Anda di halaman 1dari 17

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang

Pendekatan pembelajaran dapat diartikan sebagai titik tolak atau


sudut pandang kita terhadap proses pembelajaran, yang merujuk pada
pandangan tentang terjadinya suatu proses yang sifatnya masih sangat
umum, di dalamnya mewadahi, menginsiprasi, menguatkan, dan melatari
metode pembelajaran dengan cakupan teoretis tertentu.
Dewasa ini, proses belaja mengajar di sekolah baik SD, SMP,
maupun SMA masih menggunakan paradigma lama, yaitu didominasi oleh
peran dan kegiatan guru,dimana guru yang lebih aktif dalam mengajar
daripada peserta didiknya. Peserta didikhanya mendengarkan penjelasan
yang guru sampaikan. Peserta didik cendrung tidakdiajak untuk mengetahui
dan memahami peristiwa dan konsep mengenai materi fisika kurang
dikuasai oleh peserta didik dan peserta didik pun lambat dalam memahami
materi pembelajaran fisika.
Dalam kegiatan belajar mengajar sangat diperlukannya interaksi
antara guru dan murid yang memiliki tujuan. Agar tujuan ini dapat tercapai
sesuai dengan targetdari guru itu sendiri, maka sangatlah perlu terjadi
interaksi positif yang terjadi antara guru dan murid. Dalam interaksi ini,
sangat perlu bagi guru untuk membuat interaksi antara kedua belah pihak
berjalan dengan menyenangkan dan tidak membosankan. Hal ini selain agar
mencapai target dari guru itu sendiri, siswa juga menjadi menyenangkan
dalam kegiatan belajar mengajar, serta lebih merasa bersahabat dengan guru
yang mengajar.
Pendidik yang memandang anak didik sebagai pribadi yang berbeda
dengan anak didik lainnya, akan berbeda dengan pendidik yang memandang
anak didik sebagai makhluk yang sama dan tidak ada perbedaan dalam
segalahal.

1
Maka adalah penting untuk meluruskan pandangan yang keliru dalam
menilai anak didik. Untuk itu pendidik perlu menyadari dan memaklumi
bahwasanya anak didik itu merupakan individu dengan
segala perbedaannya sehingga diperlukan beberapa pendekatan
dalam proses belajar mengajar.
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan pendekatan pembelajaran?
2. Apa saja metode dalam pendekatan pembelajan?
C. Tujuan
1. Mengetahui dan mempresntasikan pengertian dari
pendekatan pembelajaran.
2. Mengetahui dan mempresentasikan macam macam metode
pendekatan pembelajaran.
D. Manfaat
1. Untuk mengenal lebih dalam tentang Pendekatan
Pembelajaran.
2. Mahasiswa/i dapat menggunakan makalah ini sebagai bahan
ajar dalam mata kuliah Kurikulum dan Pembelajaran
Biologi.

2
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pendekatan Pembelajaran
Pendekatan pembelajaran adalah suatu upaya menghampiri makna
pembelajarn melalui suatu cara pandang dan pandangan tertentu, atau
aplikasi suatu cara pandang dan pandangan tertentu dalam memahami
makna pembelajaran.
Berdasarkan pendekatan sistem, pembelajaran dapat dipandang sebagai
suatu keseluruhan terpadu yang terdiri atas berbagai komponen yang saling
berinteraksi secara fungsional dalam rangka mencapai tujuan pendidikan
yang telah ditetapkan.
B. Macam-macam Pendekatan Sistem Belajar Mengajar
1. Ekspository Learning
a. Pengertian Ekspository Learning
Pendekatan ini dilatar belakangi anggapan terhadap siswa bahwa
mereka masih kosong dengan ilmu pendekatan ini sangat cocok diterapkan
pada materi ketauhidan dalam pendekatan ini guru berfungsi sebagai
desainer dan sebagai aktor dalam sistem ini juga guru menyajikan materi
ajar dalam bentuk yang telah dipersiapkan secara rapi sistematis dan
lengkap sehingga anak didik tinggal menyimak dan mencerna saja secara
tertib dan teratur.
Secara garis besar prosedur pendekatan expository learning ini adalah:
 preparasi guru mempersiapkan bahan selengkapnya secara sistematis
dan rapi
 persepsi guru bertanya atau memberikan Uraian singkat untuk
mengarahkan perhatian anak diri kepada materi yang di ajarkan
 presentasi guru menyajikan bahan dengan cara memberikan ceramah
atau menyuruh anak didik membaca bahan yang telah disiapkan dari
buku teks tertentu atau yang ditulis sendiri resitasi guru bertanya dan
anak didik menjawab sesuai bahan yang dipelajari atau anak didik
disuruh menyatakan kembali dengan kata-kata sendiri tentang pokok-

3
pokok masalah yang telah dipelajari baik yang dipelajari secara lisan
maupun tulisan.
b. Ciri ciri dan Pertimbangan Pemilihan Strategi dari Pembelajaran
Ekspository Learning
Ciri utama dari strategi pembelajaran eskpository adalah
 Penyampaian secara verbal dimana proses bertutur secara lisan
merupakan alat utama dalam melakukan strategi ini
 Materi pelajarannya sudah jadi seperti data atau fakta
 Strategi pembelajaran ini berorientasi kepada guru (teacher centered)
melalui strategi ini guru menyampaikan materi pelajaran dengan baik
dengan harapan siswa akan mampu menguasai pelajaran tersebut.
Pemilihan strategi ekspositori dilakukan atas pertimbangan:
 karakteristik peserta didik dengan kemandirian belum memadai;
 sumber referensi terbatas
 jumlah pesera didik dalam kelas banyak;
 alokasi waktu terbatas;
 .jumlah materi (tuntutan kompetensi dalam aspek pengetahuan) atau
bahan banyak.
c. Langkah-langkah pendekatan expository learning adalah
 Menentukan tema pokok bahasan
 Menyusun pokok bahasan
 Menjelaskan materi secara baik
 Melakukan kegiatan revisi
d. Prinsip-prinsip Penggunaan Strategi Pembelajaran Ekspositori.
Berhasil tidaknya suatu pendekatan pembelajaran dipengaruhi oleh
efektif atau tidaknya suatu pendekatan yang digunakan untuk mencapai
suatu tujuan yang telah ditetapkan.Ada beberapa prinsip yang harus
diperhatikan dalam pembelajaran ekspositori diantaranya :
 Berorientasi pada tujuan. Tujuan belajar-pembelajar sangat
menentukan dalam strategi pembelajaran ekspositori. Karena

4
perumusan tujuan yang khusus memungkinkan kita untuk mengontrol
efektifitas penggunaan strategi pembelajaran. Seperti yang diungkapkan
Thursan Hakim (2002) mengartikan belajar adalah suatu proses
perubahan didalam kepribadian manusia, dan perubahan tersebut
ditampakan dalam bentuk peningkatan kecekapan, pengetahuan, sikap,
kebiasaan, pemahaman, keterampilan, daya fikir, dan lain-lain
kemampuannya (Fathurrohman,2007: 6).
 Prinsip Komunikasi. Penyampaian pesan dari seseorang (sumber
pesan) kepada sekelompok orang (penerima pesan), dapat dikatakan
sebagai proses komunikasi (Sanjaya, 2006:182). Pesan yang
disampaikan dalam hal ini adalah materi pelajaran yang disusun dan
dipersiapkan sesuai dengan tujuan tertentu sesuai dengan keinginan
yang ingin dicapai. Dalam proses komunikasi guru sebagai sumber
pesan dan siswa berfungsi sebagai penerima pesan.
 Prinsip Kesiapan. Dalam teori koneksionisme “kesiapan” merupakan
salah satu hukum belajar. Inti dalam proses kesiapan ini adalah bahwa
setiap individu akan merespon dengan cepat dari setiap
stimulus manakala dalam dirinya sudah memiliki kesiapan.
 Prinsip Berkesinambugan. Proses pembelajaran ekspositori harus
dapat mendorong siswa untuk mau mempelajari pelajaran lebih lanjut.
Ekspositori yang berhasil adalah manakala melalui proses penyempaian
dapat membawa siswa proses belajar mandiri.

e. Keunggulan dan Kelemahan Metode Ekspositori

Keunggulan Metode Pendekatan Pembelajaran Ekspository Learning,


diantaranya :

 Guru bisa mengontrol urutan dan keluasan materi pembelajaran, ia dapat


mengetahui sampai mana siswa menguasai bahan pelajaran yang
disampaikan.

5
 Metode pembelajaran ekspository learning dianggap sangat efektif
apabila materi pelajaran yang harus dikuasai siswa cukup luas,
sementara itu waktu yang dimiliki untuk belajar terbatas.
 Melalui strategi pembelajaran ekspository selain siswa dapat mendengar
penuturan tentang suatu materi pelajaran, juga sekaligus siswa bisa
melihat atau mengobservasi.

Kelemahan Metode Pendekatan Pembelajaran Ekspository Learning,


diantaranya :

 Hanya mungkin dilakukan terhadap siswa yang memiliki kemampuan


mendengar dan menyimak secara baik. Untuk siswa yang tidak memiliki
kemampuan seperti itu perlu digunakan strategi lain,
 Metode initidak mungkin dapat melayani perbedaan setiap individu baik
perbedaan kemampuan, perbedaan pengetahuan, minat dan bakat, serta
perbedaan gaya belajar.
 Sulit mengembangkan kemampuan siswa dalam hal kemampuan
sosialiasasi, hubungan interpersonal, serta kemampuan berpikir kritis.
 Keberhasilan metode pembelajaran ekspository learning sangat
tergantung kepada apa yang dimiliki guru, seprti persiapan,
pengetahuan, rasa percaya diri, semangat, antusiasme, motivasi, dan
berbagai kemampuan seperti kemampuan bertutur dan kemampuan
mengelola kelas. Tanpa itu, sudah dapat dipastikan tidak mungkin
berhasil.
 Kesempatan untuk mengontrol pemahaman siswa akan materi
pembelajaran akan sangat terbatas.

2. Inquiry Learning
Berorientasi kepada keterampilan siswa secara maksimal dalam
proses kegiatan belajar, kererarahan dalam proses belajar yang
maksimal menimbulkan sikap kritis dan percaya diri kepada anak,
dalam proses belajar mengajar dengan model inquiry learning seorang

6
guru dalam menyajikan bahan pelajaran tidak dalam bentuk final atau
utuh. Selebihnya diserahkan kepada siwa untuk mencari dan
menemukan sendiri, kemudian guru memberi kesempatan kepada siswa
seluas-luasnya untuk mendapatkan apa yang belim disampaikan oleh
guru dengan pendekatan problem solving.
Inquiry lerning menyediakan siswa belajar aktif yang
mendorong dan memberikan ruang dan peluang kepada siswa untung
mengambil inisiatif dalam mengembangkan keterampilan pemecahan
masalah, pengambilan keputusan, dan penelitian sehingga siswa
menjadi pembelajar sepanjang hayat.

a. Tujuan pembelajaran inquiry learning


 Untuk membangun kepercayan intelektual (kepercayaan berpikir)
dengan demikian siswa terpancing untuk mengeluarkan ide-ide ketika
guru mengajukan masalah
 Untuk melatih siswa melakukan aktivitas, yaitu pengamatan
percobaan, membandingkan penemuan satu dengan yang lain,
mengajukan pertanyaan, dan mencari jawaban atas pertanyaan sendiri.
 Agar siswa terangsang oleh tugas dan aktif mencari sarana
pemecahan masalah itu sendiri.
b. Macam-macam model pembelajaran inquiry lerning
 Inquiry Terpimpin (guide inquiry)
Siswa memperoleh pertanyaan-pertanyaan yang membimbing,
metode ini digunakan untuk siswa yang belum pernah menggunakan
metode inquiry lerning. Dalam hal ini guru memberikan pengarahan
yang cukup luas.
 Inquiry bebas (free inquiry)
Siswa melakukan penelitian sendiri serta harus dapat
mengidentifikasi serta mengidentifikasi topik permasalahan apa yang
ditelitinya.
 Inquiry bebas yang dimodifikasi (modified free inquiry)

7
Guru memberikan permasalahan atau problem, selanjutnya siswa
melakukan pengamatan, eksporasi, dan prosedur penelitian untuk
memecahkan permasalahan tersebut.
c. Langkah-langkah model pembelajaran inquiry lerning menurut Eggen
& Kauchak

fase Prilaku guru


Guru membimbing siswa
1.Menyajikan pertanyaan mengidentifikasi masalah dan
atau masalah menulisnya di papan tulis dan membagi
siswa kedalam kelompok
Guru memberikan kepada
siswa untuk curah pendapat dalam
bentuk hipotesis. Guru membimbing
2.membuat hipotesis siswa yang relevan dengan
permasalahan dan memprioritaskan
hipotesis mana yang menjadi proses
pendidikan
Guru memberikan kesempatan
kepada siswa untuk menentukan
langkah-langkah mana yang sesuai
3.merancang percobaan
dengan hipotesis yang akan dilakukan.
Guru membimbing siswa mengurutkan
langkah-langkah pemecahan masalah
4. melakukan diskusi Guru membimbing siswa
untuk memperoleh mendapatkan informasi melalui diskusi
informasi
5. mengumpulkan dan Guru memberi kesempatan
menganalisis data pada tiap kelompok untuk

8
menyampaiakan hasil pengolahan data
yang terkumpul
Guru membimbing siswa dalam
6. membuat kesimpulan
membuat kesimpulan

d. Kelebihan dan kekurangan model pembelajaran inquiry lerning


Kelebihan dari model pembelajaran enquiry lerning menurut
Sanjaya (2006) antara lain :
 Dapat mengembangkan kecakapan individu
 Situasi belajar mengajar menjadi lebih merangsang
 Memberi kepuasan yang bersifat intrinsik
 Memberi kebebasan siswa belajar sendiri
 Mendorong siswa untuk berpikir dan bekerja atas inisiatifnya sendiri
Kelemahan dari model pembelajaran inquiry learning menurut
Sanjaya (2006) antara lain:
 Siswa harus memiliki kesiapan dan kematangan mental
 Di indonesia model pembelajaran inquiry learning kurang epektif
dikarenakan jumlah siswa yang berlebih
 Tidak terbiasa dengan model pembelajaran inquiry learning

3. Mastery Learning
a. Pengertian Mastery Learning
Model belajar tuntas (Mastery Learning) adalah model
pembelajaran yang mengutamakan pencapaian taraf penguasaan
minimal yang ditetapkan untuk setiap unit bahan pelajaran, baik secara
perseorangan maupun kelompok. Mastery Learning dikembangkan
oleh John B. Carrol dan Benjamin Bloom pada tahun 1971. Dalam
proses pembelajaran berbasis kompetensi, pembelajaran dengan
mastry learning yang dimaksudkan adalah pendekatan dalam
pembelajaran yang mempersyaratkan peserta didik untuk menguasai

9
secara tuntas seluruh standar kompetensi maupun kompetensi dasar
mata pelajaran tertentu.
Pendukung utama pendekatan ini adalah Carrol, yang
memadukan teori behavioristik dan humanistik. Pendekatan ini
memungkinkan para siswa belajar bersama-sama dengan
memperhatikan bakat dan ketentuan siswa, pemberian waktu yang
cukup, dan bantuan bagi siswa yang mengalami kesulitan.

Model Pembelajaran tuntas bertujuan untuk menempa peserta


didik sehingga mampu memahami secara tuntas materi pembelajaran
yang diberikan guru dan untuk mempertinggi rata-rata prestasi siswa
dalam belajar dengan memberikan kualitas pembelajaran yang lebih
sesuai. Selain itu, peserta didik pun diharapakan akan terus mengingat,
memahami serta mampu mengaplikasikan materi-materi yang
disampaikan oleh guru.

b. Ciri ciri Metode Pembelajaran Mastery Learning


 Siswa dapat belajar dengan baik dalam kondisi pengajaran yang tepat
sesuai dengan harapan
 Bakat seorang siswa dalam bidang pengajaran dapat diramalkan, baik
tingkatannya maupun waktu yang dibutuhkan untuk mempelajari
bahan tersebut. Bakat berfungsi sebagai indeks tingkatan belajar siswa
dan sebagai suatu ukuran satuan waktu.
 Tingkat hasil belajar bergantung pada waktu yang digunakan secara
nyata oleh siswa untuk mempelajari sesuatu dibandingkan dengan
waktu yang dibutuhkan untuk mempelajarinya
 Tingkat belajar sama dengan ketentuan, kesempatan belajar bakat,
kualitas pengajaran, dan kemampuan memahami pelajaran.
 Setiap siswa memperoleh kesempatan belajar yang berdiferensiasi dan
kualitas pengajaran yang berdiferensiasi pula.

10
c. Sintaks Model Pembelajaran Mastery Learning
Model pembelajaran Mastery Learning yang dikembangkan oleh
John D.Carell dan Benjamin Bloom terdiri atas 5 tahap yaitu orientasi
(orientational), penyajian (presentation), latihan terstruktur (structured
practice), latihan terbimbing (guided practice) dan latihan mandiri
(independent practice)
 Orientasi (Orientational)
Pada tahap ini guru melakukan penetapan suatu kerangkan isi
pembelajaran. Guru akan menjelaskan tujuan pembelajaran dan tugas-tugas
yang akan diberikan sehingga dapat mengembangkan tanggung jawab
peserta didik selama proses pembelajaran.
 Penyajian (Presentation)
Pada tahap ini guru menjelaskn konsep atau keterampilan baru yang
disertai dengan contoh-contoh. Jika yang diajarkan adalah konsep baru,
maka penting untuk mengajak peserta didik mendiskusikan karakteristik
dan definisi konsep. Jika yang diajarkan berupa keterampilan baru, maka
penting untuk mengajarkan peserta didik mengidentifikasi langkah-langkah
kerja keterampilan yang diajarkan.
 Latihan Terstruktur (Structured Practice)
Pada tahap ini guru memberi peserta didik contoh praktik
penyelesaian masalah/tugas. Dalam tahap ini, peserta didik perlu diberi
beberapa pertanyaan, kemudian guru memberi tanggapan atas jawaban
peserta didik.
 Latihan Terbimbing (Guided Practice)
Pada tahap ini guru memberi kesempatan pada peserta didik untuk
berlatih menyelesaikan suatu permasalahan dibawah bimbingan guru.
Tujuan latihan terbimbing adalah memperkokoh bahan ajar yang baru
dipelajari, memastikan daya ingat, serta untuk menyelesaikan kelancaran
peserta didik dalam menyelesaikan suatu permasalahan. Jadi peran guru

11
dalam tahap ini adalah memantau kegiatan peserta didik dan memberikan
umpan balik yang bersifat korektif jika diperlukan.
 Latihan Mandiri (Independent Practice)
Tahap latihan mandiri dilakukan apabila peserta didik telah
mencapai skor antara 85%-90% dalam tahap latihan terbimbing. Dalam
tahap ini peserta didik menyelesaikan tugas tanpa bimbingan ataupun
umpan balik dari guru. Kegiatan ini dapat dikerjakan dikelas maupun
berupa PR. Adapun peran guru pada tahap ini adalah memberi tugas secara
tuntas. Guru perlu memberi umpan balik kembali jika peserta didik masih
ada kesalahan dalam pengerjaannya.

d. Kekurangan dan Kelebihan Metode Pembelajaran Mastery


Learning
Kelebihan Strategi belajar tuntas (Mastery learning) memiliki kelebihan
yaitu:
 Siswa dengan mudah menguasai isi pembelajaran.
 Meningkatkan motivasi belajar siswa.
 Meningkatkan kemampuan siswa memecahkan masalah secara
mandiri
 Meningkatkan kepercayaan diri siswa.
Kekurangan strategi belajar tuntas (Mastery learning) diantaranya
adalah :
 Guru-guru yang sudah terlanjur menggunakan teknik lama sulit
beradaptasi.
 Memerlukan berbagai fasilitas, dan dana yang cukup besar.
 Menuntut para guru untuk lebih menguasai materi lebih luas lagi
dari standar yang ditetapkan.
 Diberlakukannya sistem ujian (UAS dan UAN) yang menuntut
penyelenggaraan program bidang studi pada waktu yang telah ditetapkan
dan usaha persiapan siswa untuk menempuh ujian.

12
4. Humanity Education
a. Pengertian Humanity Education
Humanistik adalah memandang manusia sebagai manusia, artinya
mahluk tuhan dengan fitrah-fitrah tertentu sebagai mahluk hidup, ia harus
melangsungkan hidupnya dengan potensi yang dimilikinya. Sedangkan
pendekatan humanistik dalam pendidikan adalah sebuah pendekatan yang
menitik beratkan pada pentingnya nilai-nilai manusiawi dalam pendidikan.
b. Dasar dasar Humanity Education
Pendekatan humanistic dalam kurikulum didasarkan atas asumsi-
asumsi yang berikut :
 Siswa akan lebih giat belajar dan bekerja bila harga dirinya
dikembangkan sepenuhnya.
 Siswa yang diturut sertakan dalam perencanaan dan pelaksanaan
pelajaran akan merasa bertanggung jawab atas keberhasilannya.
 Hasil belajar akn meningkatkan dalam suasana belajar yang diliputi
oleh rasa saling mempercayai, saling membantu, saling
mempedulikan dan bebas dari ketegangan yang berlebihan.
 Guru yang berperan sebagai fasilitator belajar memberi tanggung
jawab kepada siswa atas kegiatannya belajar dan memupuk sikap
positif terhadap “apa sebab” dan “bagaimana” mereka belajar.
 Kepedulian siswa akan pelajaran memegang peranan penting dalam
penguasaan bahan pelajaran itu.
 Evaluasi diri bagian penting dalam proses belajar yang memupuk
rasa harga diri.

c. Tujuan dari Humanity Education


Dari perspektif humanistik, pendidik seharusnya memperhatikan
pendidikan lebih responsive terhadap kebutuhan kasih sayang (affective)
siswa. Kebutuhan afektif ialah kebutuhan yang berhubungan dengan emosi,
perasaan, nilai, sikap, predisposisi, dan moral. Kebutuhan-kebutuhan ini
diuraikan oleh Combs sebagai tujuan pendidikan humanistik, yaitu :

13
 Menerima kebutuhan-kebutuhan dan tujuan siswa serta
menciptakan pengalaman dan program untuk perkembangan keunikan
potensi siswa.
 Mudahkan aktualisasi diri siswa dan perasaan diri mapu
 Memperkuat perolehan keterampilan dasar (akademik, pribadi,
antar pribadi, komunikasi dan ekonomi).
 Mengenal pentingnya perasaan manusia, nilai dan persepsi dalam
proses pendidikan.
 Mengembangkan suasana belajar yang menantang dan bisa
dimengerti, mendukung, menyenangkan, serta bebas dari ancaman dan
 Mengembangkan siswa masalah ketulusan, respek dan menghargai
orang lain, dan terampil dalam menyelesaikan konflik.

d. Ciri-Ciri Kurikulum dengan Pendekatan Humanity Education


Kurikulum yang berpendekatan dengan humanistik menyediakan
ruang bagi eksplorasi masalah kemanusiaan serta dapat membantu peserta
didik mengembangkan potensinya secara optimal. Selain itu, kurikulum ini
menekankan pada pengembangan aspek kognitif, afektif, dan psikomotor
secara integral dan komprehensif. Adapun ciri-ciri kurikulum yang
berpendekatan humanistic, yaitu :
 Partisipasi, kurikulum ini menekankan partisipasi murid dalam
belajar. Hal ini karena belajar adalah belajar bersam, melalui aktivitas
belajar kelompok.
 Integrasi, melalui partisipasi dalam berbagai kegiatan kelompok
terjadi interaksi dan integrasi dari pemikiran, perasaan, serta tindakan.
 Relevansi, isi materi pendidikan relevan dengan kebutuhan minat
dan kebutuhan murid. Hal ini akan berarti bagi murid baik intelektual
maupun emosional.

14
 Pribadi anak, pendidikan memberi tempat utama pada pribadi murid.
Pendidikan adalah pengembangan pribadi, pengaktualisasian segala
potensi yang dimiliki murid.
 Tujuan, pendidikan bertujuan untuk mengembangkan potensi
pribadi yang utuh, yang serasi baik didalam dirinya maupun dalam
lingkungan secara menyeluruh.

e. Bentuk bentuk Pendekatan Humanity Education


 Classical Humanistic Education, klasikal dimaksudkan adanya
hubungan yang ideal antara pendapat seseorang yang dijadikan sebagai
model dan objek dalam menciptakan pendidikan kemanusiaan dari
perspektif humanis itu sendiri.
 Romantic Humanistic Education, bentuk pendekatan yang kedua
adalah kemanusiaan yang romantus, artinya pendidikan itu diciptakan
dengan suasana yang penuh dengan rasa romantik yaitu adanya suasana
yang alami serta penuh dengan pendekatan-pendekatan terafi.
 Existentianlist Humanistic Education, bentuk dari pendekatan
pendidikan humanis yang ketiga adalah keberadaan dari pendidikan
humanis itu sendiri. Keberadaan pendekatan pendidikan humanis
didasarkan kepada makna filosofis. Kebijakan yang bersifat eksternal,
natural ataupun supernatural dan mampu mencapai kreativitas yang kreatif
dan bertanggung jawab sehingga menjadikan peserta didik yang memiliki
identitas tersendiri.
 Radical Humanistic Education, bentuk keempat dari pendekatan
pendidikan humanis adalah mengidentifikasi hal-hal yang bersifat khusus
dengan pendekatan yang mendasar sehingga kondisi dan keadaan
pendidikan terpenuhi. Bentuk ini menunjukan bahwa kebebasan dalam
melakukan issu-issu pendidikan sangat berepeluang dalam menciptakan
budaya, sosial, ekonomi yang berpengaruh dalam kondisi emosional,
intelektual, dan pengembangan moral.

15
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Pendekatan pembelajaran dapat berarti titik tolak atau sudut pandang
terhadap proses pembelajaran atau merupakan gambaran pola umum
perbuatan guru dan peserta didik di dalam perwujudan kegiatan
pembelajaran, yang berusaha meningkatkan kemampuan-kemampuan
kognitif, afektif, dan psikomotorik siswa dalam pengolahan pesan sehingga
tercapai sasaran belajar.
Dalam kegiatan belajar mengajar yang berlangsung telah terjadi
interaksi yang bertujuan. Guru dan anak didiklah yang menggerakkannya.
Ketika kegiatan belajar mengajar itu berproses, guru harus dengan ikhlas
dalam bersikap dan berbuat, serta mau memahami anak didiknya dengan
segala konsekuensinya. Hal ini akan mempengaruhi pendekatan yang guru
ambil dalam pengajaran. Pendekatan yang tepat maka akan berlangsung
belajar mengajar yang menyenangkan.
Simulasi sangat ampuh dan efektif karena mereka meningkatkan
kewaspadaan siswa dan keterampilan memahami, meningkatkan integrasi
keterampilan siswa dalam berbagai konteks kinerja, menyesuaikan diri
dengan berbagai tingkat pembelajaran melalui cakupan kinerja dinamis, dan
membantu pelajar melihat pola dari waktu ke waktu dalam sistem dinamis.

B. Saran
Menyadari bahwa penulis masih jauh dari kata sempurna, kedepannya
penulis akan lebih fokus dan detail dalam menjelaskan tentang makalah di atas
dengan sumber-sumber yang lebih banyak yang tentunya dipertanggung
jawabkan.

16
DAFTAR PUSTAKA

Abu, Ahmadi. 2005. Strategi Belajar Mengajar. Pustaka Setia :


Bandung.

Fathurrohman, Pupuh dan Sobry Sutikno. 2007. Strategi Belajar


Mengajar. Refika Aditama : Bandung.

Hamalik, Oemar. 2010. Kurikulum dan Pembelajaran. PT.Bumi Aksara


: Jakarta.

http://jurnal.fkip.unila.ac.id/index.php/PES/article/viewFile/12443/pdf
_217

Majid, Abdul. 2013. Strategi Pembelajaran. PT.Remaja Rosdakarya :


Bandung.

Putranta, Himawan. 2018. Model Pembelajaran Sistem Perilaku.


Himawan Putranta : Yogyakarta.

Tim Pengembang MKDP Kurikulum dan Pembelajara. 2017.


Kurikulum dan Pembelajaran. PT. Raja Grafindo Persada : Depok.

17

Anda mungkin juga menyukai