Anda di halaman 1dari 21

“Pembelajaran dan Keterampilan Abad 21: Tantangan Pendidik Masa Depan”

*Oleh: Badrud Tamam


ade_badrud@yahoo.com
SMP Negeri 1 Ciruas, Kab. Serang-Banten

ABSTRAK
Keterampilan abad 21 diterjemahkan sebagai keterampilan yang dibutuhkan untuk
survive dalam menghadapi segala tantangan masyarakat global abad ke 21.
Keterampilan ini berimplikasi pada proses pendidikan yang tidak hanya
memfokuskan diri pada pembelajaran konvensional yang bersifat kognitif, seperti
membaca dan berhitung. Akan tetapi, pendidikan diarahkan pada isu-isu
kontemporer seperti kesadaran global, ekonomi serta kepedulian terhadap
lingkungan. Melalui keterampilan abad 21 ini, diharapkan siswa mampu
mempraktekan pengetahuannya, untuk memahami dan memberikan solusi pada
tantangan di dunia nyata. Keterampilan tersebut diantaranya; Berfikir kritis dan
pemecahan masalah, Kreatif dan inovatif. Kolaborasi, pemanfaatan TIK serta
berorientasi menunjang karir. Metode dalam penulisan makalah ini menggunakan
kajian literatur dalam arti mengkaji dan menganalisis berdasarkan sumber-sumber
rujukan. Berdasarkan hal tersebut, maka paradigma pembelajaran abad 21,
hendaknya mengembangkan dan menekankan kepada kemampuan siswa untuk
berpikir kritis, mampu menghubungkan pengetahuan ilmu dengan dunia nyata,
menguasai teknologi informasi komunikasi, dan berkolaborasi atau bekerjasama.
Melalui pembelajaran yang berorientasi proses dan keaktifan siswa, serta
pengembangan kompetensi dan keterampilan baik yang bersifat soft skill maupun
hard skill, sangat strategis dalam mengantisipasi dan mempersiapkan siswa dalam
menghadapi tantangan kehidupan yang semakin kompleks abad 21.

Kata kunci: Keterampilan Abad 21, Berfikir Kritis, Kreatif dan Kolaboratif

A. Pendahuluan
Pendidikan merupakan salah satu bentuk perwujudan kebudayaan manusia, yang
dinamis dan sarat perkembangan. Oleh karena itu perubahan atau perkembangan
pendidikan adalah hal yang memang seharusnya terjadi, sejalan dengan perubahan
kehidupan itu sendiri. Perubahan dalam arti perbaikan pendidikan, pada semua aspek
perlu terus menerus dilakukan. Pendidikan yang mampu mendukung pembangunan
dimasa mendatang adalah pendidikan yang mampu mengembangkan potensi peserta
didik, sehingga peserta didik mampu menghadapi dan memecahkan permasalahan
kehidupan yang dihadapinya.
Pendidikan harus menyentuh potensi-potensi yang dimiliki peserta didik, konsep
pendidikan tersebut terasa semakin penting, ketika peserta didik harus memasuki
kehidupan di masyarakat. Hal tersebut dikarenakan siswa harus mampu menerapkan apa

21
yang dipelajari di sekolah, untuk menghadapi problema yang dihadapi dalam kehidupan
sehari-hari saat ini maupun yang akan datang.
Pendidikan yang diselenggarakan harus mampu mencetak para lulusan sesuai
yang diharapkan, sebagaimana dituangkan dalam Undang-Undang RI no. 20 tahun 2003
tentang Sistem Pendidikan Nasional, Bab II Pasal 3 mengenai dasar, fungsi dan tujuan
Pendidikan Nasional menyatakan bahwa :
Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk
watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan
kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar
menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa,
berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga
negara yang demokratis serta bertanggung jawab (UU Sisdiknas No. 20 Tahun
2003)

Pencapaian tujuan pendidikan sangat dipengaruhi oleh berbagai faktor,


yang kerap muncul saling berkaitan dan bersamaan. Salah satunya faktor pendidik
yang sangat berperan signifikan, sebagai ujung tombak mewujudkan keberhasilan
pencapaian tujuan pendidikan nasional tersebut. Terlebih tuntutan guru sebagai
pendidik professional menurut undang-undang guru dan dosen No. 14 Tahun
2005, pasal 6 dijelaskan bahwa guru sebagai tenaga profesional bertujuan untuk
melaksanakan sistem pendidikan nasional dan mewujudkan tujuan pendidikan
nasional, yaitu berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang
beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat,
berilmu, cakap, kreatif, mandiri, serta menjadi warga negara yang demokratis dan
bertanggung jawab. Lebih lanjut dijelaskan dalam undang-undang tersebut, bahwa
guru professional hendaknya memiliki dan menguasai seperangkat kompetensi.
Kompetensi guru sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8 meliputi kompetensi
pedagogik, kompetensi kepribadian, kompetensi sosial, dan kompetensi
professional.
Pada kenyataanya, mutu pendidikan masih sering diukur dengan hanya
menekankan pada hasil belajar, yang diperoleh melalui tes hasil belajar. Evaluasi
sering memusatkan pada hasil dan mengabaikan proses belajar yang sebenarnya
merupakan inti dari proses strategi pembelajaran itu sendiri. Di sisi lain, peserta
didik dihadapkan pada tantangan masyarakat abad 21, dimana siswa tidak saja
dituntut mampu survive dalam menghadapi kehidupan global yang teramat

21
kompleks, serta harus mampu hidup dan berkembang sesuai tuntutan zamanya.
Jelas hal ini berimplikasi pada proses pendidikan, yang tidak hanya memfokuskan
diri pada pembelajaran konvensional yang bersifat kognitif. Seperti menghafal
konsep, membaca dan berhitung. Akan tetapi, hendaknya pendidikan diarahkan
pada isu-isu kontemporer seperti kesadaran global, ekonomi atau keuangan,
kesehatan dan kepedulian terhadap lingkungan.
Sebagai salah satu upaya mempersiapkan siswa menghadapi tuntutan abad
21, perlu kiranya konsep pembelajaran dan keterampilan yang mampu
menumbuhkembangkan seluruh potensi yang dimilili oleh siswa. Melalui
keterampilan abad 21 ini, diharapkan peserta didik mampu mempraktekan
pengetahuannya untuk memahami dan memberikan solusi pada tantangan di dunia
nyata. Jika dilihat dari konteks tantangan ke depan, maka pembelajaran yang
berorientasi proses dan keaktifan siswa, serta pengembangan kompetensi dan
keterampilan baik yang bersifat soft skill maupun hard skill, sangat strategis dalam
mengantisipasi dan mempersiapkan siswa dalam menghadapi tantangan
kehidupan yang semakin kompleks. Tentu saja untuk menyikapi hal tersebut,
bukan tanpa tantangan bagi pendidik dalam mengimplementasikanya. Hal ini
yang menjadi ketertarikan bagi penulis untuk menelisik dan mendeskripsikan
lebih jauh, bagaimana sebenarnya konsep pembelajaran dan keterampilan abad 21,
sehingga guru mampu berperan strategis dalam upaya mempersiapkan generasi
mendatang, agar mampu bersaing dalam kancah global abad 21.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan diatas, untuk
mengarahkan pembahasan maka perumusan masalah dalam penulisan ini adalah :
1. Bagaimana konsep pembelajaran dalam konteks keterampilan Abad 21?
2. Bagaimana guru sebagai tenaga professional mengimplementasikan
pembelajaran dan keterampilan abad 21?
3. Apa saja tantangan guru professional dalam upaya mengimplementasikan
Pembelajaran dan Keterampilan Abad 21?

21
C. Tujuan Penulisan
Secara umum tujuan penulisan ini, diharapkan adanya deskripsi mengenai
konsep guru sebagai tenaga professional, mengimplementasikan tantangan
pembelajaran dan keterampilan abad 21, sedangkan tujuan khusus dalam
penulisan makalah ini sebagai berikut:
1. Mengetahui konsep pembelajaran dalam konteks keterampilan Abad 21.
2. Mengetahui bagaimana guru sebagai tenaga professional,
mengimplementasikan pembelajaran dan keterampilan abad 21.
3. Mengetahui tantangan serta upaya apa saja yang harus dilakukan guru
sebagai tenaga professional, dalam upaya mengimplementasikan
pembelajaran dan ketarampilan abad 21.

D. Manfaat Penulisan
Adapun manfaat yang diharapkan dari penulisan makalah ini, diantaranya sebagai
berikut:
1. Memberikan deskripsi tentang guru sebagai pendidik professional
mengimplementasikan pembelajaran dan keterampilan abad 21.
2. Menggugah dan menginspirasi bagi rekan-rekan guru agar selalu
mengembangkan kompetensi yang dimiliki, sebagai upaya mewujudkan
guru sebagai tenaga professional.
3. Sebagai sarana sumbangsih pemikiran penulis, dalam mengemukakan
gagasan dan saran serta aktualisasi diri sebagai bentuk pengabdian sebagai
pendidik dan perwujudan profesionalisme guru.

E. Metode Penulisan
Sesuai dengan deskripsi tujuan penulisan ini yakni mencari,
mendeskripsikan serta menganalisis informasi, sumber rujukan serta gagasan-
gagasan tentang keterampilan dan pembelajaran abad 21, serta relevan dengan
tema penulisan, maka metode yang digunakan dalam penyusunan makalah berupa
kajian pustaka. Secara sederhana kajian pustaka diartikan sebagai segala upaya
yang dilakukan oleh peneliti untuk memperoleh dan menghimpun segala

21
informasi tertulis yang relevan dengan malasah yang di teliti. Ibnu, dkk, (2003;
23). Senada dengan hal tersebut, Triyono (2003; 383) mengemukakan bahwa
kajian pustaka merupakan kegiatan kajian literatur yang menimbulkan gagasan,
untuk menyusun kerangka pemecahan masalah.
Selain hal tersebut, Sugiyono (2009; 59) menambahkan kriteria dalam
melakukan kajian literature atau kajian pustaka yang merupakan kegiatan
menghimpun informasi dapat diperoleh dari berbagai sumber. Sumber rujukan
yang baik harus memenuhi tiga kriteria, yakni relevansi, kelengkapan dan
kemutakhiran (terkecuali dalam meteodologi penelitian sejarah). Relevansi erat
kaitanya dengan kecocokan antara variable dan landasan teori yang dikemukakan.
Kelengkapan berkaitan dengan banyaknya sumber rujukan, dan kemutakhiran
berkaitan dengan dimensi wakti. Semakin baru sumber rujukan yang digunakan
semakin mutakhir informasi, gagasan atau teori yang dikemukakan. Dari deskrpisi
tersebut, dapat dikemukakan kesimpulan bahwa kajian pustaka memiliki peranan
penting dalam keabsahan suatu penulisan, gagasan bahkan hasil penelitian tentu
saja selain dari data pendukung.

F. Tinjauan Literatur
a. Pembelajaran dalam Konteks Keterampilan Abad 21
Keterampilan abad 21 diterjemahkan secara sederhana, merupakan
keterampilan yang diperlukan untuk menghadapi segala tantangan yang ada di
masyarakat global abad ke 21. Secara spesifik keterampilan abad 21 diartikan oleh
Bernie Triling dan Charles Fadel (2009), sebagai berikut : keterampilan abad 21
merupakan keterampilan yang dibutuhkan untuk survive dalam menghadapi
kehidupan global yang teramat kompleks, keterampilan ini berimplikasi pada
proses pendidikan yang tidak hanya memfokuskan diri pada kegiatan
pembelajaran konvensional yang bersifat kognitif seperti membaca, berhitung dan
menulis, akan tetapi pendidikan diarahkan pada isu-isu kontemporer seperti
kesadaran global, ekonomi atau keuangan, kesehatan dan kepedulian terhadap
lingkungan, melalui keterampilan abad 21 ini diharapkan peserta didik mampu

21
mempraktekan pengetahuannya untuk memahami dan memberikan solusi pada
tantangan di dunia nyata.
Lebih lanjut Trilling dan Fadel (2009; 48) menjelaskan bahwa,
keterampilan abad 21 adalah keterampilan belajar dan berinovasi. Keterampilan
ini berkenaan dengan kemampuan berfikir kreatif dan kemampuan memecahkan
masalah, kemampuan berkomunikasi, berkolaborasi dan kemampuan untuk
berkreativitas dan berinovasi. Ketiga keterampilan ini, diyakini merupakan
keterampilan utama, yang dapat menjawab berbagai tantangan hidup baik dari
dimensi ekonomi, sosial, politik maupun dimensi pendidikan. Oleh sebab itu,
proses pembelajaran hendaknya diorientasikan untuk membekali siswa dengan
ketiga keterampilan tersebut disamping membekali siswa dengan pengetahuan
tertentu.
Lebih jauh Trilling dan Fadel (2008) merinci keterampilan abad 21 yang di
adaptasi dari 21st Century Skill Education & Competitiveness; a resource and
Policy Guide, 2008. Bahwa kemampuan berfikir kreatif dan kemampuan
memecahkan masalah, sebagai salah satu orientasi pembelajaran modern secara
lebih luas akan membekali siswa dengan keterampilan lain yang lebih kecil yang
melingkupinya. Keterampilan yang dimaksud adalah keterampilan menggunakan
berbagai alasan secara efektif, keterampilan berfikir secara sistematik,
keterampilan mempertimbangkan dan membuat keputusan, dan keterampilan
memecahkan masalah. Keterampilan berkomunikasi dan berkolaborasi
dimaksudkan untuk membekali siswa agar mampu berkomunikasi, untuk berbagai
tujuan secara jelas dan efektif. Baik dalam hal berbicara, menulis, membaca
maupun menyimak dan membekali siswa agar mampu berkolaborasi dengan
orang lain sehingga siswa akan mampu bekerja secara efektif dalam kelompok,
melakukan negoisasi secara efektif dan mampu menghargai peran orang lain
dalam kelompoknya. Kemampuan berkreativitas dan berinovasi dimaksudkan
untuk membekali siswa agar mampu berfikir kreatif, bekerja kreatif dengan orang
lain dan mampu menghasilkan.
Kemampuan kedua yang menjadi fokus kompetensi pembelajaran abad ke
21 adalah keterampilan dalam menguasai media, informasi dan tekhnologi.

21
Berkenaan dengan keterampilan ini, Trilling and Fadel (2009; 65) menjelaskan
bahwa, keterampilan ini menghendaki siswa dimasa mendatang ‘melek’
informasi, ‘melek’ media dan TIK. Kemampuan ‘melek’ informasi mencakup
keterampilan mengakses informasi secara efektif dan efisien. Kompeten menilai
dan mengkritisi informasi dan kemampuan menggunakan informasi secara akurat
dan kreatif. Kemampuan ‘melek’ media mencakup kemampuan untuk
menggunakan media sebagai sumber belajar dan menggunakan media sebagai alat
komunikasi, berkarya dan berkreativitas. Keterampilan ‘melek’ TIK, mencakup
kemampuan menggunakan TIK secara efektif baik sebagai alat penelitian, alat
berkomunikasi dan alat evaluasi serta memahami benar kode etik penggunaan
TIK.
Keterampilan ketiga, yang harus menjadi tujuan bagi proses pembelajaran
abad 21 adalah keterampilan berkehidupan dan berkarier. Trilling and Fadel
(2009; 75) menjelaskan bahwa keterampilan ini mencakup keterampilan hidup
dan berkarier secara fleksibel dan adaptif, berinisiatif dan mandiri, mampu
berinteraksi sosial dan lintas budaya, produktif dan akuntabel, serta memiliki jiwa
kepemimpinan dan tanggung jawab.
Senada dengan hal tersebut diatas, Abidin (2014; 11) menjelaskan bahwa
berdasarkan kompetensi abad 21 diatas. Pemerintah yang dalam hal ini
kemendikbud melakukan sejumlah terobosan guna meningkatkan mutu
pendidikan agar mampu bersaing, menghasilkan lulusan siap bersaing secara
global dimasa yang akan datang. Salah satu terobosan awal tersebut yakni melalui
pemberlakuan kurikulum 2013, dengan kata lain, pemberlakuan kurukulum 2013
sejatinya ditujukan untuk menjawab tantangan zaman terhadap pendidikan, yakni
untuk menghasilkan lulusan yang kompetitif, inovatif, kreatif, kolaboratif serta
berkarakter. Sebagai mana diilustrasikan dalam gambar pengetahuan dan
keterampilan abad 21, sebagai berikut;

21
Gambar 1. Keterampilan dan Pengetahuan Abad 21
Diadaptasi dari 21st Century Skill Education & Competitiveness; a resource and Policy
Guide, 2008; 13 (Trilling & Fadel, 2009; 47)

Senada dengan hal tersebut. Griffin, dkk (2012) menjelaskan bahwa,


pendidikan menghadapi tantangan baru untuk membekali keterampilan yang
diperlukan oleh masyarakat. Pendidikan harus membekali peserta didik dengan
keterampilan mengolah informasi dan menggunakan tekhnologi yang berkembang
di era global. Jika dilihat dari konteks tantangan ke depan, maka Pembelajaran
yang berorientasi proses dan keaktifan siswa, serta pengembangan kompetensi
dan keterampilan baik yang bersifat soft skill maupun hard skill, sangat strategis
dalam mengantisipasi dan menghadapi dan mempersiapkan siswa dalam
menghadapi tantangan kehidupan yang semakin kompleks abad 21. Hal ini
dikarenakan dalam Pembelajaran kedepan dituntut pencapaian sejumlah
kompetensi yang senada dengan tantangan diatas. Kompetensi-kompetensi
tersebut mencakup empat dimensi, yakni;
a) Dimensi Pengetahuan (Knowledge). Pengetahuan adalah kemahiran dan
pemahaman terhadap sejumlah informasi dan ide-ide. Tujuan pengetahuan
ini membantu siswa untuk belajar lebih banyak tentang dirinya, fisiknya dan
dunia sosial. Dimensi yang menyangkut pengetahuan sosial mencakup: (1)
fakta; (2) konsep; dan (3) generalisasi yang dipahami siswa.
b) Dimensi keterampilan (Skill). Keterampilan adalah pengembangan
kemampuan-kemampuan tertentu sehingga digunakan pengetahuan yang
diperolehnya. Keterampilan ini dalam kegiatan pembelajaran, terwujud
dalam bentuk kecakapan mengolah dan menerapkan informasi yang penting,
untuk mempersiapkan siswa menjadi warga negara yang mampu
berpartisipasi secara cerdas dalam masyarakat demokratis. Keterampilan
tersebut mencakup: Keterampilan meneliti, keterampilan berpikir,
keterampilan partisipasi sosial dan keterampilan berkomunikasi. Selain itu

21
beberapa keterampilan yang ada dan dikembangkan dalam pembelajaran
adalah :
 Keterampilan berpikir yaitu kemampuan mendeskripsikan,
mendefinisikan, mengklasifikasi, membuat hipotesis, membuat
generalisasi, memprediksi, membandingkan dan mengkontraskan, dan
melahirkan ide-ide baru.
 Keterampilan akademik yaitu kemampuan membaca, menelaah,
menulis, berbicara, mendengarkan, membaca dan menginterpretasi
peta, membuat garis besar, membuat grafik dan membuat catatan.

 Keterampilan penelitian yaitu mendefinisikan masalah, merumuskan


suatu hipotesis, menemukan dan mengambil data yang berhubungan
dengan masalah, menganalisis data, mengevaluasi hipotesis dan
menarik kesimpulan, menerima, menolak atau memodifikasi hipotesis
dengan tepat.

 Keterampilan sosial yaitu kemampuan bekerjasama, memberikan


kontribusi dalam tugas dan diskusi kelompok, mengerti tanda-tanda
non-verbal yang disampaikan oleh orang lain, merespon dalam cara-
cara menolong masalah yang lain, memberikan penguatan terhadap
kelebihan orang lain, dan mempertunjukkan kepemimpinan yang
tepat.

c) Dimensi nilai dan sikap (value and attitude). Merupakan seperangkat


keyakinan atau prinsip perilaku yang telah mempribadi dalam diri seseorang
atau kelompok masyarakat tertentu yang terungkap ketika berpikir dan
bertindak. Nilai adalah kemahiran memegang sejumlah komitmen yang
mendalam, mendukung ketika sesuatu dianggap penting dengan tindakan
yang tepat. Sedangkan sikap adalah kemahiran mengembangkan dan
menerima keyakinan-keyakinan, interes, pandangan-pandangan, dan
kecenderungan tertentu.

21
d) Dimensi tindakan (Action). Tindakan sosial ini merupakan dimensi
pembelajaran yang penting, karena tindakan sosial dapat memungkinkan
siswa menjadi aktif melalui cara berlatih secara kongkret dan praktik.

Berdasarkan pemaparan tersebut, maka paradigma pembelajaran abad 21


hendaknya mengembangkan dan menekankan kepada kemampuan siswa untuk
berpikir kritis, mampu menghubungkan pengetahuan ilmu dengan dunia nyata,
menguasai teknologi informasi komunikasi, dan berkolaborasi atau bekerjasama.
Pencapaian keterampilan tersebut dapat dicapai dengan penerapan metode
pembelajaran yang sesuai dari sisi penguasaan materi dan keterampilan.
Kemampuan menghubungkan ilmu dengan dunia nyata dilakukan dengan
mengajak siswa melihat kehidupan dalam dunia nyata. Memaknai setiap materi
ajar terhadap penerapan dalam kehidupan penting untuk mendorong motivasi
belajar siswa. Secara khusus pada dunia pendidikan dasar yang relatif masih
berpikir konkrit, kemampuan guru menghubungkan setiap materi ajar dengan
kehidupan nyata akan meningkatkan penguasaan materi oleh siswa, Patrick
Griffin & Barry McGaw (2012).
Secara lebih terperinci, berikut keterampilan belajar yang hendaknya dapat
dikembangkan pembelajaran dalam konteks mempersiapkan tantangan kehidupan
pada abad 21;
a. Critical thinking and problem solving, (berfikir kritis dan pemecahan
masalah).
b. Creativity and innovation, (kreatif dan inovatif).
c. Collaboration, teamwork, and leadership. (kolaborasi, kerjasama tim dan
kepemimpinan)
d. Cross-cultural understanding, communications, information, and media
literacy, (pemahaman lintas budaya dan keilmuan, informasi dan kecerdasan
dalam memanfaatkan media).
e. Computing and ICT literacy, (computer dan Pemanfaatan ICT).
f. Career and learning self-reliance, (berorientasi menunjang karir dan belajar
tentang kepercayaan diri).

Selain itu, menurut Grifiin dkk (2012) menjelaskan ada 4 kategori


keterampilan yang diperlukan pada abad 21 diantaranya sebagai berikut;
1) Ways of thinking (Cara berpikir); Kreativitas, berpikir kritis, pemecahan
masalah, pengambilan keputusan dan belajar.

21
2) Ways of working (Cara kerja dan Komunikasi); Kolaborasi dan Komunikasi
(communication).
3) Tools for working (Alat untuk bekerja); Teknologi informasi dan komunikasi
(ICT) dan informasi literasi.
4) Skills for living in the world (Keterampilan untuk hidup bersama dan mampu
menyesuaikan dalam kehidupan global); Kewarganegaraan - lokal dan
global (citizenship – local and global), Kehidupan dan karier (life and
career), Personal dan tanggung jawab sosial-budaya, termasuk kesadaran
dan kompetensi (personal and social responcibility, including cultural
awarness and competence).

Sependapat dengan deskripsi diatas, Hosnan (2014; 87) mengemukakan


bahwa, keterampilan yang hendaknya dipersiapkan bagi siswa untuk menghadapi
tuntutan abad 21 adalah sebagai berikut:
a. Comunication skill (Keterampilan berkomunikasi)
Keterampilan komunikasi menuntut siswa untuk memahami, mengelola dan
menciptakan komunikasi secara efektif dalam berbagai bentuk, baik secara
lisan, tulisan dan multimedia. Dalam pembelajaranya siswa diberikan
kesempatan menggunakan kemampuan untuk mengutarakan ide-ide, baik
pada saat berdiskusi dengan temanya maupun ketika menyelesikan
permasalahanya.
b. Collaboration skill (Keterampilan bekerjasama)
Keterampilan bekerjasama menuntut siswa menunjukan kemampuanya
dalam kerja sama kelompok dan kepemimpinan, beradaptasi dengan
berbagai peran dan tanggung jawab, bekerja secara produktif dengan yang
lain, menempatkan empati pada tempatnya, menghormati perspektif
berbeda. Siswa juga menjalankan tanggung jawab pribadi dan fleksibilitas
secara pribadi, pada tempat belajar dan hubungan masyarakat, menetapkan
dan mencapai standard dan tujuan yang tinggi untuk diri sendiri dan orang
lain.
c. Critical thinking and Problem solving skill (keterampilan berfikir kritis dan
pemecahan masalah)
Keterampilan berfikir kritis dan pemecahan masalah, menuntut siswa
berusaha untuk memberikan penalaran yang masuk akal dalam memamahi

21
dan membuat pilihan rumit dan kompleks. Siswa diharapkan menggunakan
kemampuan yang dimilikinya, untuk berusaha menyelesaikan permasalahan
yang dihadapinya dengan madiri. Siswa juga memiliki kemampuan untuk
menyusun dan mengungkapkan, menganalisis dan menyelesaikan masalah.
d. Creativity and Innovation skill (kreatifitas dan keterampilan berinovasi)
Kreatifitas dan keterampilan berinovasi menuntut siswa memiliki
kemampuan untuk mengembangkan, melaksanakan dan menyampaikan
gagasan-gagasan baru kepada orang lain. Bersikap terbuka dan responsive
terhadap perpspektif baru dan berbeda.

b. Profesionalisme guru dalam mengimplementasikan pembelajaran dan


keterampilan abad 21
Sesuai dengan kebijakan pembangunan yang mempriorotaskan
pengembangan sumber daya manusia (SDM) sebagai prioritas pembangunan
nasional, maka kedudukan dan peran guru semakin bermakna strategis dalam
mempersiapkan SDM yang berkualitas. Disadari atau tidak, bahwa guru
merupakan kunci utama keberhasilan pengembangan sumber daya manusia
berkualitas. Oleh karena itu, harapan keberhasilan pendidikan sering dibebankan
pada guru, lagi-lagi letak profesionalisme guru jadi pertaruhan. Salah satu hal
mendasar yang penting disikapi oleh guru adalah kesiapan mindset dan mental
terhadap perubahan yang terjadi saat ini. Guru tidak boleh terjebak dalam rutinitas
dan formalitas. Karena pada kenyataanya, dilapangan masih banyak dijumpai guru
yang belum selesai dengan urusannya sendiri. Masih sibuk untuk hal-hal yang di
luar konteks menciptakan pembelajaran yang efektif. Masih banyak guru yang
enggan meng up date informasi atau meningkatkan pengetahuan dan keterampilan
terkait profesionalismenya sebagai pendidik. Guru diharapkan bisa menyiapkan
dan membuka diri terhadap beberapa kemungkinan terjadinya perubahan. Terlebih
dengan adanya peningkatan tunjangan kesejahteraan guru (baca; tunjangan
sertifikasi), semakin menjadikan guru sorotan utama dalam kemajuan pendidikan.
Berdasarkan peraturan pemerintah No. 74 tahun 2008 pasal 1 bahwa guru
merupakan pendidik profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar,

21
membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik.
Lebih lanjut dalam pasal 2 dan 3 disebutkan bahwa; guru wajib memiliki
kompetensi yang merupakan seperangkat pengetahuan, keterampilan dan perilaku
yang harus dimiliki, dihayati, dikuasai dan diaktualisasikan oleh guru.
Kompetensi guru yang dimaksud pada ayat 1 pasal 3 tersebut meliputi kompetensi
pedagogik, kompetensi kepribadian, kompetensi sosial dan kompetensi
profesional. Senada dengan hal tersebut Undang-undang No. 14 Tahun 2005
tentang guru dan dosen pasal 20, mendeskripsikan bahwa dalam melaksanakan
tugas keprofesionalan guru berkewajiban merencanakan pembelajaran,
melaksanakan proses pembelajaran yang bermutu, serta menilai dan mengevaluasi
hasil pembelajaran. Kaitanya dengan impelementasi pembelajaran dan
keterampilan abad 21, kompetensi professional guru jelas sangat berkaitan dengan
tuntutan sekaligus tantangan guru sebagai pendidik professional, agar mampu
memiliki kecakapan untuk mengimplementasikan pembelajaran dan keterampilan
abad 21. Kecakapan tersebut sebagaimana di deskripsikan Kemendikbud (2017),
diantaranya yaitu:
1. Mampu merancang dan mengembangkan pengalaman belajar dan penilaian,
baik secara manual maupun berbasis komputer/digital dengan
mengintegrasikan alat dan sumber belajar yang relevan, dengan tujuan
mendorong siswa memiliki keterampilan berpikir lebih tinggi dan lebih
kreatif.
2. Mampu memfasilitasi, menginspirasi serta menumbuhkan kreatifitas siswa
sesuai karakter kecakapan yang dibutuhkan. Dengan upaya melibatkan
peserta didik dalam mengkaitkan pengetahuan yang diperolehnya dengan isu
dunia nyata atau real world termasuk dalam penggunaan tekhnologi secara
efektif.
3. Merancang atau mendesain alat evaluasi yang variatif sesuai tuntutan
kompetensi serta mampu mengolahnya, sehingga memberikan informasi
yang berguna bagi siswa maupun pembelajaran secara umum.
4. Menjadi model cara belajar dan bekerja dengan berkolaborasi dengan siswa,
teman sejawat serta komunitas, dalam upaya memanfaatkan system

21
tekhnologi dan pengetahuan kedalam situasi baru yang mendorong
keberhasilan dan inovasi termasuk dalam penggunaan tekhnologi.
5. Berpartisipasi aktif dalam pengembangan dan kepemimpinan professional
pada masyarakat lokal dan global sebagai upaya meningkatkan mutu
pembelajaran, berkontribusi secara efektif dan selalu melakukan
pembaharuan diri terkait dengan profesi guru baik di sekolah maupuan
dilingkungan masyarakat.

c. Tantangan Guru professional dalam konteks pembelajaran dan


keterampilan abad 21
Selain dari faktor tantangan kompetensi yang hendaknya dimiliki oleh
siswa, dalam menyongsong dinamika perubahan abad 21. Faktor guru pun
menjadi ujung tombak atau garda terdepan di dalam keberhasilan proses
pembelajarn khususnya dan dunia pendidikan pada umumnya. Guru hendaknya
mampu memberikan pengetahuan, sikap dan perilaku dan keterampilan melalui
strategi dan pola pembelajaran yang sesuai dengan tuntutan dan perkembangan
abad 21. Guru sebagai pendidik professional diharapkan selalu memiliki mindset
terbuka serta terus mengembangkan diri, sebagai upaya mempersiapkan peserta
didik agar mampu bersaing dalam kehidupan masyarakat global jelas
membutuhkan upaya yang tidak sederhana. Dibutuhkan keinginan, motivasi dan
tantangan untuk terus berinovasi serta meng up date setiap kompetensi yang
dimilikinya. Guru professional selalu menggunakan cara-cara kreatif dan inovatif
dalam menyampaikan setiap pengetahuan, keterampilan bahkan sikap kepada
siswa, termasuk kreativitas dalam menggunakan media pembelajaran. Karakteritik
pembelajaran yang efektif dapat dicapai jika guru memiliki ide kreatif dan inovatif
dalam menciptakan suasana belajar yang kondusif, bermakna dan menyenangkan
(meaningfull learning and joyfull learning).
Hosnan (2014; 2) menjelaskan bahwa dalam konteks pembelajaran dan
keterampilan abad 21, yang senada dengan paradigma perkembangan kurikulum
2013 utamanya melalui pendekatan saintifik dan kontekstual, siswa diharapkan
memiliki kompetensi seimbang antara attitude (sikap), skill (keterampilan), dan

21
knowledge (pengetahuan) yang jauh lebih baik dari sebelumnya, disamping itu
hasil belajarpun diharapkan melahirkan peserta didik yang produktif, kreatif dan
afektif melalui penguatan ranah sikap, keterampilan dan pengetahuan yang
terintegrasi. Tentu saja untuk menyikapi hal tersebut, bukan tanpa tantangan bagi
guru dalam mengimplementasikanya. Abidin (2014: 27-29) menjelaskan, minimal
ada tujuh tantangan besar bagi guru, dalam mengimplementasikan pembelajaran
dalam konteks keterampilan abad 21. Ketujuh tantangan tersebut antara lain
bahwa dalam kegiatan pembelajaranya, guru hendaknya berorientasi pada; 1)
konstruksi makna, 2) pembelajaran aktif, 3) akuntabilitas, 4) penggunaan
tekhnologi, 5) peningkatan kompetensi, 6) kepastian pilihan, dan 7) masyarakat
multikultur. (Arends, 2009; 7, dalam Abidin, 2014; 27).
Tantangan pertama bagi guru dalam mengimplementasikan pembelajaran
adalah bahwa guru harus memfasilitasi siswa, agar mampu mengkonstruksi
makna. Hal ini berarti konsep pembelajaran berbasis guru harus ditinggalkan.
Guru harus mampu menyelenggarakan pendidikan dengan beroirientasi pada
aktivitas siswa atau student centre, dalam menemukan dan menetapkan makna
secara mandiri. Sehingga proses pembelajaran, akan mampu membentuk
kemampuan berfikir tinggi pada diri siswa. Pandangan ini sejalan dengan
perpektif konstruktivisme yang beranggapan bahwa; pengetahuan bersifat agar
personal, sehingga maknanya dapat dikontruksikan oleh siswa melalui
pengalaman. Oleh sebab itu, belajar harus dimaknai sebagai kegiatan sosial dan
kultural tempat siswa mengkonstruksi makna yang dipengaruhi oleh interaksi
antara pengetahuan sebelumnya dan peristiwa yang baru terjadi. Belajar
seharusnya difokuskan bukan pada bagaimana individu berusaha memahami
sebuah fenomena, akan tetapi juga pada peran social siswa dalam pembelajaran.
Tantangan kedua adalah bahwa guru harus melaksanakan pembelajaran
dengan menetapkan model pembelajaran aktif, berbasis proses saintifik sebagai
model pembelajaran utama yang digunakan. Dalam perspektif ini, belajar
dianggap bukan sebagai siswa-siswa secara pasif menerima informasi dari guru.
Melainkan siswa yang terlibat aktif didalam pengelaman yang relevan dan
memiliki kesempatan untuk meneliti, bertanya dan berkarya, sehingga makna

21
dapat berkembang dan dikonstruksikan. Belajar berlangsung bukan di dalam
kelas-kelas yang pasif tetapi di dalam komunitas, yang ditandai oleh partisipasi
dan keterlibataan yang tinggi. Sejalan dengan hal tersebut, pembelajaran yang
dilaksanakan membutuhkan perubahan drastis pada perilaku guru. Dalam hal ini,
guru harus benar-benar menguasi dan menerapkan berbagai metode pembelajaran
aktif.
Tantangan ketiga adalah bahwa guru harus memiliki akuntabilitas yang
jelas. Maksud hal tersebut bahwa seorang guru haruslah benar-benar orang yang
memiliki kapabilitas di bidangnya. Tingkat kapabilitas ini, sangat banyak
dinyatakan dalam bentuk kepemilikian sertifikat profesi sebagai seorang guru.
Dimasa yang akan datang, bukti kapabilitas guru tidak akan sebatas dimilikinya
setifikasi guru, melainkan unjuk kerja langsung pengetahuan dan kemampuan
mereka tentang pedagogik, kompetensi profesionalisme konten mata pelajaran
yang akan diajarkan, serta kemampuan melaksanakan pembelajaran.
Dibeberapa Negara, untuk menjadi guru telah ditetapkan sejumlah
persayaratan, antara lain; 1) kemampuan menggunakan berbagai strategi
pembelajaran untuk mengembangkan kemampuan berfikir kritis dan problem
solving, 2) menguasai teknologi pendidikan, 3) keterampilan manajemen kelas, 4)
terampil melaksanakan penelitian tentang praktek efektif, dan 5)
mendemonstrasikan kompetensi pengetahuan yang dibutuhkan serta potensi yang
akseptable. Kenyataan tersebut akan menyebabkan dimasa mendatang Indonesia
pun, untuk menjadi seorang guru harus menguasai berbagai dasar pengetahuan
baik akademik, pedagogik, maupun kultural.
Tantangan keempat bagi guru mendatang akan keharusan menguasai
tekhnologi. Sejalan dengan perkembangan iptek yang semakin pesat, saat ini
komputerisasi dan jaringan internet telah menjadi bagian dari media pembelajaran
yang penting. Perubahan paradigma masyarakat dari agraris menuju masyarakat
industri, memang mengharuskan penerapan teknologi pendidikan dalam proses
pembelajaran. Kenyataan ini akan berdampak pada keharusan guru terampil
menguasai teknologi pembelajaran, sehingga akan mampu mengembangkan
potensi siswa sesuai dengan kebutuhan masyarakat. Dengan demikian, dimasa

21
yang akan datang, seleksi guru pastilah akan memprasyaratkan kemampuan
penggunaan teknologi ini, sehingga guru dan atau calon guru yang belum “melek”
teknologi lama kelamaan akan terpinggirkan dari tuntutan lapangan profesinya.
Tantangan kelima adalah bahwa guru harus mampu melaksanakan
pembelajaran untuk meningkatkan kompetensi siswa. Kompetensi dalam hal ini
adalah kompetensi yang sesungguhnya mengedepankan hanya pada pengetahuan
tingkat hafalan saja. Akan tetapi kompetensi yang mengharuskan guru mengenali
betul karakteristik siswa, sehingga ia tidak hanya mengembangkan IQ siswa
sebagai indikator tunggal kemampuan siswa, melainkan jauh lebih penting
meningkatkan kreativitas siswa dalam lingkup kompetensi yang lebih
komprehensif atau dengan konsep yang lebih popular biasa disebut kecerdasan
majemuk “multiple intelegent”.
Tantangan keenam bagi guru dimasa depan adalah keharusanya
menentukan kepastian pilihan. Maksudnya adalah semakin besar perhatian
pemerintah terhadap kesejahteraan dan kualitas guru, maka akan semakin tinggi
pula tuntutan terhadap guru profesional. Berkaitan dengan hal tersebut, hanya
guru yang benar-benar berkualitaslah yang jelas memiliki pilihan untuk bertahan
sesuai dengan menjadikan guru sebagai profesinya. Sedangkan sebaliknya, guru
yang kurang berkualitas atau kurang berkompeten akan terombang-ambing dalam
ketidakpastian dan selalu risau menghadapi tantangan sekaligus tuntutan yang
dipersyaratkan terhadap guru sebagai pendidik professional.
Tantangan terakhir adalah dengan diberlakukanya globalisasi pendidikan
di Indonesia, guru harus mampu mengajar dalam situasi masyarakat yang
multikultural. Saat ini saja, di Indoensia telah memiliki berbagai macam budaya,
sehingga populasi siswapun semakin heterogen. Dampaknya, muncul banyak
keluhan dari guru yang mengalami kesulitan ketika mengajar dengan siswa
beragam budaya Indonesia, apalagi jika dihadapkan pada siswa yang memiliki
latar belakang multi budaya secara internasional.
Selain dari faktor guru, faktor lainya yang menjadi tantangan pembelajaran
dalam konteks keterampilan abad 21 dan implementasi kurikulum 2013 adalah
waktu pembelajaran, sarana dan prasarana, bahan ajar, aspek penilaian sampai

21
pada strategi pembelajaran. Yang kesemua unsur-unsur tersebut harus benar-benar
dipersiapkan, agar pembelajaran yang diorientasikan pada keterampilan dan
pengetahuan abad 21 bukan sekedar teoritis, akan tetapi perubahan mulai dari pola
pikir “mindset”, tataran konsep dan administrasi sampai tataran impelentasi
menjadi nyata dan dilaksanakan oleh seluruh stakeholder pendidikan baik
pemerintah, akademisi maupun guru disekolah.

G. Simpulan dan Saran


a. Simpulan
Hakikat pendidikan sebagai usaha sadar manusia untuk membentuk
manusia seutuhnya, baik sebagai makhluk individu maupun sosial sesuai tujuan
pendidikan nasional, nampaknya masih membutuhkan upaya yang terus-menerus
dilakukan perbaikan. Sebagai salah satu upaya mempersiapkan siswa menghadapi
tuntutan abad 21, perlu kiranya konsep pembelajaran dan keterampilan yang
mampu menumbuhkembangkan seluruh potensi yang dimilili oleh siswa.
Keterampilan yang hendaknya dipersiapkan bagi siswa untuk menghadapi
tuntutan abad 21 diantaranya; Comunication skill (Keterampilan berkomunikasi),
Collaboration skill (Keterampilan bekerjasama), Critical thinking and Problem
solving skill (keterampilan berfikir kritis dan pemecahan masalah), Creativity and
Innovation skill (kreatifitas dan keterampilan berinovasi).
Tentu saja untuk menyikapi hal tersebut, bukan tanpa tantangan bagi
pendidik dalam mengimplementasikanya. Guru sebagai pendidik professional
hendaknya mampu memfasilitasi pengetahuan, keterampilan, sikap atau perilaku
melalui berbagai strategi dan pola pembelajaran yang sesuai dengan tuntutan dan
perkembangan abad 21. Guru diharapkan selalu terbuka serta terus
mengembangkan diri, sebagai upaya mempersiapkan peserta didik untuk mampu
bersaing dalam kehidupan masyarakat global jelas membutuhkan upaya yang
tidak sederhana. Dibutuhkan keinginan, motivasi dan tantangan untuk terus
berinovasi serta meng up date setiap kompetensi yang dimilikinya. Guru
professional selalu menggunakan cara-cara kreatif dan inovatif dalam

21
menyampaikan setiap pengetahuan, keterampilan bahkan sikap kepada siswa.
Melalui keterampilan abad 21 ini, diharapkan peserta didik mampu mempraktekan
pengetahuannya untuk memahami dan memberikan solusi pada tantangan di dunia
nyata. Jika dilihat dari konteks tantangan ke depan, maka pembelajaran yang
berorientasi proses dan keaktifan siswa, serta pengembangan kompetensi dan
keterampilan baik yang bersifat soft skill maupun hard skill, sangat strategis dalam
mengantisipasi dan mempersiapkan siswa dalam menghadapi tantangan
kehidupan yang semakin kompleks.
B. Saran
Berdasarkan deskripsi dalam diatas, berikut dikemukakan saran agar guru
sebagai pendidik professional dan berprestasi lebih mampu meningkatkan
kompetensi yang dimiliki dalam upaya melaksakan tugasnya sebagai pendidik
adalah sebagai berikut:
1. Guru sebagai pendidik professional hendaknya selalu meningkatkan
kompetensi baik kompetensi pedagogi, kompetensi professional, kompetensi
sosial, dan kompetensi kepribadian. Sebagai bentuk tanggunjawab dan
profesionalisme guru dalam melaksanakan pengabdianya.
2. Guru professional hendaknya selalu terbuka dan mengikuti perkembangan
zaman atau meng up date diri, termasuk mempersiapkan keberhasilan setiap
perserta didiknya dalam memasuki dinamika masyarakat global abad 21
dengan membekali sikap, pengetahuan dan keterampilan siswa sesuai
tuntutan abad 21.
3. Upaya sinergisitas bagi seluruh steakholder berkaitan dengan tantangan dunia
pendidikan kedepan dalam konteks Indonesia kekinian bahwa; menjadi
penting memaknai dunia Pendidikan sebagai “entri point” yang digaungkan
oleh seluruh lapisan masyarakat, sebagai pondasi peningkatan kualitas
sumber daya manusia. Dunia pendidikan hendaknya memiliki peran strategis
dalam upaya mempersiapkan generasi mendatang, agar mampu bersaing
dalam kancah global abad 21, serta memaksimalkan potensi bonus demografi
masyarakat Indonesia menuju generasi gemilang 2045.

21
4. Harapan terhadap dunia pendidikan hendaknya menjadi pendorong kuat bagi
kemajuan bangsa Indonesia kedepan dalam menyikapi tantangan global abad
21, sehingga pendidikan yang diorientasikan pada penguatan keterampilan
dan pengetahuan abad 21 bukan sekedar teoritis, akan tetapi perubahan mulai
dari pola pikir “mindset”, tataran konsep, administratif sampai tataran
impelentasi menjadi nyata dan dilaksanakan oleh seluruh stakeholder
pendidikan baik pemerintah, akademisi maupun guru disekolah. Sehingga
perubahan menuju kearah perbaikan kedepan menjadi sebuah keniscayaan,
seiring dengan ekspektasi masyakat yang begitu besar terhadap dunia
pendidikan.
Daftar Pustaka:
Abidin, Y (2014). Desain Sistem Pembelajaran dalam Konteks Kurikulum 2013.
Bandung: PT. Refika Aditama.
Depdiknas (2003). Undang-Undang No. 20 Tahun 2003. Sistem Pendidikan
Nasional. Jakarta.
Depdiknas (2005). Undang-Undang No. 14 Tahun 2005. Tentang Guru dan
Dosen. Depdiknas; Jakarta.
Griffin Patrick, Mcgaw Barry, Esther Care. Ed (2012). Assesment and Teaching of
21st Century Skill. New York; Springer.

Hosnan, M (2014). Pendekatan Saintifik dan Kontekstual dalam pembelajaran


Abad 21: Kunci Sukses Implementasi Kurikulum 2013. Bogor. Ghalia
Indonesia.
Ibnu, S., Moehnilabib, M.,Mukhadis, A., Suparno, Rafi’udin, A. & Sukarnyana, I.,
W. (2003). Dasar-dasar Metodologi Penelitian. Malang: UM Pres.
Kemendikbud (2017). Implementasi Pengembangan Kecakapan Abad 21 dalam
Perencanaan Pelaksanaan Pembelajaran (RPP). Kementerian
Pendidikan dan Kebudayaan: Jakarta.
Trilling and Fadel, Partnership For 21 st Century Skill (2008). 21st Century Skill
Education & Competitiveness; a resource and Policy Guide, 2008.
Tersedia online di www.p21.org/.../21st_century_skills_education a .../
diakses 21 Oktober 2016

Setneg (2008). Peraturan Pemerintah No. 74 Tahun 2008 Tentang Guru. Jakarta
Sugiyono (2009). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R & D. Bandung:
Alfabeta.

21
Trilling, B. and Fadel, C. (2009) 21st Century Skills, Learning for Life in Our
Times. US America: Jossey-Bass
Triyono (2003). Beberapa Kelemahan Umum Proposal Penelitian Dosen
Universitas Palangkaraya. Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan. 042
(9): 383.

21

Anda mungkin juga menyukai