Lokasi stasiun 1 berada pada daerah Arabika dengan ketinggian 719 mdpl,
dengan koordinat 50 12’ 38.2” LS dan 1200 00’ 39.1” BT. Lokasi ini terletak di
sebelah Timur laut Malino yang berjarak ±42 km atau berjarak ±116 km berarah
Timur laut dari Kota Makassar. Lokasi longsor berada di tepi jalan poros Malino-
Manipi Kecamatan Sinjai Barat Kabupaten Sinjai Provinsi Sulawesi Selatan. Luas
43
44
Pada dasarnya ada dua faktor penyebab terjadinya tanah longsor antara lain:
faktor pengontrol dan faktor pemicu. Faktor pengontrol meliputi kemiringan lereng,
kondisi geologi, kondisi hidrologi, dan tata guna lahan, sedangkan faktor pemicunya
Faktor Pengontrol
yang terjal akan melabilkan material pada lereng, dan cenderung menaikkan
Kondisi Geologi
yakni di jumpainya kekar pada litologi tufa kasar sebagai penciri adanya
Hasil perhitungan RQD pada stasiun ini adalah jumlah kekar yakni 17
stasiun 1 ini adalah 49,89%, dengan demikian kualitas batuan pada stasiun ini
tergolong sedang.
yakni karakteristik bidang lemah pada sistem kekar seperti strike, spasi kekar,
- Strike; Kekar yang arahnya searah dengan kemiringan lereng sangat mudah
kekar yakni strike kekar relatif searah dengan kemiringan lereng sehingga
- Spasi kekar adalah jarak antara kekar yang satu dengan kekar yang lain
yang sejajar. Semakin besar nilai spasi pada kekar, maka akan semakin kuat
Tabel 10. Hubungan skala kekuatan batuan dengan spasi kekar, (Ritter 1986 )
Hasil pengukuran spasi kekar pada stasiun ini yakni diperoleh jarak
(5-10)cm, jika dihubungkan pada tabel 10 diatas maka termasuk dalam skala
terjadinya longsor..
- Isian kekar; Kekar yang terisi oleh mineral lain dengan yang tidak memiliki
batuannya akan semakin kuat, sedangkan kekar yang tidak memiliki isian
kemiringan lereng yakni N 700E/300 (Foto 11). Struktur perlapisan batuan dapat
48
Faktor Pemicu
Curah Hujan
Data curah hujan yang diambil pada Stasiun Klimatologi Kelas 1 Maros
sejak 3 tahun terakhir pada daerah Manipi (Tasililu) dapat dilihat pada tabel 11
berikut:
49
Tabel 11. Data Curah hujan bulanan daerah Manipi (Tasililu), Kecamatan Sinjai
Barat Kabupaten Sinjai
1200
1000
curah hujan( mm)
800
600
400
200
0
jan feb mar apr mei jun jul agt sep okt nov des Bulan
Gambar 10. Grafik curah hujan tahun 2010 daerah Manipi (Tasililu),
Kecamatan Sinjai Barat Kabupaten Sinjai yang di
peroleh dari (Stasiun Klimatologi Kelas I Maros, 2010)
(2008) dapat dilihat pada tabel 2 klasifikasi curah hujan harian (Halaman 12,
Bab II).
Berdasarkan data grafik curah hujan di daerah Manipi (Tasililu) (gambar 10),
maka curah hujan tertinggi berada pada bulan Mei sampai bulan Juli dengan rata-rata
hujan 731 mm/bulan. Menurut Badan Meteorologi dan Geofisika, (2008) bahwa
50
curah hujan kumulatif 400 mm/bulan atau >100mm/24jam di kategorikan lebat dan
klasifikasi gerakan tanah menurut (Varnes, 1978 dalam Zakaria, 2009) di dasarkan
Tipe gerakan
Jenis gerakan tanah pada stasiun 1 ini berupa gelinciran (slides) yakni debris
Jenis Material
Jenis material yang bergerak atau mengalami longsor pada stasiun ini
didominasi oleh tanah (soil) berbutir kasar yang berukuran kerikil sampai
bongkah.
300
Kedudukan batuan
mdpl, dengan koordinat 50 12’ 57.1” LS dan 1200 00’ 51.7” BT. Lokasi ini terletak
di sebelah Timur laut Malino yang berjarak ±43 km, atau berjarak ±118 km + 30
berarah Timur laut dari Kota Makassar. Lokasi longsor berada pada tepi jalan poros
Faktor Pengontrol
sudut lereng 600 (Foto 14). Kemiringan lereng yang terjal akan melabilkan
52
material pada lereng, dan cenderung menaikkan gaya geser material untuk
bergerak ke bawah.
Kondisi Geologi
litologi tufa kasar (foto 15). Adapun data pengukuran kekar di lapangan
Hasil perhitungan RQD pada stasiun ini adalah jumlah kekar yakni 22
stasiun 2 ini adalah 35.98%, dengan demikian kualitas batuan pada stasiun ini
tergolong buruk.
yakni karakteristik bidang lemah pada sistem kekar seperti, spasi kekar, isian
- Strike; Dari hasil pengukuran kekar di stasiun 2 diperoleh data kekar yakni
mengalami longsor.
- Spasi kekar ; Hasil pengukuran spasi kekar pada stasiun 2 yakni diperoleh
nilai (4-5)cm, jika dihubungkan pada (tabel 10 halaman 46), maka termasuk
dalam skala sangat lemah, dengan demikian kondisi batuan pada stasiun ini
- Isian kekar; Hasil pengamatan kekar di lapangan diperoleh data kekar pada
Faktor geologi lain yang dijumpai di lokasi ini adalah kondisi litologi pada
tufa kasar yang telah mengalami pelapukan tinggi yang di cirikan dengan
batuan yang retak, sehingga kondisi batuan akan semakin jenuh air akibatnya,
ketika material ini berada pada lereng yang terjal akan semakin mudah
Faktor Pemicu
Curah Hujan
Maros sejak 3 tahun terakhir pada daerah Manipi (Tasililu) dapat dilihat pada
(halaman 49), maka curah hujan tertinggi berada pada bulan Mei sampai
bulan Juli dengan rata-rata hujan 731 mm/bulan. Menurut Badan Meteorologi
dan Geofisika, (2008) bahwa curah hujan kumulatif 400 mm/bulan atau
klasifikasi gerakan tanah menurut (Varnes, 1978 dalam Zakaria, 2009) di dasarkan
Tipe gerakan
Jenis gerakan tanah pada stasiun 2 ini berupa runtuhan (fall) yakni debris fall.
Jenis Material
Jenis material yang bergerak atau mengalami longsor pada stasiun ini
didominasi oleh tanah (soil) berbutir kasar yang berukuran kerikil sampai
bongkah.
mdpl, dengan koordinat 50 13’ 03.4” LS dan 1200 00’ 51.5” BT. Lokasi ini terletak di
sebelah Timur laut Malino yang berjarak ±44 km atau berjarak ±118 km berarah
Timur Laut dari Kota Makassar. Lokasi longsor berada pada tepi jalan poros Malino-
Manipi Kecamatan Sinjai Barat Kabupaten Sinjai Provinsi Sulawesi selatan. Luas
Foto 15. Kenampakan sudut lereng curam (450) yang telah mengalami
longsor pada stasiun 3 difoto pada arah N 350E.
Faktor Pengontrol
sudut lereng 450 (Foto 15). Kemiringan lereng yang terjal akan melabilkan
material pada lereng, dan cenderung menaikkan gaya geser material untuk
bergerak ke bawah.
Kondisi Geologi
litologi tufa kasar (foto 18). Adapun data pengukuran kekar di lapangan
Hasil perhitungan RQD pada stasiun ini adalah jumlah kekar yakni
pada stasiun 2 ini adalah 40,60%, dengan demikian kualitas batuan pada
yakni karakteristik bidang lemah pada sistem kekar seperti, spasi kekar, isian
- Strike; Dari hasil pengukuran kekar di stasiun 3 diperoleh data kekar yakni
mengalami longsor.
- Spasi kekar ; Hasil pengukuran spasi kekar pada stasiun 2 yakni diperoleh
nilai (2-20)cm, jika dihubungkan pada (tabel 9 halaman 46), maka termasuk
dalam skala sangat lemah, dengan demikian kondisi batuan pada stasiun ini
- Isian kekar; Hasil pengamatan kekar dilapangan diperoleh data kekar pada
stasiun ini tidak dijumpai adanya isian kekar, ini menunjukkan kondisi
Faktor geologi lain yang dijumpai di lokasi ini adalah kondisi litologi
pada tufa kasar yang telah mengalami pelapukan tinggi yang di cirikan dengan
Faktor Pemicu
Curah Hujan
Maros sejak 3 tahun terakhir pada daerah Manipi (Tasililu) dapat dilihat pada
gambar 10 (halaman 49), maka curah hujan tertinggi berada pada bulan Mei
sampai bulan Juli dengan rata-rata hujan 731 mm/bulan. Menurut Badan
61
tanah longsor.
Aktivitas Manusia
klasifikasi gerakan tanah menurut Varnes, ( 1978 dalam Zakaria, 2009) di dasarkan
Tipe gerakan
Jenis gerakan tanah pada stasiun 3 ini berupa gelinciran (slides) yakni debris
Jenis Material
Jenis material yang bergerak atau mengalami longsor pada stasiun ini
didominasi oleh tanah (soil) berbutir kasar yang berukuran pasir sampai
kerikil.
62
No Stasiun Nama Daerah Kondisi Geologi Aktifitas Curah hujan Jenis longsoran
Litologi Morfologi Struktur geologi manusia
lereng
1 I Arabika Tufa Kemiringan Kedudukan batuan - Rata-rata hujan Debris Slump
kasar lereng 550 yang saerah dengan 731 mm/bulan
(persentase kemiringan lereng
kemiringan yakni N 700E/300 dan
lereng 142%) Kekar pada litologi
tufa kasar
2 II Kasuarang II Tufa Kemiringan Kekar pada litologi - Rata-rata hujan Debris fall
Kasar lereng 600 tufa kasar 731 mm/bulan
(persentase
kemiringan
lereng 173%)
3 III Kasuarang II Tufa Kemiringan Kekar pada litologi Lahan Rata-rata hujan Debris Slump
Kasar lereng 450 tufa kasar Pertanian 731 mm/bulan
(persentase
kemiringan
lereng 100%)
43