STROKE
Disusun Oleh :
Abraham Aljody 42180286
Sitaresmi D.S Pawenang 42180287
David Joan Paat 42180288
Giovani M Mapanawang 42180289
Dosen Pembimbing:
Dr. Kriswanto Widyo, Sp.S
STATUS PASIEN
I. IDENTITAS PASIEN
No. RM : 0207xxxx
Nama : Bp. SH
Usia : 52 tahun
Jenis kelamin : Pria
Pekerjaan : Wiraswasta
Alamat : Demangan
Tanggal masuk RS : 29 April 2019
Tanggal periksa : 30 April 2019
II. ANAMNESA
A. Keluhan utama
Anggota tubuh bagian kanan lemah, kebas dan kesemutan
2
● Diabetes Melitus : ada, terkontrol
● Kolesterol :-
● Riwayat trauma :-
● Vertigo :-
● Kejang :-
● Asma :-
E. Riwayat Pengobatan
Pengobatan DM sejak 2005
F. Riwayat Alergi
-
3
Tanda Vital :
Tekanan Darah: 130/80 mmHg
Nadi : 80 x/menit, regular, kuat angkat
Suhu : 36,6 0C
Nafas : 20 x/menit
2. Kepala
Normochepali, konjungtiva anemis (-), sklera ikterik (-), bibir
kering (-), lidah kotor (-), otorrhea (-), rhinorrhea (-).
3. Leher
Pembesaran kelenjar getah bening (-), pembesaran kelenjar tiroid
peningkatan jugular venous pressure (-)
4. Thorax
a. Paru
● Inspeksi : dada simetris (+), ketinggalan gerak nafas (-),
massa (-)
● Palpasi : nyeri tekan (-), fremitus (normal), pengembangan
dada (normal)
● Perkusi : sonor (+/+)
● Auskultasi : vesikuler (+/+) , rhonki (-/-) , wheezing (-/-)
b. Jantung
● Inspeksi : iktus kordis tidak tampak
● Palpasi : iktus kordis teraba di linea midclavicula sinistra
SIC V
● Perkusi : batas jantung kiri pada SIC V linea mid axila
sinistra, batas jantung kanan pada SIC V line parasternalis dextra
● Auskultasi : suara S1 S2 normal, regular, bising (-)
4
5. Abdomen
● Inspeksi : distensi (-), massa (-)
● Auskultasi : peristaltik usus dalam batas normal
● Perkusi : timpani, hepato/splenomegaly (-)
● Palpasi : nyeri tekan (-)
6. Ekstremitas
Ekstremitas atas : Oedem (-), CRT < 2 detik, akral hangat
Ekstremitas bawah : Oedem (-), CRT < 2 detik, akral hangat
V. STATUS NEUROLOGIS
● Kepala
o Bentuk : normochepali
o Nyeri tekan : tidak ada nyeri tekan, tidak teraba denyut sangat kuat pada
arteri temporalis.
● Leher
o Pergerakan : baik
o Nyeri tekan : tidak ada nyeri tekan
● Rangsang meningeal
o Kaku kuduk :-
5
o Brudzinski I :-
o Brudzinski II :-
o Brudzinski III :-
o Kernig sign :-
1.) N. Olfactorius
Sinistra Detra
Subyektif Normal Normal
Obyektif Normal Normal
2.) N. Opticus
Sinistra Dextra
Subjektif Normal Normal
Lapang Pandang Normal
Melihat Warna Normal
Fundus Oculi Tidak dilakukan
3.) N. Occulomotorius
Sinistra Dextra
Sela Mata Normal Normal
Ptosis - -
Pergerakan Bulbus Normal Normal
Strabismus - -
Nistagmus - -
Eksoftalmus - -
Bentuk pupil Isokor Isokor
Ukuran pupil 3 mm 3 mm
Rekfleks cahaya + +
4.) N. Trochlearis
Sinistra Dextra
Pergerakan bola mata ke Normal Normal
bawah
5.) N. Trigeminus
6
Sinistra Dextra
Membuka mulut Normal Normal
Mengunyah Normal Normal
Menggigit Normal Normal
Refleks kornea Tidak dilakukan
Sensibilitas wajah Normal Menurun
6.) N. Abducens
Sinistra Dextra
Pergerakan mata ke Normal Normal
lateral
Sikap bulbus Normal Normal
7.) N. Facialis
Sinistra Dextra
Menutup mata Normal Normal
Mengerutkan dahi Normal
Memperlihatkan gigi Normal
Menggembungkan pipi Normal
Mencucu Normal
Bersiul Normal
Sensoris lidah Tidak dilakukan
8.) N. Vestibulocochlearis
Sinistra Dextra
Gesekan jari Normal Normal
Rinne Tidak dilakukan
Webber Tidak dilakukan
Scwabach Tidak dilakukan
7
9.) N. Glossofaringeus
Sensoris Normal
Refleks muntah +
10.) N.Vagus
11.) N. Accessorius
Sinistra Dextra
Mengangkat bahu Normal Normal
Memalingkan wajah Normal
12.) N. Hypoglossus
Pergerakan lidah Normal
Tremor lidah -
Artikulasi Jelas
Fasikulasi lidah -
Atrofi papil lidah -
Sinistra Dextra
Sensibilitas taktil Normal Menurun
Perasaan nyeri - -
Perasaan thermos - -
Perasaan
+ -
diskriminasi 2 titik
Perasaan gerak dan
+ +
posisi
Kekuatan otot 5 4
8
ekstremitas atas
Kekuatan otot
5 4
ekstremitas bawah
Kekuatan motorik
Kuat Kuat
ekstremitas atas
Kekuatan motorik
Kuat Kuat
ekstremitas bawah
Reflek Fisiologis
Reflek Patologis
E. Pemeriksaan Vertebrae
Inspeksi
Tidak dilakukan.
Palpasi
Tidak dilakukan.
9
Tes Provokasi nyeri
F. Tes Koordinasi
G. Gerakan Abnormal
● Tremor :-
● Myoklonik :-
● Gerakan chorea :-
H. Alat Vegetatif
● Miksi : Normal
● Defekasi : Normal
EKG
10
● 29 April 2019 : Atrial Fibrilasi
VIII. DIAGNOSIS
Diagnosis Klinis : Hemiparesthesia dekstra, hemiplegia dekstra
Diagnosis Topik : Thalamus sinistra, capsula interna sinistra
Diagnosis Etiologi : Stroke non-hemoragik
Non farmakologi
Fisioterapi
X. EDUKASI
11
● Olahraga secara teratur
● Mengatur pola makan rendah lemak, rendah indeks glikemik
● Hentikan kebiasaan merokok
XI. PROGNOSIS
● Ad vitam : ad bonam
● Ad functionam : ad malam
● Ad sanationam : ad bonam
12
TINJAUAN PUSTAKA
I. DEFINISI
Definisi dari penyakit stroke telah mengalami
perubahan dalam beberapa dekade terakhir. Menurut
WHO (World Health Organization) pada tahun 1970,
stroke adalah gangguan fungsi pada otak, fokal atau
global, terjadi lebih dari 24 jam, yang progresif serta
tampak melalui tanda-tanda klinis, dengan tidak
adanya penyebab lain selain gangguan vaskular[2].
Pengertian tersebut masih dipakai secara global,
hingga pada tahun 2013, kolaborasi AHA dan ASA
mengatakan bahwa pengertian tersebut perlu dirubah,
dikarenakan adanya peningkatan pengetahuan tentang
penyakit stroke[5]. Menurut AHA dan ASA, stroke
merupakan sebuah episode disfungsi neurologis akut,
yang diduga disebabkan oleh iskemia atau hemoragi,
bertahan selama ≥24 jam atau hingga terjadi
kematian, tanpa memenuhi kriteria stroke iskemik
atau hemoragik[3]. Pada tahun 2018, WHO merilis ICD
11, yang di dalamnya terdapat perubahan definisi
stroke, yang menyokong definisi dari AHA dan ASA[4,6]
II. KLASIFIKASI
1. Stroke iskemik
Stroke iskemik adalah stroke yang terjadi karena sumbatan
pembuluh darah otak. Penyumbatan dapat terjadi :
● Sumbatan akibat trombus � di dinding pembuluh darah karena
pengerasan pembuluh darah (atherosklerosis)
● Sumbatan akibat emboli � jendalan pembuluh darah dari jantung
13
a) Transient Ishemic Attack (TIA)
Gangguam neurologis lokal yang terjadi selama beberapa menit
sampai jam saja. Gejala yang muncul akan hilang dengan spontan
dan sempurna dalam waktu kurang dari 24 jam.
b) Reversible Ischemic Neurologic Defisit (RIND)
Terjadi lebih lama dari pada TIA, gejala hilang lebih dari 24 jam
tetapi tidak lebih dari 1 minggu.
c) Stroke In Evolution (SIE)
Perkembangan stroke perlahan-lahan sampai alur munculnya gejala
makin lama semakin buruk, proses progresif beberapa jam sampai
beberapa hari.
d) Complete Stroke
Gangguan neurologis yang timbul sudah menetap atau permanen.
Sesuai dengan namanya, stroke komplit dapat diawali oleh
serangan TIA berulang.
2. Stroke Hemoragik
Penyebab dari stroke hemoragik dapat diakibatkan oleh beberapa
hal, antara lain:
● Perdarahan intraserebral
- Primer; hipertensi yang tidak terkendali
14
- Sekunder:
o Penyakit hati
o Gangguan koagulasi/penggunaan antikoagulan
o Kelainan pembuluh darah, seperti aneurisma, malformasi
arterivenosa
o Penyakit sistem darah (leukimia)
● Perdarahan subarachnoid
Stroke ini disebabkan ruptur aneurisma pada bifurcatio arteri
inferior besar pada permukaan otak (di bawah selaput meningen)
15
Merupakan faktor risiko terbesar terjadinya serangan stroke.
Jika tekanan darah tidak diturunkan dapat terjadi edema serebri
yang nantinya menghasilkan tekanan perfusi serebral yang
adekuat.
- Merokok
ATingkat kematian penyakit stroke karena merokok di
Amerika Serikat menunjukkan diperkirakan sekitar 21.400 (tanpa
ada penyesuaian untuk faktor risiko) dan 17.800 (setelah ada
penyesuaian) menunjukkan rokok memberikan kontribusi sekitar
12 % sampai 14 % kematian akibat stroke.
a) Konsumsi alkohol
b) Pola makan yang tidak seimbang
IV. PATOFISIOLOGI
Pada keadaan fisiologi jumlah darah yang mengalir ke otak
(Cerebral Blood Flow) ialah 50-60 ml per 100 gram jaringan otak per
menit. Massa otak secara keseluruhan ialah 1200-1400 gram, sehingga
jumlah darah yang dibutuhkan otak berkisaran 700-840 ml per menitnya.
Apabila terjadi penurunan pasokan darah ke jaringan otak maka
akan menyebabkan keadaan hipoksia jaringan atau daerah otak mengalami
kekurangan oksigen yang diangkut dalam darah, dikenal dengan daerah
iskemik. Hal ini bisa disebabkan oleh gangguan peredaran darah, baik
secara mendadak ataupun progresif. Pencetus gangguan peredaran darah
secara mendadak biasanya disebabkan oleh pecahnya pembuluh darah otak
atau yang dikenal dengan stroke hemoragik sedangkan kondisi progresif
sebagian besar disebabkan oleh trombus ataupun embolisasi yang dikenal
dengan stroke iskemik. Kedua kondisi ini pada akhirnya akan membuat
pasokan darah otak terhambat dan mengalami hipoksia.
Akibat penurunan CBF regional suatu daerah otak yang terisolasi
dari jangkauan aliran darah, maka daerah tersebut tidak dapat berfungsi
dengan semestinya sehingga dapat menimbulkan defisit neurologik, berupa
16
hemiparalisis, hemi hipestesia, hemiparestesia atau bahkan disertai dengan
defisit fungsi luhur seperti afasia.
Keadaan iskemik yang dialami dalam waktu kurang dari 10-15
menit dapat menyebabkan defisit sementara sedangkan iskemik dalam
waktu yang panjang akan menyebabkan defisit permanen berupa kematian
sel dan mengakibatkan infark otak.
V. PENEGAKAN DIAGNOSIS
1. Anamnesis
Pada kasus penyakit stroke, pasien biasanya mengeluhkan
kelemahan atau kelumpuhan bagian tubuh baik secara fokal maupun
global. Maka yang perlu ditanyakan setelah pasien mengutarakan keluhan
ialah terkait waktu kapan munculnya keluhan apakah muncul secara
mendadak, kemudian durasinya, tidak lupa juga untuk menanyakan
keluhan penyerta lainnya seperti, nyeri kepala, sempat muntah atau tidak
serta riwayat tidak sadarkan diri. Tanyakan juga apakah memiliki riwayat
trauma sebelumnya. Setelah itu ajukan berbagai rangkaian pertanyaan
terkait riwayat penyakit dahulu (apabila ada, maka ditanyakan riwayat
berobat), riwayat penyakit keluarga, serta pola hidup pasien terkait makan,
minum, aktivitas fisik serta kebiasaan merokok. Anamnesis dilakukan
secara komprehensif.
Beberapa gejala umum yang terjadi pada stroke meliputi gangguan
motorik (hemiparesis, hemiplegi), gangguan sensorik (hemihipestesia,
hemianesthesi), gangguan bicara (disartria), gangguan berbahasa (afasia),
serta gejala neurologik ( jalan sempoyongan (ataksia), vertigo, disfagia,
melihat ganda (diplopia), dan hemianopsia.
2. Kesadaran
Status kesadaran pasien perlu diperhatikan. Apabila terjadi
penurunan kesadaran pada penderita stroke hal tersebut dikarenakan TIK
yang tinggi sehingga mampu menekan bagian ARAS yang merupakan
pusat kesadaran. Penurunan kesadaran menjadi tolak ukur pada penentuan
17
jenis stroke dengan menggunakan skoring baik dengan Sirijaj-Stroke-
Score maupun Gajah mada Stroke Score.
3. Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik bertujuan untuk mendeteksi penyebab stroke,
memisahkan stroke dengan kelainan lain yang menyerupai stroke, dan
menentukan beratnya defisit neurologi yang dialami. Pemeriksaan fisik
yang dilakukan mulai dari vital sign, pemeriksaan jantung paru,
pemeriksaan abdomen, serta ekstremitas.
4. Pemeriksaan Neurologi
Pemeriksaan neurologi bertujuan untuk menyingkirkan
kemungkinan penyebab seperti infeksi (pada pemeriksaan rangsang
meningeal), serta menyediakan informasi neurologi untuk mengetahui
rencana terapi yang akan dilakukan. Komponen penting dalam
pemeriksaan neurologi mencakup tingkat kesadaran, tanda rangsang
meningeal, fungsi cervikal, pemeriksaan nervus kranial, fungsi motorik
dan sensorik, fungsi serebelar, fungsi luhur, dan refleks tendon profunda.
Gejala-gejala neurologi yang timbul biasanya bergantung pada arteri yang
tersumbat.
5. Gejala Klinis
Infark pada Sistem Saraf Pusat
Tanda dan gejala infark arteri tergantung dari area vaskular yang
terkena.
- Infark total sirkulasi anterior (karotis):
* Hemiplegia (kerusakan pada bagian atas traktus kortikospinal)
* Hemianopia (kerusakan pada radiasio optikus)
* Defisit kortikal, misalnya disfasia (hemisfer dominan), hilangnya
fungsi visuospasial (hemisfer non-dominan)
- Infark parsial sirkulasi anterior:
* Hemiplegia dan hemianopia, hanya defisit kortikal saja.
18
- Infark lakunar:
* Penyakit intrinsik (lipohialinosis) pada arteri kecil profunda
menyebabkan sindrom yang karakteristik.
- Infark sirkulasi posterior (vertebrobasilar):
* Tanda-tanda lesi batang otak
* Hemianopia homonim
- Infark medulla spinalis.
Serangan Iskemik Transien
Tanda khas TIA adalah hilangnya fungsi fokal SSP secara
mendadak; gejala seperti sinkop, bingung, dan pusing tidak cukup untuk
menegakkan diagnosis. TIA umumnya berlangsung selama beberapa menit
saja, jarang berjam-jam. Daerah arteri yang terkena akan menentukan
gejala yang terjadi:
- Karotis (paling sering):
* Hemiparesis,
* Hilangnya sensasi hemisensorik,
* Disfasia,
* Kebutaan monokular (amaurosis fugax) yang disebabkan oleh
iskemia retina.
- Vertebrobasilar:
* Paresis atau hilangnya sensasi bilateral atau alternatif,
* Kebutaan mendadak bilateral (pada pasien usia lanjut),
* Diplopia, ataksia, vertigo, disfagia-setidaknya dua dari tiga gejala
ini terjadi secara bersamaan
Perdarahan Subarakhnoid
Akibat iritasi meningen oleh darah, maka pasien menunjukkan
gejala nyeri kepala mendadak (dalam hitungan detik) yang sangat berat
disertai fotofobia, mual, muntah, dan tanda-tanda meningismus (kaku
kuduk dan tanda Kernig). Pada perdarahan yang lebih berat, dapat terjadi
peningkatan tekanan intrakranial dan gangguan kesadaran. Pada
19
funduskopi dapat dilihat edema papil dan perdarahan retina. Tanda
neurologis fokal dapat terjadi sebagai akibat dari:
- Efek lokalisasi palsu dari peningkatan tekanan intrakranial,
- Perdarahan intraserebral yang terjadi bersamaan,
- Spasme pembuluh darah, akibat efek iritasi darah, bersamaan dengan
iskemia.
Perdarahan Intraserebral Spontan
Pasien datang dengan tanda-tanda neurologis fokal yang tergantung
dari lokasi perdarahan, kejang, dan gambaran peningkatan tekanan
intrakranial. Diagnosis biasanya jelas dari CT scan.
20
VI. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. CT scan
Pada kasus stroke, CT scan dapat membedakan stroke iskemik dan
stroke hemoragik. Gambaran lesi hiperdens menunjukan adanya darah
di luar pembuluh darah yang akan ditemukan pada stroke
hemoragik dan lesi hipodens pada stroke iskemik yang berarti adanya
infark (hipoksia/edema sel). Pemeriksaan CT scan kepala merupakan
gold standar untuk menegakan diagnosis stroke. Perkiraan volume
perdarahan otak dari gambaran CT scan dapat dihitung dengan rumus
PxLxT
Broderick .
2
2. MRI
Secara umum pemeriksaan Magnetic Resonance Imaging (MRI)
lebih sensitive dibandingkan CT scan. MRI mempunyai kelebihan
mampu melihat adanya endapan deposit hemosiderin pada pendarahan
kecil kronik. MRI juga dapat digunakan pada kelainan medulla
spinalis. Kelemahan alat ini adalah tidak dapat mendeteksi adanya
emboli paru, udara bebas dalam peritoneum dan fraktur. Kelemahan
lainnya adalah tidak bisa memeriksa pasien yang menggunakan protese
logam dalam tubuhnya, prosedur pemeriksaan yang lebih rumit dan
lebih lama, serta harga pemeriksaan yang lebih mahal.
3. EKG
EKG dapat digunakan untuk mengetahui kelainan pada aktivitas
elektrik otot jantung. Kelainan aktivitas otot jantung dapat
mengakibatkan terbentuknya trombus intrakardial. Trombus juga dapat
terbentuk pada kondisi kelainan katup, dinding rongga jantung serta
sistem vena. Selain itu, trombus dapat terbentuk jika terjadi gangguan
irama jantung sehingga terjadi keadaan yang relatif statis pada atrium,
misalnya pada kasus fibrilasi atrium
Fibrilasi atrium merupakan takiaritmia yang ditandai dengan tidak
terkoordinasinya aktivitas atrium akibat kerusakan mekanik atrium.
Sumber trombus pada fibrilasi atrium adalah pada atrium kiri, dan
dianggap merupakan faktor risiko yang penting dalam terjadinya
kardioemboli. Trombus atau emboli terbentuk akibat kontraksi tidak
teratur dari endokardium yang menyebabkan trombus terlepas menjadi
emboli. Emboli yang menyumbat aliran darah dapat menyebabkan
hipoksia neuron yang diperdarahinya, sehingga daerah tersebut akan
mengalami iskemik dan berlanjut menjadi infark.
4. Foto thoraks
Foto thoraks dapat digunakan untuk mengetahui apakah terdapat
kelainan pada organ di rongga dada. Kelainan organ di rongga dada
yang mungkin berkaitan dengan stroke misalnya adalah kardiomegali.
Kardiomegali dapat terjadi karena hipertensi kronik yang merupakan
faktor resiko stroke. Hipertensi kronik dapat menyebabkan
mikroangiopati dan dapat memacu penimbunan plak atherosklerotik
pada pembuluh darah besar.
5. Lab : Pemeriksaan darah rutin, gula darah, profil lipid.
● CT SCAN
● EKG
DAFTAR PUSTAKA
1. Perhimpunan Dokter Spesialis Saraf Seluruh Indonesia
(Perdossi). (2016). Panduan Praktis Klinis Neurologi.
2. WHO. The Atlas of Heart Disease and Stroke. Diakses pada 2
Mei 2019.
https://www.who.int/cardiovascular_diseases/en/cvd_atlas_15
_burden_stroke.pdf.
3. American Heart Association (AHA) dan American Stroke
Association. (2013). An Updated Definition of Stroke for the 21st
Century.
4. Stroke Alliance for Europe (SAFE). (2018). New ICD 11 stroke
classification will support global efforts to improve prevention,
treatment and outcomes. Diakses pada 2 Mei 2019.
https://www.safestroke.eu/2018/06/29/new-icd-11-stroke-
classification-will-support-global-efforts-to-improve-
prevention-treatment-and-outcomes/.
5. Coupland, A. P., Thapar, A., Qureshi, M. I., Jenkins, H., & Davies,
A. H. (2017). The definition of stroke. Journal of the Royal
Society of Medicine, 110(1), 9–12.
https://doi.org/10.1177/0141076816680121
6. World Health Association (WHO). Diakses pada 2 Mei 2019.
https://www.who.int/classifications/icd/revision/en/.
7. Mardjono & Sidharta. 2010; Neurologi Klinik Dasar, cetakan ke
15; Dian Rakyat, Jakarta.
8. Price, SA, Wilson, LM. Patofisiologi : Konsep Klinis Proses-
Proses Penyakit. Volume 2 Ed 6. Hartono H, Susi N, Wulansari P,
Mahanani DA, editor. Jakarta: EGC; 2005. BAB 53, Penyakit
Serebrovaskular; hal 1106-1129.