Anda di halaman 1dari 18

TUGAS MAKALAH

KIMIA ANALITIK
MANFAAT ELEKTROLISA DALAM PENGOLAHAN BAHAN MINERAL

Disusun oleh :
Dayu Aridayanti (11.2015.1.00519)
Freeda Inggrit Ulviandri (11.2015.1.00536)
M. Naufal Rozan (11.2015.1.00566)
Ricardo Lay Pereira (11.2015.1.00525)
Reky sasauw (11.2015.1.00527)
M. Iqbal Maulana (11.2015.1.00572)

PROGAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGAN


JURUSAN TEKNIK PERTAMBANGAN FAKULTAS TEKNIK MINERAL
DAN KELAUTAN
INSTITUT TEKNOLOGI ADHI TAMA SURABAYA
2015
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr. Wb
Puji syukur kami panjtkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan
rahmat dan karunia-Nya sehingga kita dapat menyelesaikan makalah kimia
analitik ini dengan tepat waktu. Makalah ini kami tulis untuk memenuhi tugas
mata kuliah Kimia Analitik, serta untuk menambah ilmu pengetahuan mengenai
manfaat elektrolisa dalam pengolahan bahan mineral. Makalah ini juga dapat
dijadikan sebagai bahan pembelajaran bagi mahasiswa, dosen atau masyarakat
umum.
Namun demikian, kami menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini
masih jauh dari kesempurnaan. Untuk itu, dengan segala kerendahan hati, kritik
dan saran dari berbagai pihak kami harapkan demi penyempurnaan makalah
berikutnya.
Akhirnya kami mengucapkan terimakasih kepada :
1. Ibu Esty sebagai dosen mata kuliah kimia analitik.
2. Semua pihak yang telah membantu penyusunan laporan ini.
Kami berharap laporan ini dapat bermanfaat bagi siapa saja yang membacanya.
Wassalamu’alaikum Wr. Wb

Surabaya, 14 September 2015

Penyusun
Kelompok V
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.............................................................................. ii
DAFTAR ISI........................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN....................................................................... 4
1.1 Latar Belakang....................................................................... 4
1.2 Tujuan.................................................................................... 5
1.3 Manfaat.................................................................................. 5
1.3.1 Maafaat bagi penulis................................................. 5
1.3.2 Manfaat bagi pembaca.............................................. 5
BAB II TINJAUAN PUSTAKA............................................................. 6
BAB III METODOLOGI ....................................................................... 7
BAB IV PEMBAHASAN....................................................................... 8
4.1 Definisi Emas........................................................................ 8
4.2 Sifat-sifat Fisik dan Kimia Emas........................................... 9
4.3 Jenis-jenis Bijih Emas........................................................... 10
4.4 Metalurgi............................................................................... 11
Pemekatan Bijih................................................................... 11
Peleburan.............................................................................. 11
Pemurnian............................................................................. 12
4.5 Sianida................................................................................... 12
4.6 Ektraksi.................................................................................. 14
4.7 Penentuan Konsentrasi Emas................................................ 17
BAB V ANALISIS PENUTUP.............................................................. 19
Kesimpulan.................................................................................. 19
Saran............................................................................................ 19

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Kimia analitik merupakan salah satu mata kuliah yang penting dalam
jurusan pertambangan. Tentu saja banyak hal yang dapat diterapkan dengan
mempelajari mata kuliah Kimia Analitik, salah satunya adalah pemanfaatan
metode elektrolisa dalam dunia pertambangan Oleh karena itu, penulisan
makalah ini dilakukan sebagai sarana untuk bisa lebih mengetahui apa
manfaaat dari metode eletrolisa dan efektifkah metode tersebut digunakan
untuk mengatasi sisa pengolahan bahan tambang.
Dan disini akan membahas tentang manfaat Elektolisis dalam pengolahan
bahan mineral. Elektrolisis merupakan proses perubahan kimia menjadi listrik.
Elektrolisis juga mempunyai banyak keuntungan, diantaranya yaitu
memperoleh unsure-unsur logam, halogen, gas hydrogen dan gas oksigen,
kemudian dapat menghitung konsentrasi ion logam dalam suatu larutan,
digunakan sebagai pemurnian suatu logam, serta salah satu proses elektrolisis
yang popular adalah penyempuhan, yaitu melapisi permukaan suatu logam
dengan logam lain. Dan Seringkali kita temukan logam, terutama perhiasan
yang terbuat dari Emas yang warnanya sudah memudar sehingga kurang
menarik untuk dilihat. Dan dengan penerapan Elektrolisis kita bias melapisi
logam tersebut atau membuat tampilan Emas tersebut lebih baik dari
sebelumnya. Sehingga Elektolisis sangat diperlukan dalam proses
penyempuhan Emas. Maka dari itu pemahaman akan elektrolisis sangat pentig
bagi kehidupan.

1.2 Tujuan
1. Sebagai syarat untuk memenuhi tugas mata kuliah Kimia Analitik.
2. Untuk mengetahui apa manfaat yang dapat dihasilkan dengan
menggunakan metode elektrolisa dalam pengolahan bahan tambang.
3. Untuk mengetahui efektif atau tidak penerapan metode elektrolisa dalam
dunia pertambangan.

1.3 Manfaat
1. Manfaat bagi penulis
 Penulis dapat mengetahui tentang manfaat elektrolisa dalam
pengolahan bahan mineral.
 Penulis dapat melatih keterampilan untuk dapat menyusun karya
ilmiah secara jelas dan sistematis dari berbagai sumber yang
diperoleh.

2. Manfaat bagi pembaca


 Pembaca dapat meperoleh pengetahuan dari isi makalah yang
disajikan yaitu manfaat elektrolisa dalam pengolahan bahan
mineral.
 Pembaca dapat memperluas wawasan setelah membaca makalah
ini.
 Pembaca dapat mengetahui sistematika pembuatan makalah.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

Elektrolisis adalah peristiwa penguraian elektrolit oleh arus listrik


searah dengan menggunakan dua macam elektroda. Pada sel elektrolisis energi
listrik menyebabkan terjadinya reaksi kimia. Dalam larutan elektrolit, zat
terlarut mengalami ionisasi. Kation (ion positif) akan bergerak ke katoda, dan
anion (ion negatif) akan bergerak ke anoda. Elektroda tersebut adalah katoda
(elektroda yang dihubungkan dengan kutub negatif) dan anoda (elektroda yang
dihubungkan dengan kutub positif). Pada anoda terjadi reaksi oksidasi, yaitu
anion (ion negatif) ditarik oleh anoda dan jumlah elektronnya berkurang
sehingga bilangan oksidasinya bertambah, sedangkan pada katoda terjadi reaksi
reduksi.
Pada elektrolisis, potensial sel ditentukan untuk mengetahui elektroda
mana yang akan berperan sebagai elektroda positif dan negatif. Harga potensial
oksidasi- reduksi biasanya dinyatakan sebagai potensial reduksi standar,
yaitu potensial reduksi bila pereaksi dan hasil reaksi mempunyai aktivitas satu
(a=1) dan reaksinya reduksi. Jika potensial reduksi positif berarti mudah
tereduksi, tetapi jika negatif berarti sukar tereduksi (mudah teroksidasi).
Emas biasanya juga dimurnikan dari larutan sianida melalui elektrolisis.
Proses ini melibatkan penggunaan larutan alkali sianida sebagai elektrolit
dalam suatu sel dimana besi merupakan suatu katoda dengan harga potensial
reduksi +0,77 volt dan aluminium sebagai anoda dengan potensial reduksi -1,66
volt. Reaksi sel yang terjadi adalah sebagai berikut :
- - -
2(Au(CN)2) + 2OH → 2Au + 4CN + H2O + ½O2

BAB III
METODOLOGI

3.1 Mencari Literatur


Dalam hal ini dengan menggabungkan antara teori yang kita dapatkan,
adapun bahan-bahan diperoleh dari instansi yang terkait dengan data sekunder
dan perpustakaan daerah yang berupa :
1. Literatur Buku
2. Web site di Internet
3. Blog-blog resmi di Internet

3.2 Mencari Data Sekunder


Dalam hal ini dilakuan dengan beberapa tahap yaitu :
1. Obsevasi literatur
Yaitu dengan mencari langsung literatur yang kita peroleh serta
mencocokan dengan data-data yang diperoleh.
2. Cek kembali perumusan masalah
Yaitu dengan menyesuaikan data-data yang diperoleh agar apa yang telah
kita dapat sesuai dengan yang dibutuhkan untuk masalah yang akan
dipecahkan.

3.3 Analisa Data Sekunder


Hal ini bertujuan untuk memudahkan dalam pengolahan data, dan
diantaranya:
1. Pengumpulan dan;
2. pengelompokan data

BAB IV
PEMBAHASAN
4.1 Definisi Emas
Emas adalah logam mineral yang merupakan salah satu bahan galian
logam yang bernilai tinggi baik dari sisi harga maupun sisi penggunaan. Emas
terbentuk dari proses magmatisme atau pengkonsentrasian di permukaan.
Beberapa endapan terbentuk karena proses metasomatisme kontak dan larutan
hidrotermal, sedangkan pengkonsentrasian secara mekanis menghasilkan
endapan letakan (placer).
Emas terdapat di alam dalam dua tipe deposit, pertama sebagai urat
(vein) dalam batuan beku, kaya besi dan berasosiasi dengan urat kuarsa.
Lainnya yaitu endapan atau placer deposit , dimana emas dari batuan asal yang
tererosi terangkut oleh aliran sungai dan terendapkan karena berat jenis yang
tinggi. Emas terbentuk karena adanya kegiatan vulkanisme, bergerak
berdasarkan adanya thermal atau panas di dalam bumi.
Dalam proses geokimia, emas biasanya dapat diangkut dalam bentuk
larutan komplek sulfida atau klorida. Pengendapan emas sangat tergantung
kepada besarnya perubahan pH, H2S, oksidasi, pendidihan, pendinginan, dan
adsorpsi oleh mineral lain. Sebagai contoh, emas akan mengendap jika suasana
menjadi sedikit basa dan terjadi perubahan dari reduksi menjadi oksidasi. Atau
emas akan mengendap jika terikat mineral lain, seperti pirit. (Nelson, 1990).
Emas merupakan logam yang bersifat lunak dan mudah ditempa.
Tingkat kekerasannya berkisar antara 2,5 – 3 (skala Mohs). Berat jenisnya
dipengaruhi oleh jenis dan kandungan logam lain yang berpadu dengannya.
Umumnya emas didapatkan dalam bentuk bongkahan, tetapi di Indonesia hal
tersebut sudah jarang ditemukan. Batuan berkadaremas rendah merupakan
batuan yang mengandung emas lebih kecil dari 100 mg emas dalam 1 kg batuan.
Emas ialah unsur kimia dalam sistem periodik unsur dengan simbol Au
(aurum) dan nomor atom 79. Emas merupakan logam lembut, berkilat,
berwarna kuning, padat, dan tidak banyak bereaksi dengan kebanyakan
bahan kimia, walau dapat bereaksi dengan klorin, fluorin dan akua regia.
Logam ini selalu ada dalam bentuk bongkahan dan butiran batuan maupun dalam
pendaman alluvial. (Esna, 1988). Kenampakan fisik bijih emas hampir mirip
dengan pirit, markasit, dan kalkopirit dilihat dari warnanya, namun dapat
dibedakan dari sifatnya yang lunak dan berat jenis tinggi. Emas berasosiasi
dengan kuarsa, pirit arsenopirit, dan perak. Emas terdapat di alam dalam dua
tipe deposit. Pertama sebagai urat/vein dalam batuan beku, kaya besi dan
berasosiasi dengan urat kuarsa. Endapan lain adalah placer deposit, dimana
emas dari batuan asal yang tererosi terangkut oleh aliran sungai dan terendapkan
karena berat jenis yang tinggi. Selain itu, emas sering ditemukan dalam
penambangan bijih perak dan tembaga. (Addison, 1980).

4.2 Sifat-sifat Fisik dan Kimia Emas


Logam emas merupakan logam yang tahan akan korosi,mudah ditempa
dan relatif stabil di alam karena tidak banyak bereaksi dengan kebanyakan bahan
kimia. Oleh karena itu, logam ini banyak dimanfaatkan di berbagai kehidupan
manusia. Pada saat ini, emas banyak digunakan sebagai perhiasan, cadangan
kekayaan negara, medali, elektroda, dan komponen di dalam komputer. Oleh
karena itu, emas memiliki nilai ekonomi yang tinggi. Pada tabel 2.1 berikut ini
ditampilkan sifat-sifat fisik dan kimia dari logam emas.

Tabel 2.1 Data Sifat Fisik dan Kimia Emas

Sifat Nilai

Nomor atom 79

Massa atom relative -1


196,9665 gram.mol

Konfigurasi electron [Xe] 4f14 5d10 6s1

Titik leleh 1337 K (1064°C)

Titik didih 3081 K (2808°C)

Jari-jari atom (Kisi Au) 0,1422 nm

Massa jenis (pada 273 K) 19,32 gram.cm-3

Struktur Kristal Oktahedron dan Dodekahedron

Warna logam Kuning

Keelektronegatifan (skala Pauling) 2,54

Sifat magnetic Diamagnetik


Sumber : Chemistry of Precious Metals

4.3 Jenis-jenis Bijih Emas dan Distribusinya di Indonesia


Emas umumnya didapatkan dari batuan atau mineral. Mineral ikutan
umumnya adalahkuarsa, karbonat, turmalin, flourpar, electrum, emas telurida,
dan sejumlah kecil mineral non logam. Namun, karena sifat kimia dari logam
emas yang relatif tidak reaktif maka emas dapat diemukan dalam bentuk nativ
atau bentuk murninya. Sejumlah paduan dan senyawa emas juga dapat
ditemukan dengan unsur-unsur belerang, antimon, dan selenium. Emas banyak
digunakan sebagai barang perhiasan dan cadangan devisa. Potensi endapan
emas terdapat di hampir setiap daerah di Indonesia, seperti di Pulau
Sumatera, Kepulauan Riau, Pulau Kalimantan, Pulau Jawa, Pulau Sulawesi,
Nusa Tenggara, Maluku, dan Papua. (Setiabudi, 2005).
4.4 Metalurgi
Metalurgi adalah proses pengolahan bahan-bahan alam menjadi logam
unsur yang selanjutnya menjadi logam dengan sifat-sifat yang diinginkan. Bahan
anorganik alam yang ditemukan bijih. Biji logam yang paling umum adalah
berupa oksida, sulfide, karbonat, silikat, halida dan sulfat.
Metalurgi melalui tiga tahapan, yaitu :
a. Pemekatan Bijih
Di dalam bijih mengandung batuan tak berharga yang disebut batureja
(ganggue). Pemekatan bijih bertujuan untuk menyingkirkan sebanyak
mungkin batureja. Biji dihancurkan dan digiling sehingga butiran terlepas
dari batureja. Pemisahan selanjutnya dapat dilakukan dengan cara fisis
seperti pengapungan (flotasi) atau penarikan dengan magnet. Pada proses
pengapungan, bijih yang telah dihancurkan diberi minyak tertentu. Mineral
akan melekat pada buih sehingga terlepas dari batureja atau batureja akan
melekat pada buih.
b. Peleburan
Peleburan (smelting) adalah proses reduksi bijih sehingga menjadi
logam unsur yang dapat digunakan berbagai macam zat seperti karbid,
hidrogen, logam aktif atau dengan cara elektrolisis. Pemilihan zat
pereduksi ini tergantung dari 3 kereaktifan masing-masing zat. Makin aktif
logam makin sukar direduksi, sehingga sehingga diperlukan pereduksi
yang lebih kuat.
Logam yang kurang aktif seperti tembaga dan emas dapat direduksi
hanya dengan pemanasan. Logam dengan kereaktifan sedang seperti besi,
nikel dan timah dapat direduksi dengan karbon, sedang logam aktif
seperti magnesium dan aluminium dapat direduksi dengan elektrolisis.
Seringkali proses peleburan ditambah dengan fluks, yaitu suatu bahan
yang mengikat pengotor dan membentuk zat yang mudah mencair, yang
disebut terak.
c. Pemurnian
Pemurnian (refining) adalah penyesuaian komposisi kotoran dalam
logam kasar. Beberapa cara pemurnian antara lain elektrolisis, destilasi,
peleburan. (Jakson, 1986).

4.5 Sianida
Sianida adalah senyawa yang termasuk B-3 (Bahan Berbahaya dan
Beracun), sehingga pada pemakaiannya sebagai pelarut proses pengambilan
logam emas, konsentrasinya dibatasi sampai 1500 ppm. Proses pemurnian ini
didasarkan pada proses yang terdiri dari bijih dengan suatu larutan natrium
sianida atau suatu ekivalen sianida lalu setelah memisahkan larutan dari
pengotor, presipitasi emas, biasanya dilakukan dengan zink atau aluminium dan
kadang-kadang dengan logam lain.
Senyawa asam sianida stabil pada pH < 7 karenanya, senyawa NaCN
mudah berubah bentuk menjadi asam sianida yang sangat beracun pada suasana
asam. Agar senyawa sianida tetap sebagai NaCN maka, pH larutan harus dijaga
agar tetap dalam suasana basa. Pembentukan HCN dari NaCN dapat terjadi
karena adanya absorpsi CO2 dari udara, menurut reaksi berikut:
CO2 + H2O → H2CO3
- -
H2CO3 + CN → HCN + (HCO3)
Kebasaan larutan harus dijaga pada pH 10-11 biasanya dengan cara
menambahkan kapur, tetapi kebasaan yang terlalu tinggi (pH>11) akan
menurunkan kelarutan emas di dalam larutan sianida.
Oksigen dan sianida sangat diperlukan pada proses sianidasi bijih emas,
karena kecepatan reaksi dipengaruhi oleh konsentrasi kedua senyawa ini.
Penelitian menunjukkan bahwa kecepatan pelindian Au akan meningkat dengan
naiknya konsentrasi sianida. Pada konsentrasi sianida rendah, kecepatan
pelindian hanya tergantung pada konsentrasi sianida (konsentrasi oksigen
tidak mempengaruhi), tetapi pada konsentrasi tinggi, kecepatan pelindian
hanya tergantung pada konsentrasi oksigen.
Proses sianidasi dikontrol oleh konsentrasi oksigen dan konsentrasi
sianida di dalam larutan, agar dicapai persen ekstraksi yang tinggi maka
keberadaan kedua senyawa ini di dalam larutan harus diamati dengan baik,
artinya tidak ada manfaatnya meningkatkan konsentrasi sianida tetapi ternyata
konsentrasi oksigen di dalam larutan rendah.
Di dalam bijih emas biasanya terdapat berbagai mineral sulfida seperti
pirit, galena, arsenopirit, kalkopirit, kovelit, kalkosit. Mineral-mineral logam
ini umumnya akan ikut terlarut ke dalam larutan sianida, sedang mineral
pengotor kuarsa tidak larut ke dalam larutan sianida.
- 2- 2-
Cu2S + 6 CN → 2[Cu(CN)3] + S
- 2- 2-
Zn2S + 4 CN → 2[Zn(CN)4] + S
- 4- 2-
FeS + 6 CN + 2O2 → [Fe(CN)6] + [SO4]
Ion sulfida yang terbentuk akan bereaksi dengan oksigen membentuk
tiosianat yang tidak mempengaruhi kelarutan emas:
2- - - -
S + CN + 0,5 O2 + H2O → CNS + 2 OH
Juga akan teroksidasi
menjadi tiosulfat:
2- - -
S + 2 O2 + H2O → [S2O3] + 2 OH
Reaksi-reaksi di atas menunjukkan bahwa adanya mineral pengotor
dapat memperlambat kecepatan pelarutan. Apabila terbentuk ion sulfida maka
dapat ditambahkan garam Pb seperti Pb oksida, Pb nitrat, atau Pb asetat
sebelum proses sianidasi yang akan mengendapkanion sulfida dalam bentuk Pb
sulfida yang tidak larut dalam air. Salah satu cara lain adalah dengan
menambahkan kapur Ca(OH)2 juga sebelum proses sianidasi, sehingga mineral
sulfida akan terdekomposisi dan akhirnya mengendap seabagai CaSO4 sesuai
reaksi:
- 2-
FeS + 2OH → Fe(OH)2 + S
2Fe(OH)2 + 0,5 O2 + H2O → 2Fe(OH)3
2- 2-
S + 2O2 → [SO4]
2- 2+
[SO4] + Ca → CaSO4 (Sudarsono, 2003).

4.6 Ekstraksi
Ekstraksi adalah proses pemisahan berdasarkan pada distribusi zat
terlarut dengan perbandingan tertentu antara dua pelarut yang tidak saling
bercampur. Terdapat dua metoda pilihan yang dapat diterapkan dalam
ekstraksi emas yaitu sianidasi dan amalgamasi. Dalam mengekstraksi logam
dari bijihnya, tidak semua tahapan proses harus dilakukan. Apabila suatu bijih
secara teknologi dapat diolah langsung dengan proses hidrometalurgi, maka
faktor selanjutnya yang mempengaruhi pemilihan proses adalah faktor
ekonomis.
Dalam skala industri, pelindian sianidasi merupakan suatu proses
hidrometalurgi yang paling ekonomis dan hingga kini telah diterapkan pada
berbagai pabrik pengolahan emas di dunia. Istilah proses pelindian yang
selektif dipakai dengan tujuan agar dapat memilih pelarut tertentu yang
dapat melarutkan logam berharga tanpa melarutkan pengotornya. Logam
emas sangat mudah larut dalam KCN, NaCN, dan Hg, sehingga emas
dapat diambil dari mineral pengikatnya melalui amalgamasi (Hg) atau dengan
menggunakan larutan sianida (biasanya NaCN). Selain itu emas dapat larut pada
aquaregia, dengan persamaan reaksi :
Au(s) + 4HCl(aq) + HNO3(aq) → HAuCl4(aq) + NO (g) + 2H2O(l)
Untuk keperluan ekstraksi dari bijihnya, proses dengan melibatkan
senyawa sianida dapat diterapkan pada ekstraksi logam emas. Emas
membentuk berbagai senyawa kompleks. Emas (I) oksida, Au2O adalah salah
satu senyawa yang stabil dengan tingkat oksidasi +1, seperti halnya tembaga,
tingkat oksidasi +1 ini hanya stabil dalam senyawa padatan, karena semua
larutan garam emas (I) mengalami disproporsionasi menjadi logam emas dan
ion emas (III) menurut persamaan reaksi :
+ 3+
3Au (aq) → 2Au (s) + Au (Bertrand, 1895).
Pada pelindian sianidasi para peneliti sepakat bahwa sebelum
membentuk senyawa kompleks dengan ion sianida, logam emas harus
teroksidasi dahulu menjadi ion emas. Prosesnya merupakan proses redoks
(reduksi-oksidasi) dimana ion sianida membentuk senyawa kompleks kuat
+
dengan ion Au dan diiringi dengan reduksi oksigen di permukaan logam
menjadi hidrogen peroksida atau menjadi hidroksil seperti reaksi berikut ini :
+
Oksidasi : Au → Au + e
+ - -
Pembentukan kompleks : Au + 2CN → [Au(CN)2]
-
Reduksi : O2 + 2H2O + 2e → H2O2 + 2OH
-
O2 + 2H2O + 4e → 4OH
Persamaan reaksi yang umum digunakan untuk pemisahan emas dalam
larutan alkali sianida adalah :
- - -
2Au + 4CN + ½O2 + 2H2O → 2(Au(CN)2 + 2OH
Mekanisme reaksi ini adalah mekanisme elektrokimia. Hidrogen
peroksida telah dideteksi dalam larutan sianida dimana emas telah terpisah
secara cepat, dan observasi ini menunjukka n bahwa beberapa emas
kemungkinan terpisah melalui sepasang reaksi yang melibatkan pembentukan
pertama hidrogen peroksida.
- - -
2Au + 4CN + O2 + H2O → 2(Au(CN)2 + 2OH + H2O2
Lalu hidrogen peroksida bereaksi dengan beberapa emas
dan sianida.
- - -
2Au + 4CN + H2O2 → 2(Au(CN)2 + 2OH (Chirstie, 1986).
Metode pelarutan emas dengan sianida, antara lain adalah :
a) Metode heap leaching (pelindian tumpukan) yaitu pelindian emas dengan
cara menyiramkan larutan sianida pada tumpukan bijih emas (diameter
bijih < 10 cm) yang sudah dicampur dengan batu kapur. Air lindian
yang mengalir di dasar tumpukkan yang kedap kemudian di kumpulkan
untuk kemudian dilakukan proses berikutnya. Kemampuan ekstraksi
emas berkisar 35 – 65 %.
b) VAT leaching : pelindian emas yang dilakukan dengan cara merendam
bijih emas (diameter bijih < 5 cm) yang sudah dicampur dengan batu
kapur dengan larutan sianida pada bak kedap. Air lindian yang dihasilkan
kemudian dikumpulkan untuk dilakukan proses berikutnya. Proses
pelindian berlangsung antara 3 – 7 hari dan setelah itu tangki
dikosongkan untuk pengolahan bijih yang baru. Kemampuan ekstraksi
emas berkisar 40 – 70 %.
c) Agitated tank leached : pelindian emas yang dilakukan dengan cara
merendam bijih emas (diameter < 0.15 cm) yang sudah dicampur dengan
batu kapur dengan larutan sianida pada suatu tangki dan selalu diaduk
atau diaerasi dengan gelembung udara. Lamanya pengadukan biasanya
selama 24 jam untuk menghasilkan pelindian yang optimal. Air lindian
yang dihasilkan kemudian dikumpulkan untuk kemudian dilakukan
proses berikutnya. Kemampuan ekstraksi emas dapat mencapai lebih
dari
90%.
Pemisahan logam emas dari larutannya, dilakukan dengan
cara:
a. Pengendapan dengan menggunakan serbuk Zn (Zinc precipitation/
Process Merill Crowe). Penggunaan serbuk seng (Zn) merupakan salah
satu cara yang efektif untuk larutan yang mengandung konsentrasi emas
kecil. Serbuk seng yang ditambahkan ke dalam larutan kaya, akan
mengendapkan logam emas dan perak dalam bentuk ikatan seng emas
yang berwarna hitam. Proses selanjutnya dilakukan penambahan asam
sulfat pada endapan tersebut yang akan melarutkan Seng dan
meninggalkan emas sebagai residunya. Untuk meningkatkan perolehan
emas dari proses merill crowe dilakukan dengan cara melebur emas
yang dicampur dengan borax dan siliceous fluxing agent pada
temperatur 1200 ºC.
b. Penyerapan dengan menggunakan karbon aktif. Penyerapan dengan
menggunakan karbon aktif saat ini banyak digunakan dalam proses
sianidasi pada skala industri pertambangan besar maupun pertambangan
rakyat di Indonesia. Karbon aktif yang dipergunakan dapat berasal dari
arang batok kelapa,maupun arang kayu yang lain dengan ukuran pallet
yang dipergunakan umumnya berdiameter antara 1- 2 mm.
Kemampuan penyerapan emas dari arang batok kelapa ini mencapai 10 –
15 g emas untuk setiap kg-nya, namun umumnya hanya berkisar 2 – 5 g
emas untuk setiap kg- nya. Karbon aktif dapat digunakan pada larutan
kaya yang sudah jernih melalui kolom maupun pada tangki pelindian,
baik itu dengan cara menggantungkan karbon yang terletak pada kantong
permeable (carbon in leach-CIL) maupun dengan mencampurkan karbon
aktif langsung pada bubur campuran bijih (carbon in pulp- CIP).
Proses selanjutnya dilakukan pemisahan emas dari karbon yang dapat
dilakukan dengan beberapa cara:
1. Membakar karbon yang mengandung emas sehingga yang akan
tertinggal berupa abu dan logam emas. Cara ini paling sederhana namun
sulit dikontrol apabila dilakukan di tempat terbuka. Jika terdapat
kandungan merkuri dalam karbon tersebut akan menghasilkan asap
merkuri yang beracun yang akan membayakan penambang dan
lingkungan.
2. Merendam karbon (carbon stripping) tersebut pada larutan yang
mengandung 2 g sianida per liter larutan dan dipanaskan sampai
mendekati temperatur didih air (80 –
90 ºC) pada tangki baja (stainless steel) selama paling tidak 2 hari. Larutan hasil
proses ini kemudian diolah dengan proses merill crowe di atas atau dengan cara
electro winning. (Permen-LH No.23 Tahun 2008).

4.5 Penentuan Konsentrasi Emas dengan Spektrometri Serapan Atom


Penentuan konsentrasi emas dengan spektometri serapan atom dilakukan
dengan cara membuat beberapa seri larutan standar emas yang diketahui
konsentrasinya. Lalu mengukur serapannya pada panjang gelombang 242,8
nm dengan menggunakan lampu pijar (Hollow Cathode Lamp) emas. Kurva
kalibrasi dibuat dengan mengalurkan absorbansi terhadap konsentrasi dan
menentukan persamaan garisnya. Absorbansi dari larutan sampel yang diukur
kemudian dihitung konsentrasi emas dengan persamaan garis yang dihasilkan
dari kurva kalibrasi.
BAB V
ANALISA

Kesimpulan
Maka Elektrolisa sangan bermanfaat dalam pengolahan bahan mineral dan
dari situ kita mendapatkan keuntungan yang banyak karena dengan mudah kita
mengetahui unsure-unsur logam, halogen, gas hydrogen dan gas oksigen,
kemudian dapat menghitung konsentrasi ion logam dalam suatu larutan,
digunakan sebagai pemurnian suatu logam dan penyempuhah.
Dan elektrolisa dapat mengetahui zat zal yang terkanung dalam larutan
kimia. Sehinga proses kimia Emas dapat berjalan dengan mudah dan menghasilan
hasil emas yang baik. Oleh sebab itu kita harus memahami elektrolisa dengan
baik.

Saran
Lebih dikembangkan dan didalami materi elektrolisa supaya mahasiswa
atau mahasiswi lebih bisa mememahami pentingnya elektrolisan dan mengetahui
hasil dan keuntungan menggunakan elektrolisa dalam larutan atau logam.
DAFTAR PUSTAKA
 http://ww.google.co.id/url?
q=http://manufactor.files.wordpress.com/2011/01/pengolahan-batu-
cu1.docx&sa=U&ved+0CA4QFjABahUKEqjc_fLp0e3HAhVHUI4KHZw
4BBl&usg=AFQjCNF4L0e3WDj2wJRLoDghRPseRBQpEw
 http://www.google.co.id/url?
q=http://jurnal.upnyk.ac.id/index.php/kejuangan/article/download/469/429
&sa=U&ved=0CBYQFjAEahUKEwjfrolo0u3HAhXGkl4KHfytLtUPfHIS
VP7Z1trsQ

 https://phiin.wordpress.com/2010/10/11percobaan-elektrolisis/

Anda mungkin juga menyukai