Anda di halaman 1dari 7

PENERAPAN K3 DI INDUSTRI GARMEN

1. A. LATAR BELAKANG

Industri konveksi adalah suatu perusahaan yang menghasilkan pakaian jadi pakaian wanita, pria, anak, pakaian
olahraga, maupun pakaian-pakaian partai politik. Industri konveksi bisa di bilang perusahaan yang sedang
karena tenaga kerjanya masih dibilang sedikit. Umumnya, perusahaan-perusahaan konveksi mempergunakan
bahan baku berupa tekstil dari bermacam-macam jenis, seperti katun, kaos, linen, polyester, rayon, dan bahan-
bahan syntesis lain ataupun campuran dari jenis bahan-bahan tersebut.

Pada perusahaan konveksi ‘de ress colection’ mempunyai alat-alat yang biasanya digunakan yaitu berupa mesin
potong, mesin jahit, alat sablon, setrika, jarum jahit, kursi kerja, papan potong bahan, meja setrika dan meja
pengepakan.

Bahan-bahan dan alat yang dipegunakan dalam mengelola industri perusahaan konveksi ini dapat menjadi faktor
penyebab terjadinya gangguan kesehatan dan keselamatan kerja yang dapat berpengaruh pada tingkat
produktivitas. Alangkah baiknya jika kita bisa menerapkan kesehatan dan keselamatan kerja sehingga dapat
membantu tenaga kerja terhindar dari gangguan-gangguan pada lingkungan kerja.

1. B. TUJUAN MASALAH
A. Mengetaui prifil perusahaan konveksi de ress collection.
B. Mengetahui proses produksi dan identifikasi permasalahan.
C. Mengetahui pemantauan Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3).
D. Mengetahui upaya Pengetahuan Rekayasa, Pengendalaian Dan Penanggulangan.

1. 1. PROSES PRODUKSI DAN IDENTIFIKASI PERMASALAHAN

1.1 Profil perusahaan konveksi de ress colection.

Perusahaan konveksi de ress colelection didirikan oleh Bapak Abdul Rokhim pada tahun 2002. De ress
collection berada di jalan jodipan wetan gang 3A, RT 6, RW 6, Kecamatan Blimbing, Kabupaten Malang.
Perusahaan ini memproduksi berbagai macam kaos olahraga mulai ukuran hingga ukuran yang besar. Sejak
berdirinya perusahaan ini hingga sekarang mempunyai 22 karyawan tetap, masing- masing karyawan
mempunyai tugas dan pekerjaan. Diantaranya yaitu:

Karyawan bagian pemotongan: 6 orang

Karyawan bagian sablon: 7 orang

Karyawan bagian obras dan jahit: 10 orang

Karyawan bagian paking: 2 orang.

Perusahaan konveksi de ress collection memiliki jam kerja yang sudah ditentukan yaitu pada pukul 08.00 sampai
16.00 WIB. Banyak pelanggan yang memesan kaos olahraga dengan menghubungi nomer telepon (0341) 321945.
Hingga sekarang perusahaan konveksi ini berjalan dengan lancar dan sukses.

1.2 Proses Produksi dan Identifikasi permasalahan.


1. a. diagram alir dan uraian proses produksi.

•pemasokan bahan baku —> •penyimpanan bahan baku di gudang —> •penjiplakan pola diatas bahan dan
proses pemotongan —> sablon —> •proses obras dan jahit —>•finishing —> •quality control —> •packing —>
distribusi.

1. a. Uraian proses produksi:


2. Bahan baku dipasok dari agen kemudian diangkut menggunakan alat transportasi menuju tempat
penyimpanan barang.
3. Bahan baku tekstil ditata sedemikian rupa pada rak penyimpanan agar tidak membahayakan.
4. Setelah dari gudang, bahan baku akan melalui proses penjiplakan pola dan pemotongan. Bahan digelar di
atas papan potong, setelah itu digambar sesuai dengan pola karton yang sudah disiapkan. Setelah semua
pola selesai dijiplak, bahan tekstil dipotong sesuai dengan bentuk pola menggunakan mesin pemotong
kain.
5. Setelah bahan menjadi potongan-potongan pola, bagian-bagian yang memerlukan sablon akan masuk ke
bagian penyablonan. Pada proses ini terlebih dahulu gambarnya akan didesain di komputer kemudian
disablon secara printing ataupun secara manual.
6. Setelah melalui proses penyablonan potongan-potongan bahan tersebut akan diobras sekaligus dijahit
menggunakan mesin obras jahit benang 4, dikelim dengan mesin jahit kelim, dan juga dipasangkan over
deck pada bagian garis lehernya.

1. Setelah pakaian selesai dijahit, pakaian akan melewati proses finishing yaitu buang benang.
2. Pakaian jadi yang telah selesai dijahit dan telah melalui proses buang benang akan dicek kelayakannya
dengan cara quality control yang dilakukan oleh pimpinan industri sendiri.
3. Pakaian yang lolos quality control akan dikemas dalam plastik kemasan.
4. Pakaian yang telah dikemas akan diangkut dengan alat transportasi untuk didistribusikan.

1.3 Identifikasi Permasalahan

a. Faktor Lingkungan Kerja

1. Proses pemasokan barang : Polusi udara, cuaca.

2. Gudang Bahan : Penerangan, iklim kerja, debu.

3. Pemotongan bahan : Penerangan, iklim kerja, debu.

4. Sablon : Penerangan, iklim kerja, bahan kimia, uap

5. Menjahit : Penerangan, iklim kerja, kebisingan, getaran, debu.

6. Finishing : Penerangan, iklim kerja, debu.

7. Quality control : Penerangan, iklim kerja, debu.

8. packing : Penerangan, iklim kerja, debu.

9. Proses distribusi : Polusi udara, cuaca.


1. b. Potensi Bahaya Kecelakaan Kerja

Prose produksi:

1. Proses pemasokan barang: bahaya kecelakaan lalu lintas.


2. Gudang: bahaya kebakaran.
3. Pemotingan:jari terpotong, tersengat arus listrik, kebakaran akibat konsleting.
4. Sablon: Tangan terkena bahan kimia, gangguan pernafasan, gangguan. penglihatan akibat kelelahan
bekerja pada komputer, tangan terkena setrika, tersengat arus listrik.
5. Menjahit: Jari terkena jarum, tersengat arus listrik, kebakaran, jari tergunting.
6. Finishing: kain tergunting, jari tergunting.
7. Packing: tergores, bahaya kejatuhan tangan.
8. Proses distribusi: kecelakaan lalu lintas.
9. c. Keserasian peralatan dan sarana kerja dengan tenaga kerja

Tidak
Proses produksi Faktor Ergonomi Sesuai Keterangan
Sesuai

Proses pemasokan barang  Kendaraan V


 Alat pengaman
V

Pemotongan  Ukuran papan potong V


 Posisi duduk
 Sikap dalam bekerja V
 Cara dan sistem kerja

Sablon  Komputer V
 Alat sablon
V

Menjahit  Ukuran baju kerja – – Pekerja tidak


 Kursi duduk menggunakan
 Sikap kerja V
pakaian kerja
 Cara dan system kerja yang telah
disediakan
V

Packing  Kegiatan angkat dan junjung V


 Sikap kerja
 Ruang gerak

V
Proses Distribusi  Kendaraan V
 Alat pengaman
V

1. d. Faktor Manusia

Tenaga kerja tidak melakukan keselamatan-keselamatan k3, tidak menggunakan alat proteksi yang
telah disediakan, dan mempunyai naluri cara kerja sehat.

2. PEMANTAUAN

2.1 Faktor Teknis

a. Sarana dan Peralatan Kerja

. Penyimpanan bahan baku di gudang menggunakan rak penyimpanan, Penjiplakan pola di atas bahan
dan proses pemotongan dengan kapur jahit, alat potong listrik, papan potong, dan pemberat, proses obras dan
jahit menggunakan mesin obras jait benang 4, mesin jahit kelim, mesin jahit over deck dan gunting

2.2 Faktor Manusia

a. Kesehatan Tenaga Kerja

Tidak dilaksanakan pemeriksaan kesehatan sebelum kerja, tidak dilaksanakan pemeriksaan kesehatan
berkala, dan dilaksanakan pemeriksaan kesehatan khusus. Di tempat industri yang kami observasi, hanya ada
alat-alat P3K yang disediakan sebagai langkah pertolongan awal yang diberikan kepada para pekerja apabila ada
yang mengalami kecelakaan dalam bekerja.

1. b. Kesesuaian Sikap, Cara dan Sistem Kerja

Sikap dan sistem dalam kerja juga di perbolehkan untuk komunikasi dengan sesama pekerja dengan waktu yang
terbatas. Cara kerja angkut dan angkat yaitu, memegang dengan tepat, lengan berada dekat dengan badan dalam
posisi lurus, punggung dalam posisi lurus, posisi kaki tepat dalam menopang tubuh, beban dekat dengan garis
vertikal yang melalui pusat gravitasi tubuh.

3. UPAYA PENGETAHUAN, REKAYASA PENGENDALIAN DAN PENANGGULAN

3.1 Rekayasa Teknologi Pengendalian

a. Lingkungan Kerja
Faktor gangguan:

1. Penerangan: pemasangan lampu.


2. Iklim kerja: memasang kipas angin, menambah ventilasi alam.
3. Kebisingan: melakukan perawatan secara rutin terhadap mesin jahit, pengaturan waktu kerja selama 8
jam perhari.
4. Getaran: melakukan perawatan secara rutin terhadap mesin jahit.

1. b. Keselamatan Kerja

Faktor Bahaya Pengendalian dan Pencegahan Ya Tidak

Kebakaran  Disediakan alat pemadam api khusus V

Terkena jarum jahit  Perlu hati-hati pada waktu menjahit V


 Menggunakan bidal
V

Jari/tangan terpotong  Menggunakan mesin potong yang dilengkapi dengan pelindung V


alat pemotong kain didepannya
 Berhati-hati

Kecelakaan lalu lintas  Menggunakan safety riding (motor) V


 Menggunakan safety belt (mobil)
 Mematuhi rambu-rambu lalu lintas V

1. c. Penerapan Ergonomi

Objek Kriteria Keterangan

Tempat duduk  Tinggi tempat duduk Sesuai


 Panjang alas duduk
 Lebar tempat duduk Sesuai
 Sandaran pinggang
 Sandaran tangan
 Sudut alas duduk Sesuai

Tidak ada

Tidak ada

Sesuai

Meja kerja  Tinggi meja kerja Sesuai


 Tebal daun meja
 Permukaan meja Sesuai
 Lebar meja

Sesuai

Sesuai

3.2 Pencegahan dan Penanggulan Dari Aspek Manusia

a. Penyakit Akibat Kerja

Terdiri dari dua aspek yaitu:

1. Penyakit akibat kerja: Tidak mengevaluasi hasil pemeriksaan kesehatan berkala dan khusus secara
berkelanjutan dalam kurun waktu tertentu. Melaksanakan peningkatan derajat kesehatan tenaga kerja
dengan kesehatan kuratif, proporsional, dan rehabilitatif. Tidak meningkatan kebersihan perorangan dan
membiasakan cara hidup sehat.
2. Sikap dan sistem kerja: komunikasi dengan sesama pekerja.

1. b. Sikap dan Sistem Kerja

Sikap dan sistem dalam kerja juga di perbolehkan untuk komunikasi dengan sesama pekerja dengan waktu
yang terbatas. Cara kerja angkut dan angkat yaitu, memegang dengan tepat, lengan berada dekat dengan badan
dalam posisi lurus, punggung dalam posisi lurus, posisi kaki tepat dalam menopang tubuh, beban dekat dengan
garis vertikal yang melalui pusat gravitasi tubuh.

PENUTUP

1. A. KESIMPULAN
Pihak manajemen dan tenaga kerja nampaknya belum memiliki pengetahuan yang dalam tentang kesehatan
dan keselamatan kerja, sehingga dalam pelaksanaan kegiatan produksi banyak aspek-aspek yang kurang sesuai
dengan apa yang seharusnya dilakukan untuk mencapai kesehatan dan keselamatan kerja, contohnya seperti
minimnya kesadaran untuk menggunakan alat pelindung diri.

1. B. SARAN

Pemerintah diharapkan memberikan sosialisasi yang lebih kepada pihak industri mengenai pentingnya K3 untuk
dilaksanakan. Sosialisasi tersebut bisa melalui media cetak maupun elektronik agar tingkat kesadaran akan
pentingnya melaksanakan K3 semakin meningkat.

Pihak manajemen sebaiknya tidak hanya menganjurkan namun mewajibkan kepada karyawannya untuk bisa
menerapkan K3, sebab hal itu demi terwujudnya keselamatan kerja para karyawannya sehingga tingkat
produktivitas perusaan juga turut meningkat. Para pekerja sebaiknya mulai membiasakan diri untuk mematuhi
aturan-aturan K3 demi kesehatan dan keselamatan kerja dirinya sendiri.

Nama : Diana Ika Farida

Nim : 120542332499

Prodi : D3 Tata Busana

Anda mungkin juga menyukai