OLEH:
Puji syukur penulis panjatkan kehadapan Tuhan Yang Maha Esa, Ida Sang
Hyang Widhi Wasa karena berkat rahmat–Nya penulis dapat menyelesaikan tugas
mata kuliah Teknik Sungai.
Selama penulisan tugas ini, penulis menyampaikan ucapan terimakasih
kepada pihak-pihak yang telah membantu dan membimbing dalam menyelesaikan
tugas tersebut, khususnya ditunjukkan sebagai berikut:
1. Ibu Dr. Mawiti Infantri Yekti, ST, MT. selaku dosen pengajar mata kuliah
Teknik Sungai di Program Studi Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas
Udayana
2. Pihak-pihak dan sumber pustaka yang tidak dapat disebutkan satu-persatu,
yang telah memberi dukungan dalam penyelesaian tugas ini.
Penulis menyadari bahwa penulisan tugas mata kuliah ini masih jauh dari
sempurna. Oleh karena itu, penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang
membangun dari pembaca agar dapat tugas mata kuliah ini. Akhir kata, penulis
ucapkan terima kasih dan semoga proposal tugas akhir ini dapat berguna dan
bermanfaat bagi pembaca.
Penulis
4.1 Simpulan...................................................................................... 66
4.2 Saran ............................................................................................ 66
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................. 67
1 BAB I
PENDAHULUAN
1.3 Tujuan
Tujuan dari pelaksanaan tugas ini adalah:
Teknik Sungai 67
1. Untuk mengetahui gambaran umum banjir yang terjadi pada Lingkungan Br.
Baler Bale Agung, Kabupaten Jembrana.
2. Untuk mengetahui penyebab banjir pada Lingkungan Br. Baler Bale Agung,
Kabupaten Jembrana.
3. Untuk mengetahui Debit banjir pada Lingkungan Br. Baler Bale Agung,
Kabupaten Jembrana.
4. Untuk mengetahui upaya-upaya yang dilakukan untuk menangani banjir di
Lingkungan Br. Baler Bale Agung, Kabupaten Jembrana.
5. Untuk mengetahui keadaan drainase pada Lingkungan Br. Baler Bale Agung,
Kabupaten Jembrana.
1.4 Manfaat
Adapun manfaat yang didapat dengan adanya makalah ini, yaitu:
1. Mahasiswa mampu memahami penerapan Hidraulika dan Drainase
2. Melatih mahasiswa untuk mampu menggali informasi mengenai penanganan
Banjir
2 BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Umum
Sungai adalah aliran air yang besar dan memanjang yang mengalir secara
terus-menerus dari hulu (sumber) menuju hilir (muara). Ada juga sungai yang
terletak di bawah tanah, disebut sebagai "underground river". Misalnya sungai
bawah tanah di Gua Hang Soon Dong di Vietnam, sungai bawah tanah di Yucatan
(Meksiko), sungai bawah tanah di Gua Pindul (Filipina).
Teknik Sungai 68
untuk mengalir ke laut atau tampungan air yang besar seperti danau membutuhkan
sungai untuk tempat alirannya. Sungai terdiri dari beberapa bagian, bermula dari
mata air yang mengalir ke anak sungai. Beberapa anak sungai akan bergabung
untuk membentuk sungai utama. Aliran air biasanya berbatasan dengan saluran
dengan dasar dan tebing di sebelah kiri dan kanan. Pengujung sungai di mana sungai
bertemu laut dikenali sebagai muara sungai.
Sungai merupakan salah satu bagian dari siklus hidrologi. Air dalam sungai
umumnya terkumpul dari presipitasi, seperti hujan, embun, mata air, limpasan
bawah tanah, dan di beberapa negara tertentu juga berasal dari lelehan es/salju.
Selain air, sungai juga mengalirkan sedimen dan polutan.
1. Sungai permanen - yaitu sungai yang debit airnya sepanjang tahun relatif
tetap. Contoh sungai jenis ini adalah sungai Kapuas, Kahayan, Barito, dan
Mahakam di Kalimantan, Sungai Musi dan Sungai Indragiri di Sumatra.
2. Sungai periodik - yaitu sungai yang pada waktu musim hujan airnya banyak,
sedangkan pada musim kemarau airnya sedikit. Contoh sungai jenis ini
banyak terdapat di Pulau Jawa, misalnya Bengawan Solo dan Sungai Opak
di Jawa Tengah, Sungai Progo dan Sungai Code di Daerah Istimewa
Yogyakarta, serta Sungai Brantas di Jawa Timur.
3. Sungai intermittent atau sungai episodik - yaitu sungai yang mengalirkan
airnya pada musim penghujan, sedangkan pada musim kemarau airnya
kering. Contoh sungai jenis ini adalah Sungai Kalada di Pulau Sumba dan
Sungai Batanghari di Sumatra.
4. Sungai ephemeral - yaitu sungai yang ada airnya hanya pada saat musim
hujan. Pada hakekatnya, sungai jenis ini hampir sama dengan jenis episodik,
hanya saja pada musim hujan sungai jenis ini airnya belum tentu banyak.
Menurut genetiknya
Teknik Sungai 69
1. Sungai konsekwen yaitu sungai yang arah alirannya searah dengan
kemiringan lereng.
2. Sungai subsekwen yaitu sungai yang aliran airnya tegak lurus dengan sungai
konsekwen.
3. Sungai obsekwen yaitu anak sungai subsekwen yang alirannya berlawanan
arah dengan sungai konsekwen.
4. Sungai insekwen yaitu sungai yang alirannya tidak teratur atau terikat oleh
lereng daratan.
5. Sungai resekwen yaitu anak sungai subsekwen yang alirannya searah
dengan sungai konsekwen.
6. Sungai andesen yaitu sungai yang kekuatan erosi ke dalamnya mampu
mengimbangi pengangkatan lapisan batuan yang dilalui.
7. Sungai anaklinal yaitu sungai yang arah alirannya mengalami perubahan
karena tidak mampu mengimbangi pengangkatan lapisan batuan.
1. Sungai hujan yaitu sungai yang berasal dari air hujan. Banyak dijumpai di
Pulau Jawa dan kawasan Nusa Tenggara.
2. Sungai gletser yaitu sungai yang berasal dari melelehnya es. Banyak
dijumpai di negara-negara yang beriklim dingin, seperti Sungai Gangga di
India dan Sungai Rhein di Jerman.
3. Sungai campuran yaitu sungai yang berasal dari air hujan dan lelehan es.
Dapat dijumpai di Papua, contohnya Sungai Digul dan Sungai Mamberamo.
Sungai juga mempunyai pola aliran yang dipengaruhi oleh struktur geologi
dan permukaan daerah yang dilalui. Macam pola aliran sungai sebagai berikut.
1. Radial
adalah pola aliran sungai menyebar (sentripetal) yang terletak di daerah
dataran tinggi.
2. Pinante
adalah pola aliran sungai yang muara anak sungainya berbentuk sudut lancip.
3. Anular
Teknik Sungai 70
adalah pola aliran sungai semula radial sentrifugal, kemudian timbul sungai-
sungai subsekuen yang sejajar kontur. Biasanya terdapat di daerah dome stadium
dewasa.
4. Dendritik
merupakan pola sungai yang arah alirannya tidak teratur biasanya terdapat di
daerah pantai.
5. Rectangular
merupakan pola sungai yang aliran sungainya melalui daerah patahan yang
membentuk sudut siku-siku.
6. Trellis
adalah pola aliran sungai yang menyirip daun dan mempunyai kombinasi
antara sungai resekuen, obsekuen, dan konsekuen.
Debit air sungai adalah tinggi permukaan air sungai yang terukur oleh alat
ukur pemukaan air sungai. Pengukurannya dilakukan tiap hari, atau dengan
pengertian yang lain debit atau aliran sungai adalah laju aliran air (dalam bentuk
volume air) yang melewati suatu penampang melintang sungai per satuan waktu.
Dalam sistem satuan SI besarnya debit dinyatakan dalam satuan meter kubik per
detik (m3/dt).
Sungai dari satu atau beberapa aliran sumber air yang berada di
ketinggian,umpamanya disebuah puncak bukit atau gunung yg tinggi, dimana air
hujan sangat banyak jatuh di daerah itu, kemudian terkumpul dibagian yang cekung,
lama kelamaan dikarenakan sudah terlalu penuh, akhirnya mengalir keluar melalui
bagian bibir cekungan yang paling mudah tergerus air.
Teknik Sungai 71
Semakin panjang dan semakin dalam, alur itu akan berbelok atau bercabang,
demikian juga dengan sungai di bawah permukaan tanah, terjadi dari air yang
mengalir dari atas, kemudian menemukan bagian-bagian yang dapat di tembus ke
bawah permukaan tanah dan mengalir ke arah dataran rendah yang rendah, lama
kelamaan sungai itu akan semakin lebar.
2. Pengundulan Hutan
Fungsi utama hutan dalam kaitan dengan hidrologi adalah sebagai
penahan tanah yang mempunyai kelerengan tinggi, sehingga air hujan yang
jatuh di daerah tersebut tertahan dan meresap ke dalam tanah untuk
selanjutnya akan menjadi air tanah. Air tanah di daerah hulu merupakan
cadangan air bagi sumber air sungai. Oleh karena itu hutan yang terjaga
dengan baik akan memberikan manfaat berupa ketersediaan sumber-sumber
air pada musim kemarau. Sebaiknya hutan yang gundul akan menjadi
malapetaka bagi penduduk di hulu maupun di hilir. Pada musim hujan, air
Teknik Sungai 72
hujan yang jatuh di atas lahan yang gundul akan menggerus tanah yang
kemiringannya tinggi. Sebagian besar air hujan akan menjadi aliran
permukaan dan sedikit sekali infiltrasinya. Akibatnya adalah terjadi tanah
longsor dan atau banjir bandang yang membawa kandungan lumpur.
4. Intersepsi
Adalah proses ketika air hujan jatuh pada permukaan vegetasi diatas
permukaan tanah, tertahan bebereapa saat, untuk diuapkan
kembali(”hilang”) ke atmosfer atau diserap oleh vegetasi yang
bersangkutan. Proses intersepsi terjadi selama berlangsungnya curah hujan
dan setelah hujan berhenti. Setiap kali hujan jatuh di daerah bervegetasi, ada
sebagian air yang tak pernah mencapai permukaan tanah dan dengan
demikian, meskipun intersepsi dianggap bukan faktor penting dalam
penentu faktor debit air, pengelola daerah aliran sungai harus tetap
memperhitungkan besarnya intersepsi karena jumlah air yang hilang
sebagai air intersepsi dapat mempengaruhi neraca air regional. Penggantian
dari satu jenis vegetasi menjadi jenis vegetasi lain yang berbeda, sebagai
contoh, dapat mempengaruhi hasil air di daerah tersebut.
Teknik Sungai 73
5. Evaporasi dan Transpirasi
Evaporasi transpirasi juga merupakan salah satu komponen atau kelompok
yang dapat menentukan besar kecilnya debit air di suatu kawasan DAS, mengapa
dikatakan salah satu komponen penentu debit air, karena melalu kedua proses ini
dapat membuat air baru, sebab kedua proses ini menguapkan air dari per mukan air,
tanah dan permukaan daun, serta cabang tanaman sehingga membentuk uap air di
udara dengan adanya uap air diudara maka akan terjadi hujan, dengan adanya hujan
tadi maka debit air di DAS akan bertambah juga.
Teknik Sungai 74
apabila pengukuran secara langsung sulit dilaksanakan karena faktor kondisi
atau permasalahan sebagai berikut:
a. pengukuran debit secara langsung berbahaya bagi keselamatan petugas
dan peralatan yang digunakan,
b. sifat perubahan debit banjir relatif singkat waktunya dan saat kejadiannya
sulit diramalkan,
c. selama suatu pengukuran dilakukan, kadang-kadang banjir tidak terjadi,
sehingga diperlukan cara lain untuk memperkirakan debit banjir tersebut,
d. kadang-kadang pengukuran debit banjir untuk beberapa tempat sulit
dilaksanakan pada saat yang bersamaan, padahal datanya sangat diperlukan.
Pengukuran debit secara tidak langsung dapat dilaksanakan dengan dua cara,
yaitu cara luas kemiringan dan cara ambang.
Daerah Aliran Sungai disingkat DAS ialah suatu kawasan yang dibatasi oleh
titik-titik tinggi di mana air yang berasal dari air hujan yang jatuh, terkumpul dalam
kawasan tersebut. Guna dari DAS adalah menerima, menyimpan, dan mengalirkan
air hujan yang jatuh di atasnya melalui sungai.
Air Daerah Aliran Sungai (DAS) adalah air yang mengalir pada suatu
kawasan yang dibatasi oleh titik-titik tinggi di mana air tersebut berasal dari air
hujan yang jatuh dan terkumpul dalam sistem tersebut.
Air pada DAS merupakan aliran air yang mengalami siklus hidrologi secara
alamiah. Selama berlangsungnya daur hidrologi, yaitu perjalanan air dari
permukaan laut ke atmosfer kemudian ke permukaan tanah dan kembali lagi ke laut
yang tidak pernah berhenti tersebut, air tersebut akan tertahan (sementara) di
sungai, danau/waduk, dan dalam tanah sehingga akan dimanfaatkan oleh manusia
atau makhluk hidup.
Air hujan yang dapat mencapai permukaan tanah, sebagian akan masuk
(terserap) ke dalam tanah (infiltrasi), sedangkan air yang tidak terserap ke dalam
Teknik Sungai 75
tanah akan tertampung sementara dalam cekungan-cekungan permukaan tanah
(surface detention) untuk kemudian mengalir di atas permukaan tanah ke tempat
yang lebih rendah (runoff), untuk selanjutnya masuk ke sungai. Air infiltrasi akan
tertahan di dalam tanah oleh gaya kapiler yang selanjutnya akan membentuk
kelembaban tanah. Apabila tingkat kelembaban air tanah telah cukup jenuh maka
air hujan yang baru masuk ke dalam tanah akan bergerak secara lateral (horizontal)
untuk selanjutnya pada tempat tertentu akan keluar lagi ke permukaan tanah
(subsurface flow) yang kemudian akan mengalir ke sungai.
1. DAS gemuk: DAS jenis ini memiliki daya tampung yang besar, adapun
sungai yang memiliki DAS seperti ini cenderung mengalami luapan air yang
besar apabila terjadinya hujan di daerah hulu.
2. DAS kurus: DAS jenis ini bentuknya sempit, sehingga daya tampungnya
pun kecil. Manakala hujan turun di daerah hulu, tidak terjadi luapan air yang
tidak terlalu hebat.
Bentuk-bentuk DAS
1. Bentuk Bulu Ayam: DAS bentuk bulu ayam memiliki debit banjir
sekuensial dan berurutan. Memerlukan waktu yang lebih pendek untuk
mencapai mainstream. Memiliki topografi yang lebih curam daripada
bentuk lainnya.
2. Bentuk Kipas: DAS berbentuk kipas memiliki debit banjir yang
terakumulasi dari berbagai arah sungai dan memiliki waktu yang lebih lama
daripada bentuk bulu ayam untuk mencapai mainstream. Memiliki topografi
yang relatif landai daripada bulu ayam.
Teknik Sungai 76
3. Bentuk parallel / Kombinasi: DAS bentuk kombinasi memiliki debit banjir
yang terakumulasi dari berbagai arah sungai di bagian hilir. Sedangkan di
bagian hulu sekuensial dan berurutan.
Pada Umumnya badan sungai dapat dibedakan menjadi tiga bagian yaitu:
Bagian Hulu Sungai (terletak di sekitar gunung)
Teknik Sungai 77
2. Aliran sungai berjalan sangat lamban.
3. Erosi sungai sudah tidak ada yang ada adalah sedimentasi.
4. Sedimentasi membentuk daratan banjir dengan tanggul alam.
5. Lembah sungai berbentuk huruf U.
Indonesia memiliki sedikitnya 5.590 sungai utama dan 65.017 anak sungai.
Dari 5,5 ribu sungai utama panjang totalnya mencapai 94.573 km dengan luas
Daerah Aliran Sungai (DAS) mencapai 1.512.466 km2. Selain mempunyai
fungsi hidrologis, sungai juga mempunyai peran dalam menjaga
keanekaragaman hayati, nilai ekonomi, budaya, transportasi, pariwisata dan
lainnya.
Teknik Sungai 78
penyusutan luas hutan dan kerusakan lahan terutama kawasan lindung di sekitar
Daerah Aliran Sungai.
2.6.1 Banjir
Banjir adalah peristiwa yang terjadi ketika aliran air yang
berlebihan merendam daratan. Pengarahan banjir Uni Eropa mengartikan
banjir sebagai perendaman sementara oleh air pada daratan yang
biasanya tidak terendam air. Dalam arti "air mengalir", kata ini juga dapat
berarti masuknya pasang laut. Banjir diakibatkan oleh volume air di suatu
badan air seperti sungai atau danau yang meluap atau melimpah dari
bendungan sehingga air keluar dari sungai itu.
Ukuran danau atau badan air terus berubah-ubah sesuai perubahan
curah hujan dan pencairan salju musiman, namun banjir yang terjadi
tidak besar kecuali jika air mencapai daerah yang dimanfaatkan manusia
seperti desa, kota, dan permukiman lain.
Banjir juga dapat terjadi di sungai, ketika alirannya melebihi
kapasitas saluran air, terutama di kelokan sungai. Banjir sering
mengakibatkan kerusakan rumah dan pertokoan yang dibangun di
dataran banjir sungai alami. Meski kerusakan akibat banjir dapat
dihindari dengan pindah menjauh dari sungai dan badan air yang lain,
Teknik Sungai 79
orang-orang menetap dan bekerja dekat air untuk mencari nafkah dan
memanfaatkan biaya murah serta perjalanan dan perdagangan yang
lancar dekat perairan. Manusia terus menetap di wilayah rawan banjir
adalah bukti bahwa nilai menetap dekat air lebih besar daripada biaya
kerusakan akibat banjir periodik.
Sungai
Lama: Endapan dari hujan atau pencairan salju cepat melebihi kapasitas
saluran sungai. Diakibatkan hujan deras monsun, hurikan dan depresi tropis,
angin luar dan hujan panas yang mempengaruhi salju. Rintangan drainase
tidak terduga seperti tanah longsor, es, atau puing-puing dapat
mengakibatkan banjir perlahan di sebelah hulu rintangan.
Cepat: Termasuk banjir bandang akibat curah hujan konvektif (badai
petir besar) atau pelepasan mendadak endapan hulu yang terbentuk di
belakang bendungan, tanah longsor, atau gletser.
Muara
Biasanya diakibatkan oleh penggabungan pasang laut yang diakibatkan angin
badai. Banjir badai akibat siklon tropis atau siklon ekstratropis masuk dalam
kategori ini.
Pantai
Diakibatkan badai laut besar atau bencana lain seperti tsunami atau
hurikan. Banjir badai akibat siklon tropis atau siklon ekstratropismasuk
dalam kategori ini.
Bencana Tak Terduga
Diakibatkan oleh peristiwa mendadak seperti jebolnya bendungan atau
bencana lain seperti gempa bumi dan letusan gunung berapi.
Akibat Manusia
Kerusakan tak disengaja oleh pekerja terowongan atau pipa.
Teknik Sungai 80
Pengelolaan tata ruang yang salah. Hal ini menyebabkan air tidak mudah
terserap atau lambat mengalirnya, sehingga debit air cepat meningkat atau
lebih banyak yang tertahan daripada yang tersalurkan ataupun yang
terserap.
Lumpur
Banjir lumpur terjadi melalui penumpukan endapan di tanah pertanian.
Sedimen kemudian terpisah dari endapan dan terangkut sebagai materi tetap
atau penumpukan dasar sungai. Endapan lumpur mudah diketahui ketika
mulai mencapai daerah berpenghuni. Banjir lumpur adalah proses lembah
bukit, dan tidak sama dengan aliran lumpur yang diakibatkan pergerakan
massal.
Lainnya
Banjir dapat terjadi ketika air meluap di permukaan kedap air (misalnya
akibat hujan) dan tidak dapat terserap dengan cepat (orientasi lemah atau
penguapan rendah).
Rangkaian badai yang bergerak ke daerah yang sama.
Berang-berang pembangun bendungan dapat membanjiri wilayah perkotaan
dan pedesaan rendah, umumnya mengakibatkan kerusakan besar.
Teknik Sungai 81
3 BAB III
PEMBAHASAN
3.1 Gambaran Umum Banjir yang terjadi di Lingkungan Br. Baler Bale
Agung, Kabupaten Jembrana.
Teknik Sungai 82
perubahan fungsi dan tata guna lahan. Jika sistem drainase tidak ditangani secara
optimal berpotensi menimbulkan genangan air serta menurunkan derajat kesehatan
lingkungan dan masyarakat.
Memperhatikan permasalahan tersebut di atas, maka kami memberi solusi
yaitu dengan cara membuat saluran drainase pada saluran tersebut, guna
mengurangi banjir dan dampak banjir yang terjadi di Lingkungan Br. Baler Bale
Agung, Kabupaten Jembrana.
Teknik Sungai 83
3.2 Penyebab Banjir
Ada pun hal-hal yang menyebabkan banjir pada daerah di Lingkungan Baler
Bale Agung, Kecamatan Negara, Kabupaten Jembrana, Provinsi Bali. Yaitu :
1. Kurangnya kesadaran Masyarakat untuk membuang sampah di saluran
drainase.
Teknik Sungai 84
b Data hidrologi, seperti karakteristik daerah aliran, debit sungai, laju
sedimentasi, frekuensi banjir, dll.
c Peta-peta yang representatif, seperti peta tata guna lahan, peta topografi,
peta sistem jaringan jalan, peta sistem drainase, dll.
Ada beberapa metode yang sering digunakan dalam menghitung atau
memperkirakan besarnya debit rencana, seperti Metode Rasional, Melchior,
Weduwen, Haspers, dll. Namun kali ini yang akan dibahas hanyalah langkah-
langkah perhitungan debit rencana secara garis besar dengan Metode Rasional.
Metode Rasional dapat digunakan untuk menghitung debit puncak sungai atau
saluran, namun dengan daerah pengaliran yang terbatas.
Rumus umum dari Metode Rasional adalah :
Q = 0,278 x C x I x A ............................... (I)
Keterangan :
Q = debit puncak limpasan permukaan (m3/det).
C = angka pengaliran (tanpa dimensi)
A = luas daerah pengaliran (Km2)
I = intensitas curah hujan (mm/jam).
Keterangan :
QT = debit puncak limpasan permukaan dengan periode ulang T tahun (m3/det).
C = angka pengaliran (tanpa dimensi)
A = luas daerah pengaliran (Km2)
Teknik Sungai 85
............................................ (III)
Cara lain menghitung debit rencana adalah mensubtitusikan persamaan II dan III
sehingga menjadi seperti ini :
Q = 0,278 x IT x (Σ Ai x Ci) ....................................... (IV)
Keterangan :
Ci = Koefisien limpasan sub daerah pengaliran ke i
Ai = luas sub daerah pengaliran ke i
n = jumlah sub daerah pengaliran
Teknik Sungai 86
3 Hitung C Rata-rata pakai persamaan III
4 Hitung Σ Ai Ci
5 Hitung waktu konsentrasi menggunakan rumus Kirpich
.................................. (V)
Keterangan :
Tc = waktu konsentrasi (jam)
L = Panjang lintasan air dari titik terjauh sampai titik yang ditinjau (Km).
S = Kemiringan rata-rata daerah lintasan air
Rumus Mononobe :
............................................................. (VI)
7 Setelah poin 1-6 hasilnya telah didapat, masukan dalam rumus untuk
mendapatkan debit rencana (Qt).
Teknik Sungai 87
3.5 Upaya yang di lakukan
Upaya yang sudah dilakukan pada Lingkungan Baler Bale Agung, Kecamatan
Negara, Kabupaten Jembrana, ialah memperbaiki/ merekrontruksi saluran drainase
dan memperbesar dimensi saluran drainanse. Memberi sosialisasi pada masyarakat
agar tidak membuang sampah pada saluran drainase, karena dapat menyebabkan
banjir. Adapun dimensi saluran drainase yang direncanakan :
1. Precast U-Ditch 500x600x1200 K-350
2. Precast U-Ditch 600x800x1200 K-350
3. Precast U-Ditch 800x800x1200 K-350
4. Precast U-Ditch 1000x1200x1200 K-350
5. Precast Cover U-Ditch 500x600x1200 K-350
6. Precast Cover U-Ditch 600x800x1200 K-350
7. Precast Cover U-Ditch 800x800x1200 K-350
8. Precast Cover U-Ditch 1000x1200x1200 K-350
9. Precast Box Culvert 800x800x1200 K-350
10. Precast Box Culvert 1000x1000x1200 K-350
11. Precast Box Culvert 1500x1500x1200 K-350
Teknik Sungai 88
Gambar 3. 3 Pembersihan dan finishing di ruas Flamboyan
Sumber : doc.pribadi
Teknik Sungai 89
Berikut adalah gambar dari lokasi drainase yang direncanakan untuk
meminamlisir banjir di daerah Lingkungan berada di Kelurahan Baler Bale
Agung, Kecamatan Negara, Kabupaten Jembrana.
Teknik Sungai 90
4 BAB IV
PENUTUP
4.1 Simpulan
Berdasarkan pembahasan pada bab sebelumnya, dapat ditarik kesimpulan
sebagai berikut:
4.2 Saran
Berdasarkan hasil pembahasan yang telah dipaparkan dalam makalah ini,
adapun saran yang dapat penulis sampaikan, yaitu:
Perlu adanya bimbingan dengan dosen pengampu/ahli teknik sungai agar
makalah ini tersaji lebih baik.
Perlu adanya kunjungan lokasi proyek minimal 2 kali untuk
menyempurnakan isi materi bahasan makalah ini.
Perlu adanya sumber-sumber ilmiah terbaru sehingga makalah memiliki
kesan menyesuaikan perkembangan jaman.
Teknik Sungai 66
DAFTAR PUSTAKA
Teknik Sungai 67