1
c. Faring
Adalah suatu kantong fibromuskuler yang bentuknaya seperti
corong, yang besar dibagian atas dan sempit di bagian bawah. Kantong ini
mulai dari dasar tengkorak terus menyambung ke esophagus setinggi
vertebra servikal ke 6. Otot-otot faring tersusun dalam lapisan melingkar
(sirlular) dan memanjang (longitudinal). Faring mendapat suplay darah dari
beberapa sumber dan kadang-kadang tidak beraturan. Persyarafan motorik
dan sensorik daerah faring berasal dari fleksus faring yang ekstensif.
d. Pangkal tenggorok (laring)
Merupakan bagian terbawah dari saluran napas bagian
atas.bentuknya berbentuk menyerupai limas segitiga, tulang rawan yang
menyusun laring adalah : katilago tiroid, kartilago arteanoid, kartilago
krikoid, dan kartilago epiglotis. Laring fungsi untuk
proteksi,batuk,respirasi,sirkulasi,menelan,emosi serta fonasi.
3
Ekspirasi (exhalasi) atau menghembuskan udara dari paru-paru, terjadi
dengfan mekanisme sebagai berikut:
a. Otot intraskosta eksterna dan diaphragm sekresi, diikiuti rongga dada
kembali dalam posisi semula
b. Otot abnomen kontraksi, mendorong abnomen kea rah diaphragma, dan
menyebabkan peninggkatan tekanan dalam rongga dada.
c. Paru-paru berkontraksi sehingga udara akan keluar.
3. Difusi
Transper oksigen dan karbondioksida melintasi membran alveolus-
kapiler yang yang tipis. Tekaanan parsial oksigen dalam atmosfer pada
permukaan laut besarnya sekitar 149 mmHg (21% dari 760 mmHg).pada waktu
oksigen di inspirasi dan sampai di alveolus makan tekanan parsial ini akan
mengalami penurunan sampai sekitar 103 mmHg. Dalam keadaan beristirahat
normal , difusi dan kesimbangan oksigen di kapiler darah paru-paru dan
alveolus berlangsung kira-kira 0,25 detik dari total waktu kontak selama 0.75
detik.
4. Trasfortasi Gas
Adalah perubahan gas antara alveoli dan kapiler dalam paru-paru , dan
antara sel dan kapiler di dalam jaringan tubuh . pertama perubahan yang
dinamakan external respirasi dan kedua internal respirasi.
Eksternal respirasi adalah paru-paru lebih kaya CO2 dan miskin O2 dari
pada udara diluar. Sedangkan internal respirasi adalah ketika darah yang
mengandungO2 mencapai aktif sel yaitu didalam sel dan metabolisme respirasi
dinamakan internal respiration.
5. Reflex Bersin
Rangsangan yang menimbulkan reflex bersin adalah iritasi dalam
saluran hidung, implus eferen berjalan dalam nervus kelima menuju medulla,
dimana reflex dicetuskan.
4
II. Konsep Dasar Penyakit
A. Definisi
Faringitis adalah suatu peradangan pada tenggorokan (faring). Faringitis (dalam
bahasa Latin; pharyngitis), adalah suatu penyakit peradangan yang menyerang
tenggorok atau faring. Kadang juga disebut sebagai radang tenggorokan. Radang
tenggorokan berarti dinding tenggorokan menebal atau bengkak, berwarna lebih
merah, ada bintik-bintik putih dan terasa sakit bila menelan makanan.
Secara umum faringitis dapat dibagi menjadi 2 yaitu:
1. Faringitis Akut
Radang tenggorokan yang disebabkan oleh virus dan bakteri yaitu streptokokus
grup A dengan tanda dan gejala mukosa dan tonsil yang masih berwarna merah,
malaise, nyeri tenggorok dan kadang disertai demam dan batuk. Faringitis ini
terjadinya masih baru, belum berlangsung lama (mendadak).
2. Faringitis Kronik
Radang tenggorokan yang sudah berlangsung dalam waktu yang lama, biasanya
tidak disertai nyeri menelan, cuma terasa ada sesuatu yang mengganjal di
tenggorok.Faringitis kronis umumnya terjadi pada individu dewasa yang bekerja
atau tinggal dalam lingkungan berdebu,menggunakan suara berlebihan,
menderita batu kronik, dan kebiasan menkonsumsi alcohol dan tembakau.
B. Etiologi
1. Virus
Virus merupakan etiologi terbanyak dari faringitis. Beberapa jenis virus ini
yaitu:
a. Rhinovirus
b. Coronavirus
c. Virus influenza
d. Virus parainfluenza
e. Adenovirus
f. Herpes Simplex Virus tipe 1 dan 2
g. Coxsackievirus A
h. Cytomegalovirus
i. Virus Epstein-Barr
j. HIV
2. Bakteri
5
a. Streptoccocus pyogenes, merupakan penyebab terbanyak pada faringitis
akut
b. Streptokokus grup A, merupakan penyebab terbanyak pada anak usia 5 – 15
tahun, namun jarang menyebabkan faringitis pada anak usia < 3 tahun
c. Streptokokus grup C dan G
d. Neisseria gonorrheae
e. Corynebacterium diphtheria
f. Corynebacterium ulcerans
g. Yersinia enterocolitica
h. Treponema pallidum
i. Vincent angina, merupakan mikroorganisme anaerobik dan dapat
menyebabkan komplikasi yang berat, seperti abses retrofaringeal dan
peritonsila.
C. Manifestasi Klinis
1. Faringitis akut :
a. Nyeri tenggorok
b. Sulit menelan, serak, batuk
c. Demam
d. Mual, malaise, lesu, lemah
e. Kelenjar limfa leher membengkak
f. Tonsil kemerahan dan bengkak
g. Nyeri tekan nodus limfe servikal
h. Peningkatan jumlah sel darah putih (Leukosità Al)
2. Faringitis kronis :
a. Rasa iritasi dan sesak yang konstan pada tenggorokan
b. Lendir yang terkumpul dalam tenggorokan dan dikeluarkan dengan batuk
c. Kesulitan menelan
D. Patofisiologi
Penularan terjadi melalui droplet. Kuman menginfiltrasi lapisan epitel
kemudian epitel terkikis maka jaringan limfoid superficial bereaksi terjadi
pembendungan radang dengan infiltrasi leukosit poli morfonuklear. Pada stadium
awal terdapat hiperemia, kemudian oedem dan sekresi meningkat. Eksudat mula-
mula serosa tapi menjadi menebal dan cenderung menjadi kering dan dapat melekat
pada dinding faring. Dengan hiperemia, pembuluh darah dinding faring menjadi
lebar, bentuk sumbatann yang berwarna kuning, putih, atau abu-abu terdapat pada
6
folikel atau jaringan limfoid. Tampak bahwa folikel limfoid dan bercak-bercak pada
dinding faring posterior atau terletak lebih ke lateral menjadi meradang dan
membengkak sehingga timbul radang pada tenggorokan atau faringitis.
Pathway
Komplikasi
1. Otitis media purulenta bakterialis
Daerah telinga tengah normalnya adalah steril. Bakteri masuk melalui tube
eustacius akibat kontaminasi sekresi dalam nasofaring.
2. Abses Peritonsiler
Sumber infeksi berasal dari penjalaran faringitis/tonsilitis akut yang mengalami
supurasi, menembus kapsul tonsil.
3. Glomerulus Akut
7
Infeksi Streptokokus pada daerah faring masuk ke peredaran darah, masuk ke
ginjal. Proses autoimun kuman streptokokus yang nefritogen dalam tubuh
meimbulkan bahan autoimun yang merusak glomerulus.
4. Demam Reumatik
Infeksi streptoceal yang awalnya ditandai dengan luka pada tenggorok akan
menyebabkan peradangan dan pembentukan jaringan parut pada katup-katup
jantung, terutama pada katup mitral dan aorta.
5. Sinusitis
Sinusitis adalah radang sinus yang ada disekitar hidung dapat berupa sinusitis
maksilaris/ frontalis. Sinusitis maksilaris disebabkan oleh komplikasi
peradangan jalan napas bagian atas (salah satunya faringitis), dibantu oleh
adanya faktor predisposisi. Penyakit ini dapat disebabkan oleh kuman tunggal
dan dapat juga campuran seperti streptokokus, pneumokokus, hemophilus
influenza dan kleb siella pneumoniae.
6. Meningitis
Infeksi bakteri padadaerah faring yang masuk ke peredaran darah, kemudian
masuk ke meningen dapat menyebabkan meningitis. Akan tetapi komplikasi
meningitis akibat faringitis jarang terjadi.
Pemeriksaan Penunjang
1. Pada pemeriksaan dengan mempergunakan spatel lidah, tampak tonsil
8
Contoh jaringan untuk pemeriksaan dapat diperoleh dari saluran pernapasan
3. Pemeriksaan Sputum
hilang. Hindari penggunaan alkohol, asap rokok, tembakau dan polutan lain.
b. Anjurkan pasien banyak minum. Berkumur dengan larutan normal salin dan
demam.
b. Riwayat alergi dalam keluarga
c. Riwayat penyakit yang berhubungan dengan imunitas seperti malnutrisi
d. Anggota keluarga lain yang mengalami sakit saluran pernapasan
3. Pemeriksaan Fisik
a. Pernapasan
Pernapasan dangkal, dipneu, takipneu, tanda bunyi napas ronchi halus dan
kulit buruk.
d. Observasi
1) Adanya retraksi atau pernapasan cuping hidung
2) Adanya kepucatan atau sianosis warna kulit
3) Adanya suara serak, stridor, dan batuk
4) Perilaku: gelisah, takut
5) Adanya sakit tenggorok, adanya pembesaran tiroid, pengeluaran sekret,
kesulitan menelan.
6) Tanda-tanda: nyeri dada, nyeri abdomen, dyspnea
B. Diagnosa Keperawatan
1. Hipertermi berhubungan dengan inflamasi pada faring.
2. Nyeri akut berhubungan dengan inflamasi pada faring.
3. Ketidakefektifan bersihan jalan nafas berhubungan dengan penumpukan sekret
(sputum).
4. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan
kesulitan menelan.
10
C. Intervensi Keperawatan
11
8. Monitor intake dan output
18. Anjurkan pasien untuk tidak memakai selimut clan memakai selimut dan
memakai baju berbahan dingin.
3. Batasi pengunjung
12
2. Gunakan sabun Untuk mencuci tangan
- Fakta dari observasi 2. Pasien melaporkan kebutuhan tidur 3. Gunakan teknik komunikasi terapeutik untuk mengetahui pengalaman
dan istirahat tercukupi nyeri pasien.
- Posisi
antalgic untuk 3. Pasien mampu menggunakan 4. Kaji kultur yang mem-pengaruhi respon nyeri.
menghindari nyeri metode non farmakologi untuk
mengurangi nyeri. 5. Evaluasi pengalaman nyeri masa lampau
- Gerakan melindungi
6. Evaluasi bersama pa-sien dan tim kesehatan lain tentang ketidakefektifan
- Tingkah laku kontrol nyeri masa lampau
berhati-hati
7. Bantu pasien dan keluarga untuk mencari dan menemukan dukungan
- Muka topeng
8. Kontrol lingkungan yang dapat mempengaruhi nyeri seperti suhu
- Gangguan tidur ruangan, pencahayaan dan kebi-singan.
(mata sayu, tampak
13
capak, sulit atau 9. Kurangi faktor presi-pitasi nyeri
gerakan kacau,
menyeringai) 10. Pilih dan lakukan penanganan nyeri (farmakologi, non farmakologi
dinterpersonai).
- Terfokus pada diri
sendiri 11. Kaji tipe dan sumber nyeri untuk menentukan intervensio.
- Tingkah laku 7. Pilih rute pemberian secara IV, IM untuk pengobatan nyeri secara teratur.
ekspresif contoh
gelisah, merintih, 8. Monitor vital sign sebelum dan sesudah pemberian analgesik pertama kali.
menangis, waspada,
iritabel, nafas 9. Berikan analgesik tepat waktu terutama saat nyeri hebat
panjang / berkeluh 10. Evaluasi efektifitas analgesik, tanda dan gejala (efek samping)
kesah.
- Perubahan dalam
nafsu makan dan
minum.
3 Ketidakseimbangan Setelah dilakukan tindakan keperawatan Monitor nutrisi
nutrisi kurang dari selama 2 x 24 jam kebutuhan nutrisi
kebutuhan tubuh pasien terpenuhi dengan kriteria hasil : 1. BB pasien dalam batas normal
(1975) berhubungan
dengan - Adanya peningkatan berat badan 2. Monitor adanya penurunan berat badan
ketidakmampuan sesuai dengan tujuan
3. Monitor tipe dan jumlah aktivitas yang biasa dilakukan
pemasukan atau
mencerna makanan - Berat badan ideal sesuai dengan tinggi
badan 4. Monitor interaksi anak atau orang tua selama makan
atau mengabsorbsi zat-
zat gizi berhubungan - Mampu mengidentifikasi kebutuhan 5. Monitor lingkungan selama makan
dengan faktor bioiogis, nutrisi
psikologis atau 6. Jadwalkan pengobatan dan tindakan tidak selama jam makan
ekonomi. - Tidak ada tanda-tanda mal nutrisi 7. Monitor kulit kering dan perubahan pigmentasi
Batasan karakteristik : - Menunjukkan peningkatan fungsi 8. Monitor turgor kulit
pengecapan dan menelan
- Berat badan 20%
9. Monitor kekeringan, rambut kusam, dan mudah patah
atau lebih dibawah - Tidak terjadi penurunan berat badan
ideal yang berarti. 10. Monitor mual dan muntah
15
- Dilaporkan 11. Monitor kadar albomin, total Protein, Hb dan Ht.
adanya intake
makanan yang kurang 12. Monitor makanan kesukaan
dari RPA
(Recommended daily 13. Monitor pertumbuhan dan perkembangan
allowance) 14. Monitor pucat, kemerahan dan kekeringan jaringan konjungtiva
- Membrana 15. Monitor kalori dan intake nutrisi
mukosa dan
konjungtiva pusat 16. Catat adanya edema, hiperemik, hipertonik papula Iidah dan cavitas oval.
- Kelemahan otot Manajemen nutrisi
yang digunakan untuk
menelan/mengunyah. 1. Hindari makanan yang membuat alergi
- Luka, inflamasi 2. Hindari makanan yang tidak bisa ditoleransi oleh pasien
pada rongga mulut
3. Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan kebutuhan kalori dan jenis
- Mudah merasa makanan yang dibutuhkan.
kenyang, sesaat setelah
mengunyah makanan. 4. Berikan makanan secara selektif
- Perasaan
ketidakmampuan
untuk mengunyah
16
makanan
- Miskonsepsi
- Kehilangan BB
dengan makanan
cukup
- Keengganan
untuk makan
- Kram pada
abdomen
- Nyeri abdomen
dengan atau tanpa
patologi.
- Kurang berminat
terhadap makanan
- Pembuluh darah
kapiler mulai rapuh
- Diare atau
steatorhea
- Kehilangan
rambut yang cukup
banyak (rontok)
- Suara usus
17
hiperaktif
- Kurangnya
informasi, miss
informasi
4 Ketidakefektifan Setelah dilakukan perawatan, a. Kaji status pernafasan (kecepatan, kedalaman, serta pergerakan dada).
bersihan jalan nafas diharapakan bersihan jalan nafas efektif b. Auskultasi adanya suara nafas tambahan (mis : mengi, krekels)
berhubungan dengan dengan kriteria hasil: c. Ajarkan pada klien untuk berlatih nafas tambahan dalam dan batuk efektif.
penumpukan sekret · Anak tidak batuk d. Berikan klien minuman hangat sedikitnya 2500 cc/hari.
(sputum) · Anak dapat bernpas dengan lega e. Kolaborasi dengan tim dokter dalam pemberian, terapi pemberian
· RR (u = 3 tahun) = 20-30 x/menit expectorant dan broncodilatos.
18
19