”Nanti 2 jam lagi saya akan datang ke sini. Bagaimana, Bapak
mau kan?”
- Tempat
”Tempatnya di sini saja ya Pak. Assalamualaikum”

14

Anda mungkin juga menyukai