Anda di halaman 1dari 15

INFLASI

1. Pengertian Inflasi
Inflasi adalah proses kenaikan harga-harga umum batang-barang secara terus-menerus. Ini
tidak bearti bahwa harga-harga berbagai macam barang itu nik dengan persentase yang sama.
Mungkin dapat terjadi kenaikan tersebut tidaklah bersamaan. Yang penting terdapat kenaikan
harga umum batang secara terus – menerus selama satu periode tertent. Kenaikan yang terjadi
hanya sekali saja (meskipun dengan persentase yang cukup besar) bukanlah merupakan
inflasi.
 BAGAIMANA TERJADINYA INFLASI?
Tingkat inflasi untuk bulan Oktober 2005 yang sangat tinggi itu (8,75%) masih membuat
prihatin banyak kalangan. Karena ada yang disebut core inflation, atau inflasi inti, oleh Bank
Indonesia yang besarnya sekitar 7-8% setahun maka kedua pengaruh inflasi ini secara
agregatip menimbulkan inflasi lebih dari 15% setahun. Maka arti inflasi harus disikapi.
Arti atau definisi umum dari inflasi adalah gejala kenaikan harga secara umum (artinya
semua harga terpengaruhi) oleh karena “terlalu banyak uang mengejar jumlah barang yang
jumlahnya tidak bertambah”. Inflasi dalam artian ini adalah gejala effective demand yang
terlalu besar, entah oleh karena akibat kebijakan fiskal (anggaran belanja pemerintah) atau
oleh kebijakan moneter dari bank sentral. Misalnya, dalam masa pertama RI inflasinya tinggi
sekali oleh karena kebijakan fiskal terlalu “gampangan” (loose). Artinya, kalau pemerintah
memerlukan uang maka ditempuh jalan yang mudah, yakni cetak saja uang baru. Usaha
untuk mengumpulkan pajak baru merupakan usaha serius di zaman yang mutakhir. Pada
tahap berikutnya maka dalil untuk “mencetak saja uang kalau diperlukan pemerintah”
dikoreksi. Pembiayaan defisit anggaran belanja pemerintah diusahakan dengan cara yang
tidak langsung menuju ke pencetakan uang baru. Maka pada tahap itu menarik pinjaman luar
negeri menjadi jalan keluar yang sering ditempuh oleh pemerintah. Ini sesuai dengan prinsip
umum pembiayaan defisit anggaran belanja pemerintah yang non-inflator, yakni berhutang
saja dari luar dan dalam negeri, atau/dan menjual asset negara. Menjual asset negara untuk
menutup defisit juga merupakan upaya yang lebih mutakhir, yakni dengan menjual BUMN,
entah sebagian sahamnya atau secara keseluruhan (privatisasi).
Bank Indonesia sebagai bank sentral sekarang mempunyai misi tunggal, yakni menjaga nilai
rupiah, artinya sekuat tenaga berusaha mengekang inflasi. Kalau ada tekanan inflasi yang
meninggi maka BI menaikkan suku bunganya (BI rate atau SBI) sehingga mengerem
pengeluaran kredit baru oleh sistim perbankan. Akan tetapi kalau inflasi tetap memuncak
maka BI menghadapi dilema, seperti sekarang ini juga.
Secara umum terdapat dua jenis inflasi yakni kenaikan harga Indeks Harga Konsumen (IHK)
yang merupakan headline inflation dan inflasi inti (core inflation). Kenaikan harga BBM
merupakan faktor administered price atau kenaikan harga yang dipicu oleh kebijakan
pemerintah.
Masalahnya, salah satu yang bisa memicu kenaikan inflasi inti itu adalah ekspektasi
masyarakat akibat kenaikan harga BBM. Yang terjadi seringkali kenaikan BBM diikuti
dengan kenaikan harga barang-barang dan jasa, termasuk yang tidak terkait langsung dengan
kenaikan BBM.
Pemerintah juga perlu menyalurkan sebagian dana untuk investasi infrastuktur. Sebab selama
ini hal yang menaikkan inflasi IHK adalah ketidaklancaran distribusi barang dan bahan
pokok. Apabila distribusi lancar maka inflasi juga akan dapat ditekan.
Laju inflasi yang begitu tinggi, yang ditandai dengan melambungnya harga barang dan jasa,
dikhawatirkan mendorong masyarakat mengorbankan pendidikan dan kesehatan untuk
memenuhi kebutuhan pokok. Kondisi itu bisa semakin menurunkan tingkat Indeks
Pembangunan Manusia (IPM) Indonesia sehingga daya saingnya semakin merosot.
Ekonom dari Universitas Gadjah Mada (UGM) Yogyakarta, Sri Adiningsih, mengatakan
kepada Pembaruan di Jakarta, Senin (7/11), kenaikan laju inflasi yang dibarengi dengan
kenaikan harga akan menyebabkan masyarakat memilih secara ketat pengeluaran rumah
tangganya.
Berkaitan dengan hal itu masyarakat akan menempatkan kebutuhan pangan se- bagai prioritas
utama dalam belanja rumah tangga. Sedang kebutuhan lainnya, termasuk pendidikan dan
kesehatan, tidak masuk dalam prioritas.
Untuk itu, Adiningsih mengimbau pemerintah dan Bank Indonesia (BI) betul-betul bekerja
keras meminimalisasi dampak inflasi terhadap ekonomi, terutama di tingkat rumah tangga,
dengan memberikan insentif dan stimulus dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara
(APBN) yang dinilai cukup longgar pascakenaikan BBM.
1. Penyebab Inflasi
a) Tarikan permintaan (Demand pull inflation)
Bertambahnya permintaan terhadap barang dan jasa menyebabkan bertambahnya permintaan
faktor-faktor produksi. Meningkatnya permintaan terhadap produksi menyebabkan harga
faktor produksi meningkat. Jadi, inflasi terjadi karena kenaikan dalam permintaan total
sewaktu perekonomian yang bersangkutan dalam situasi full employment. Inflasi yang
ditimbulkan oleh permintaan total yang berlebihan sehingga terjadi perubahan pada tingkat
harga dikenal dengan istilah demand pull inflation.
b) Desakan biaya (Cost push inflation)
Inflasi ini terjadi akibat meningkatnya biaya produksi (input) sehingga mengakibatkan harga
produk-produk (output) yang dihasilkan ikut naik.
1. Jenis-Jenis Inflasi
 Jenis Inflasi Menurut Sifatnya
Laju Inflasi dapat berbeda antara satu negara dengan negara lain atau dalam satu negara
dalam waktu yang berbeda. Atas dasar besarnya laju inflasi maka dapta dibagi ke dalam tiga
kategori yaitu
 Merayap (creeping inflation)
Ditandai dengan laju inflasi yang rendah (kurang dari 10% pertahun). Kenaikan harga
berjalan secara lambat, dengan persentase yang kecit serta dalam jangka yang relatif lama.
 inflasi menengah (galloping inflation)
ditantai dengan kenaikanharga yang cukup besar dalam waktu yang relatif pendek serta
mempunyai siat akselarasi (harga dalam waktu mingguan atau bulanan) efeknya terhadap
perekonomian lebih besar dari pada inflasi yang merayap (creeping inflation)
 inflasi tinggi (hyper inflation)
merupakan inflasi yang paling parah akibatnya harga – harga naik sampai 5 atau 6 kali.
Masyarakat tidak lagi berkeinginan untuk menyimpan uang sebab nilai uang merosot dengan
tajam seingga ingin ditukarkan dengan uang sehingga perputaran uang semakin cepat dan
harga naik secara akselerasi. Biasanya keadaan ini timbul apa bila pemerintah mengalami
defisit anggaran belanja yang dibelanjakan dan ditutupi dengan mencetak uang.

 Jenis Inflasi Menurut Sebabnya


1. Demand-pull inflation
Inflasi ini bermula dari adanya kenaikan pemintaan total (agregate demand), sedangkan
produksi telah berada pada keadaan kesempatan kerja penuh atau hampir mendekati
kesempatan kerja penuh. Dalam keadaan hampir kesempatan kerja penuh, kenaikan
permintaan total disamping kenaikan harga dapt juga menaikkan hasil produksi (output).
2. Cost-push inflation
Berbeda dengan demand-pull inflation, cost-push inflation biasanya ditandai dengan kenaikan
harga serta turunnya produksi. Jadi, inflasi yang dibarengi dengan resesi. Keadaan ini timbul
biasanya dimulai dengan adanya penurunan dalam penawaran total (aggregate supply)
sebagai akibat kenaikan biaya produksi. Kenaikan biaya produksi ini dapat timbul karena
beberapa factor diantaranya :
perjuangan serikat buruh yang berhasil untuk menuntu kenaikan upah
Suatu industri yang sifatnya monopolistis, manajer dapat menggunakan kekuasaannya di
pasar untuk menentukan harga (yang lebih tinggi).
Kenaikan harga bahan baku industri.
 Berdasarkan Sumber atau Penyebab Kenaikan Harga Inflasi biasanya dibedakan
kepada tiga bentuk berikut :
o Inflasi Tarikan Permintaan : kenaikan harga-harga yang disebabkan oleh
pertambahan pengeluaran yang besar yang tidak dapat dipenuhi oleh
kemampuan memproduksi yang tersedia.
o Inflasi Desakan Biaya : kenaikan harga-harga yang disebabkan oleh kenaikan
dalam biaya produksi sebagai akibat kenaikan harga bahan mentah atau
kenaikan upah.
o Inflasi Diimpor : kenaikan harga-harga yang disebabkan oleh kenaikan harga
barang impor yang digunakan sebagai bahan mentah produksi dalam negeri.
1. Efek Yang Ditimbulkan Dari Inflasi
1. Efek terhadap Pendapatan (Equity Effect)
Efek terhadap pendapatan sifatnya tidak merata, ada yang dirugikan tetapi ada pula yang
diuntungkan dengan adanya inflasi. Seseorang yang memperoleh endapatan tetap akan
dirugikan oleh adanya inflasi. Misalnya seorang yang memperoleh pendapatan tetap Rp.
500.000,00 per tahun sedang laju inflasi sebesar 10%, akan menderita kerugian penurunan
pendapatan riil sebesar laju inflasi tersebut, yakni Rp. 50.000,00.
2. Efek terhadap Efisiensi (Efficiency Effects)
Inflasi dapat pula mengubah pola alokasi faktor-faktor produksi. Perubahan ini dapat terjadi
melalui kenaikan permintaan akan berbagai macam barang yang kemudian dapat mendorong
terjadinya perubahan dalam produksi beberapa barang tertentu sehingga mengakibatkan
alokasi factor produksi menjadi tidak efisien.
3. Efek terhadap Output (Output Effects)
Dalam menganalisa kedua efek diatas (Equity dan Efficiency Effects) digunakan suatu
anggapan bahwa output tetap. Hal ini dilakukan supaya dapat diketahui efek inflasi terhadap
distribusi pendapatan dan efisiensi dari jumlah output tertentu tersebut.

E. Penggolongan Inflasi
a) Berdasarkan asal timbulnya inflasi
1. Inflasi berasal dari dalam negeri, misalnya sebagai akibat terjadinya defisit anggaran
belanja yang dibiayai dengan cara mencetak uang baru dan gagalnya pasar yang berakibat
harga bahan makanan menjadi mahal.
2. Inflasi yang berasal dari luar negeri, yaitu inflasi sebagai akibat naiknya harga barang
impor. Hal ini terjadi akibat biaya produksi barang di luar negeri tinggi atau adanya kenaikan
tarif impor barang.
b) Berdasarkan cakupan pengaruh kenaikan harga
Jika kenaikan harga secara umum hanya berkaitan dengan beberapa barang tertentu secara
kontinu disebut inflasi tertutup (closed inflation), dan apabila kenaikan harga terjadi secara
keseluruhan disebut inflasi terbuka (open inflation), sedangkan apabila serangan inflasi
demikian hebatnya dan setiap saat harga-harga terus berubah dan meningkat sehingga orang
tidak dapat menahan uang lebih lama disebabkan nilai uang terus merosot disebut inflasi
yang tak terkendali (hyperinflation).
c) Berdasarkan parah atau tidaknya inflasi
Berdasarkan parah atau tidaknya, inflasi dapat digolongkan:
1. inflasi ringan (di bawah 10% setahun),
2. inflasi sedang (antara 10%–30% setahun),
3. inflasi berat (antara 30%–100% setahun), dan
4. inflasi tak terkendali (di atas 100% setahun)

F. Dampak Inflasi
Secara umum, inflasi memiliki dampak positif dan dampak negatif, tergantung parah atau
tidaknya inflasi. Apabila inflasi itu ringan, justru mempunyai pengaruh yang positif dalam
arti dapat mendorong perekonomian lebih baik, yaitu meningkatkan pendapatan nasional dan
membuat orang bergairah untuk bekerja, menabung, dan mengadakan investasi.
Sebaliknya, dalam masa inflasi yang parah, yaitu pada saat terjadi inflasi tak terkendali
(hiperinflasi) keadaan perekonomian menjadi kacau dan perekonomian dirasakan lesu, orang
menjadi tidak bersemangat kerja, menabung, atau mengadakan investasi dan produksi karena
harga meningkat dengan cepat, para penerima pendapatan tetap, seperti pegawai negeri atau
karyawan swasta, serta kaum buruh akan kewalahan menanggung dan mengimbangi harga
sehingga hidup mereka menjadi semakin merosot dan terpuruk dari waktu ke waktu.
a) Bagi pemilik pendapatan tetap dan tidak tetap
Bagi masyarakat yang memiliki pendapatan tetap, inflasi sangat merugikan. Kita ambil
contoh seorang pensiunan pegawai negeri tahun 1990. Pada tahun 1990, uang pensiunnya
cukup untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Namun, di tahun 2003 atau tiga belas tahun
kemudian, daya beli uangnya mungkin hanya tinggal setengah. Artinya, uang pensiunnya
tidak lagi cukup untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Sebaliknya, orang yang
mengandalkan pendapatan berdasarkan keuntungan, seperti pengusaha, tidak dirugikan
dengan adanya inflasi. Begitu juga dengan pegawai yang bekerja di perusahaan dengan gaji
mengikuti tingkat inflasi.
b) Bagi para penabung
Inflasi menyebabkan orang enggan untuk menabung karena nilai mata uang semakin
menurun. Memang tabungan menghasilkan bunga, tetapi jika tingkat inflasi di atas bunga,
nilai uang tetap menurun. Jika orang tidak menabung, dunia usaha dan investasi akan sulit
berkembang karena untuk berkembang dunia usaha membutuhkan dana dari bank yang
diperoleh dari tabungan masyaraka
c) Bagi debitur dan kreditur
Bagi orang yang meminjam uang kepada bank (debitur), inflasi menguntungkan karena pada
saat pembayaran utang kepada kreditur, nilai uang lebih rendah dibandingkan pada saat
meminjam. Sebaliknya, kreditur atau pihak yang meminjamkan uang akan mengalami
kerugian karena nilai uang pengembalian lebih rendah jika dibandingkan pada saat
peminjaman.
d) Bagi produsen
Bagi produsen, inflasi dapat menguntungkan Jika pendapatan yang diperoleh lebih tinggi
daripada kenaikan biaya produksi. Jika hal ini terjadi, produsen terdorong untuk
melipatgandakan produksinya (biasanya terjadi pada pengusaha besar). Namun, jika inflasi
menyebabkan naiknya biaya produksi hingga pada akhirnya merugikan produsen, produsen
enggan untuk meneruskan produksinya. Produsen dapat menghentikan produksinya untuk
sementara waktu, bahkan jika tidak sanggup mengikuti laju inflasi, dapat gulung tikar
(biasanya terjadi pada pengusaha kecil).
e) Bagi perekonomian nasional
1. Investasi berkurang.
2. Mendorong tingkat bunga.
3. Mendorong penanam modal yang bersifat spekulatif.
4. Menimbulkan kegagalan pelaksanaan pembangunan.
5. Menimbulkan ketidakpastian keadaan ekonomi pada masa yang akan datang.
6. Menyebabkan daya saing produk nasional berkurang.
7. Menimbulkan defisit neraca pembayaran.
8. Merosotnya tingkat kehidupan dan kesejahteraan masyarakat.

G. Cara-cara Mengatasi Inflasi


a) Kebijakan Moneter
Seperti yang telah disebutkan di atas, peran bank sentral dalam mengatasi inflasi adalah
dengan mengatur jumlah uang yang beredar. Kebijakan yang diambil oleh bank sentral
tersebut dinamakan kebijakan moneter, yaitu dengan menggunakan cara-cara sebagai berikut.
1. Politik Diskonto (discount policy) adalah politik bank sentral untuk memengaruhi
peredaran uang dengan jalan menaikkan dan menurunkan tingkat bunga. Dengan menaikkan
tingkat bunga diharapkan jumlah uang yang beredar di masyarakat akan berkurang karena
orang akan lebih banyak menyimpan uangnya di bank daripada menjalankan investasi.
2. Politik Pasar Terbuka (open market policy) dijalankan dengan membeli dan menjual surat-
surat berharga. Dengan menjual suratsurat berharga diharapkan uang akan tersedot dari
masyarakat.
3. Politik Persediaan Kas (cash ratio policy) adalah politik Bank Sentral untuk memengaruhi
peredaran uang dengan jalan menaikkan dan menurunkan persentase persediaan kas dari
bank. Dengan dinaikkannya persentase persediaan kas, diharapkan jumlah kredit akan
berkurang.
4. Pengawasan kredit secara selektif.
b) Kebijakan Fiskal
Selain kebijakan moneter, pemerintah dapat juga memberlakukan kebijakan fiskal yaitu
kebijakan yang berhubungan dengan pengaturan penerimaan dan pengeluaran Negara. Jadi
yang diatur dalam kebijakan fiskal adalah
1. pengaturan pengeluaran pemerintah (APBN) dan
2. peningkatan tarif/pajak.
c) Kebijakan Nonmoneter
Selain dua kebijakan di atas ada juga yang disebut kebijakan nonmoneter yang mengatur hal-
hal berikut.
1. Peningkatan produksi.
2. Kebijakan upah.
3. Pengawasan harga.

H. Metode Perhitungan Inflasi


Untuk menghitung besarnya laju inflasi dapat digunakan Indeks Harga, sebagai berikut.
Laju inflasi = x 100%
Keterangan:
IHt = Indeks Harga tahun tertentu (dihitung)
IHt–1 = Indeks Harga tahun sebelumnya
Contoh
Diketahui:
Indeks Harga Konsumen bulan Maret 2005 = 150,65
Indeks Harga Konsumen bulan Februari 2005 = 145,15
Besarnya laju inflasi bulan Maret 2005 adalah:
Laju Inflasi =
=150,65 – 145,15 x 100%
=145,15
= 3,79% Termasuk inflasi ringan.

INDEKS HARGA

1. Pengertian Indeks Harga (Price Index)


Indeks harga merupakan sebuah rataan dari perubahan harga yang proporsional pada suatu
barang atau jasa tertentu antara dua periode waktu. Perubahan harga dan kuantitas menunjuk
pada barang-barang atau jasa yang bersifat individual yang jelas berbeda satu sama lainnya
dalam sebuah kelompok poduk yang serupa. Kualitas yang berbeda pada jenis produk yang
sama harus diperlakukan berbeda pula sebagai jenis barang atau jasa yang terpisah sesuai
dengan konteks permasalahan.
Indeks harga biasa digunakan untuk mengetahui ukuran perubahan variabel-variabel ekonomi
sebagai barometer keadaan perekonomian, memberi gambaran yang tepat mengenai
kecenderungan perdagangan dan kemakmuran. Beberapa macam indeks harga adalah sebagai
berikut.
 Indeks harga konsumen (IHK) adalah angka yang menggambarkan perbandingan
perubahan harga barang dan jasa yang dihitung dianggap mewakili belanja konsumen,
kelompok barang yang dihitung bisa berubah-ubah disesuaikan dengan pola konsimsi
aktual masyarakat.
 Indeks harga produsen (IHP) adalah perbandingan perubahan barang dan jasa yang
dibeli oleh produsen pada waktu tertentu, yang dibeli oleh produsen meliputi bahan
mentah dan bahan setengah jadi. Perbedaannya dengan IHK adalah kalau IHP
mengukur tingkat harga pada awal sistem distribusi, IHK mengukur harga langsung
yang dibayar oleh konsumen pada tingkat harga eceran. Indeks harga produsen biasa
disebut juga indeks harga grosir (wholesale price index).
 Indeks harga yang harus dibayar dan diterima oleh petani. Indeks harga barang-barang
yang dibayar oleh petani baik untuk biaya hidup maupun untuk biaya proses produksi,
apabila dalam menghitung indeks dimasukkan unsur jumlah biaya hipotek, pajak,
upah pekerja yang dibayar oleh petani, indeks yang diperoleh disebut indeks paritas.
Rasio antara indeks harga yang harus dibayar oleh petani dengan indeks paritas dalam
waktu tertentu disebut rasio paritas (parity ratio).

1. Ciri-ciri Indeks Harga


Indeks harga mempunyai ciri-ciri di antaranya adalah sebagai berikut.
1.Indeks harga sebagai standar sebagai perbandingan harga dari waktu ke waktu.
2. Penetapan indeks harga didasarkan pada data yang relevan.
3. Indeks harga ditetapkan oleh sampel, bukan populasi.
4. Indeks harga dihitung berdasarkan waktu yang kondisi ekonominya stabil.
5. Penghitungan indeks harga menggunakan metode yang sesuai dan tepat.
6. Penghitungan indeks harga dilakukan dengan cara membagi harga tahun yang akan
dihitung indeksnya dengan harga tahun dasar dikali 100.
2. Metode penghitungan Indeks Harga
1. Metode penghitungan indeks harga tidak tertimbang Penghitungan indeks harga tidak
tertimbang ada dua macam, yaitu indeks harga tidak tertimbang sederhana (komoditi tunggal)
hanya satu barang dan indeks harga tidak tertimbang dengan banyak komoditi (gabungan).
a. Rumus indeks harga tidak tertimbang sederhana:

IHTT = . 100
b. Rumus indeks harga tidak tertimbang gabungan:
IHTTG = . 100
Pn = harga pada tahun tertentu (ke–n)
Po = harga pada tahun dasar
2. Metode penghitungan indeks harga yang banyak digunakan Metode enghitungan indeks
harga yang sering digunakan dalam menghitung inflasi adalah metode tertimbang, yaitu:
a). Metode Laspeyres
Metode Laspeyres adalah metode penghitungan angka indeks yang ditimbang dengan
menggunakan faktor penimbang kuantitas pada tahun dasar (Qo) dengan rumus IH
Laspeyres.
IL = . 100
b). Metode Paasche
Metode penghitungan angka indeks yang ditimbang dengan menggunakan faktor penimbang
kuantitas barang pada tahun yang dihitung angka indeksnya. (Qn = Kuantitas tahun tertentu)
Rumusnya sebagai berikut.
IP = . 100
Keterangan:
IL = Indeks Harga Laspeyres
IP = Indeks Harga Paasche
Po = Harga tahun dasar
Pn = Harga tahun n (tertentu)
Qo = Kuantitas tahun dasar
Qn = Kuantitas tahun tertentu

PERMINTAAN DAN PENAWARAN UANG


Pasar Uang adalah suatu tempat dimana akan bertemunya dimana pemilik jangka pendek
dapat menawarkan kepada calon peminjam dana yang membutuhkannya baik secara langsung
ataupun melalui perantara. Dari segi tinjauan kita, pasar uang terdiri dari permintaan dan
penawaran Uang. Maksud dari penawaran Uang disini adalah jumlah uang yang beredar di
dalam masyarakat, yaitu yang terdiri dari uang khartal dan uang Giral. Sedangkan permintaan
Uang adalah keseluruhan jumlah uang yang ingin dipegang oleh suatu perusahaan maupun
masyarakat, atau bisa juga disebut sebagai kebutuhan masyarakat akan uang tunai.
1. Permintaan Uang
Seperti yang sudah dijelaskan diatas , permintaan uang itu adalah suatu kebutuhan
masyarakat akan uang tunai. Berdasarkan teorinya, permintaan uang ini dibagi menjadi dua
bagian yaitu teori kuantitas uang klasik dan teori uang keynesian. Sebelum menjelaskan teori
kuantitas uang klasik dan teori uang keynesian, kami akan menjelaskan beberapa hal yang
mempengaruhi permintaan uang, diantaranya adalah sbb:
a) Pendapatan Rill, semakin tinggi pendapatan permintaan akan uang akan semakin besar.
Ini dikarenakan konsumsi dan tabungan akan bertambah seiring dengan meningkatnya
pendapatan.
b) Tingkat Suku Bunga, semakin tinggi suku bunga permintaan akan uang untuk motif
spekulasi akan berkurang. Hal ini dikarenakan tingginya suku bunga akan membuat biaya
pinjaman uang untuk berspekulasi semakin bertambah mahal. Selain itu, jika tingkat suku
bunga tinggi, orang akan lebih baik memilih untuk menabung di bank daripada untuk
berspekulasi.
c) Tingkat Harga Umum, semakin tinggi tingkat harga umum, permintaan akan uang akan
semakin bertambah. Hal ini dikarenakan harga barang dan jasa bertambah mahal, dan untuk
membelinya diperlukan uang yang lebih banyak pula dan mengakibatkan permintaan akan
uang juga semakin bertambah.
d) Dll

1) Teori Kuantitas Uang ( Teori Uang Klasik )


Teori kuantitas uang disebut juga dengan teori Uang Klasik. Sebelumnya sudah dijelaskan
mengenai beberapa hal yang mempengaruhi permintaan akan uang, diantaranya adalah
pendapatan rill, tingkat suku bunga dan juga tingkat harga. Namun pada teori kuantitas uang
ini, Irving fisher mengasumsikan bahwa keberadaab akan uang pada hakikatnya adalah flow
concept, yaitu tingkat permintaan uang tidak dipengaruhi oleh tingkat suku bunga, akan tetapi
besar kecilnya permintaan uang ditentukan oleh besarnya kecepatan perputaran uang tersebut,
selain itu tingkat harga dalam teori ini juga berpengaruh. Teori ini didasarkan pada hukum
SAY yaitu bahwa ekonomi akan selalu berada dalam full employement.
Untuk lebih jelasnya Irving fisher merumuskan teorinya di dalam persamaan yang sederhana,
yaitu sbb:

MV = PT

Dimana :
M : Jumlah uang yang diminta
V : Tingkat Perputaran Uang, yaitu maksudnya berapa kali suatu mata uang berpindah tangan
dalam satu periode
P : Tingkat Harga
T : Volume barang yang menjadi objek transaksi.
Dari persamaan diatas dapat disimpulkan bahwa, jumlah unit barang yang ditransaksikan (T)
dikalikan dengan harganya (P) harus selalu sama dengan jumlah uang (M) dengan kecepatan
perputarannya (V). Atau dengan kata lain, pembayaran yang dilakukan oleh pembeli ( total
pengeluaran = MV) adalah identik atau sama dengan penerimaan oleh penjual (nilai barang
yang dibeli= PT).
2) Teori Permintaan Uang Keynes
Permintaan uang dalan teori ini dikemukakan oleh John Maynard Keynes, teori ini
berbanding terbalik dengan teori kuantitas uang. Kalau pada kuantitas uang tidak
diperlukannya tingkat suku bunga, lain halnya dengan teori ini, di dalam teori ini tingkat suku
bunga sangat berpengaruh terhadap perilaku masyarakat untuk memilih memegang uang
tunai atau surat-surat berharga.
Penekanan faktor tingkat bunga terhadap keinginan memegang uang inilah yang
memungkinkan analisis permintaan uang sebagai alat untuk memeroleh keuntungan.
Permintaan uang menurut John Maynard Keynes ini adalah sejumlah uang yang diminta
masyarakat untuk keperluan transaksi, berjaga-jaga, dan juga unutk spekulasi di dalam
sebuah perekonomian. Menurut Keynes ada 3 motif yang mempengaruhi tingkat permintaan
uang, diantaranya yaitu :
a) Motif Transksi ( Transaction Motive )
b) Motif Berjaga-jaga (Precautionary Motive)
c) Motif Spekulasi ( Speculative Motive)
Dikarenakan adanya tiga motif inilah yang menyebabkan timbulnya tiga macam demand
terhadap permintaan uang. Diantaranya yaitu :
a) Demand Untuk Transaksi
b) Demand untuk Keperluan Berjaga-Jaga
c) Demand untuk Keperluan Spekulasi
a. Motif Transaksi ( Transaction Motive )
Motif ini timbul karena uang digunakan untuk melakukan pembayaran secara reguler
terhadap transaksi yang dilakukan. Besarnya permintaan uang untuk tujuan transaksi ini
ditentukan oleh besarnya tingkat pendapatan ( MDt = f(Y) ), artinya semakin besar tingkat
pendapatan yang dihasilkan, maka jumlah uang diminta untuk transaksi juga mengalami
peningkatan demikian sebaliknya.
b. Motif Berjaga-jaga ( Precautionary Motive )
Selain untuk membiayai transaksi, maka uang diminta pula oleh masyarakat untuk keperluan
di masa mendatang yang sifatnya berjaga-jaga. Menurut Keynes jumlah uang yang dipegang
unutk berjaga-jaga tergantung dari tingkat pendapatan. Semakin tinggi pendapatan seseorang,
maka semakin tinggi pula uang yang dipegang untuk berjaga-jaga di masa yang akan datang.
Dari penjelasan diatas adapat disimpulkan dengan persamaan sbb ( MDp = f(Y) ).
c. Motif Spekuliasi ( Spekulative Motive )
Pada suatu sistem ekonomi modern dimana lembaga keuangan masyarakat sudah mengalami
perkembangan yang sangat pesat mendorong masyarakatnya untuk menggunakan uangnya
bagi kegiatan spekulasi, yaitu disimpan atau digunakan untuk membeli surat-surat berharga,
seperti obligasi pemerintah, saham, atau instrumen lainnya. Faktor yang mempengaruhi
besarnya permintaan uang dengan motif ini adalah besarnya suku bunga, dividen surat-surat
berharga, ataupun capital gain, fungsi permintaannya adalah ( MDs = f(i) ).
Hubungan antara permintaan uang untuk spekulasi dengan suku bunga adalah negative.
Artinya setiap adanya kenaikan suku bunga, maka permintaan uang untuk spekulasi akan
berkurang. Dan begitupun sebaliknya, apabila tingkat suku bunga menurun, maka permintaan
uang untuk spekulasi akan meningkat. Dari pr=enjelasan ini dapat ditulis dengan persamaan (
N = R/i ), dimana N itu adalah harga/nilai surat berharga, R adalah pendapatan dari surat
berharga dan juga i adalah suku bunga dari surat berharga.

MD = MDt + MDp + MDs

Dari ketiga motif diatas, maka formula untuk permintaan uang secara total menurut
Keynes adalah:
Atau dapat juga dirumuskan sbb :

L = L1 + L2

Dimana :
L1 = L1 (Y)
L2 = L2 (i)
Sehingga :
L = L1(Y) + L2 (i)
L = L (Y, i )
 L1 : Permintaan akan uang untuk transaksi dan berjaga-jaga yang ditentukan oleh
pendapatan (Y)
 L2 : Permintaan akan uang untukspekulasi yang dipengaruhi oleh tingkat bunga ( i )
2. Penawaran Uang
Pada hakikatnya, penawaran uang adalah jumlah uang yang tersedia dalam suatu
perekonomian. Kita telah mengenal kebijakan moneter, yaitu kebijakan yang bertujuan untuk
mengatur penawaran uang / mengatur jumlah uang yang beredar. Jadi penawaran uang
merupakan tugas pemerintah melalui bank sentral (Bank Indonesia).
Yang dimaksud dengan penawaran uang disini adalah jumlah uang yang beredar di
masyarakat. Perubahan jumlah uang yang beredar secara garis besar dipengaruhi oleh uang
inti dan pelipat uang. Besarnya uang inti sangat tergantung pada tindakan-tindakan yang
ditentukan oleh pemerintah khususnya bank sentral. Pelipat uang, di lain pihak, disamping
dipengaruhi oleh perilaku bank sentral juga ditentukan oleh perilaku agen-agen ekonomi
lainnya seperti bank umum dan masyarakat domestic.
Sangat perlu dipahami bahwa konsep uang sangat terkait pada konsep likuiditas. Suatu asset
likuid adalah asset yang dengan mudah dapat diuangkan dengantanpa kehilangan risiko rugi.
Pada satu sisi ekstrim dari spectrum likuiditas, uang tunai adalah asset yang paling likuid
dengan daya beli penuh. Pada tingkat spektrum likuiditas moderat kita mengenal uang kuasi
yang secara definitive tidak secara langsung berfungsi sebagai medium of exchange. Pada sisi
ekstrim lainnya kita mengenal asset-aset fisik yang sangat tidak likuid sebagai alat pertukaran
seperti rumah, tanah, obligasi jangka panjang dan sebagainya.
a. Kurva penawaran uang
Kurva penawaran uang pada umumnya memiliki slope positif. Seperti halnya kurva
permintaan uang, jumlah uang yang beredar juga dipengaruhi oleh tingkat bunga.
b. Pergeseran kurva penawaran uang
Faktor-faktor yang mempengruhi pergeseran kurva penawaran uang, adalah:
 Tingkat Bunga
Merupakan faktor utama yang mempengaruhi jumlah uang yang beredar dalam
perekonomian. Jika tingkat bunga terlalu tinggi, dunia usaha akan lesu.
 Tingkat Inflasi
Inflasi yang tinggi dapat melumpuhkan perekonomian. Daya beli masyarakat menjadi rendah
dan perusahaan tidak dapat menjual barang dan jasa yang ditawarkannya.
 Tingkat Produksi dan Pendapatan Nasional
Bila tingkat produksi dan pendapatan nasional rendah, pemerintah mungkin akan
memperbanyak jumlah uang yang beredar. Dengan tujuan untuk menggairahkan dunia
perbankan dan dunia usaha (melalui peningkatan suku bunga dan peningkatan harga).
 Kondisi Kesehatan Dunia Perbankan
Setiap bank diharuskan memiliki cadangan uang yang cukup untuk menjaga dana nasabah
agar tetap aman. Bank Indonesia menetapkan tingkat sadangan tertentu, yang sekaligus
menjadi pengukur kesehatan bank.
 Nilai Tukar Rupiah
Jika nilai tukar rupiah menurun, pemerintah akan menurunkan jumlah rupiah yang beredar,
sehingga sesuai hukum keseimbangan permintaan dan penawaran. Tingkat bunga akan naik
dan nilai rupiah pun terangkat.
Penawaran uang merupakan suatu variabel ekonomi yang mempengaruhi :
 Suku Bunga
 Nilai Tukar
 Inflasi, dan
 Output Barang dan Jasa.
Fluktuasi pada penawaran uang akan berdampak pada keuntungan investasi, harga barang
dan jasa, dan secara umum pada kesejahteraan/pertumbuhan ekonomi. pada akhirnya bank
sentral akan mencoba untuk mengendalikan penawaran uang. Lalu bagaimana bank sentral
mengendalikan penawaran uang? sebelum menjawab pertanyaan ini kita harus tahu faktor
apa saja yang mempengaruhinya dan bagaimana bank sentral menaikkan atau menurunkan
JUB.
Disini kita akan mengidentifikasi bagaimana proses yang terjadi dari monetary base menjadi
penawaran uang. Ada 3 pelaku dalam penawaran uang ini yaitu:
1. Bank Sentral
2. Lembaga Keuangan/Bank Umum
3. Lembaga Keuangan Non Bank
Dalam penawaran uang, memang bank sentral memegang kendali atas monetary base dan
money supply tapi hal ini tidak cukup karena bank umum dan lembaga keuangan non bank
juga punya peran yang penting dalam menentukan jumlah uang yang beredar.
3. Menurunkan Kurva LM
Kurva LM menunjukkan kombinasi antara tingkat bunga (i) dan tingkat pendapatan (Y)
dengan keseimbangan pada pasar uang. Untuk menurunkan kurva LM kita mulai dengan
pasar uang.
Penawaran uang money supply (Ms) ditentukan oleh bank sentral. Karena penyuplai uang itu
adalah bank sentral. Permintaan uang / money demand (Md) ditentukan oleh tingkat
pendapatan. Kesimbangan antara money demand dan money supply katakan pada tingkat
bunga 10%. Jadi keseimbangan pasar uang yang pertama terjadi saat tingkat bunga 10% dan
tingkat pendapatan Y1.
Kurva LM menunjukkan kombinasi dari i dan Y dengan keseimbangan pada pasar uang yaitu
tingkat bunga 10% dan pendapatan sebesar Y1. Jadi point menggambarkan point ketika pasar
uang ekuilibrium ditandai pada tingkat pendapatan Y1. Jika pendapatan naik menjadi Y2,
maka permintaan barang dan jasa juga naik. Kenaikan permintaan barang dan jasa ini akan
menyebabkan transaksi permintaan uang akan naik. Pada kurva ditunjukkan dengan bergeser
kurva money demand ke kanan, dengan pendapatan sebesar Y2.
Permintaan uang yang naik, akan menyebabkan bank maupun penerbit bond akan menjual
bond. Jika bond dijual, maka harga bond akan turun. Untuk menarik kembali uang yang
beredar di masyarakat, maka bank akan menaikkan tingkat bunga, misalkan menjadi 15%.
Sehingga di dapat kesimbangan pasar uang yang kedua yaitu saat tingkat bunga sebesr 15%
dan pendapatan sebesar Y2.Kedua point ini dihubungkan dan terbentuklah kurva LM.
Jadi menurut teori preferensi likuiditas, jika tingkat pendapatan naik, maka tingkat bunga
juga naik. Pendapatan yang naik, akan menaikkan permintaan uang dan kemudian menaikkan
tingkat bunga keseimbangan.
4. Pergerakan dan Pergeseran Kurva LM
Tingkat harga sangat mempengaruhi terjadinya Pergeseran pada Kurva LM. Misalnya adalah
sbb:
 Adanya perubahan dalam parameter h dan k melalui perubahan slope kurva LM. Jika
k naik maka kurva LM akan bergeser ke kiri (begitupun sebaliknya). Jika h naik maka
kurva LM akan bergeser ke kanan begitupun sebaliknya.
 Adanya perubahan permintaan uang untuk spekulasi otonom (LO). Jika Lo meningkat
dan yang lain tetap, kurva LM akan bergeer ke kanan dan begitupun ebaliknya.
 Adanya perubahan penawaran uang, jika penawaran uang meningkat maka kurva LM
akan bergeer ke kanan dan begitupun sebaliknya.
Selain itu peningkatan jumlah uang juga akan menggeser kurva LM kebawah. Hal ini
dikarenakan karena keseimbangan di pasar uang bahwa disaaat tingkat penawaran uang rill
tertentu, terjadinya peningkatan pendapatan ( yang meningkatkan permintaan terhadap uang)
dan yang akan menjadikan peningktan terhadap suku bunga.

Anda mungkin juga menyukai