Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH USAHA MIKRO, KECIL dan MENENGAH

(UMKM)

“ Pentingnya Mentor Dalam Menjalankan Usaha”

Oleh:
REKSY ANGGARA (8335163733)

PROGRAM STUDI S1 AKUNTANSI


FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS NEGERI JAKARTA
2019
Kata Pengantar

Puji Syukur kami panjatkan tiada terhingga kepada Rabbul Izzati, Sang Maha
Pencipta, Allah Azza Wa Jalla yang telah memberikan segala limpahan karunia dan
rahmat-Nya kepada kita semua, hingga kita benar-benar merasakan nikmat sehat
dan panjang umur. Namun sayang seringkali kita mengabaikan itu semua. Fabiayyi
Aalaairabbikumaa Tukadzdzibaan.

Shalawat serta salam semoga selalu tercurah limpahkan kepada Sang Revolusioner
Islam, Pembela Kebenaran dan Penumpas Kebathilan, Baginda Nabi Muhammad
SAW yang telah berjuang serta mengorbankan seluruh jiwa dan raga untuk
kemaslahatan umat manusia.

Makalah ini kami susun dengan tujuan memberikan gambaran tentang


pendampingan terhadap pelaku UMKM di Indonesia, mengingat sektor UMKM
sangat besar dampaknya terhadap perekonomian bangsa. Selain itu makalah ini juga
dibuat untuk memenuhi nilai UTS pada mata kuliah UMKM.

Ucapan terima kasih tiada terhingga kami haturkan kepada semua pihak yang telah
membantu kami dalam menyelesaikan makalah ini, kepada teman-teman dan
utamanya Ibu Nuramalia Hasanah, M.Ak yang telah dengan sabar membimbing
kami selama ini.

Kritik dan saran selalu kami tunggu demi penyempurnaan makalah ini, mengingat
penulis hanya manusia yang jauh dari kata sempurna. Terakhir, semoga kita
menjadi insan berpendidikan yang mampu mengubah peradaban bangsa Indonesia
demi cita-cita luhur yang mulia. Bismillah Namsyi Alaa Barakatillah. Laa Haula
Walaa Quwwata Illa Billah.

Jakarta, 7 Mei 2017

Penulis,

Reksy Anggara
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Di negara manapun, baik itu negara berkembang maupun negara maju tak ada satu
negara tanpa adanya perekonomian. Sebab ekonomi merupakan pilar yang sangat
utama dalam pembangunan suatu negara. Untuk itulah pemerintah pusat selalu
gencar untuk melakukan terobosan demi terobosan agar cita-cita membangun
negara yang maju dapat tercapai.

Untuk negara yang sedang menuju maju seperti Indonesia, mengandalkan hanya
kepada perusahaan-perusahaan besar tak mampu untuk menopang tujuan tersebut.
Hal ini dikarenakan terbatasanya jumlah perusahaan besar yang ada tak sebanding
dengan masyarakat yang membutuhkan lapangan pekerjaan, mengingat jumlah
penduduk Indonesia adalah terbesar ke-4 di dunia.

Tak ada cara lain, Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) menjadi satu-
satunya cara agar pengangguran setidaknya dapat dikurangi dari waktu ke waktu.
Walaupun pada kenyataanya pengangguran masih belum bisa dioptimalkan
angkanya, namun setidaknya dengan adanya UMKM Ini sangat membantu
pemerintah dalam mengatasi pengangguran. UMKM telah terbukti mampu
mengurangi penganggguran yang ada sehingga masyarakat terbantu dengan adanya
UMKM tersebut.

Namun masalahnya, tidak adanya pendampingan terhadap pelaku UMKM tersebut


menyebabkan masalah tersendiri. Terutama kepada UMKM yang baru memulai
usaha. Bahkan tak sedikit yang telah lama mengembangkan usahanya akhirnya
harus tutup karena minimnya pihak mentor bisnis yang berperan. Imbasnya kepada
masyarakat yang akan menambah jumlah pengangguran sehingga memumnculkan
masalah baru untuk negara. Hal ini tidak boleh terus-menerus terjadi jika kita ingin
bersaing denga negara maju lainnya. Sebab sektor UMKM ini sangat diharapkan
untuk mengentas pengangguran dan menekan angka kemiskinan. Jika
pengangguran dapat diatasi maka tak ada lagi yang lagi dikhawatirkan negara dalam
membangun perekonomian yang ada.
1.2 Rumusan Masalah

1. Faktor apa yang membuat pelaku UMKM tidak memiliki mentor?


2. Bagaimana peran mentor/pendamping terhadap perkembangan usaha UMKM?
3. Masalah apa yang terjadi pada saat pendampingan?
4. Solusi apa yang diberikan pemerintah untuk menanggulangi masalah
pendampingan terhadap usaha UMKM?

1.3 Tujuan

1. Memperoleh gambaran sederhana tentang pendampingan terhadap pelaku usaha


UMKM di Indonesia.
2. Menganalisa apa saja penyebab minimnya mentor di usaha UMKM.
3. Memberikan solusi yang tepat untuk pendampingan usaha UMKM.

1.4 Manfaat

1. Sebagai tambahan ilmu tentang pentingnya mentor bisnis dalam usaha UMKM.
2. Sebagai acuan dalam mendapat mentor bisnis dalam UMKM.
3. Melakukan pendampingan UMKM sesuai yang diharapkan.
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM)

Terkait pengertian tentang UMKM, sebenarnya ada banyak pendapat yang


memberikan pandangannya.

1. Ni Nyoman Sunariani, dkk (Dalam UU No. 20 Tahun 2008 tentang UMKM:


2017) menyebutkan “Yang dimaksud dengan usaha mikro adalah usaha
produktif milik orang perorang dari atau badan usaha perorangan yang
memiliki kekayaan bersih paling banyak Rp 50 juta tidak termasuk tanah
dan bangunan tempat usaha, atau omzet penjualan tahunan paling banyak
Rp 300 juta.

Usaha Kecil adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri yang
dilakukan oleh orang perorangan bukan merupakan anak perusahaan baik
langsung maupun tidak langsung. Kriteria usaha kecil memiliki kekayaan
bersih antara Rp 50 juta sampai dengan Rp 500 juta tidak termasuk tanah
dan bangunan tempat usaha atau omzet penjualan berkisar antara Rp 300
juta sampai dengan Rp 2,5 miliar.

Usaha Menengah adalah ekonomi produktif yang berdiri sendiri yang


dilakukan oleh orang perorangan bukan merupakan anak perusahaan baik
langsung maupun tidak langsung. Kriteria usaha menengah memiliki
kekayaan lebih dari Rp 500 juta sampai dengan Rp 10 miliar tidak termasuk
tanah dan bangunan tempat usaha atau omzet penjualan berkisar antara Rp
2,5 miliar sampai dengan Rp 50 miliar”.

2. Devi Candra Nirwana,dkk (berdasarkan surat edaran Bank Indonesia


No.26/I/UKK Tanggal 29 Mei 1993 perihal Kredit Usaha:2017) adalah
usaha yang memiliki total asset Rp. 600 juta (enam ratus juta rupiah) tidak
termasuk tanah atau rumah yang ditempati. Pengertian usaha kecil ini
meliputi usaha perseorangan, badan usaha swasta dan koperasi, sepanjang
asset yang dimiliki tidak melebihi nilai Rp. 600 juta.

3. Lebih lanjut Devi Candra Nirwana, dkk menambahkan (Menurut Badan


Pusat Statistik: 2017), usaha menengah dibagi kedalam beberapa bagian,
yaitu:

a) Usaha Rumah tangga mempunyai: 1-5 tenaga kerja.


b) Usaha kecil menengah: 6-19 tenaga kerja.
c) Usaha menengah: 20-29 tenaga kerja.
d) Usaha besar: lebih dari 100 tenaga kerja.
2.2 Karakteristik UMKM

Kristina Sedyastuti (mengutip dari menurut UU Nomor 20 Tahun 2008


digolongkan berdasarkan jumlah aset dan omset yang dimiliki oleh sebuah
usaha: 2018)

1. Usaha Mikro Maks. 50 Juta Maks. 300 Juta


2. Usaha Kecil > 50 Juta – 500 Juta > 300 Juta – 2,5 Miliar
3. Usaha Menengah > 500 Juta – 10 Miliar > 2,5 Miliar – 50 Miliar

Lebih lanjut ia menambahkan, yang dikutip dari pernyataan (Rahmana,2008)


mengelompokkan UMKM dalam beberapa kriteria, yaitu:

1) Livelihood Activities, merupakan Usaha Kecil Menengah yang digunakan


sebagai kesempatan kerja untuk mencari nafkah, yang lebih umum dikenal
sebagai sektor informal. Contohnya adalah pedagang kaki lima.

2) Micro Enterprise, merupakan Usaha Kecil Menengah yang memiliki sifat


pengrajin tetapi belum memiliki sifat kewirausahaan.

3) Small Dynamic Enterprise, merupakan Usaha Kecil Menengah yang telah


memiliki jiwa kewirausahaan dan mampu menerima pekerjaan subkontrak
dan ekspor.

4) Fast Moving Enterprise, merupakam Usaha Kecil Menengah yang telah


memiliki jiwa kewirausahaan dan akan melakukan transformasi menjadi
Usaha Besar (UB).

Definta Aliffiana dan Nina Widowati mengutip dari pernyataan Anoraga dan
Sudantoko (2002:225).

1. Sistem pembukuan yang relatif sederhana dan cenderung tidak mengikuti


kaidah administrasi pembukuan standar, kadangkala pembukuan tidak di up
to date, sehingga sulit untuk menilai kinerja usahanya.

2. Margin usaha yang cenderung tipis mengingat persaingan yang sangat


tinggi.

3. Modal terbatas, ini menjadi karakterisktik utama dari UMKM karena tidak
adanya pembiayaan yang dilakukan. Walaupun ada, mereka enggan untuk
mengambil kesempatan itu karena dinilai sulit dan tidakmau menanggung
risiko.
4. Pengalaman manajerial dalam mengelola perusahaan masih sangat terbatas.
Karena semua dilakukan secara sendiri. Jika ada pegawai dalam usahanya
sekalipun, pelaku UMKM masih menerapkan konsep manajerial yang
sangat sederhana dimana mulai produksi hingga catatan keuangan masih
dikendalikan sendiri.

5. Skala ekonomi yang terlalu kecil, sehingga sulit diharapkan untuk mampu
menekankan biaya mencapai titik efisiensi jangka panjang.

6. Kemampuan pemasaran dan negosiasi serta diversifikasi pasar sangat


terbatas. Hal ini disebabkan oleh terbatasnya informasi yang dikuasai serta
penerapan teknologi informasi yang masih sangat minim. Pada akhirnya
penjualan pun sanagt sedikit dan hanya untuk bertahan hidup semata.

7. Kemampuan untuk memperoleh sumber dana dari pasar modal rendah,


mengingat keterbatasan dalam sistem administrasinya untuk mendapatkan
dana di pasar modal, sebuah perusahaan harus mengikuti sistem
administrasi standard an harus terapan.

2.3 Konsep Pendampingan Usaha

Sebenarnya pendampingan usaha disini lebih difokuskan kepada kelompok


masyarakat yang perekonomiannya masih dalam kelas menengah ke bawah.
Hal ini dikarenakan terbatasnya pengetahuan yang dimiliki oleh pelaku
UMKM tersebut sehingga hal ini biasa disebut dengan “pendampingan sosial”.
Adrian,dkk (2017) mengklasifikasi ada tiga unsur utama, yakni fasilitator,
pendidik, dan perwakilan masyarakat.

a) Fasilitator

Fungsi adanya fasilitator dalam pendampingan yaitu menyediakan sarana


dan prasarana dalam kegiatan pendampingan. Peran fasilitator sangat
dibutuhkan karena mengetahui apa saja yang dibutuhkan untuk tercapainya
sebuah pendampingan yang diharapkan.
b) Pendidik

Tanpa adanya pendidik dalam proses pendampingan usaha, terutama


UMKM adalah hal yangsangat mutlak untuk mencapai tujuan yang
diharapkan. Adanya tenaga pendidik dalam kegiatan ini ialah memberikan
materi yang memadai sehingga dapat diserap dengan sebaik-baiknya.

c) Perwakilan Masyarakat

Perwakilan masyarakat tentunya sangat diharapkan untuk kegiatan


pendampingan yang sukses. Adanya fasilitator dan tenaga pendidik tak akan
ada artinya jika tak ada perwakilan masyarakat yang berpartisipasi dalam
kegiatan pendampingan tersebut.

2.3 Faktor yang Menyebabkan UMKM tidak Memiliki Mentor

Ada berbagai faktor sebenarnya yang membuat pelaku UMKM kita tidak
memiliki pendampingan yang intensif. Pertama, Adrian dan Hendrawati
(dalam Ir. Ciputra: 2017) menyebutkan bahwa “Mayoritas UMKM yang
berada di Indonesia tergolong pada tipe necessity entrepreneur yang
berarti seseorang yang menjadi wirausaha karena terpaksa untuk memenuhi
kebutuhan hidup”. Pemikiran seperti inilah yang sebenarnya harus diubah
dalam menjalankan usaha UMKM sejak awal. Bahwa memulai usaha adalah
untuk kemajuan kehidupan pada masa yang akan datang, tidak hanya bertahan
hidup untuk saat ini atau esok semata. Padahal jika kita ingin menilik lebih jauh
lagi, kebutuhan hidup yang kita butuhkan setiap harinya sangatlah banyak.
Atau dengan istilah lainnya, pelaku UMKM kita hanya ingin mencukupi
kebutuhan primernya saja.

Selain itu, adanya tengkulak yang masih berlaku di daerah pedesaan dalam
memasarkan produk usaha UMKM juga ikut berpengaruh terhadap kehadiran
mentor dalam usahanya. Hal ini karena minimnya pengetahuan tentang
pemasaran masih sangat bergantung pada tengkulak tersebut yang sangat
merugikan. Karena dijual dari harga yang di bawah yang diharapkan.

Faktor lain yang menyebakan tidak adanya pendampingan adalah kehadiran


mentor dalam usaha mereka dianggap menyulitkan. Sebab masyarakat kita
tidak ingin merasa dibebani dalam menjalankan usahanya. Dan pada akhirnya
mereka menjalankan usahanya sendiri tanpa ada pihak lain yang membantu dan
melakukan pengawasan. Sehingga pada akhirnya mentor pun enggan untuk
melakukan pendampingan karena merasa usaha yang dilakukannya ditolak
oleh pelaku UMKM.
2.4 Peran Mentor Terhadap Perkembangan Usaha UMKM

Sulistyandari,dkk (2018) menyebutkan “Ada beberapa tahapan dalam


pendampingan dan penyuluhan kepada UMKM, diantaranya ialah tahapan
persiapan, tahapan pelaksanaan pendampingan, dan tahapan evaluasi”.

1. Tahapan Persiapan

Tahapan persiapan disini adalah dengan memberikan pemahaman kepada


pelaku usaha UMKM mengenai pentingnya pendamping dalam
menjalankan usaha. Hal ini agar pelaku usaha tidak berjalan sendiri, namun
ada yang mengawasi dan memberikan bimbingan dalam menjalankan bisnis
yang baik dan benar.

2. Tahapan Pelaksanaan Pendampingan

Dalam tahapan ini mentor bisnis memberikan materi kepada pelaku usaha
UMKM tentang berbagai hal, baik dari segi teknis maupun non teknis. Hal
yang paling mendasar adalah tentang produksi, pengemasan, pemasaran,
hingga laporan keuangan yang sederhana pun tak luput dari kegiatan ini.
Tujuannya adalah agar pelaku UMKM mampu menjadi wirausaha yang
unggul serta kompetitif dalam produk usahanya.

3. Tahapan Evaluasi

Tahapan akhir ini adalah mengevaluasi hal apa yang kurang dalam
pelaksaan pendampingan tersebut. Dalam tahap ini bukan berarti akhir dari
segala pendampingan yang telah dilakukan sebelumnya, namun setelah itu
harus ada tindak lanjut dari mentor dan pelaku UMKM.

Secara umum pendampingan UMKM dapat digambarkan pada bagan


berikut.
Sedangkan Adrian dan Hendrawati (2017) memberikan pendapat lain
mengenai proses pendampingan, yaitu menstimulasi, mendorong dan
memotivasi. Ketiga proses ini sebenaranya tidak jauh berbeda, hanya saja
setiap tahapan prosesnya lebih intensif dan kondusif. Diharapkan dari ketiga
proses ini akan berjalan proses pendampingan yang diharapkan sejak awal.

2.5 Masalah yang Terjadi Pada Saat Pendampingan

N. Dwi Retnandari (2009) mengklisifikasikan ada beberapa masalah yang


terjadi pada saat pendampingan. Hal ini akan berakibat pada sasaran dan tujuan
pendampingan yang sejak awal telah dicanangkan. Tentunya ini bukan perkara
yang mudah, sebab berhasil atau tidaknya seuah UMKM bergantung pada saat
proses pendampingan tersebut.

a. Pembinaan Tumpang Tindih

Dalam beberapa kasus, tumpang tindih pembina acapkali terjadi. Misalnya


beberapa pembina dari instansi yang berbeda-beda namun memberikan
materi yang sama. Kejadian ini disebabkan karena minimnya dana yang
tersedia serta tidak insentifnya pembinaan yang dilakukan meyebabkan
pembinaan seperti ini akhirnya gagal dan tidak berdampak secara siginfikan
terhadap pelaku UMKM.

b. Kelompok Materi yang Dibina Lebih Menguasai Materi

Terkadang hal lucu seperti ini kita temukan dalam proses pendampingan
Mungkin hal tersebut masih sangat terasa tabu. Namun pada faktanya ada
beberapa kasus yang mengalami hal serupa. Kelompok yang diberikan
materi rupanya lebih menguasai daripada pendamping. Hal ii yang membuat
mentor bisnis seringkali merasa bingung karena tak menemukan materi
yang lebih sepadan dengan kelompok UMKM yang dibinanya.

c. Kelompok Sasaran bukan Target yang Tepat

Dalam masalah yang ketiga ini sebenarnya cukup rumit mencari jalan
keluarnya. Sebab kadangkala target yang ingin dicapai karena fasilitas yang
diberikan pada akhirnya harus raib entah kemana. Padahal membeli fasilitas
yang diperlukan tersebut tidak membutuhkan dana yang sedikit. Namun hal
ini masih terjadi karena tidak adanya tanggung jawab dari kelompok yang
dibina.
d. Rendahnya Kualitas Sumber Daya Manusia

Hal yang paling mendasari adanya pendampingan dalam UMKM adalah


rendahnya kualitas sumber daya manusia yang masih sangat rendah. Sebab
minimnya pengetahuan tentang dunia usaha serta kemampuan berpikir
untuk berkembang menjadi faktor penghambat pendampingan untuk
UMKM yang ada. Hal ini akan berakibat pada ketidaksinambungan
pemikiran antara mentor bisnis dengan pelaku UMKM yang dibina.

2.6 Solusi yang Dilakukan Pemerintah Dalam Hal Pendampingan

Ada banyak solusi sebenarnya yang dilakukan oleh pemerintah pusat maupun
daerah untuk melakukan pendampingan terhadap pelaku UMKM kita. Bahkan
saat ini berbagai cara dilakukan pemerintah agar sektor UMKM dapat
berkembang ke depannya dan menjadi tumpuan perekonomian bangsa. Chris
Bayu Arbiyanto dan Joko Widodo (2017) memberikan gambaran beberapa
langkah pemerintah yang dapat dilakukan dalam pendampingan, yaitu
pendampingan permodalan, pendampingan pemasaran serta pendampingan
sarana prasarana produksi.

a) Pendampingan Permodalan

Dalam pendampingan permodalan disini, pemerintah berperan untuk


mendampingi UMKM dalam mendapatkan pembiayaan kepada
lembaga keuangan dengan proses yang mudah dan bunga yang relatif
rendah. Selama ini salah satu kesulitan UMKM dalam mendapatkan
pinjaman kepada bank adalah sulitnya proses yang harus dilalui serta
berbagai persyaratan yang harus dipenuhi menyebabkan UMKM kita
masih enggan untuk melakukan pembiayaan, terutama kepada bank.
Akhirnya mereka mengambil alternatif jalan pintas dengan cara
berutang kepada rentenir yang notabenenya sanagat mencekik
kehidupan masyarakat.

b) Pendampingan Pemasaran

Dalam pendampingan pemasaran, pemerintah juga bisa membantu


memasarkan produk UMKM melalui acara-acara yang diselenggaran,
misalnya dalam acara Expo, seminar, lokakarya, ataupun event besar
lainnya yang membuat produk hasil UMKM yang diproduksi dapat
dikenal luas hingga masyarakat.
c) Pendampingan Sarana Produksi

Pemerintah juga dapat melakukan pendampingan dengan menyediakan


fasilitas untuk produksi sehingga dapat menghasilkan produk UMKM
yang unggul dan berkualitas serta bersaing dengan produk luar negeri.
Hal ini sesuai dengan yang diharapkan sejak awal dengan adanya
UMKM dapat membantu perekonomian negara.

Lebih lanjut keduanya menambahkan (dalam Kuncoro: 2000) yang


menyebutkan bahwa “ Pendekatan pendampingan dibedakan menjadi dua,
yaitu pendekatan langsung dan pendekatan tidak langsung. Pendekatan
langsung yaitu pendekatan usaha yang terjadi secara langsung dimana
disana akan terjadi sebuah interaksi antara usaha besar dan usaha kecil untuk
membantu usaha kecil mengembangkan usahanya. Sedangkan pendekatan
tidak langsung adalah pola pembinaan murni, dimana didalamnya tidak
terjadi kegiatan bisnis”.

Dalam melakukan pendampingan usaha kepada umkm, pemerintah


memiliki beberapa tugas. Tugas-tugas dari pemerintah tersebut antara lain
memberikan motivasi pada umkm kulit untuk terus mengembangkan
usahanya, melakukan pembinaan terhadap umkm kulit yang berbentuk
pelatihan-pelatihan inovasi produk, serta mengawasi perkembangan umkm.
Pemerintah memberikan motivasi dimaksudkan agar umkm tidak takut jika
menemui kesulitan dalam mengembangkan usahanya, pemerintah
menampung semua keluhan yang dihadapi oleh umkm dan berusaha
mencarikan solusi untuk mengatasi permasalahan tersebut.

Sedangkan dalam melakukan pembinaan, pemerintah bertugas agar umkm


bisa meningkatkan kualitas produk yang dihasilkan serta memberikan
pelatihan inovasi produk agar produk yang dihasilkan oleh umkm semakin
bervariasi. Tugas terakhir dari pemerintah dalam melakukan pendampingan
kepada umkm adalah melakukan pengawasan terhadap perkembangan yang
terjadi pada umkm kulit. Tugas pendamping tidak hanya berhenti pada
pendataan dan pencairan dana, melainkan pendamping juga memberikan
inovasi-inovasi seperti membelajari umkm penerima bantuan. Hal seperti
ini tentu akan sangat membantu UMKM dalam menjalankan usahanya.
Karena merasa pemerintah sangat perduli akan perkembangan UMKM yang
ada. Namun sebaliknya, jika pemerintah enggan untuk terjun dan meberikan
arahan, maka harapan UMKM dapat menumbuhkan harapan pemerintah
akan runtuh juga pada akhirnya karena tidak adanya motivasi yang
diberikan.
Tugas pendampingan usaha yang dilakukan oleh pemerintah kepada umkm
pada aspek pemasaran, aspek permodalan dan aspek sarana prasarana
produksi tersebut juga didukung oleh UU No 20 Tahun 2008. Dalam
Undang-undang No 20 Tahun 2008 BAB V dijelaskan secara detail tentang
tugas yang diemban oleh pemerintah dalam melakukan pendampingan
UMKM. Berikut adalah UU No 20 Tahun 2008 tentang UMKM BAB V
yang membahas tentang penumbuhan iklim usaha. Dimana pemerintah
pusat dan pemerintah daerah menumbuhkan iklim usaha dengan
menetapkan peraturan perundang-undangan dan kebijakan yang meliputi
aspek:

a. Pendanaan
b. Sarana dan prasarana
c. Informasi usaha
d. Kemitraan
e. Perizinan usaha
f. Kesempatan berusaha
g. Promosi dagang
h. Dukungan kelembagaan

Seperti yang tertera dalam Undang-undang no 20 tahun 2008 menjelaskan


pendampingan adalah upaya yang dilakukan pemerintah pusat, pemerintah
daerah, dunia usaha, dan masyarakat secara sinergis dalam bentuk
penumbuhan iklim dan pengembangan usaha terhadap Usaha Mikro, Kecil,
dan Menengah sehingga mampu tumbuh dan berkembang menjadi usaha
yang tangguh dan mandiri.

Selain itu, ada beberapa hal yang dapat dilakukan pemerintah untuk
melakukan pendampingan yang lebih intensif lagi, Devi Chandra
Nirwana,dkk (2017) setidaknya memberikan 2 pandangan terkait dengan
UMKM.

1) Pembuat Kebijakan dan Undang-undang

Sebagai pihak yang mendorong pertumbuhan dan perkembangan


UMKM, tentunya pemerintah harus membuat kebijakan yang
mengatur tentang UMKM. Kebijakan ini bertujuan untuk
memudahkan UMKM dalam menjalankan usahanya, misalnya
kebijakan untuk memberikan izin usaha, memberikan akses modal
yang mudah serta kebijakan lainnya. Pendampingan semacam ini
akan membuat pelaku UMKM merasa sangat diuntungkan
mengingat masih sulitnya akses terhadap perkembangan UMKM
yang ada.
2) Peran Pemerintah Sebagai Katalisator

Katalisator disini berarti pemerintah ikut berperan dalam melakukan


pendampingan terhadap UMKM. Namun berperan yang dimaksud
adalah pemerintah hanya ikut andil pada sebagian segmen saja,
entah itu produksi, fasilitator, atau dalam hal pemasaran. Alasan ini
agar UMKM dapat membangun usahanya secara mandiri dan tidak
bergantung seterusnya kepada pemerintah.
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Dalam menjalankan usahanya, kehadiran mentor dalam UMKM sangat


dibutuhkan. Hal ini karena pengetahuan UMKM tentang dunia usaha masih
sangat minim sehingga semua yang dilakukan tidak terencana dengan baik.
Bahkan jika hal ini terus terjadi, dengan sangat terpaksa UMKM harus tutup
dan menambah angka pengangguran dan kemiskinan yang ada. Berbagai
pihak sangat dibutuhkan perannya, baik pemerintah, sektor swasta, serta
lembaga keuangan demi terciptanya lingkungan UMKM yang kondusif.

3.2 Saran

1) Seharusnya pelaku UMKM menerima dengan baik dengan adanya


pendampingan.
2) Mentor yang mendampingi selalu memonitoring bimbingannya secara
rutin dan berkala.
3) Pemerintah mendukung penuh pendampingan UMKM dengan
memberikan sarana dan prasarana.
4) Adanya evaluasi terhadap pendampingan yang ada.
Daftar Pustaka

1. Mohammad Adrian,dkk. 2017. PENGARUH PENDAMPINGAN USAHA


TERHADAP KINERJA UMKM (Studi pada UMKM peserta program
PUSPA 2016 yang diselenggarakan oleh Bank Indonesia). e-Proceeding of
Management. Vol 4. Hal 915-922.

2. Kristina Sedyastuti. 2018. Analisis Pemberdayaan UMKM dan Peningkatan


Daya Saing Dalam Kancah Pasar Global. Jurnal Inovasi Bisnis dan
Manajemen Indonesia. Vol 2 no.1. Hal 117-127.

3. Ni Nyoman Sunariani,dkk. 2017. PEMBERDAYAAN USAHA MIKRO


KECIL DAN MENENGAH (UMKM) MELALUI PROGRAM BINAAN
DI PROVINSI BALI. Jurnal Ilmiah Manajemen dan Bisnis. Vol 2 no 1.

4. Devi Chandra Nirwana,dkk. 2017. PERAN PEMERINTAH DALAM


PEMBINAAN USAHA KECIL MENENGAH DI
KABUPATEN ENREKANG. Jurnal Administrasi Publik. Vol 3 no 1.
Hal 1-14.

5. Chris Bayu Aribiyanto dan Joko Widodo. 2017. MODEL


PENDAMPINGAN USAHA OLEH PEMERINTAH KEPADA UMKM
KULIT DESA MASIN KECAMATAN WARUNGASEM KABUPATEN
BATANG. Economic Education Analysis Journal. Vol 6 no 2. Hal 612-
620.

6. Sulistyandari,dkk. 2018. PENDAMPINGAN USAHA PADA


KERAJINAN LOGAM “MANDIRI ETSA” DESA PASIR WETAN,
KARANGLEWAS, BANYUMAS. Jurnal Pengabdian Masyarakat. Hal
37-41.

7. R.Dwi Retnandari. 2009. KEMISKINAN dan USAHA MIKRO, KECIL


dan MENENGAH. Jurnal Populasi. Vol 19 no 1. Hal 27-40.

Anda mungkin juga menyukai