TUGAS Kimia Analitik
TUGAS Kimia Analitik
KIMIA ANALITIK
MANFAAT ELEKTROLISA DALAM PENGOLAHAN BAHAN MINERAL
Disusun oleh :
Dayu Aridayanti (11.2015.1.00519)
Freeda Inggrit Ulviandri (11.2015.1.00536)
M. Naufal Rozan (11.2015.1.00566)
Ricardo Lay Pereira (11.2015.1.00525)
Reky sasauw (11.2015.1.00527)
M. Iqbal Maulana (11.2015.1.00572)
Assalamu’alaikum Wr. Wb
Puji syukur kami panjtkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan
rahmat dan karunia-Nya sehingga kita dapat menyelesaikan makalah kimia
analitik ini dengan tepat waktu. Makalah ini kami tulis untuk memenuhi tugas
mata kuliah Kimia Analitik, serta untuk menambah ilmu pengetahuan mengenai
manfaat elektrolisa dalam pengolahan bahan mineral. Makalah ini juga dapat
dijadikan sebagai bahan pembelajaran bagi mahasiswa, dosen atau masyarakat
umum.
Namun demikian, kami menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini
masih jauh dari kesempurnaan. Untuk itu, dengan segala kerendahan hati, kritik
dan saran dari berbagai pihak kami harapkan demi penyempurnaan makalah
berikutnya.
Akhirnya kami mengucapkan terimakasih kepada :
1. Ibu Esty sebagai dosen mata kuliah kimia analitik.
2. Semua pihak yang telah membantu penyusunan laporan ini.
Kami berharap laporan ini dapat bermanfaat bagi siapa saja yang membacanya.
Wassalamu’alaikum Wr. Wb
Penyusun
Kelompok V
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.............................................................................. ii
DAFTAR ISI........................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN....................................................................... 4
1.1 Latar Belakang....................................................................... 4
1.2 Tujuan.................................................................................... 5
1.3 Manfaat.................................................................................. 5
1.3.1 Maafaat bagi penulis................................................. 5
1.3.2 Manfaat bagi pembaca.............................................. 5
BAB II TINJAUAN PUSTAKA............................................................. 6
BAB III METODOLOGI ....................................................................... 7
BAB IV PEMBAHASAN....................................................................... 8
4.1 Definisi Emas........................................................................ 8
4.2 Sifat-sifat Fisik dan Kimia Emas........................................... 9
4.3 Jenis-jenis Bijih Emas........................................................... 10
4.4 Metalurgi............................................................................... 11
Pemekatan Bijih................................................................... 11
Peleburan.............................................................................. 11
Pemurnian............................................................................. 12
4.5 Sianida................................................................................... 12
4.6 Ektraksi.................................................................................. 14
4.7 Penentuan Konsentrasi Emas................................................ 17
BAB V ANALISIS PENUTUP.............................................................. 19
Kesimpulan.................................................................................. 19
Saran............................................................................................ 19
BAB I
PENDAHULUAN
1.2 Tujuan
1. Sebagai syarat untuk memenuhi tugas mata kuliah Kimia Analitik.
2. Untuk mengetahui apa manfaat yang dapat dihasilkan dengan
menggunakan metode elektrolisa dalam pengolahan bahan tambang.
3. Untuk mengetahui efektif atau tidak penerapan metode elektrolisa dalam
dunia pertambangan.
1.3 Manfaat
1. Manfaat bagi penulis
Penulis dapat mengetahui tentang manfaat elektrolisa dalam
pengolahan bahan mineral.
Penulis dapat melatih keterampilan untuk dapat menyusun karya
ilmiah secara jelas dan sistematis dari berbagai sumber yang
diperoleh.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
BAB III
METODOLOGI
BAB IV
PEMBAHASAN
4.1 Definisi Emas
Emas adalah logam mineral yang merupakan salah satu bahan galian
logam yang bernilai tinggi baik dari sisi harga maupun sisi penggunaan. Emas
terbentuk dari proses magmatisme atau pengkonsentrasian di permukaan.
Beberapa endapan terbentuk karena proses metasomatisme kontak dan larutan
hidrotermal, sedangkan pengkonsentrasian secara mekanis menghasilkan
endapan letakan (placer).
Emas terdapat di alam dalam dua tipe deposit, pertama sebagai urat
(vein) dalam batuan beku, kaya besi dan berasosiasi dengan urat kuarsa.
Lainnya yaitu endapan atau placer deposit , dimana emas dari batuan asal yang
tererosi terangkut oleh aliran sungai dan terendapkan karena berat jenis yang
tinggi. Emas terbentuk karena adanya kegiatan vulkanisme, bergerak
berdasarkan adanya thermal atau panas di dalam bumi.
Dalam proses geokimia, emas biasanya dapat diangkut dalam bentuk
larutan komplek sulfida atau klorida. Pengendapan emas sangat tergantung
kepada besarnya perubahan pH, H2S, oksidasi, pendidihan, pendinginan, dan
adsorpsi oleh mineral lain. Sebagai contoh, emas akan mengendap jika suasana
menjadi sedikit basa dan terjadi perubahan dari reduksi menjadi oksidasi. Atau
emas akan mengendap jika terikat mineral lain, seperti pirit. (Nelson, 1990).
Emas merupakan logam yang bersifat lunak dan mudah ditempa.
Tingkat kekerasannya berkisar antara 2,5 – 3 (skala Mohs). Berat jenisnya
dipengaruhi oleh jenis dan kandungan logam lain yang berpadu dengannya.
Umumnya emas didapatkan dalam bentuk bongkahan, tetapi di Indonesia hal
tersebut sudah jarang ditemukan. Batuan berkadaremas rendah merupakan
batuan yang mengandung emas lebih kecil dari 100 mg emas dalam 1 kg batuan.
Emas ialah unsur kimia dalam sistem periodik unsur dengan simbol Au
(aurum) dan nomor atom 79. Emas merupakan logam lembut, berkilat,
berwarna kuning, padat, dan tidak banyak bereaksi dengan kebanyakan
bahan kimia, walau dapat bereaksi dengan klorin, fluorin dan akua regia.
Logam ini selalu ada dalam bentuk bongkahan dan butiran batuan maupun dalam
pendaman alluvial. (Esna, 1988). Kenampakan fisik bijih emas hampir mirip
dengan pirit, markasit, dan kalkopirit dilihat dari warnanya, namun dapat
dibedakan dari sifatnya yang lunak dan berat jenis tinggi. Emas berasosiasi
dengan kuarsa, pirit arsenopirit, dan perak. Emas terdapat di alam dalam dua
tipe deposit. Pertama sebagai urat/vein dalam batuan beku, kaya besi dan
berasosiasi dengan urat kuarsa. Endapan lain adalah placer deposit, dimana
emas dari batuan asal yang tererosi terangkut oleh aliran sungai dan terendapkan
karena berat jenis yang tinggi. Selain itu, emas sering ditemukan dalam
penambangan bijih perak dan tembaga. (Addison, 1980).
Sifat Nilai
Nomor atom 79
4.5 Sianida
Sianida adalah senyawa yang termasuk B-3 (Bahan Berbahaya dan
Beracun), sehingga pada pemakaiannya sebagai pelarut proses pengambilan
logam emas, konsentrasinya dibatasi sampai 1500 ppm. Proses pemurnian ini
didasarkan pada proses yang terdiri dari bijih dengan suatu larutan natrium
sianida atau suatu ekivalen sianida lalu setelah memisahkan larutan dari
pengotor, presipitasi emas, biasanya dilakukan dengan zink atau aluminium dan
kadang-kadang dengan logam lain.
Senyawa asam sianida stabil pada pH < 7 karenanya, senyawa NaCN
mudah berubah bentuk menjadi asam sianida yang sangat beracun pada suasana
asam. Agar senyawa sianida tetap sebagai NaCN maka, pH larutan harus dijaga
agar tetap dalam suasana basa. Pembentukan HCN dari NaCN dapat terjadi
karena adanya absorpsi CO2 dari udara, menurut reaksi berikut:
CO2 + H2O → H2CO3
- -
H2CO3 + CN → HCN + (HCO3)
Kebasaan larutan harus dijaga pada pH 10-11 biasanya dengan cara
menambahkan kapur, tetapi kebasaan yang terlalu tinggi (pH>11) akan
menurunkan kelarutan emas di dalam larutan sianida.
Oksigen dan sianida sangat diperlukan pada proses sianidasi bijih emas,
karena kecepatan reaksi dipengaruhi oleh konsentrasi kedua senyawa ini.
Penelitian menunjukkan bahwa kecepatan pelindian Au akan meningkat dengan
naiknya konsentrasi sianida. Pada konsentrasi sianida rendah, kecepatan
pelindian hanya tergantung pada konsentrasi sianida (konsentrasi oksigen
tidak mempengaruhi), tetapi pada konsentrasi tinggi, kecepatan pelindian
hanya tergantung pada konsentrasi oksigen.
Proses sianidasi dikontrol oleh konsentrasi oksigen dan konsentrasi
sianida di dalam larutan, agar dicapai persen ekstraksi yang tinggi maka
keberadaan kedua senyawa ini di dalam larutan harus diamati dengan baik,
artinya tidak ada manfaatnya meningkatkan konsentrasi sianida tetapi ternyata
konsentrasi oksigen di dalam larutan rendah.
Di dalam bijih emas biasanya terdapat berbagai mineral sulfida seperti
pirit, galena, arsenopirit, kalkopirit, kovelit, kalkosit. Mineral-mineral logam
ini umumnya akan ikut terlarut ke dalam larutan sianida, sedang mineral
pengotor kuarsa tidak larut ke dalam larutan sianida.
- 2- 2-
Cu2S + 6 CN → 2[Cu(CN)3] + S
- 2- 2-
Zn2S + 4 CN → 2[Zn(CN)4] + S
- 4- 2-
FeS + 6 CN + 2O2 → [Fe(CN)6] + [SO4]
Ion sulfida yang terbentuk akan bereaksi dengan oksigen membentuk
tiosianat yang tidak mempengaruhi kelarutan emas:
2- - - -
S + CN + 0,5 O2 + H2O → CNS + 2 OH
Juga akan teroksidasi
menjadi tiosulfat:
2- - -
S + 2 O2 + H2O → [S2O3] + 2 OH
Reaksi-reaksi di atas menunjukkan bahwa adanya mineral pengotor
dapat memperlambat kecepatan pelarutan. Apabila terbentuk ion sulfida maka
dapat ditambahkan garam Pb seperti Pb oksida, Pb nitrat, atau Pb asetat
sebelum proses sianidasi yang akan mengendapkanion sulfida dalam bentuk Pb
sulfida yang tidak larut dalam air. Salah satu cara lain adalah dengan
menambahkan kapur Ca(OH)2 juga sebelum proses sianidasi, sehingga mineral
sulfida akan terdekomposisi dan akhirnya mengendap seabagai CaSO4 sesuai
reaksi:
- 2-
FeS + 2OH → Fe(OH)2 + S
2Fe(OH)2 + 0,5 O2 + H2O → 2Fe(OH)3
2- 2-
S + 2O2 → [SO4]
2- 2+
[SO4] + Ca → CaSO4 (Sudarsono, 2003).
4.6 Ekstraksi
Ekstraksi adalah proses pemisahan berdasarkan pada distribusi zat
terlarut dengan perbandingan tertentu antara dua pelarut yang tidak saling
bercampur. Terdapat dua metoda pilihan yang dapat diterapkan dalam
ekstraksi emas yaitu sianidasi dan amalgamasi. Dalam mengekstraksi logam
dari bijihnya, tidak semua tahapan proses harus dilakukan. Apabila suatu bijih
secara teknologi dapat diolah langsung dengan proses hidrometalurgi, maka
faktor selanjutnya yang mempengaruhi pemilihan proses adalah faktor
ekonomis.
Dalam skala industri, pelindian sianidasi merupakan suatu proses
hidrometalurgi yang paling ekonomis dan hingga kini telah diterapkan pada
berbagai pabrik pengolahan emas di dunia. Istilah proses pelindian yang
selektif dipakai dengan tujuan agar dapat memilih pelarut tertentu yang
dapat melarutkan logam berharga tanpa melarutkan pengotornya. Logam
emas sangat mudah larut dalam KCN, NaCN, dan Hg, sehingga emas
dapat diambil dari mineral pengikatnya melalui amalgamasi (Hg) atau dengan
menggunakan larutan sianida (biasanya NaCN). Selain itu emas dapat larut pada
aquaregia, dengan persamaan reaksi :
Au(s) + 4HCl(aq) + HNO3(aq) → HAuCl4(aq) + NO (g) + 2H2O(l)
Untuk keperluan ekstraksi dari bijihnya, proses dengan melibatkan
senyawa sianida dapat diterapkan pada ekstraksi logam emas. Emas
membentuk berbagai senyawa kompleks. Emas (I) oksida, Au2O adalah salah
satu senyawa yang stabil dengan tingkat oksidasi +1, seperti halnya tembaga,
tingkat oksidasi +1 ini hanya stabil dalam senyawa padatan, karena semua
larutan garam emas (I) mengalami disproporsionasi menjadi logam emas dan
ion emas (III) menurut persamaan reaksi :
+ 3+
3Au (aq) → 2Au (s) + Au (Bertrand, 1895).
Pada pelindian sianidasi para peneliti sepakat bahwa sebelum
membentuk senyawa kompleks dengan ion sianida, logam emas harus
teroksidasi dahulu menjadi ion emas. Prosesnya merupakan proses redoks
(reduksi-oksidasi) dimana ion sianida membentuk senyawa kompleks kuat
+
dengan ion Au dan diiringi dengan reduksi oksigen di permukaan logam
menjadi hidrogen peroksida atau menjadi hidroksil seperti reaksi berikut ini :
+
Oksidasi : Au → Au + e
+ - -
Pembentukan kompleks : Au + 2CN → [Au(CN)2]
-
Reduksi : O2 + 2H2O + 2e → H2O2 + 2OH
-
O2 + 2H2O + 4e → 4OH
Persamaan reaksi yang umum digunakan untuk pemisahan emas dalam
larutan alkali sianida adalah :
- - -
2Au + 4CN + ½O2 + 2H2O → 2(Au(CN)2 + 2OH
Mekanisme reaksi ini adalah mekanisme elektrokimia. Hidrogen
peroksida telah dideteksi dalam larutan sianida dimana emas telah terpisah
secara cepat, dan observasi ini menunjukka n bahwa beberapa emas
kemungkinan terpisah melalui sepasang reaksi yang melibatkan pembentukan
pertama hidrogen peroksida.
- - -
2Au + 4CN + O2 + H2O → 2(Au(CN)2 + 2OH + H2O2
Lalu hidrogen peroksida bereaksi dengan beberapa emas
dan sianida.
- - -
2Au + 4CN + H2O2 → 2(Au(CN)2 + 2OH (Chirstie, 1986).
Metode pelarutan emas dengan sianida, antara lain adalah :
a) Metode heap leaching (pelindian tumpukan) yaitu pelindian emas dengan
cara menyiramkan larutan sianida pada tumpukan bijih emas (diameter
bijih < 10 cm) yang sudah dicampur dengan batu kapur. Air lindian
yang mengalir di dasar tumpukkan yang kedap kemudian di kumpulkan
untuk kemudian dilakukan proses berikutnya. Kemampuan ekstraksi
emas berkisar 35 – 65 %.
b) VAT leaching : pelindian emas yang dilakukan dengan cara merendam
bijih emas (diameter bijih < 5 cm) yang sudah dicampur dengan batu
kapur dengan larutan sianida pada bak kedap. Air lindian yang dihasilkan
kemudian dikumpulkan untuk dilakukan proses berikutnya. Proses
pelindian berlangsung antara 3 – 7 hari dan setelah itu tangki
dikosongkan untuk pengolahan bijih yang baru. Kemampuan ekstraksi
emas berkisar 40 – 70 %.
c) Agitated tank leached : pelindian emas yang dilakukan dengan cara
merendam bijih emas (diameter < 0.15 cm) yang sudah dicampur dengan
batu kapur dengan larutan sianida pada suatu tangki dan selalu diaduk
atau diaerasi dengan gelembung udara. Lamanya pengadukan biasanya
selama 24 jam untuk menghasilkan pelindian yang optimal. Air lindian
yang dihasilkan kemudian dikumpulkan untuk kemudian dilakukan
proses berikutnya. Kemampuan ekstraksi emas dapat mencapai lebih
dari
90%.
Pemisahan logam emas dari larutannya, dilakukan dengan
cara:
a. Pengendapan dengan menggunakan serbuk Zn (Zinc precipitation/
Process Merill Crowe). Penggunaan serbuk seng (Zn) merupakan salah
satu cara yang efektif untuk larutan yang mengandung konsentrasi emas
kecil. Serbuk seng yang ditambahkan ke dalam larutan kaya, akan
mengendapkan logam emas dan perak dalam bentuk ikatan seng emas
yang berwarna hitam. Proses selanjutnya dilakukan penambahan asam
sulfat pada endapan tersebut yang akan melarutkan Seng dan
meninggalkan emas sebagai residunya. Untuk meningkatkan perolehan
emas dari proses merill crowe dilakukan dengan cara melebur emas
yang dicampur dengan borax dan siliceous fluxing agent pada
temperatur 1200 ºC.
b. Penyerapan dengan menggunakan karbon aktif. Penyerapan dengan
menggunakan karbon aktif saat ini banyak digunakan dalam proses
sianidasi pada skala industri pertambangan besar maupun pertambangan
rakyat di Indonesia. Karbon aktif yang dipergunakan dapat berasal dari
arang batok kelapa,maupun arang kayu yang lain dengan ukuran pallet
yang dipergunakan umumnya berdiameter antara 1- 2 mm.
Kemampuan penyerapan emas dari arang batok kelapa ini mencapai 10 –
15 g emas untuk setiap kg-nya, namun umumnya hanya berkisar 2 – 5 g
emas untuk setiap kg- nya. Karbon aktif dapat digunakan pada larutan
kaya yang sudah jernih melalui kolom maupun pada tangki pelindian,
baik itu dengan cara menggantungkan karbon yang terletak pada kantong
permeable (carbon in leach-CIL) maupun dengan mencampurkan karbon
aktif langsung pada bubur campuran bijih (carbon in pulp- CIP).
Proses selanjutnya dilakukan pemisahan emas dari karbon yang dapat
dilakukan dengan beberapa cara:
1. Membakar karbon yang mengandung emas sehingga yang akan
tertinggal berupa abu dan logam emas. Cara ini paling sederhana namun
sulit dikontrol apabila dilakukan di tempat terbuka. Jika terdapat
kandungan merkuri dalam karbon tersebut akan menghasilkan asap
merkuri yang beracun yang akan membayakan penambang dan
lingkungan.
2. Merendam karbon (carbon stripping) tersebut pada larutan yang
mengandung 2 g sianida per liter larutan dan dipanaskan sampai
mendekati temperatur didih air (80 –
90 ºC) pada tangki baja (stainless steel) selama paling tidak 2 hari. Larutan hasil
proses ini kemudian diolah dengan proses merill crowe di atas atau dengan cara
electro winning. (Permen-LH No.23 Tahun 2008).
Kesimpulan
Maka Elektrolisa sangan bermanfaat dalam pengolahan bahan mineral dan
dari situ kita mendapatkan keuntungan yang banyak karena dengan mudah kita
mengetahui unsure-unsur logam, halogen, gas hydrogen dan gas oksigen,
kemudian dapat menghitung konsentrasi ion logam dalam suatu larutan,
digunakan sebagai pemurnian suatu logam dan penyempuhah.
Dan elektrolisa dapat mengetahui zat zal yang terkanung dalam larutan
kimia. Sehinga proses kimia Emas dapat berjalan dengan mudah dan menghasilan
hasil emas yang baik. Oleh sebab itu kita harus memahami elektrolisa dengan
baik.
Saran
Lebih dikembangkan dan didalami materi elektrolisa supaya mahasiswa
atau mahasiswi lebih bisa mememahami pentingnya elektrolisan dan mengetahui
hasil dan keuntungan menggunakan elektrolisa dalam larutan atau logam.
DAFTAR PUSTAKA
http://ww.google.co.id/url?
q=http://manufactor.files.wordpress.com/2011/01/pengolahan-batu-
cu1.docx&sa=U&ved+0CA4QFjABahUKEqjc_fLp0e3HAhVHUI4KHZw
4BBl&usg=AFQjCNF4L0e3WDj2wJRLoDghRPseRBQpEw
http://www.google.co.id/url?
q=http://jurnal.upnyk.ac.id/index.php/kejuangan/article/download/469/429
&sa=U&ved=0CBYQFjAEahUKEwjfrolo0u3HAhXGkl4KHfytLtUPfHIS
VP7Z1trsQ
https://phiin.wordpress.com/2010/10/11percobaan-elektrolisis/