Anda di halaman 1dari 19

LAPORAN PENDAHULUAN

I. Anatomi dan Fisiologi


A. Anatomi Sistem Pernapasan

Gambar 1. Anatomi Fisiologi Sistem Pernapasan

1. Saluran Pernapasan Atas


a. Lubang hidung (neres anterior) adalah saluran-saluran di dalam lubang
hidung . saluran –saluran itu bermuara kedalam bagian yang dikenal sebagai
rongga hidung (vastibulum).
b. Hidung
Secara normal udara masuk ke dalam sistem pernafasan melalui hidung.
Ujung hidung di tunjang oleh tulang rawan dan pangkal di tunjang oleh
tulang nasalis. Bagian depan. Pada dinding lateral terdapat 3 tonjolan yang
disebut : konkha nasalis superior ,media dan inferior.
Maka udara pernafasan akan mengalir melalui celah-celah ketiga
tonjolan tersebut dan udara inspirasi akan di panaskan oleh darah di dalam
kapiler dan dilembabkan oleh lendir yang di sekresikan oleh sel
goblet.Terdapat empat rongga paranasal (sinus) Yaitu : sinus
maksilaris,sinus frontalis, sinus ethmidaldan sinus spenoidal.sedangkan
fungsi hidung itu sendiri antara lain : bekerja sebagai saluran udara
pernafasan, sebagai penyaring udara pernafasan yang dilakukan oleh bulu-
bulu hidung, menghangatkan udara pernafasan oleh mukosa, dan leukosit
yang terdapat dalam selaput lendir (mukosa).

1
c. Faring
Adalah suatu kantong fibromuskuler yang bentuknaya seperti
corong, yang besar dibagian atas dan sempit di bagian bawah. Kantong ini
mulai dari dasar tengkorak terus menyambung ke esophagus setinggi
vertebra servikal ke 6. Otot-otot faring tersusun dalam lapisan melingkar
(sirlular) dan memanjang (longitudinal). Faring mendapat suplay darah dari
beberapa sumber dan kadang-kadang tidak beraturan. Persyarafan motorik
dan sensorik daerah faring berasal dari fleksus faring yang ekstensif.
d. Pangkal tenggorok (laring)
Merupakan bagian terbawah dari saluran napas bagian
atas.bentuknya berbentuk menyerupai limas segitiga, tulang rawan yang
menyusun laring adalah : katilago tiroid, kartilago arteanoid, kartilago
krikoid, dan kartilago epiglotis. Laring fungsi untuk
proteksi,batuk,respirasi,sirkulasi,menelan,emosi serta fonasi.

2. Saluran Pernapasan Bawah.


a. Batang tenggorokan (trakea)
Trakea adalah pipa terbuka yang mempunyai diameter 2,5 cm dan panjang
10-12cm.trakea terletak di bawah laring dan di atas paru-paru.
b. Bronkus
Merupakan lanjutan dari trakea ada dua buah yang terdapat pada ketinggian
vertebra torakalis ke IV dan ke V.
c. Lobus-lobus pada paru-paru
Paru-paru merupakan organ yang elastic, berbentuk kerucut dan letaknya di
dalam rongga dada atau toraks. Kedua paru-paru saling terpisah oleh
mediatinum sentral yang berisi jantung dan beberapa pembuluh darah besar.
d. Peredaran darah paru-paru
Suplai darah paru-paru bersifat unik dalam beberapa hal, pertama
paru-paru mempunyai 2 suplai darah, dari arteria bronkialis dan arteria
pulmonalis. Arteria pulmonalis yang berasal dari ventrikel kanan
mengalirkan darah vena campuran ke paru-paru dimana darah tersebut
mengambil bagian dalam pertukaran gas.sistem lain dari sirkulasi paru-paru
2
adalah bahwa sirkulasi paru-paru ini adalah suatu sistem tekanan rendah
atau resistensi rendah di hubungkan dengan sirkulasi sistemik. Tekanan
darah sistemik 120/80 mmHg sedangkan tekanan darah pulmonary (PAP)
sekitar 25/10 mmHg dengan tekanan rata-rata sekitar 15 mmHg.

B. Fisiologi Sistem Pernapasan


1. Paru-paru
Pernafasan paru-paru (Pernafasan Pulmoner) merupakan pertukaran
oksigen dan karbondioksida yang terjadi pada paru-paru. Pernafasan melalui
paru-paru atau pernafasan eksterna, oksigen diambil melalui mulut dan hidung
pada waktu bernafas dimana oksigen masuk melaluyi trakea sampai alveoli
berhubungan dengan darah dalm kapiler pulmonary,alveoli memisahkan
oksigen dari darah,O2 menembus membrane, diambil oleh sel darah merah
bawa ke jantung di pompakan keseluruh tubuh.
Fungsi utama pernafasan adalah untuk memperoleh O2 agar dapat
digunakan oleh sel-sel tubuh dan mengeliminasi CO2 yang di hasilkan oleh sel.
2. Ventilasi
Udara bergerak masuk dan keluar paru-paru karena ada selisih tekanan
yang terdapat antara atmosfer dan alveolus akibat mekanik dari otot-otot.
Selama inspirasi, volume toraks bertambah besar karena diafragma turun dan
iga terangkat akibat kontyraksi beberapa otot yaitu otot sternocleudomastoideus
mengangkat seternum keatas dan otot serratus,skaienes dan intercostalis
eksternus mengangkat iga-iga. Dibawah ini adalah mekanisme inspirasi , yaitu :
a. Beberapa otot-otot pernafasasn berkontraksi . salah satunya adalah
diafragmadan otot intracosta eksternal.
b. Rongga dada akan mengembang ketika otot-otot pernafasan berkontaksi
dan diafragma mengerut.
c. Otot abnomen harus dalam keadaan relaksasi ketika diafragma
menurut/berkontaksi
d. Meningkatnya ukuran rongga dada menyebabkan penurunan tekanan di
dalam rongga sampai 4 mmHg.

3
Ekspirasi (exhalasi) atau menghembuskan udara dari paru-paru, terjadi
dengfan mekanisme sebagai berikut:
a. Otot intraskosta eksterna dan diaphragm sekresi, diikiuti rongga dada
kembali dalam posisi semula
b. Otot abnomen kontraksi, mendorong abnomen kea rah diaphragma, dan
menyebabkan peninggkatan tekanan dalam rongga dada.
c. Paru-paru berkontraksi sehingga udara akan keluar.
3. Difusi
Transper oksigen dan karbondioksida melintasi membran alveolus-
kapiler yang yang tipis. Tekaanan parsial oksigen dalam atmosfer pada
permukaan laut besarnya sekitar 149 mmHg (21% dari 760 mmHg).pada waktu
oksigen di inspirasi dan sampai di alveolus makan tekanan parsial ini akan
mengalami penurunan sampai sekitar 103 mmHg. Dalam keadaan beristirahat
normal , difusi dan kesimbangan oksigen di kapiler darah paru-paru dan
alveolus berlangsung kira-kira 0,25 detik dari total waktu kontak selama 0.75
detik.
4. Trasfortasi Gas
Adalah perubahan gas antara alveoli dan kapiler dalam paru-paru , dan
antara sel dan kapiler di dalam jaringan tubuh . pertama perubahan yang
dinamakan external respirasi dan kedua internal respirasi.
Eksternal respirasi adalah paru-paru lebih kaya CO2 dan miskin O2 dari
pada udara diluar. Sedangkan internal respirasi adalah ketika darah yang
mengandungO2 mencapai aktif sel yaitu didalam sel dan metabolisme respirasi
dinamakan internal respiration.
5. Reflex Bersin
Rangsangan yang menimbulkan reflex bersin adalah iritasi dalam
saluran hidung, implus eferen berjalan dalam nervus kelima menuju medulla,
dimana reflex dicetuskan.

4
II. Konsep Dasar Penyakit
A. Definisi
Faringitis adalah suatu peradangan pada tenggorokan (faring). Faringitis (dalam
bahasa Latin; pharyngitis), adalah suatu penyakit peradangan yang menyerang
tenggorok atau faring. Kadang juga disebut sebagai radang tenggorokan. Radang
tenggorokan berarti dinding tenggorokan menebal atau bengkak, berwarna lebih
merah, ada bintik-bintik putih dan terasa sakit bila menelan makanan.
Secara umum faringitis dapat dibagi menjadi 2 yaitu:
1. Faringitis Akut
Radang tenggorokan yang disebabkan oleh virus dan bakteri yaitu streptokokus
grup A dengan tanda dan gejala mukosa dan tonsil yang masih berwarna merah,
malaise, nyeri tenggorok dan kadang disertai demam dan batuk. Faringitis ini
terjadinya masih baru, belum berlangsung lama (mendadak).
2. Faringitis Kronik
Radang tenggorokan yang sudah berlangsung dalam waktu yang lama, biasanya
tidak disertai nyeri menelan, cuma terasa ada sesuatu yang mengganjal di
tenggorok.Faringitis kronis umumnya terjadi pada individu dewasa yang bekerja
atau tinggal dalam lingkungan berdebu,menggunakan suara berlebihan,
menderita batu kronik, dan kebiasan menkonsumsi alcohol dan tembakau.

B. Etiologi
1. Virus
Virus merupakan etiologi terbanyak dari faringitis. Beberapa jenis virus ini
yaitu:
a. Rhinovirus
b. Coronavirus
c. Virus influenza
d. Virus parainfluenza
e. Adenovirus
f. Herpes Simplex Virus tipe 1 dan 2
g. Coxsackievirus A
h. Cytomegalovirus
i. Virus Epstein-Barr
j. HIV
2. Bakteri
5
a. Streptoccocus pyogenes, merupakan penyebab terbanyak pada faringitis
akut
b. Streptokokus grup A, merupakan penyebab terbanyak pada anak usia 5 – 15
tahun, namun jarang menyebabkan faringitis pada anak usia < 3 tahun
c. Streptokokus grup C dan G
d. Neisseria gonorrheae
e. Corynebacterium diphtheria
f. Corynebacterium ulcerans
g. Yersinia enterocolitica
h. Treponema pallidum
i. Vincent angina, merupakan mikroorganisme anaerobik dan dapat
menyebabkan komplikasi yang berat, seperti abses retrofaringeal dan
peritonsila.
C. Manifestasi Klinis
1. Faringitis akut :
a. Nyeri tenggorok
b. Sulit menelan, serak, batuk
c. Demam
d. Mual, malaise, lesu, lemah
e. Kelenjar limfa leher membengkak
f. Tonsil kemerahan dan bengkak
g. Nyeri tekan nodus limfe servikal
h. Peningkatan jumlah sel darah putih (Leukosità Al)
2. Faringitis kronis :
a. Rasa iritasi dan sesak yang konstan pada tenggorokan
b. Lendir yang terkumpul dalam tenggorokan dan dikeluarkan dengan batuk
c. Kesulitan menelan
D. Patofisiologi
Penularan terjadi melalui droplet. Kuman menginfiltrasi lapisan epitel
kemudian epitel terkikis maka jaringan limfoid superficial bereaksi terjadi
pembendungan radang dengan infiltrasi leukosit poli morfonuklear. Pada stadium
awal terdapat hiperemia, kemudian oedem dan sekresi meningkat. Eksudat mula-
mula serosa tapi menjadi menebal dan cenderung menjadi kering dan dapat melekat
pada dinding faring. Dengan hiperemia, pembuluh darah dinding faring menjadi
lebar, bentuk sumbatann yang berwarna kuning, putih, atau abu-abu terdapat pada
6
folikel atau jaringan limfoid. Tampak bahwa folikel limfoid dan bercak-bercak pada
dinding faring posterior atau terletak lebih ke lateral menjadi meradang dan
membengkak sehingga timbul radang pada tenggorokan atau faringitis.

Pathway

Komplikasi
1. Otitis media purulenta bakterialis
Daerah telinga tengah normalnya adalah steril. Bakteri masuk melalui tube
eustacius akibat kontaminasi sekresi dalam nasofaring.
2. Abses Peritonsiler
Sumber infeksi berasal dari penjalaran faringitis/tonsilitis akut yang mengalami
supurasi, menembus kapsul tonsil.
3. Glomerulus Akut

7
Infeksi Streptokokus pada daerah faring masuk ke peredaran darah, masuk ke
ginjal. Proses autoimun kuman streptokokus yang nefritogen dalam tubuh
meimbulkan bahan autoimun yang merusak glomerulus.
4. Demam Reumatik
Infeksi streptoceal yang awalnya ditandai dengan luka pada tenggorok akan
menyebabkan peradangan dan pembentukan jaringan parut pada katup-katup
jantung, terutama pada katup mitral dan aorta.
5. Sinusitis
Sinusitis adalah radang sinus yang ada disekitar hidung dapat berupa sinusitis
maksilaris/ frontalis. Sinusitis maksilaris disebabkan oleh komplikasi
peradangan jalan napas bagian atas (salah satunya faringitis), dibantu oleh
adanya faktor predisposisi. Penyakit ini dapat disebabkan oleh kuman tunggal
dan dapat juga campuran seperti streptokokus, pneumokokus, hemophilus
influenza dan kleb siella pneumoniae.
6. Meningitis
Infeksi bakteri padadaerah faring yang masuk ke peredaran darah, kemudian
masuk ke meningen dapat menyebabkan meningitis. Akan tetapi komplikasi
meningitis akibat faringitis jarang terjadi.

Pemeriksaan Penunjang
1. Pada pemeriksaan dengan mempergunakan spatel lidah, tampak tonsil

membengkak, hiperemis, terdapat detritus, berupa bercak (folikel, lakuna,

bahkan membran). Kelenjar submandibula membengkak dan nyeri tekan,

terutama pada anak.


2. Pemeriksaan Biopsi

8
Contoh jaringan untuk pemeriksaan dapat diperoleh dari saluran pernapasan

(sekitar faring) dengan menggunakan teknik endoskopi. Jaringan tersebut akan

diperiksa dengan mikroskop untuk mengetahui adanya peradangan akibat

bakteri atau virus.

3. Pemeriksaan Sputum

Pemeriksaan sputum makroskopik, mikroskopik atau bakteriologik penting

dalam diagnosis etiologi penyakit.Warna bau dan adanya darah merupakan

petunjuk yang berharga.

4. Pemeriksaan Laboratorium (Sel darah putih dan Analisa Gas Darah)

Collaborative Care Management


1. Farmakologi
Antibiotik golongan penicilin atau sulfanomida
a. Faringitis streptokokus paling baik diobati peroral dengan penisilin (125-
250 mg penisilin V tiga kali sehari selama 10 hari)
b. Bila alergi penisilin dapat diberikan eritromisin (125 mg/6 jam untuk usia 0-
2 tahun dan 250 mg/6 jam untuk usia 2-8 tahun) atau klindamisin.
c. Pemberian obat kumur
d. Obat antipiretik
2. Diet ringan, menghindari makanan dan minuman yang bersifat dingin,
menghindari makanan yang memakai perasa dan bahan pengawet.
3. Aktivitas, lakukan tirah baring dan istirahat yang cukup.
4. Pendidikan Kesehatan
a. Instruksikan pasien menghindari kontak dengan orang lain sampai demam

hilang. Hindari penggunaan alkohol, asap rokok, tembakau dan polutan lain.
b. Anjurkan pasien banyak minum. Berkumur dengan larutan normal salin dan

pelega tenggorokan bila perlu.

III. ASUHAN KEPERAWATAN


A. Pengkajian
9
1. Identitas pasien
2. Riwayat Kesehatan
a. Adanya riwayat infeksi saluran pernapasan sebelumnya: batuk, pilek,

demam.
b. Riwayat alergi dalam keluarga
c. Riwayat penyakit yang berhubungan dengan imunitas seperti malnutrisi
d. Anggota keluarga lain yang mengalami sakit saluran pernapasan
3. Pemeriksaan Fisik
a. Pernapasan

Pernapasan dangkal, dipneu, takipneu, tanda bunyi napas ronchi halus dan

melemah, wajah pucat atau sianosis bibir atau kulit


b. Aktivitas atau Istirahat, kelelahan, malaise, insomnia, penurunan toleransi

aktivitas, sirkulasi takikardi, dan pucat


c. Makanan dan cairan Gejala : Kehilangan nafsu makan, disfagia, mual

dan muntah. Tanda : Hiperaktivitas bunyi usus, distensi abdomen, turgor

kulit buruk.
d. Observasi
1) Adanya retraksi atau pernapasan cuping hidung
2) Adanya kepucatan atau sianosis warna kulit
3) Adanya suara serak, stridor, dan batuk
4) Perilaku: gelisah, takut
5) Adanya sakit tenggorok, adanya pembesaran tiroid, pengeluaran sekret,

kesulitan menelan.
6) Tanda-tanda: nyeri dada, nyeri abdomen, dyspnea

B. Diagnosa Keperawatan
1. Hipertermi berhubungan dengan inflamasi pada faring.
2. Nyeri akut berhubungan dengan inflamasi pada faring.
3. Ketidakefektifan bersihan jalan nafas berhubungan dengan penumpukan sekret

(sputum).
4. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan

kesulitan menelan.

10
C. Intervensi Keperawatan

No Diagnosa Keperawatan NOC / Tujuan NIC / Intervensi


1 Hipertermi Setelah dilakukan tindakan perawatan 2 Pangaturan panas (3900)
berhubungan dengan x 24 jam suhu badan pasien normal
inflamasi pada faring 1. Monitor suhu tiap 2 jam.
Batasan karakteristik : Termoregulasi (0800)
1. Suhu tubuh normal 2. Monitor tekanan darah, nadi dan respirasi.
2. Kejang Kriteria hasil :
3. Monitor suhu dan warna kulit.
3. Takikardi - Suhu kulit normal
4. Monitor dan laporkan tanda dan gejala hipertermi.
4. Respirasi - Suhu badan 35,9°C-37,7°C
5. Anjurkan intake cairan dan nutrisi yang adequate.
meningkat - Tidak ada sakit kepala
6. Ajarkan pasien bagaimana mencegah panas yang tinggi.
5. Diraba hangat - Tidak ada nyeri otot
7. Berikan obat antipiretik
6. Kulit memerah - Tidak ada perubahan warna kulit
8. Berikan obat untuk mencegah atau mengontrol menggigil.
- Nadi, respirasi dalam batas normal.
Pengobatan Fungsi (3740)
- Hidrasi adequate
1. Monitor suhu dengan sering
- Pasien menyatakan nyaman
2. Monitor IWL
- Tidak menggigil
3. Monitor suhu dan warna kulit
- Tidak iritabel / gragapan / kejang
4. Monitor tekanan darah, nadi dan respirasi

5. Monitor derajat penurunan kesadaran

6. Monitor kemampuan aktivitas

7. Monitor leukosit, hematokrit

11
8. Monitor intake dan output

9. Monitor adanya aritmia jantung

10. Dorong peningkatan intake cairan

11. Berikan cairan intravena

12. Tingkatkan sirkulasi udara dengan kipas angin

13. Dorong atau lakukan oral hygiene

14. Berikan obat antipiretik untuk mencegah pasien menggigil

15. Berikan obat antibiotic untuk mengobati penyebab demam.

16. Berikan oksigen

17. Kompres dingin diselangkangan dan aksila

18. Anjurkan pasien untuk tidak memakai selimut clan memakai selimut dan
memakai baju berbahan dingin.

Manajemen lingkungan (6480)

1. Berikan ruangan sendiri sesuai indikasi

2. Berikan tempat tidur clan kain/linen yang bersih dan nyaman

3. Batasi pengunjung

Mengontrol infeksi (6540)

1. Anjurkan pasien Untuk mencuci tangan

12
2. Gunakan sabun Untuk mencuci tangan

3. Cuci tangan sebelum dan sesudah melakukan kegiatan perawatan Pasien

4. Ganti tempat infuse dan bersihkan sesuai dengan protokol.

5. Berikan perawatan kulit di area yang odem

6. Dorong pasien Untuk cukup istirahat

7. Lakukan pemasangan infuse dengan teknik aseptik

8. Anjurkan pasien minum antibiotik sesuai resep


2 Nyeri acute b/d. Setelah dilakukan tindakan keperawatan Manajemen nyeri
peradangan Batasan selama 3 x 24 jam nyeri berkurang
karakteristik dengan kriteria hasil 1. Lakukan pengkajian nyeri secara komprehensif termasuk lokasi,
karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas dan faktor presipitasi.
- Laporan secara 1. Pasien melaporkan bahwa nyeri
verbal atau non verbal berkurang 2. Observasi reaksi non verbal dari ketidaknyamanan

- Fakta dari observasi 2. Pasien melaporkan kebutuhan tidur 3. Gunakan teknik komunikasi terapeutik untuk mengetahui pengalaman
dan istirahat tercukupi nyeri pasien.
- Posisi
antalgic untuk 3. Pasien mampu menggunakan 4. Kaji kultur yang mem-pengaruhi respon nyeri.
menghindari nyeri metode non farmakologi untuk
mengurangi nyeri. 5. Evaluasi pengalaman nyeri masa lampau
- Gerakan melindungi
6. Evaluasi bersama pa-sien dan tim kesehatan lain tentang ketidakefektifan
- Tingkah laku kontrol nyeri masa lampau
berhati-hati
7. Bantu pasien dan keluarga untuk mencari dan menemukan dukungan
- Muka topeng
8. Kontrol lingkungan yang dapat mempengaruhi nyeri seperti suhu
- Gangguan tidur ruangan, pencahayaan dan kebi-singan.
(mata sayu, tampak
13
capak, sulit atau 9. Kurangi faktor presi-pitasi nyeri
gerakan kacau,
menyeringai) 10. Pilih dan lakukan penanganan nyeri (farmakologi, non farmakologi
dinterpersonai).
- Terfokus pada diri
sendiri 11. Kaji tipe dan sumber nyeri untuk menentukan intervensio.

- Fokus menyempit 12. Ajarkan tentang Teknik non farmakologi


penurunan persepsi
waktu kerusakan 13. Berikan analgetik untuk mengurangi nyeri
proses berpikir, 14. Evaluasi keefektifan kontrol nyeri
penurunan dengan
orang lain dan 15. Tingkatkan istirahat
lingkungan)
16. Kolaborasikan dengan dokter jika ada keluhan dan tindakan nyeri tidak
- Tingkah laku berhasil
distraksi, contoh :
jalan-jalan, menemui 17. Monitor penerimaan pasien tentang manajemen nyeri
orang lain dan/atau
aktivitas, aktivitas Administrasi analgetik
berulang-ulang)
1. Tentukan lokasi, karak-teristik, kualitas dan derajat nyeri sebelum
- Respon autonom pemberian obat
(seperti diaphoresis,
2. Cek instruksi dokter tentang jenis obat, dosis, dan frekuensi
perubahan tekanan
darah, perubahan 3. Cek riwayat alergi
nafas, nadi dilatasi
pupil). 4. Pilih analgesik yang diperlukan atau kombinasi dari analgesik ketika
pemberian lebih dari satu.
- Perubahan
autonomic dalam 5. Tentukan analgesik pilihan tergantung tipe dan beratnya nyeri.
tonus (mungkin dalam
rentang dari lemah ke
14
kaku) 6. Tentukan analgesik pilihan, rute pemberian dan dosis optimal

- Tingkah laku 7. Pilih rute pemberian secara IV, IM untuk pengobatan nyeri secara teratur.
ekspresif contoh
gelisah, merintih, 8. Monitor vital sign sebelum dan sesudah pemberian analgesik pertama kali.
menangis, waspada,
iritabel, nafas 9. Berikan analgesik tepat waktu terutama saat nyeri hebat
panjang / berkeluh 10. Evaluasi efektifitas analgesik, tanda dan gejala (efek samping)
kesah.

- Perubahan dalam
nafsu makan dan
minum.
3 Ketidakseimbangan Setelah dilakukan tindakan keperawatan Monitor nutrisi
nutrisi kurang dari selama 2 x 24 jam kebutuhan nutrisi
kebutuhan tubuh pasien terpenuhi dengan kriteria hasil : 1. BB pasien dalam batas normal
(1975) berhubungan
dengan - Adanya peningkatan berat badan 2. Monitor adanya penurunan berat badan
ketidakmampuan sesuai dengan tujuan
3. Monitor tipe dan jumlah aktivitas yang biasa dilakukan
pemasukan atau
mencerna makanan - Berat badan ideal sesuai dengan tinggi
badan 4. Monitor interaksi anak atau orang tua selama makan
atau mengabsorbsi zat-
zat gizi berhubungan - Mampu mengidentifikasi kebutuhan 5. Monitor lingkungan selama makan
dengan faktor bioiogis, nutrisi
psikologis atau 6. Jadwalkan pengobatan dan tindakan tidak selama jam makan
ekonomi. - Tidak ada tanda-tanda mal nutrisi 7. Monitor kulit kering dan perubahan pigmentasi
Batasan karakteristik : - Menunjukkan peningkatan fungsi 8. Monitor turgor kulit
pengecapan dan menelan
- Berat badan 20%
9. Monitor kekeringan, rambut kusam, dan mudah patah
atau lebih dibawah - Tidak terjadi penurunan berat badan
ideal yang berarti. 10. Monitor mual dan muntah

15
- Dilaporkan 11. Monitor kadar albomin, total Protein, Hb dan Ht.
adanya intake
makanan yang kurang 12. Monitor makanan kesukaan
dari RPA
(Recommended daily 13. Monitor pertumbuhan dan perkembangan
allowance) 14. Monitor pucat, kemerahan dan kekeringan jaringan konjungtiva
- Membrana 15. Monitor kalori dan intake nutrisi
mukosa dan
konjungtiva pusat 16. Catat adanya edema, hiperemik, hipertonik papula Iidah dan cavitas oval.
- Kelemahan otot Manajemen nutrisi
yang digunakan untuk
menelan/mengunyah. 1. Hindari makanan yang membuat alergi

- Luka, inflamasi 2. Hindari makanan yang tidak bisa ditoleransi oleh pasien
pada rongga mulut
3. Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan kebutuhan kalori dan jenis
- Mudah merasa makanan yang dibutuhkan.
kenyang, sesaat setelah
mengunyah makanan. 4. Berikan makanan secara selektif

- Dilaporkan atau 5. Berikan buah segar (pisang) atau jus buah


fakta adanya
6. Berikan informasi tentang kebutuhan nutrisi yang dibutuhkan pasien dan
kekurangan makanan
bagaimana cara makannya.
- Dilaporkan
adanya perubahan
sensasi rasa

- Perasaan
ketidakmampuan
untuk mengunyah

16
makanan

- Miskonsepsi

- Kehilangan BB
dengan makanan
cukup

- Keengganan
untuk makan

- Kram pada
abdomen

- Tonus otot jelek

- Nyeri abdomen
dengan atau tanpa
patologi.

- Kurang berminat
terhadap makanan

- Pembuluh darah
kapiler mulai rapuh

- Diare atau
steatorhea

- Kehilangan
rambut yang cukup
banyak (rontok)

- Suara usus

17
hiperaktif

- Kurangnya
informasi, miss
informasi

4 Ketidakefektifan Setelah dilakukan perawatan, a. Kaji status pernafasan (kecepatan, kedalaman, serta pergerakan dada).
bersihan jalan nafas diharapakan bersihan jalan nafas efektif b. Auskultasi adanya suara nafas tambahan (mis : mengi, krekels)
berhubungan dengan dengan kriteria hasil: c. Ajarkan pada klien untuk berlatih nafas tambahan dalam dan batuk efektif.
penumpukan sekret · Anak tidak batuk d. Berikan klien minuman hangat sedikitnya 2500 cc/hari.
(sputum) · Anak dapat bernpas dengan lega e. Kolaborasi dengan tim dokter dalam pemberian, terapi pemberian
· RR (u = 3 tahun) = 20-30 x/menit expectorant dan broncodilatos.

18
19

Anda mungkin juga menyukai