Anda di halaman 1dari 9

Satuan Acara Penyuluhan Diare

SATUAN ACARA PENYULUHAN

Pokok Bahasan : Penyakit Diare Pada Anak/Balita


Sub Pokok Bahasan : Perawatan Penyakit Diare Pada Anak
Sasaran : Keluarga Klien yang anaknya dengan keluhan Diare
Target : pengunjung/ibu balita
Waktu : 30 menit
Hari / Tanggal : Rabu, 30 Agustus 2017
Tempat : Lingkungan Posyandu
Penyuluh : Mahasiswi Poltekkes Kemenkes Makassar jurusan D IV
keperawatan

A. LATAR BELAKANG
Berdasarkan kajian & analisa dari beberapa survei yang dilakukan, angka kesakitan
diare pada semua golongan umur pada saat ini adalah 280/1000 penduduk. Pada
golongan Balita episode diare adalah 1,5 kali per tahun. Angka kematian diare yang
didapat dari Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT 1995) bila diproyeksikan pada
penduduk Indonesia, setiap tahunnya terdapat 112.000 kematian pada semua golongan
umur (54/100.000 pendududk) pada balita terjadi 55.000 kematian (2,5 per 1000 balita).
Secara global ada dua tujuan pokok program P2 Diare, yaitu mencegah kematian
karena diare dan mencegah agar tidak sakit diare. Upaya pencegahan yang efektif
melalui peningkatan kegiatan komunikasi Informasi Edukasi (KIE) serta menggerakkan
peran serta masyarakat secara aktif. Sebagai sasaran utama KIE adalah masyarakat,
terutama ibu yang mempunyai balita agar dapat melaksanakan tatalaksana diare
dengan benar dan kegiatan pencegahan yang efektif.

B. TUJUAN INSTRUKSIONAL UMUM


Setelah mendapatkan penyuluhan selama 30 menit tentang perawatan diare pada
anak, peserta penyuluhan dapat mengerti dan melaksanakan hidup sehat melalui
pendekatan Komunikasi, Informasi dan Edukasi (KIE) sehingga kesakitan dan kematian
diare dapat dicegah.
C. TUJUAN INSTRUKSIONAL KHUSUS
Setelah mendapatkan penyuluhan satu (1) kali diharapkan Peserta penyuluhan mampu :
1. Menjelaskan pengertian Diare
2. Menjelaskan penyebab Diare
3. Menjelaskan tanda dan gejala diare
4. Menjelaskan cara penularan diare
5. Menjelaskan pencegahan diare
6. Menjelaskan penanganan diare
D. METODE
1. Ceramah
2. Diskusi
E. MEDIA
1. Leaflet
2. flipchart

F. KEGIATAN
No. Tahapan Kegiatan Penyuluh Kegiatan Peserta Waktu
1 Pembukaan 1. Salam Pembuka 1. Menjawab salam 5 menit
2. Perkenalan 2. Berkenalan
3. Maksud dan Tujuan 3. Mendengarkan
4. Kontrak waktu, tempat 4. Menyetujui
dan topik. 5. Menyatakan siap
5. Kesiapan
2 Pelaksanaan 1. Menyamakan persepsi. 1. Menjawab sesuai 15 menit
2. Menjelaskan definisi dengan
Diare, penyebab, tanda pengetahuan
dan gejala, penularan, 2. Memperhatikan
pencegahan, dan dan mendengarkan.
penanganan diare
3. Mendemonstrasikan .
cara pembuatan larutan
gula garam (LGG)

3 Penutup 1. Evaluasi 1. Mendengarkan 5 menit


2. Kesimpulan kesimpulan.
3. Rencana tindak lanjut 2. Memperhatikan
4. Salam Penutup tindak lanjut.
3. Menjawab salam.

G.KRITERIA EVALUASI
1. Evaluasi Struktur
a. Satuan pengajar sudah siap satu hari sebelum dilaksanakannya kegiatan
b. Alat dan tempat siap sebelum kegiatan dilaksanakan.
c. Penyuluh sudah siap sebelum kegiatan dilaksanakan.
2. Evaluasi Proses
a. Alat dan tempat bisa digunakan sesuai rencana.
b. Peserta mau atau bersedia untuk melakukan kegiatan yang telah direncanakan.
3. Evaluasi Hasil
a. 75% peserta dapat menjelaskan pengertian diare
b. 75% peserta dapat menjelaskan penyebab diare
c. 75% peserta dapat menyebutkan tanda dan gejala diare
d. 75% peserta dapat menjelaskan penularan diare
e. 75% peserta dapat menjelaskan pencegahan diare
f. 75% peserta dapat menyebutkan penanganan diare
Materi Penyuluhan
DIARE

A. Pengertian
Menurut Depkes RI (2005), diare adalah suatu penyakit dengan tanda-tanda
adanya perubahan bentuk dan konsistensi dari tinja, yang melembek sampai mencair
dan bertambahnya frekuensi buang air besar biasanya tiga kali atau lebih dalam
sehari.
Menurut WHO (1999) secara klinis diare didefinikan sebagai bertambahnya
defekasi (buang air besar) lebih dari biasanya atau lebih dari tiga kali sehari, disertai
dengan perubahan konsistensi tinja menjadi cair dengan atau tanpa darah.
Jadi Diare adalah suatu kondisi buang air besar yang tidak normal yaitu lebih
dari 3 kali sehari dengan karakteristik yang encer dapat disertai atau tanpa disertai
darah dan lendir.
B. Klasifikasi
Depatemen Kesehatan RI (2000) mengklasifikasikan jenis diare manjadi empat
kelompok yaitu :
1. Diare akut
Yaitu diare yang berlangsung kurang dari 14 hari.
2. Disentri
Yaitu diare yang disertai darah dalam tinjanya.
3. Diare persisten
Yaitu diare yang berlangsung selama 14 hari secara terus menerus.
4. Diare dengan masalah lain
Yaitu : Anak yang menderita diare (diare akut dan persisten) mungkin juga disertai
penyakit lain seperti demam, gangguan gizi atau penyakit lainnya.

C. Penyebab
1. Infeksi atau bakteri : Escherichia Coli, Salmonella, cacing, Entamoeba histolityca
2. Mal absorbsi : disakarida (intoleransi laktosa,maltose dan sukrosa), monosakarida
(intoleransi glukosa, fruktosa, galaktosa). Pada bayi dan anak terpenting ialah
intoleransi laktosa.
3. Faktor makanan : Makanan basi, beracun, alergi terhadap makanan, susu.
4. Psikologis : Rasa takut dan cemas. Walaupun jarang dapat menimbulkan diare
terutama pada anaka yang lebih besar.
D. Faktor resiko
1. Tidak memberikan ASI secara penuh
2. Menggunakan botol susu yang kurang bersih
3. Menyimpan makanan masak pada suhu ruangan
4. Menggunakan air minum yang tercemar
5. Tidak mencuci tangan sebelum dan sesudan buang air besar atau kecil.
6. Tidak membuang tinja dengan benar

E. Tanda dan Gejala


1. Tanda:
a. Anus dan daerah sekitar lecet
Karena seringnya defekasi dan tinja makin lama makin asam sebagai akibat
makin banyaknya asam laktat yang berasal dari laktosa yang tidak dapat
diabsorpsi usus selama diare.
b. BB menurun
c. Turgor kulit berkurang
d. Selaput lendir bibir dan mulut serta kulit tampak kering
e. Nadi cepat dan kecil
f. Denyut jantung jadi cepat
g. TD menurun
h. Kesadaran menurun
i. Pucat, nafas cepat
j. Buang air besar 4x/hari untuk bayi dan> 3x untuk anak-anak atau dewasa.
k. Suhunya tinggi

2. Gejala:
a. Tidak nafsu makan
b. Lemas
c. Dehidrasi
d. Gelisah
e. Cengeng
f. Oliguria
g. Anuria
h. Rasa haus
i. Penularan
F. Penyakit diare dapat ditularkan melalui:
1. Menggunakan sumber air yang tercemar
2. BAB sembarang tempat
3. Pencemaran makanan oleh serangga (lalat, kecoa) atau oleh tangan kotor
4. Fecal oral melalui makanan dan minuman yang tercemar
5. Melalui makanan yang terkontaminasi
6. Mengkonsumsi ikan mentah/tidak dimasak yang diambil dari air yang
terkontaminasi.
7. Kontak langsung dengan orang yang terinfeksi virus

G. Pencegahan
1. Mencuci tangan sebelum makan untuk mengurangi infeksi
Kebiasaan yang berhubungan dengan kebersihan perorangan yang penting
dalam penularan kuman diare adalah mencuci tangan. Mencuci tangan dengan
sabun, terutama sesudah buang air besar, sesudah membuang tinja anak, sebelum
menyiapkan makanan, sebelum menyuapi makanan anak dan sebelum makan,
mempunyai dampak dalam kejadian diare (Depkes RI, 2006).
a. Mendesinfeksi permukaan peralatan rumah tangga.
b. Gunakan selalu air bersih
Sebagian besar kuman infeksius penyebab diare ditularkan melalui jalur
fecal-oral mereka dapat ditularkan dengan memasukkan kedalam mulut, cairan atau
benda yang tercemar dengan tinja misalnya air minum, jari-jari tangan, makanan
yang disiapkan dalam panik yang dicuci dengan air tercemar (Depkes RI, 2006).
Masyarakat yang terjangkau oleh penyediaan air yang benar-benar bersih
mempunyai resiko menderita diare lebih kecil dibandingkan dengan masyarakat yang
tidak mendapatkan air bersih (Depkes RI, 2006).
1. Buang air besar pada tempatnya
2. Mencuci pakaian kotor dengan segera sampai bersih
3. Hindari makanan dan air yang terkontaminasi
4. Pemberian ASI
Pada bayi yang tidak diberi ASI secara penuh, pada 6 bulan pertama kehidupan
resiko terkena diare adalah 30 kali lebih besar. Pemberian susu formula merupakan
cara lain dari menyusui. Penggunaan botol untuk susu formula biasanya
menyebabkan risiko tinggi terkena diare sehingga oci mengakibatkan terjadinya gizi
buruk (Depkes RI, 2006).
H. Penanganan diare
1. Bawa ke petugas kesehatan bila :
a. BAB encer semakin sering
b. Ada muntah berulang
c. Demam yang tinggi
d. Ada darah dalam tinja
e. Tidak mau makan atau minum

2. Membuat larutan gula garam (oralit)


Untuk mencegah terjadinya dehidrasi dapat dilakukan mulai dari rumah
tangga dengan memberikan oralit osmolaritas rendah, dan bila tidak tersedia berikan
cairan rumah tangga seperti air tajin, kuah sayur, air matang. Oralit saat ini yang
beredar di pasaran sudah oralit yang baru dengan osmolaritas yang rendah, yang
dapat mengurangi rasa mual dan muntah. Oralit merupakan cairan yang terbaik bagi
penderita diare untuk mengganti cairan yang hilang. Bila penderita tidak minum
harus segera di bawa ke sarana kesehatan untuk mendapat pertolongan cairan
melalui infus. Pemberian oralit didasarkan pada derajat dehidrasi (Kemenkes RI,
2011).
a. Alat : gelas berukuran sedang dan alat pengaduk atau sendok
b. Bahan : Gula, garam
c. Cara membuat :
1) Larutkan satu sendok gula pasir dan ¼ sendok garam ke dalam gelas berisi
air matang (hangat atau dingin).
2) Kemudian aduk hingga merata dan diminum setiap kali BAB.
3) Takaran pemberian LGG untuk mengatasi diare (3 jam pertama)
a. Umur < 1 tahun : 300 ml (1,5 gelas)
b. Umur 1-4 tahun : 600 ml (3 gelas)
c. Umur 5-12 tahun : 1,2 liter (6 gelas)
d. Dewasa : 2,4 liter (12 gelas)
4) Takaran pemberian LGG untuk mengatasi diare (setiap habis buang air)
a. Umur < 1 tahun : 100 ml (0,5 gelas)
b. Umur 1-4 tahun : 200 ml (1 gelas)
c. Umur 5-12 tahun : 300 ml (1,5 gelas)
d. Dewasa : 400 ml (2 gelas)
I. Beberapa upaya yang mudah diterapkan adalah:

 Siapkan makanan memadai, sehat, bergizi, dan bersih


 Penyediaan air minum yang bersih
 Kebersihan perorangan
 Cuci tangan sebelum makan dan sebelum merawat anak/bayi
 Pemberian ASI eksklusif
 Buang air besar pada tempatnya (WC, toilet)
 Tempat buang sampah yang memadai (tertutup dan dibuang tiap hari)
 Berantas lalat agar tidak menghinggapi makanan
 Lingkungan hidup yang sehat

Diare pada anak dapat menyebabkan kematian dan kurang gizi. Kematian dapat
dihindarkan dengan mencegah dan mengatasi dehidrasi melalui pemberian oralit. Gizi
kurang dapat dicegah dengan pemberian makanan yang memadai selama
berlangsungnya diare. Peran obat-obatan tidak begitu penting dalam menangani anak
yang mengalami diare. Pecegahan dan pengobatan diare harus dimulai di rumah.
SATUAN ACARA PENYULUHAN
DIARE

OLEH
KELOMPOK 2:
Nurhidayah Amiruddin
Nurmia Sari
Nurrahmi Novita Fatrah
Rahmadani
Rahmiyanti

POLTEKKES KEMENKES MAKASSAR


PRODI D IV KEPERAWATAN
2017

Anda mungkin juga menyukai