Anda di halaman 1dari 12

Ketidakstabilan Kadar Glukosa Darah ( D.

0027 )

Diagnosa Keperawatan/ Rencana keperawatan


Masalah Kolaborasi
Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi

Ketidakstabilan Kadar
Glukosa Darah A. Kadar glukosa darah A. Manajemen hiperglikemia
berhubungan : Dipertahankan pada ... 1. Monitor kadar glukosa darah sesuai
A. Hiperglikemia ditingkatkan ke... indikasi
B. Hipoglikemia 1. Glukosa darah tidak ada 2. Monitor tanda dan gejala hiperglikemia
deviasi dari kisaran normal 3. Monitor nadi
DO: 2. Urin glukosa tidak ada 4. Dorong asupan cairan oral
A. Kadar glukosa dalam deviasi dari kisaran normal 5. Monitor status cairan termasuk input dan
darah rendah <45 mg/dl output sesuai kebutuhan
B. Kadar glukosa dalam B. Keparahan hiperglikemia 6. Monitor akses IV Sesuai kebutuhan
darah tinggi >45 mg/dl dipertahankan pada .... 7. Berikan cairan IV sesuai kebutuhan
C. Kesadaran menurun ditingkatkan ke.... 8. Konsultasikan dengan dokter tanda dan
D. jitheriness 1. Peningkatan urin output gejala hiperglikemia yang memburuk
tidak ada 9. Identifikasi kemungkinan penyebab
2. Kehilangan berat badan hiperglikemia
yang tidak bisa dijelaskan
tidak ada B. Manajemen hipoglikemia
3. Mulut kering tidak ada 1. Identifikasi klien yang beresiko mengalami
4. Peningkatan glukosa darah hipoglikemia
tidak ada 2. Kenali tanda dan gejala hipoglikemia
3. Monitor kadar glukosa darah sesuai
C. Keparahan hipoglikemia : indikasi
dipertahankan pada .... 4. Monitor tanda dan gejala hipoglikemia
ditingkatkan ke.... sesuai indikasi
1. Gemetar tidak ada 5. Berikan glukosa intravena sesuai indikasi
2. Berkeringat tidak ada 6. Pertahankan akses intravena
3. Kelemahan tidak ada 7. Pertahankan keopatenan jalan napas jika
4. Kejang tidak ada diperlukan
5. Koma tidak ada 8. Lindungi dari trauma
6. Penurunan kadar glukosa
darah tidak ada C. Perawatan bayi baru lahir
1. Monitor warna kulit bayi
D. Status nutrisi : Asupan Makanan 2. Monitor makanan pertama bayi baru lahir
dan cairan dipertahankan pada ... 3. Monitor reflex menghisap bayi baru lahir
ditingkatkan pada .... selama menyusui
1. Asupan makanan secara oral 4. Monitor berat badan bayi baru lahir
sepenuhnya adekuat 5. Monitor asupan dan pengeluaran
2. Asupan makanan secara 6. Catat apa yang menjadi out[utpertama kali
tube feeding sepenuhnya dan pergerakan usus
adekuat 7. Sendawakan bayi baru lahir dengan
3. Asupan cairan secara oral kepala ditegakkan
sepenuhnya adekuat 8. Peluk dan sentuh bayi baru lahir yang ada
4. Asupan cairan intravena diruang isolasi bayi secara teratur
sepenuhnya adekuat 9. Posisikan bayi miring setelah
5. Asupan nutrisi parenteral makan/menyusui
sepenuhnya adekuat 10. Tinggikan bagian kepala kasur atau ruang
isolasi bayi untukl meningkatkan rasa
E. Kontrol resiko dipertahankan nyaman
pada … di tingkatkan pada …. 11. Gunakan selimut yang digulung dan
1. Faktor resiko sering atau dimiringkan dibagian punggung bayi baru
secara konsisten lahir
diidentifikasi 12. Sediakan informasi tentang kebutuhan
2. Faktor resiko di lingkungan nutrisi bayi baru lahir
sering atau secara 13. Bersihkan tali pusat
konsisten diidentifikasi 14. Jaga agar tali pusat tetap kering dan ter
3. Faktor resiko individu sering ekspose pada udara
atau secara konsisten 15. Monitor adanya kemerahan drainase pada
diidentifikasi tali pusat
4. Strategi yang efektif dalam 16. Pakaikan popok
mengontrol resiko sering 17. Monitor hipoglikemia dan anomaly jika ibu
atau secara konsisten memiliki diabetes
dikembangkan 18. Monitor tanda-tanda hiperbilirubinemia
5. Perubahan status 19. Instruksikan orangtua mengenal tanda-
kesehatan sering atau tanda hiperbilirubinemia
secara konsisten dimonitor 20. Lingdungi bayi baru lahir dari sumber-
sumber infeksi dilingkungan rumah sakit
21. Tentukan kondisi kesiapan bayi baru lahir
sebelum menydiakan perawatan
22. Buatlah kontak dan berbicara pada bayi
baru lahir saat memberikan perawatan
23. Berikan lingkungan yang tentram dan
menenangkan
24. Berespon segera terhadap tanda-tanda
pada bayi baru lahir untuk menfasilitasi
perawatan dan membangun rasa percaya
25. Dukung dan fasilitasi ikatan dan kelekatan
keluarga dengan bayi baru lahir
26. Berikan informasi dan fasilitasi skrining
bayi baru lahir terkait gangguan metabolic
27. Instruksikan orangtua untuk mengenai
tanda bayi kesulitan bernapas
28. Instruksikan orangtua untuk meletakkan
bayi baru lahir dipunggung saat tidur

D. Perawatan bayi : Prematur


1. Ciptakan hubungan yang mendukung dan
terapeutik dengan orangtua
2. Sediakan ruang di unit dan disisi bayi
3. Berikan informasi factual terkait kondisi
bayi, prawatan dan kebutuhannya
4. Informasikan orangrua mengenai
perrtimbangan perkambangan bayi
premature
5. Fasilitasi bonding/perlengketan orangtua
dengan bayi
6. Bantu oangtua untuk merencanakan
perawatan responsive terhadap tanda
kondiasi bayi
7. Beri batasan untuk menjaga fleksi
ekstremitas dan masih memberi ruang
untuk ekstensi (misalnya nesting, lampin,
bunting, hammock, penggunaan topi dan
pakaian)
8. Sokong tubuh bayi untuk menjaga posisi
dan mencegah perubahan bentuk
(misalnya gulungan pada punggung,
nesting, bunting dan bantal berbentuk
donat)
9. Ganti posisi bayi secara berkala
10. Gunakan popok paling kecil untuk
menghindari abduksi pangkal paha
11. Monitor stimulus (misalnya cahaya, suara,
memegangdan prosedur) di lingkungan
bayi dan turunkan stimulasi jika
memungkinkan
12. Kurangi pencahayaan lingkungan yang
ambient
13. Tutup mata bayi saat menggunakan
cahaya lampu berdaya watt tinggi
14. Rubah cahaya lijngkungan untuk
menyediakan ritme diurnal
15. Kurangi kebisingan lingkungan
16. Posisikan incubator jauh dari sumber
kebisingan
17. kumpulkan dan siapkan alat yang
diperlukan jauh dari sisi tempat tidur

DIABETES MELLITUS

A. Definisi
Diabetes Melitus adalah suatu kumpulan gejala yang timbul pada seseorang yang disebabkan
oleh karena adanya peningkatan kadar glukosa darah akibat kekurangan insulin baik absolut
maupun relatif (Noer, 2003).
Diabetes mellitus adalah penyakit dimana penderita tidak bisa mengontrol kadar gula dalam
tubuhnya. Tubuh akan selalu kekurangan ataupun kelebihan gula sehingga mengganggu system
kerja tubuh secara keseluruhan (FKUI, 2001).
Diabetes mellitus adalah penyakit yang sering dijumpai sebagai akibat dari defisiensi insulin atau
penurunan efektivitas insulin (Brooker, 2001).

B. Klasifikasi
Jenis diabetes
• Diabetes Melitus Tipe 1 (DM Tipe 1)
Kekerapan DM Tipe 1 di negara barat + 10% dari DM Tipe 2. Di negara tropik jauh lebih sedikit
lagi. Gambaran kliniknya biasanyatimbul pada masa kanak-kanak dan puncaknya pada masa akil
balig. Tetapi ada juga yang timbul pada masa dewasa.
• Diabates Melitus Tipe 2 (DM Tipe 2)
DM Tipe 2 adalah jenis yang paling banyak ditemukan (lebih dari 90%). Timbul makin sering
setelah umur 40 dengan catatan pada dekade ketujuh kekerapan diabetes mencapai 3 sampai 4
kali lebih tinggi daripada rata-rata orang dewasa.

• Diabetes Melitus Tipe Lain


Ada beberapa tipe diabetes yang lain seperti defek genetik fungsi sel beta, defek genetik kerja
insulin, penyakit eksokrin pankreas, endokrinopati, karena obat atau zat kimia, infeksi, sebab
imunologi yang jarang dan sindroma genetik lain yang berkaitan dengan DM.
• Diabetes Melitus Gestasional
Diabetes Melitus Gestasional adalah diabetes yang timbul selama kehamilan. Jenis ini sangat
penting diketahui karena dampaknya pada janin kurang baik bila tidak ditangani dengan benar.

Tabel : Kadar glukosa darah sewaktu dan puasa dengan metode enzimatik sebagai patokan
penyaring
                                                            

C. Patofisiologi
Dalam proses metabolisme,insulin memegang peran yang sangat penting yaitu bertugas
memasukkan glukosa ke dalam sel. Insulin adalah suatu zat yang dikeluarkan oleh sel beta di
Pankreas.
1) Pankreas
Pankreas adalah sebuah kelenjar yang letaknya di belakang lambung. Di dalamnya terdapat
kumpulan sel yang disebut pulau-pulau Langerhans yang berisi sel beta. Sel beta mngeluarkan
hormon insulin untuk mengatur kadar glukosa darah. Selain sel beta ada juga srl alfa yang
memproduksi glukagon yang bekerja sebaliknya dengan insulin yaitu meningkatkan kadar
glukosa darah. Juga ada sel delta yang mngeluarkan somastostatin.
2) Kerja Insulin
Insulin diibaratkan sebagai anak kunci untuk membuka pintu masuknya glukosa ke dalam sel,
untuk kemudian di dalam sel, glukosa itu dimetabolismekan menjadi tenaga.
3) Patofisiologi DM Tipe 1
Mengapa insulin pada DM Tipe 1 tidak ada? Ini disebabkan oleh karena pada jenis ini timbul
reaksi otoimun yang disebabkan karena adanya peradangan pada sel beta insulitis. Ini
menyebabkan timbulnya anti bodi terhadap sel beta yang disebut ICA (Islet Cell Antibody).
Reaksi antigen (sel beta) dengan antibodi (ICA) yang ditimbulkannya menyebabkan hancurnya
sel beta.
4) Patofisiologi DM Tipe 2
Pada DM Tipe 2 jumlah insulin normal, malah mungkin lebih banyak tetapi reseptor insulin yang
terdapat pada permukaan sel kurang. Reseptor inulin ini diibaratkan sebagai lubang kunci pintu
masuk ke dalam sel. Pada keadaan tadi jumlah lubang kuncinya yang kurang, hingga meskipun
anak kuncinya (insulin) banyak, tetapi karena lubang kuncinya (reseptor) kurang, maka glukosa
yang masuk sel akan sedikit, sehingga sel akan kekurangan glukosa dan glukosa di dalam darah
akan meningkat. Dengan demikian keadaan ini sama dengan pada DM Tipe 1. Perbedaanya
adalah DM Tipe 2 disamping kadar glukosa tinggi,juga kadar insulin tinggi atau normal.
Keadaan ini disebut resistensi insulin.
Faktor-faktor yang banyak berperan sebagai penyebab resistensi insulin:
1. Obesitas terutama yang bersifat sentral (bentuk apel)
2. Diet tinggi lemak dan rendah karbohidrat
3. Kurang gerak badan
4. Faktor keturunan (herediter)

D. Etiologi
 Virus dan Bakteri
Virus penyebab DM adalah rubela, mumps, dan human coxsackievirus B4. Melalui mekanisme
infeksi sitolitik dalam sel beta, virus ini mengakibatkan destruksi atau perusakan sel. Bisa juga,
virus ini menyerang melalui reaksi otoimunitas yang menyebabkan hilangnya otoimun dalam sel
beta. Diabetes mellitus akibat bakteri masih belum bisa dideteksi. Namun, para ahli kesehatan
menduga bakteri cukup berperan menyebabkan DM.
 Bahan Toksik atau Beracun
Bahan beracun yang mampu merusak sel beta secara langsung adalah alloxan, pyrinuron
(rodentisida), dan streptozoctin (produk dari sejenis jamur). Bahan lain adalah sianida yang
berasal dari singkong.
 Genetik atau Faktor Keturunan
Diabetes mellitus cenderung diturunkan atau diawariskan, bukan ditularkan. Anggota keluarga
penderita DM (diabetisi) memiliki kemungkinan lebih besar terserang penyakit ini dibandingkan
dengan anggota keluarga yang tidak menderita DM. Para ahli kesehatan juga menyebutkan DM
merupakan penyakit yang terpaut kromosom seks atau kelamin. Biasanya kaum laki-laki menjadi
penderita sesungguhnya, sedangkan kaum perempuan sebagai pihak yang membawa gen untuk
diwariskan kepada anak-anaknya.

E. Gambaran Klinik
 Gejala diabetes
Gejala klasik diabetes adalah rasa haus yang berlebihan sering kencing terutama malam hari,
banyak makan serta berat badan yang turun dengan cepat. Di samping itu kadang-kadang ada
keluhan lemah, kesemutan pada jari tangan dan kaki, cepat lapar, gatal-gatal, penglihatan jadi
kabur, gairah seks menurun, luka sukar sembuh dan pada ibu-ibu sering melahirkan bayi di atas
4 kg.Kadang-kadang ada pasien yang sama sekali tidak merasakan adanya keluhan, mereka
mengetahui adanya diabetes karena pada saat periksa kesehatan diemukan kadar glukosa
darahnya tinggi.

F. Pemeriksaan penunjang
Diagnosis DM umumnya akan dipikirkan dengan adanya gejala khas DM berupa poliuria,
polidipsia, lemas,dan berat badan turun. Gejala lain yang mungkin dikemukakan oleh pasien
adalah kesemutan, gatal, mata kabur dan impotensia pada pasien pria,serta pruritus dan vulvae
pada pasien wanita. Jika keluhan dan gejala khas, ditemukannya pemeriksaan glukosa darah
sewaktu yang >200 mg/dl sudah cukup untuk menegakkan diagnosis DM. Umumnya hasil
pemeriksaan glukosa darah sewaktu yang baru satu kali saja abnormal belum cukup untuk
diagnosis klinis DM.
Kalau hasil pemeriksaan glukosa darah meragukan, pemeriksaan TTGO diperlukan untuk
konfirmasi diagnosis DM. Untuk diagnosis DM dan gangguan toleransi glukosa lainnya
diperiksa glukosa darah 2 jam setelah beban glukosa. Sekurang-kurangnya diperlukan kadar
glukosa pernah 2 kali abnormal untuk konfirmasi diagnosis DM, baik pada 2 pemeriksaan yang
berbeda ataupun adanya 2 hasil abnormal pada saat pemeriksaan yang sama.
Cara pemeriksaan TTGO
• Tiga hari sebelumnya makan seperti biasa
• Kegiatan jasmani cukup, tidak terlalu banyak
• Puasa semalam, selama 10-12 jam
• Glukosa darah puasa diperiksa
• Diberikan glukosa 75 gram, dilarutkan dalam air 250 ml, dan diminum selama / dalam waktu 5
menit
• Diperiksa glukosa darah 1 (satu) jam dan 2 (dua) jam sesudah beban glukosa
• Selama pemeriksaan, pasien yang diperiksa tetap istirahat dan tidak

G. Komplikasi
Komplikasi diabetes mellitus dapat muncul secara akut dan secara kronik, yaitu timbul beberapa
bulan atau beberapa tahun sesudah mengidap diabetes mellitus.
• Komplikasi Akut Diabetes Mellitus
Dua komplikasi akut yang paling penting adalah reaksi hipoglikemia dan koma diabetik.
1. Reaksi Hipoglikemia
Reaksi hipoglikemia adalah gejala yang timbul akibat tubuh kekurangan glukosa, dengan tanda-
tanda rasa lapar, gemetar, keringat dingin, pusing, dan sebagainya. Penderita koma hipoglikemik
harus segera dibawa ke rumah sakit karena perlu mendapat suntikan glukosa 40% dan infuse
glukosa. Diabetisi yang mengalami reaksi hipoglikemik (masih sadar), atau koma hipoglikemik,
biasanya disebabkan oleh obat anti-diabetes yang diminum dengan dosis terlalu tinggi, atau
penderita terlambat makan, atau bisa juga karena latihan fisik yang berlebihan.
2. Koma Diabetik
Berlawanan dengan koma hipoglikemik, koma diabetik ini timbul karena kadar darah dalam
tubuh terlalu tinggi, dan biasanya lebih dari 600 mg/dl. Gejala koma diabetik yang sering timbul
adalah:
• Nafsu makan menurun (biasanya diabetisi mempunyai nafsu makan yang besar)
• Minum banyak, kencing banyak
• Kemudian disusul rasa mual, muntah, napas penderita menjadi cepat dan dalam, serta berbau
aseton
• Sering disertai panas badan karena biasanya ada infeksi dan penderita koma diabetik harus
segara dibawa ke rumah sakit

• Komplikasi Kronis Diabetes Mellitus


Komplikasi kronik DM pada dasarnya terjadi pada semua pembuluh darah di seluruh bagian
tubuh (angiopati diabetik). Untuk kemudahan, angiopati diabetik dibagi 2 :
• Makroangiopati (makrovaskular)
• Mikroangiopati (mikrovaskular)
Walaupun tidak berarti bahwa satu sama lain saling terpisah dan tidak terjadi sekaligus
bersamaan.

H. Penatalaksanaan
Berupa:
a. Obat Hipoglikemik Oral
1) Pemicu sekresi insulin:
 Sulfonilurea
 Glinid
2) Penambah sensitivitas terhadap insulin:
 Biguanid
 Tiazolidindion
 Penghambat glukosidase alfa
b. Insulin
c. Pencegahan komplikasi
 Berhenti merokok
 Mengoptimalkan kadar kolesterol
 Menjaga berat tubuh yang stabil
 Mengontrol tekanan darah tinggi
 Olahraga teratur dapat bermanfaat :
• Mengendalikan kadar glukosa darah
• Menurunkan kelebihan berat badan (mencegah kegemukan)
• Membantu mengurangi stres
• Memperkuat otot dan jantung
• Meningkatkan kadar kolesterol ‘baik’ (HDL)
• Membantu menurunkan tekanan darah

MANAJEMEN KEPERAWATAN

A. PENGKAJIAN

Pengkajian adalah langkah awal dan dasar dalam proses keperawatan secara menyeluruh
(Boedihartono, 1994 : 10).
Pengkajian pasien dengan Diabetes mellitus (Doenges, 1999) meliputi :
a. Aktivitas / Istirahat
Gejala : lemah, letih, sulit bergerak/berjalan, kram otot, tonus otot menurun.
Tanda : penurunan kekuatan otot.
b. Sirkulasi
Gejala : ulkus pada kaki, penyembuhan lama, kesemutan/kebas pada ekstremitas.
Tanda : kulit panas, kering dan kemerahan.
c. Integritas Ego
Gejala : tergantung pada orang lain.
Tanda : ansietas, peka rangsang.
d. Eleminasi
Gejala : perubahan pola berkemih (poliuria), nakturia
Tanda : urine encer, pucat kering, poliurine.
e. Makanan/cairan
Gejala : hilang nafsu makan, mual/muntah, tidak mengikuti diet, penurunan berat badan.
Tanda : kulit kering/bersisik, turgor jelek.

f. Nyeri/ kenyamanan
Gejala : nyeri pada luka ulkus
Tanda : wajah meringis dengan palpitasi, tampak sangat hati-hati.
g. Keamanan
Gejala : kulit kering, gatal, ulkus kulit.
Tanda : demam, diaforesis, kulit rusak, lesi/ulserasi
h. Penyuluhan / pembelajaran
Gejala : faktor risiko keluarga DM, penyakit jantung, stroke, hipertensi, penyembuhan yang
lamba. Penggunaan obatseperti steroid, diuretik (tiazid) : diantin dan fenobarbital (dapat
meningkatkan kadar glukosa darah).

B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
Diagnosa keperawatan adalah suatu penyatuan dari masalah pasien yang nyata maupun potensial
berdasarkan data yang telah dikumpulkan (Boedihartono, 1994).
Diagnosa keperawatan pada pasien dengan Diabetes mellitus (Doenges, 1999) adalah :
1) Kekurangan volume cairan berhubungan dengan diuresis osmotik, kehilangan gastrik,
berlebihan diare, mual, muntah, masukan dibatasi, kacau mental.
2) Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan ketidakcukupan insulin,
penurunan masukan oral : anoreksia, mual, lambung penuh, nyeri abdomen, perubahan
kesadaran : status hipermetabolisme, pelepasan hormon stress.
3) Risiko tinggi terjadi infeksi berhubungan dengan tidak adekuatnya pertahanan perifer,
perubahan sirkulasi, kadar gula darah yang tinggi, prosedur invasif dan kerusakan kulit.
4) Kelelahan berhubungan dengan penurunan produksi energi metabolik, perubahan kimia darah,
insufisiensi insulin, peningkatan kebutuhan energi, status hipermetabolisme/infeksi.
5) Kurang pengetahuan tentang kondisi, prognosis dan kebutuhan pengobatan berhubungan
dengan salah interpretasi informasi / tidak mengenal sumber informasi.

C. INTERVENSI DAN IMPLEMENTASI


Intervensi adalah penyusunan rencana tindakan keperawatan yang akan dilaksanakan untuk
menanggulangi masalah sesuai dengan diagnosa keperawatan (Boedihartono, 1994)
Implementasi adalah pengelolaan dan perwujudan dari rencana keperawatan yang telah disusun
pada tahap perencanaan (Effendi, 1995).
Intervensi dan implementasi keperawatan pada pasien dengan diabetes mellitus (Doenges, 1999)
meliputi :
a) Kekurangan volume cairan berhubungan dengan diuresis osmotik, kehilangan gastric,
berlebihan (diare, muntah) masukan dibatasi (mual, kacau mental).
Tujuan : Kondisi tubuh stabil, tanda-tanda vital, turgor kulit, normal.
Kriteria Hasil : - pasien menunjukan adanya perbaikan keseimbangan cairan, dengan kriteria ;
pengeluaran urine yang adekuat (batas normal), tanda-tanda vital stabil, tekanan nadi perifer
jelas, turgor kulit baik, pengisian kapiler baik dan membran mukosa lembab atau basah.
Intervensi / Implementasi :
1) Pantau tanda-tanda vital, catat adanya perubahan tekanan darah ortestastik.
R : Hipovolemia dapat dimanifestasikan oleh hipotensi dan takikardia.
2) Kaji pola napas dan bau napas.
R : Paru-paru mengeluarkan asam karbonat melalui pernapasan yang menghasilkan kompensasi
alkosis respiratoris terhadap keadaan ketoasidosis.

3) Kaji suhu, warna dan kelembaban kulit.


R : Demam, menggigil, dan diaferesis merupakan hal umum terjadi pada proses infeksi. Demam
dengan kulit yang kemerahan, kering, mungkin gambaran dari dehidrasi.
4) Kaji nadi perifer, pengisian kapiler, turgor kulit dan membran mukosa.
R : Merupakan indikator dari tingkat dehidrasi atau volume sirkulasi yang adekuat.
5) Pantau intake dan output. Catat berat jenis urine.
R : memeberikan perkiraan kebutuhan akan cairan pengganti, fungsi ginjal dan keefektifan dari
terapi yang diberikan.
6) Ukur berat badan setiap hari.
R : memberikan hasil pengkajian yang terbaik dari status cairan yang sedang berlangsung dan
selanjutnya dalam memberikan cairan pengganti.
7) Kolaborasi pemberian terapi cairan sesuai indikasi
R : tipe dan jumlah dari cairan tergantung pada derajat kekurangan cairan dan respon pasien
secara individual.

b) Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan ketidak cukupan insulin,
penurunan masukan oral : anoreksia, mual, lambung penuh, nyeri abdomen, perubahan
kesadaran : status hipermetabolisme, pelepasan hormon stress.
Tujuan : berat badan dapat meningkat dengan nilai laboratorium normal dan tidak ada tanda-
tanda malnutrisi.
Kriteria Hasil : - pasien mampu mengungkapkan pemahaman tentang penyalahgunaan zat,
penurunan jumlah intake ( diet pada status nutrisi).
- mendemonstrasikan perilaku, perubahan gaya hidup untuk meningkatkan dan mempertahankan
berat badan yang tepat.
Intervensi / Implementasi :
1) Timbang berat badan setiap hari sesuai indikasi
R : Mengetahui pemasukan makan yang adekuat.
2) Tentukan program diet dan pola makanan pasien dibandingkan dengan makanan yang dapat
dihabiskan pasien.
R : Mengindentifikasi penyimpangan dari kebutuhan.
3) Auskultasi bising usus, catat adanya nyeri abdomen/perut kembung, mual,muntah,
pertahankan puasa sesuai indikasi.
R : mempengaruhi pilihan intervensi.
4) Observasi tanda-tanda hipoglikemia, seperti perubahan tingkat kesadaran, dingin/lembab,
denyut nadi cepat, lapar dan pusing.
R : secara potensial dapat mengancam kehidupan, yang harus dikali dan ditangani secara tepat.
5) Kolaborasi dalam pemberian insulin, pemeriksaan gula darah dan diet.
R : Sangat bermanfaat untuk mengendalikan kadar gula darah.

c) Risiko tinggi terjadi infeksi berhubungan dengan tidak adekuatnya pertahanan perifer,
perubahan sirkulasi, kadar gula darah yang tinggi, prosedur invasif dan kerusakan kulit.
Tujuan : Infeksi tidak terjadi.
Kriteria Hasil : - mengindentifikasi faktor-faktor risiko individu dan intervensi untuk mengurangi
potensial infeksi.
- pertahankan lingkungan aseptik yang aman.
Intervensi / Implementasi
1) Observasi tanda-tanda infeksi dan peradangan seperti demam, kemerahan, adanya pus pada
luka , sputum purulen, urin warna keruh dan berkabut.
R : pasien masuk mungkin dengan infeksi yang biasanya telah mencetus keadaan ketosidosis
atau dapat mengalami infeksi nosokomial.
2) Tingkatkan upaya pencegahan dengan melakukan cuci tangan yang baik, setiap kontak pada
semua barang yang berhubungan dengan pasien termasuk pasien nya sendiri.
R : mencegah timbulnya infeksi nosokomial.
3) Pertahankan teknik aseptik pada prosedur invasif (seperti pemasangan infus, kateter folley,
dsb).
R : Kadar glukosa yang tinggi dalam darah akan menjadi media terbaik bagi pertumbuhan
kuman.
4) Pasang kateter / lakukan perawatan perineal dengan baik.
R : Mengurangi risiko terjadinya infeksi saluran kemih.
5) Berikan perawatan kulit dengan teratur dan sungguh-sungguh. Masase daerah tulang yang
tertekan, jaga kulit tetap kering, linen kering dantetap kencang (tidak berkerut).
R : sirkulasi perifer bisa terganggu yang menempatkan pasien pada penigkatan risiko terjadinya
kerusakan pada kulit / iritasi dan infeksi.
6) Posisikan pasien pada posisi semi fowler.
R : memberikan kemudahan bagi paru untuk berkembang, menurunkan terjadinya risiko
hipoventilasi.
7) Kolaborasi antibiotik sesuai indikasi.
R : penenganan awal dapat membantu mencegah timbulnya sepsis.

d) Kelelahan berhubungan dengan penurunan produksi energi metabolik, perubahan kimia darah,
insufisiensi insulin, peningkatan kebutuhan energi, status hipermetabolisme/infeksi.
Tujuan : Rasa lelah berkurang / Penurunan rasa lelah
Kriteria Hasil : - menyatakan mapu untuk beristirahat dan peningkatan tenaga.
- mampu menunjukan faktor yang berpengaruh terhadap kelelahan.
- Menunjukan peningkatan kemampuan dan berpartisipasi dalam aktivitas.
Intervensi / Implementasi :
1) Diskusikan dengan pasien kebutuhan aktivitas. Buat jadwal perencanaan dengan pasien dan
identifikasi aktivitas yang menimbulkan kelelahan.
R : pendidikan dapat memberikan motivasi untuk meningkatkan aktivitas meskipun pasien
mungkin sangat lemah.
2) Berikan aktivitas alternatif denagn periode istirahat yang cukup / tanpa terganggu.
R : mencegah kelelahan yang berlebihan.
3) Pantau tanda-tanda vital sebelum atau sesudah melakukan aktivitas.
R : mengidentifikasi tingkat aktivitas yang ditoleransi secara fisiologi.
4) Diskusikan cara menghemat kalori selama mandi, berpindah tempat dan sebagainya.
R : dengan penghematan energi pasien dapat melakukan lebih banyak kegiatan.
5) Tingkatkan partisipasi pasien dalam melakukan aktivitas sehari-hari sesuai kemampuan /
toleransi pasien.
R : meningkatkan kepercayaan diri / harga diri yang positif sesuai tingkat aktivitas yang dapat
ditoleransi pasien.

e) Kurang pengetahuan tentang kondisi, prognosis dan kebutuhan pengobatan berhubungan


dengan salah interpretasi informasi/tidak mengenal sumber informasi.
Tujuan : pasien mengutarakan pemahaman tentang kondisi, efek prosedur dan proses
pengobatan.
Kriteria Hasil : - melakukan prosedur yang diperlukan dan menjelaskan alasan dari suatu
tindakan.
- memulai perubahan gaya hidup yang diperlukan dan ikut serta dalam regimen perawatan.
Intervensi / Implementasi :
1) Kaji tingkat pengetahuan klien dan keluarga tentang penyakitnya.
R : megetahui seberapa jauh pengalaman dan pengetahuan klien dan keluarga tentang
penyakitnya.
2) Berikan penjelasan pada klien tentang penyakitnya dan kondisinya sekarang.
R : dengan mengetahui penyakit dan kondisinya sekarang, klien dan keluarganya akan merasa
tenang dan mengurangi rasa cemas.
3) Anjurkan klien dan keluarga untuk memperhatikan diet makanan nya.
R : diet dan pola makan yang tepat membantu proses penyembuhan.
4) Minta klien dan keluarga mengulangi kembali tentang materi yang telah diberikan.
R : mengetahui seberapa jauh pemahaman klien dan keluarga serta menilai keberhasilan dari
tindakan yang dilakukan.

D. EVALUASI
Evaluasi adalah stadium pada proses keperawatan dimana taraf keberhasilan dalam pencapaian
tujuan keperawatan dinilai dan kebutuhan untuk memodifikasi tujuan atau intervensi
keperawatan ditetapkan (Brooker, 2001).
Evaluasi yang diharapkan pada pasien dengan diabetes mellitus adalah :
1) Kondisi tubuh stabil, tanda-tanda vital, turgor kulit, normal.
2) Berat badan dapat meningkat dengan nilai laboratorium normal dan tidak ada tanda-tanda
malnutrisi.
3) Infeksi tidak terjadi
4) Rasa lelah berkurang/Penurunan rasa lelah
5) Pasien mengutarakan pemahaman tentang kondisi, efek prosedur dan proses pengobatan.

DAFTAR PUSTAKA

1. Brooker, Christine. 2001. Kamus Saku Keperawatan. EGC : Jakarta.Carpenito, L.J. 1999.
Rencana Asuhan keperawatan dan dokumentasi keperawatan, Diagnosis Keperawatan
dan Masalah Kolaboratif, ed. 2. EGC : Jakarta.
2. Doenges, Marilynn E. 1999. Rencana Asuhan Keperawatan pedoman untuk perencanaan
dan pendokumentasian pasien, ed.3. EGC : Jakarta.
3. Effendy, Nasrul. 1995. Pengantar Proses Keperawatan. EGC : Jakarta.FKUI. 2001. Buku
Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid.II Ed.3. FKUI : Jakarta.
4. Haznam. 1991. Endokrinologi. Angkasa Offset : BandungNoer, Sjaifoellah H.M., dkk.
2003. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam, cetakan keenam. Balai Penerbit FKUI : Jakarta
5. Soegondo S, dkk. 2007. Penatalaksanaan Diabetes Mellitus Terpadu, cetakan keenam.
Balai Penerbit FKUI : Jakarta.

http://asuhan-keperawatan-patriani.blogspot.com/2008/07/askep.html

Anda mungkin juga menyukai