Anda di halaman 1dari 8

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Kegiatan
Kegiatan intervensi yang dilakukan selama PBL II merupakan realisasi
dari prioritas masalah pada PBL I.
1. Intervensi Non-Fisik
a. Penyuluhan tentang TB pada masyarakat dusun japing
b. Penyuluhan tentang DBD pada Peserta didik SD Inpres japing
c. Senam sehat bersama

2. Intervensi Fisik
a. Pengadaan tempat sampah kering – basah
Pengadaan tempat sampah di dusun Japing merupakan salah satu
program kerja dari Ibu PKK yang belum terlaksana. Oleh karena itu
sebagai agent of change, kami melaksanakan pengadaan tempat
sampah dan pemilahan tempat sampah basah dan kering. Pengadaan ini
selesai tepat sebelum penarikan PBL 2, yaitu pada hari kamis, 14
februari 2019.
b. Pembuatan SPAL percontohan sederhana
Saluran pembuangan air limbah merupakan saluran yang berfungsi
sebagai saluran pembuangan limbah cair yang berasal dari rumah
tangga. Pembuatan SPAL percontohan sederhana ini karena pada
pemetaan masalah kesehatan yang telah kami lakukan pada PBL 1 lebih
dari 50% masyarakat dusun japing tidak memiliki SPAL percontohan
sederhana dan air limbahnya menggenang di sekitaran rumah yang
memungkinkan vektor penyakit berkembang biak. Pembuatan SPAL
percontohan sederhana percontohan sederhana ini kami buat dirumah
Pak RT yang berada tepat disamping rumah Kepala Desa sunggumanai.
Pembuatan SPAL percontohan sederhana dilakukan selama kurang
lebih 2 hari yang dimulai pada hari Rabu, 13 februari 2019 dan selesai
pada hari Kamis, 14 Februari 2019.
B. Pembahasan
1. Intervensi Non-Fisik
Intervensi non-fisik adalah kegiatan yang hasil akhir atau dalam
prosesnya tidak menghasilkan sesuatu secara langsung dalam jangka
waktu pendek, tetapi akan terlihat dalam jangka waktu panjang seperti
perubahan perilaku. Adapun kegiatan yang termasuk non-fisik yaitu
penyuluhan yang terdiri dari:
a. Penyuluhan tentang TB pada Masyarakat dusun Japing
Penyuluhan tentang TB pada Masyarakat dusun Japing ini
dilakukan mengingat hasil pemetaan masalah kesehatan pada
Masyarakat dusun Japing yang telah dilakukan pada PBL 1
menemukan ada 7 orang yang terkena TB pada dusun japing dan
kemudian pada PBL 2 ditemukan tersisa 6 orang karena 1 orang
meninggal dunia.
Hal ini kemudian dianggap penting untuk ditindak lanjuti
mengingat kebanyakan dari program kesehatan yang diterapkan di
desa sunggumanai khususnya dusun japing adalah mengenai
pengobatan TB bukan pencegahannya. Hingga dari sanalah timbul
keinginan kami untuk melakukan intervensi kepada masyarakat
dengan melakukan penyuluhan TB yang kemudian dilakukan di salah
satu rumah warga yang juga merupakan ibu RT.
Sebelum proses penyuluhan dimulai, hal yang cukup sulit kami
lakukan adalah bagaimana mengumpulkan masyarakat pada satu
tempat. Namun, suatu kesyukuran bahwa beberapa tokoh masyarakat
dengan senang hati membantu kami mengumpulkan warganya yang
tentu saja akan dengan cepat terkumpul saat orang yang ’memiliki
jabatan’ yang memanggil.
Adapun materi yang kami berikan pada masyarakat bukan
merupakan materi yang berat mengingat adanya sekat antara
pengetahuan dan bahasa sehingga kami menyederhanakan materinya
menjadi sebagai berikut:
1) Apa itu TB
Pada materi apa itu TB kami menjelaskan seputar TB dengan
bahasa dan gerakan tubuh yang tidak kaku. Pada materi ini pula
kami menjelaskan bahwa TB merupakan penyakit yang disebabkan
oleh bakteri yang ternyata berdasarkan hasil pretest hampir 100%
masyarakat tidak mengetahuinya. Mayoritas masyarakat menjawab
bahwa TB disebabkan oleh virus, makanan dan lain sebagainya.
2) Bagaimana cara terjadi TB (patofisiologi)
Pada materi patofisiologi ini kami menjelaskan cara terjadinya TB
dengan sangat sederhana, yakni dengan cara memperagakan
mekanismenya. Dan mengatakan berbagai istilah yang umum di
masyarakat seperti ’ammanak manaki anjo kumanga ri paru –
parua’ (berkembang biaknya bakteri Mycrobacterium
tuberculosis) dan masih banyak bahasa baku yang diserap menjadi
bahasa makassar untuk mempermudah pemberian informasi.
3) Cara penularan TB
Pada materi ini kami sangat menekankan bahwa penularan TB itu
melalui udara. Sehingga sangat di sarankan bagi masyarakat untuk
tidak terlalu dekat dengan penderita. Namun suatu kebimbangan
karena disatu sisi kami harus menekankan pengurangan intensitas
berkomunikasi dengan penderita dan untuk tidak mengucilkan
penderita. Namun kami akhirnya dapat mengambil benang merah
yakni dengan memberitahukan kepada masyarakat mengenai cara
mencegahnya sehingga masyarakat tidak terlalu takut untuk
berinteraksi dengan penderita TB.
4) Cara mencegah TB
Pada materi cara mencegah TB kami menekankan pada wajibnya
pemberian imunisasi pada anak, khususnya imunisasi BCG. Kami
juga menekankan untuk membuka semua ventilasi udara pada
rumah pada pagi hari sehingga sinar matahari pagi dapat masuk
kedalam rumah. Hal ini dikarenakan bakteri penyebab TB mudah
sekali mati dengan paparan sinar matahari. Dan mudah bertahan
hidup pada tempat yang tidak terkena sinar matahari, gelap dan
lembab.
5) Pengobatan TB
Untuk materi pengobatan TB kami tidak terlalu mendalam
mengenai pengobatannya melainkan kami menekankan bagi
penderita dan keluarga untuk melakukan pengobatan yang
dilakukan selama 6 bulan yang tidak boleh terhenti.

Untuk mengetahui apakah ada pengaruh dari setelah penyuluhan,


terlebih dahulu dilakukan pre test untuk mengetahui pengetahuan
masyarakat tentang sampah dan memberikan post test setelah
penyuluhan. Yang kemudian setelah data pre dan post test diolah kami
mendapatkan bahwa ada pengaruh dari setelah penyuluhan terhadap
pengetahuan masyarakat mengenai TB.

b. Penyuluhan tentang DBD di SD inpres japing


Penyuluhan yang dilakukan pada salah satu sekolah dasar di desa
sunggumanai yakni SD inpres japing dilakukan sebagai salah satu
bentuk preventif dari mewabahnya DBD di Indonesia. Ada beberapa
pihak yang menyatakan hal ini tidak begitu urgent karena belum
adanya kasus yang ditemukan. Namun kami tetap melakukan
intervensi mengeai DBD ini untuk mencegah terjadinya sebuah kasus.
Karena tidak seorang pun yang dapat menjamin tidak akan terjadi
DBD. Oleh karena itu kami melakukan penyuluhan sebagai bentuk
prefentif kami terhadap DBD.
Materi yang diberikan lebih banyak mengenai cara mencegah DBD
dan faktor risiko terjadinya DBD. Sebagaimana Firman Allah Swt
dalam Q.S Fushshilat ayat 33:
Artinya :“Siapakah yang lebih baik perkataannya daripada orang
yang menyeru kepada Allah, mengerjakan amal yang
saleh, dan berkata: "Sesungguhnya aku Termasuk
orang-orang yang menyerah diri?"

ayat di atas menjelaskan salah satu kewajiban untuk saling


menyeru dan berbagi dalam kebaikan. Maka menyeru dalam hal
kesehatan adalah sesuatu yang sangat baik dan disukai oleh Allah Swt,
karena sesungguhnya Allah mencintai orang-orang yang bersih secara
jasmani dan rohani.
Kegiatan ini dilaksanakan di sekolah ketika waktu istirahat dan
dapat berhasil dengan bantuan berbagai pihak yaitu dari kepala
sekolah, staf guru, siswa dan siswi serta para mahasiswa PBL II. Hasil
yang diperoleh yaitu terdapat perbedaan pengetahuan sebelum dan
sesudah penyuluhan pada anak SD Inpres Borong Pa’la’la.
2. Intervensi Fisik
Intervensi ini merupakan suatu bentuk kegiatan pada kinerja fisik
yang merupakan wujud atau realisasi dari proses upaya pemecahan
masalah kesehatan.
Berdasarkan hasil pendataan pada PBL I, diperoleh 3 prioritas
masalah yaitu: masalah Sampah dan SPAL. Setelah melaksanakan Focus
Group Discussion (FGD) bersama-sama dengan tokoh masyarakat dan
tokoh agama Dusun Tamalate disepakati bahwa yang menjadi prioritas
utama adalah sanitasi lingkungan dan pengendalian TB, maka intervensi
fisik yang dilakukan antara lain :
a. Pembuatan tempat sampah basah - kering
Pembuatan tempat sampah basah – kering ini bertujuan untuk
menyelesaikan masalah yang kami temukan pada PBL 1 yakni tidak
ada tempat sampah dan pengambilan sampah yang kemudian telah
diitindak lanjuti oleh pemerintah desa dengan mengadakan motor
sampah yang akan menjemput dan mengambil sampah masyarakat,
sehingga tidak ada alas an lagi bagi masyarakat untuk tidak
membuang sampah disekitar rumah karena telah difasilitasi oleh
pemangku kebijakan dan kami mahasiswa berupa tempat sampah dan
motor pengangkut sampah. Dan karena sesungguhnya manusia itu
sendirilah yang menyebabkan kerusakan di alam, sebagaimana firman
Allah Swt. dimana Q.S Ar-ruum ayat 41 :

Artinya :“Telah nampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan


karena perbuatan tangan manusia, supaya Allah
merasakan kepada mereka sebahagian dari (akibat)
perbuatan mereka, agar mereka kembali (ke jalan yang
benar)

Berdasarkan ayat di atas menyatakan bahwa ”telah nampak


kerusakan di darat dan di laut” ini berarti bahwa kerusakan yang
terjadi di alam benar-benar ada dan nampak oleh panca indra manusia
contohnya akibat dari membuang sampah sembarangan bisa
menyebabkan banjir.
Tidak hanya banjir tetapi masalah ketersediaan air bersih ikut
mengganggu kelangsungan hidup manusia. “disebabkan karena
perbuatan tangan manusia“ manusia adalah tokoh utama dari
kerusakan yang terjadi di muka bumi jadi manusia diciptakan sebagai
khalifah dimuka bumi ini, harus mampu menyediakan solusi untuk
masalah yang mereka buat sendiri tanpa menimbulkan masalah lain.
b. Pembuatan SPAL percontohan sederhana
Pembuatan SPAL percontohan sederhana ini merupakan tindak
lanjut dari masalah kesehatan yang kami temukan pada PBL 1. Bentuk
– bentuk dan model SPAL ada berbagai macam yang kami sajikan
kepada masyarakat dan kami menyerahkan kepada masyarakat
memilih model dan bentuk yang mana. Menurut pemangku kebijakan
desa, kami cukup membuat 1 SPAL percontohan sederhana. Karena
SPAL ini akan mereka masukkan pada program desa. Sehingga kami
membuat SPAL yang paling sederhana yang kami mampu, sangat
disayangkan karena keterbatasan tenaga dan waktu sehingga kami
belum mampu membuat SPAL yang paling bagus.
SPAL yang kami buat hanya bermodal ember cat bekas, pipa,
sabuk kelapa, lem pipa, semen, kerikil, dan pasir. Dan yang kami
sediakan hanya pipa, lem pipa, sabuk kelapa dan semen. Awalnya
sebagai bentuk mobilisasi asset kami ingin menggunakan bambu
sebagai pengganti pipa, namun mengingat jangka panjang dari SPAL
ini kami mengurungkan niat kami dan tetap menggunakan pipa
sebagai media pengalir limbah cair tersebut.
SPAL ini dibuat bertujuan untuk menghilangkan genangan yang
berada disekitar rumah. Selain mengindahkan pekarangan ketiadaan
genangan juga mampu meminimalisir vektor pembawa penyakit.
Sebagaimana hadist “Kesucian adalah sebagian dari iman” (HR.
Muslim). Islam adalah agama yang erat kaitannya dengan kebersihan
dan kesucian. Setiap muslim diwajibkan agar senantiasa menjaga
kebersihan baik kebersihan badan maupun kebersihan lingkungan
atau tempat tinggal mereka.
Untuk menyempurnakan iman seorang muslim, maka kebersihan
seluruh anggota badan haruslah dijaga sesuai syariat yang diajarkan
oleh Rasulullah SAW. Semua tata cara tentang menjaga kebersihan
telah diatur dimana islam secara detail dan lengkap seperti anjuran
untuk senantiasa memotong kuku, membersihkan gigi menggunakan
siwak, sunnah mandi dan memakai wangi-wangian dan lain
sebagainya.

C. Faktor Pendukung dan Penantang


1. Faktor Pendukung
a) Adanya dukungan dari pemerintah setempat khususnya Kepala Dusun
Japing dan Kepala Desa Sunggumanai serta aparat desa lainnya yang
sangat membantu dimana pengumpulan data sekunder dan keterangan
lainnya yang kami butuhkan
b) Adanya dukungan dan keramahtamahan masyarakat yang telah
membantu penyuluhan kami
c) Keterbukaan dan sikap ramah serta kerjasama dari tokoh masyarakat,
tokoh agama, karang taruna serta stakeholder di Dusun Japing, Desa
Sunggumanai
d) Kerjasama rekan-rekan PBL II lainnya yang telah memberikan
masukan dan bertukar pikiran dengan kami
e) Adanya bimbingan dari dosen pembimbing, arahan dan masukan dari
Bapak dan Ibu dosen yang meninjau ke lokasi PBL
2. Faktor Penantang
Kesulitan dimana mengumpulkan warga yang begitu banyak di suatu
tempat karena memiliki kesibukan masing-masing.

Anda mungkin juga menyukai