A. Hasil Kegiatan
Kegiatan intervensi yang dilakukan selama PBL II merupakan realisasi
dari prioritas masalah pada PBL I.
1. Intervensi Non-Fisik
a. Penyuluhan tentang TB pada masyarakat dusun japing
b. Penyuluhan tentang DBD pada Peserta didik SD Inpres japing
c. Senam sehat bersama
2. Intervensi Fisik
a. Pengadaan tempat sampah kering – basah
Pengadaan tempat sampah di dusun Japing merupakan salah satu
program kerja dari Ibu PKK yang belum terlaksana. Oleh karena itu
sebagai agent of change, kami melaksanakan pengadaan tempat
sampah dan pemilahan tempat sampah basah dan kering. Pengadaan ini
selesai tepat sebelum penarikan PBL 2, yaitu pada hari kamis, 14
februari 2019.
b. Pembuatan SPAL percontohan sederhana
Saluran pembuangan air limbah merupakan saluran yang berfungsi
sebagai saluran pembuangan limbah cair yang berasal dari rumah
tangga. Pembuatan SPAL percontohan sederhana ini karena pada
pemetaan masalah kesehatan yang telah kami lakukan pada PBL 1 lebih
dari 50% masyarakat dusun japing tidak memiliki SPAL percontohan
sederhana dan air limbahnya menggenang di sekitaran rumah yang
memungkinkan vektor penyakit berkembang biak. Pembuatan SPAL
percontohan sederhana percontohan sederhana ini kami buat dirumah
Pak RT yang berada tepat disamping rumah Kepala Desa sunggumanai.
Pembuatan SPAL percontohan sederhana dilakukan selama kurang
lebih 2 hari yang dimulai pada hari Rabu, 13 februari 2019 dan selesai
pada hari Kamis, 14 Februari 2019.
B. Pembahasan
1. Intervensi Non-Fisik
Intervensi non-fisik adalah kegiatan yang hasil akhir atau dalam
prosesnya tidak menghasilkan sesuatu secara langsung dalam jangka
waktu pendek, tetapi akan terlihat dalam jangka waktu panjang seperti
perubahan perilaku. Adapun kegiatan yang termasuk non-fisik yaitu
penyuluhan yang terdiri dari:
a. Penyuluhan tentang TB pada Masyarakat dusun Japing
Penyuluhan tentang TB pada Masyarakat dusun Japing ini
dilakukan mengingat hasil pemetaan masalah kesehatan pada
Masyarakat dusun Japing yang telah dilakukan pada PBL 1
menemukan ada 7 orang yang terkena TB pada dusun japing dan
kemudian pada PBL 2 ditemukan tersisa 6 orang karena 1 orang
meninggal dunia.
Hal ini kemudian dianggap penting untuk ditindak lanjuti
mengingat kebanyakan dari program kesehatan yang diterapkan di
desa sunggumanai khususnya dusun japing adalah mengenai
pengobatan TB bukan pencegahannya. Hingga dari sanalah timbul
keinginan kami untuk melakukan intervensi kepada masyarakat
dengan melakukan penyuluhan TB yang kemudian dilakukan di salah
satu rumah warga yang juga merupakan ibu RT.
Sebelum proses penyuluhan dimulai, hal yang cukup sulit kami
lakukan adalah bagaimana mengumpulkan masyarakat pada satu
tempat. Namun, suatu kesyukuran bahwa beberapa tokoh masyarakat
dengan senang hati membantu kami mengumpulkan warganya yang
tentu saja akan dengan cepat terkumpul saat orang yang ’memiliki
jabatan’ yang memanggil.
Adapun materi yang kami berikan pada masyarakat bukan
merupakan materi yang berat mengingat adanya sekat antara
pengetahuan dan bahasa sehingga kami menyederhanakan materinya
menjadi sebagai berikut:
1) Apa itu TB
Pada materi apa itu TB kami menjelaskan seputar TB dengan
bahasa dan gerakan tubuh yang tidak kaku. Pada materi ini pula
kami menjelaskan bahwa TB merupakan penyakit yang disebabkan
oleh bakteri yang ternyata berdasarkan hasil pretest hampir 100%
masyarakat tidak mengetahuinya. Mayoritas masyarakat menjawab
bahwa TB disebabkan oleh virus, makanan dan lain sebagainya.
2) Bagaimana cara terjadi TB (patofisiologi)
Pada materi patofisiologi ini kami menjelaskan cara terjadinya TB
dengan sangat sederhana, yakni dengan cara memperagakan
mekanismenya. Dan mengatakan berbagai istilah yang umum di
masyarakat seperti ’ammanak manaki anjo kumanga ri paru –
parua’ (berkembang biaknya bakteri Mycrobacterium
tuberculosis) dan masih banyak bahasa baku yang diserap menjadi
bahasa makassar untuk mempermudah pemberian informasi.
3) Cara penularan TB
Pada materi ini kami sangat menekankan bahwa penularan TB itu
melalui udara. Sehingga sangat di sarankan bagi masyarakat untuk
tidak terlalu dekat dengan penderita. Namun suatu kebimbangan
karena disatu sisi kami harus menekankan pengurangan intensitas
berkomunikasi dengan penderita dan untuk tidak mengucilkan
penderita. Namun kami akhirnya dapat mengambil benang merah
yakni dengan memberitahukan kepada masyarakat mengenai cara
mencegahnya sehingga masyarakat tidak terlalu takut untuk
berinteraksi dengan penderita TB.
4) Cara mencegah TB
Pada materi cara mencegah TB kami menekankan pada wajibnya
pemberian imunisasi pada anak, khususnya imunisasi BCG. Kami
juga menekankan untuk membuka semua ventilasi udara pada
rumah pada pagi hari sehingga sinar matahari pagi dapat masuk
kedalam rumah. Hal ini dikarenakan bakteri penyebab TB mudah
sekali mati dengan paparan sinar matahari. Dan mudah bertahan
hidup pada tempat yang tidak terkena sinar matahari, gelap dan
lembab.
5) Pengobatan TB
Untuk materi pengobatan TB kami tidak terlalu mendalam
mengenai pengobatannya melainkan kami menekankan bagi
penderita dan keluarga untuk melakukan pengobatan yang
dilakukan selama 6 bulan yang tidak boleh terhenti.