Anda di halaman 1dari 9

A.

    LATAR BELAKANGIndustri konveksi adalah suatu


perusahaan yang
Posted on 15 Mei 2013by k3tium
1. A.    LATAR BELAKANG
Industri konveksi adalah suatu perusahaan yang menghasilkan pakaian jadi  pakaian
wanita, pria, anak, pakaian olahraga, maupun pakaian-pakaian partai politik. Industri
konveksi bisa di bilang perusahaan yang sedang karena tenaga kerjanya masih dibilang
sedikit. Umumnya, perusahaan-perusahaan konveksi mempergunakan bahan baku
berupa tekstil dari bermacam-macam jenis, seperti katun, kaos, linen, polyester, rayon,
dan bahan-bahan syntesis lain ataupun campuran dari jenis bahan-bahan tersebut.

Pada perusahaan konveksi ‘de ress colection’ mempunyai alat-alat yang biasanya
digunakan yaitu berupa mesin potong, mesin jahit, alat sablon, setrika, jarum jahit,
kursi kerja, papan potong bahan, meja setrika dan meja pengepakan.

Bahan-bahan dan alat yang dipegunakan dalam mengelola industri perusahaan


konveksi ini dapat menjadi faktor penyebab terjadinya gangguan kesehatan dan
keselamatan kerja yang dapat berpengaruh pada tingkat produktivitas. Alangkah
baiknya jika kita bisa menerapkan kesehatan dan keselamatan kerja sehingga dapat
membantu tenaga kerja terhindar dari gangguan-gangguan pada lingkungan kerja.

1. B.     TUJUAN MASALAH
A. Mengetaui prifil perusahaan konveksi de ress collection.
B. Mengetahui proses produksi dan identifikasi permasalahan.
C. Mengetahui pemantauan Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3).
D. Mengetahui upaya Pengetahuan Rekayasa, Pengendalaian Dan
Penanggulangan.
 
1. 1.      PROSES PRODUKSI DAN IDENTIFIKASI PERMASALAHAN
1.1  Profil  perusahaan konveksi de ress colection.
            Perusahaan konveksi de ress colelection didirikan oleh Bapak Abdul Rokhim
pada tahun 2002. De ress collection berada di jalan jodipan wetan gang 3A, RT 6, RW 6,
Kecamatan Blimbing, Kabupaten Malang. Perusahaan ini memproduksi berbagai
macam kaos olahraga mulai ukuran hingga ukuran yang besar. Sejak berdirinya
perusahaan ini hingga sekarang mempunyai 22 karyawan tetap, masing- masing
karyawan mempunyai tugas dan pekerjaan. Diantaranya yaitu:

Karyawan bagian pemotongan: 6 orang

Karyawan bagian sablon: 7 orang

Karyawan bagian obras dan jahit: 10 orang

Karyawan bagian paking: 2 orang.

Perusahaan konveksi de ress collection memiliki jam kerja yang sudah ditentukan yaitu
pada pukul 08.00 sampai 16.00 WIB. Banyak pelanggan yang memesan kaos olahraga
dengan menghubungi nomer telepon (0341) 321945. Hingga sekarang perusahaan
konveksi ini berjalan dengan lancar dan sukses.

1.2  Proses Produksi dan Identifikasi permasalahan.


1. a.       diagram alir dan uraian proses produksi.

 
 
1. a.      Uraian proses produksi:
2. Bahan baku dipasok dari agen kemudian diangkut menggunakan alat
transportasi menuju tempat penyimpanan barang.
3. Bahan baku tekstil ditata sedemikian rupa pada rak penyimpanan agar tidak
membahayakan.
4. Setelah dari gudang, bahan baku akan melalui proses penjiplakan pola dan
pemotongan. Bahan digelar di atas papan potong, setelah itu digambar sesuai
dengan pola karton yang sudah disiapkan. Setelah semua pola selesai dijiplak, bahan
tekstil dipotong sesuai dengan bentuk pola menggunakan mesin pemotong kain.
5. Setelah bahan menjadi potongan-potongan pola, bagian-bagian yang
memerlukan sablon akan masuk ke bagian penyablonan. Pada proses ini terlebih
dahulu gambarnya akan didesain di komputer kemudian disablon secara printing
ataupun secara manual.
6. Setelah melalui proses penyablonan potongan-potongan bahan tersebut akan
diobras sekaligus dijahit menggunakan mesin obras jahit benang 4, dikelim dengan
mesin jahit kelim, dan juga dipasangkan over deck pada bagian garis lehernya.
 

1. Setelah pakaian selesai dijahit, pakaian akan melewati proses finishing yaitu
buang benang.
2. Pakaian jadi yang telah selesai dijahit dan telah melalui proses buang benang
akan dicek kelayakannya dengan cara quality control yang dilakukan oleh pimpinan
industri sendiri.
3. Pakaian yang lolos quality control akan dikemas dalam plastik kemasan.
4. Pakaian yang telah dikemas akan diangkut dengan alat transportasi untuk
didistribusikan.
1.3  Identifikasi Permasalahan
            a.  Faktor Lingkungan Kerja
1. Proses pemasokan barang    : Polusi udara, cuaca.

2. Gudang Bahan                     : Penerangan, iklim kerja, debu.

3. Pemotongan bahan              : Penerangan, iklim kerja, debu.

4. Sablon                                 : Penerangan, iklim kerja, bahan kimia, uap

5. Menjahit                              : Penerangan, iklim kerja, kebisingan, getaran, debu.

6. Finishing                              : Penerangan, iklim kerja, debu.

7. Quality control                     : Penerangan, iklim kerja, debu.

8. packing                                : Penerangan, iklim kerja, debu.

9. Proses distribusi                   : Polusi udara, cuaca.

1. b.      Potensi Bahaya Kecelakaan Kerja


Prose produksi:
1. Proses pemasokan barang: bahaya kecelakaan lalu lintas.
2. Gudang: bahaya kebakaran.
3. Pemotingan:jari terpotong, tersengat arus listrik, kebakaran akibat konsleting.
4. Sablon: Tangan terkena bahan kimia, gangguan pernafasan, gangguan.
penglihatan akibat kelelahan bekerja pada komputer, tangan terkena setrika,
tersengat arus listrik.
5. Menjahit: Jari terkena jarum, tersengat arus listrik, kebakaran, jari tergunting.
6. Finishing: kain tergunting, jari tergunting.
7. Packing: tergores, bahaya kejatuhan tangan.
8. Proses distribusi: kecelakaan lalu lintas.
9. c.       Keserasian peralatan dan sarana kerja dengan tenaga kerja
Tidak
Proses Faktor Sesua
produksi Ergonomi Sesuai i Keterangan

Proses V
pemasokan  Kendaraan
barang  Alat V    
pengaman
V
 Ukuran
papan potong V
 Posisi
duduk V
 Sikap
dalam bekerja
Pemotongan  Cara dan V    
sistem kerja
V
 Komputer
Sablon  Alat V    
sablon
Menjahit  Ukuran – – Pekerja tidak
baju kerja menggunakan
 Kursi V pakaian kerja
duduk yang telah
 Sikap disediakan
kerja V
 Cara dan
system kerja
V

 Kegiatan  
angkat dan
junjung V
 Sikap
kerja
Packing  Ruang V    
gerak
V
Proses  Kendaraan
Distribusi  Alat V    
pengaman
 

1. d.      Faktor Manusia
                  Tenaga kerja tidak melakukan keselamatan-keselamatan k3, tidak
menggunakan alat proteksi yang telah disediakan, dan mempunyai naluri cara kerja
sehat.

 
 
 
2. PEMANTAUAN
2.1  Faktor Teknis
      a.  Sarana dan Peralatan Kerja
.               Penyimpanan bahan baku di gudang menggunakan rak penyimpanan,
Penjiplakan pola di atas bahan dan proses pemotongan dengan kapur jahit, alat potong
listrik, papan potong, dan pemberat, proses obras dan jahit menggunakan mesin obras
jait benang 4, mesin jahit kelim, mesin jahit over deck dan gunting

2.2 Faktor Manusia


      a.  Kesehatan Tenaga Kerja
              Tidak dilaksanakan pemeriksaan kesehatan sebelum kerja, tidak dilaksanakan
pemeriksaan kesehatan berkala, dan dilaksanakan pemeriksaan kesehatan khusus. Di
tempat industri yang kami observasi, hanya ada alat-alat P3K yang disediakan sebagai
langkah pertolongan awal yang diberikan kepada para pekerja apabila ada yang
mengalami kecelakaan dalam bekerja.

1. b.    Kesesuaian Sikap, Cara dan Sistem Kerja


Sikap dan sistem dalam kerja juga di perbolehkan untuk komunikasi dengan sesama
pekerja dengan waktu yang terbatas. Cara kerja angkut dan angkat yaitu, memegang
dengan tepat, lengan berada dekat dengan badan dalam posisi lurus, punggung dalam
posisi lurus, posisi kaki tepat dalam menopang tubuh, beban dekat dengan garis vertikal
yang melalui pusat gravitasi tubuh.

3. UPAYA PENGETAHUAN, REKAYASA PENGENDALIAN DAN


PENANGGULAN
3.1  Rekayasa Teknologi Pengendalian
       a.  Lingkungan Kerja
       Faktor gangguan:
1. Penerangan: pemasangan lampu.
2. Iklim kerja: memasang kipas angin, menambah ventilasi alam.
3. Kebisingan: melakukan perawatan secara rutin terhadap mesin jahit, pengaturan
waktu kerja selama 8 jam perhari.
4. Getaran: melakukan perawatan secara rutin terhadap mesin jahit.
 
 
 
1. b.   Keselamatan Kerja   
 
Faktor
Bahaya Pengendalian dan Pencegahan Ya Tidak
Kebakaran  Disediakan alat pemadam api   V
khusus
Terkena  Perlu hati-hati pada waktu V  
jarum jahit menjahit
 Menggunakan bidal
V

 
Jari/tangan
terpotong
alat  
 Menggunakan mesin potong yang
pemotong dilengkapi dengan pelindung
kain didepannya V V
 Berhati-hati
V

V
 Menggunakan safety riding
Kecelakaan (motor)
lalu lintas  Menggunakan safety belt (mobil) V  
 Mematuhi rambu-rambu lalu lintas
 
1. c.       Penerapan Ergonomi
Objek Kriteria Keterangan
Sesuai

Sesuai

Sesuai

Tidak ada
 Tinggi tempat duduk
 Panjang alas duduk Tidak ada
 Lebar tempat duduk
 Sandaran pinggang
Tempat duduk  Sandaran tangan Sesuai
 Sudut alas duduk
Meja kerja  Tinggi meja kerja Sesuai
 Tebal daun meja
 Permukaan meja Sesuai
 Lebar meja
Sesuai
Sesuai

  
3.2  Pencegahan dan Penanggulan Dari Aspek Manusia
       a.  Penyakit Akibat Kerja
       Terdiri dari dua aspek yaitu:

1. Penyakit akibat kerja: Tidak mengevaluasi hasil pemeriksaan kesehatan berkala


dan khusus secara berkelanjutan dalam kurun waktu tertentu. Melaksanakan
peningkatan derajat kesehatan tenaga kerja dengan kesehatan kuratif, proporsional,
dan rehabilitatif. Tidak meningkatan kebersihan perorangan dan membiasakan cara
hidup sehat.
2. Sikap dan sistem kerja: komunikasi dengan sesama pekerja.
1. b.     Sikap dan Sistem Kerja
      Sikap dan sistem dalam kerja juga di perbolehkan untuk komunikasi dengan sesama
pekerja dengan waktu yang terbatas. Cara kerja angkut dan angkat yaitu, memegang
dengan tepat, lengan berada dekat dengan badan dalam posisi lurus, punggung dalam
posisi lurus, posisi kaki tepat dalam menopang tubuh, beban dekat dengan garis vertikal
yang melalui pusat gravitasi tubuh.
PENUTUP
1. A.     KESIMPULAN
      Pihak manajemen dan tenaga kerja nampaknya belum memiliki pengetahuan yang
dalam tentang kesehatan dan keselamatan kerja, sehingga dalam pelaksanaan kegiatan
produksi banyak aspek-aspek yang kurang sesuai dengan apa yang seharusnya
dilakukan untuk mencapai kesehatan dan keselamatan kerja, contohnya seperti
minimnya kesadaran untuk menggunakan alat pelindung diri.

 
1. B.    SARAN
Pemerintah diharapkan memberikan sosialisasi yang lebih kepada pihak industri
mengenai pentingnya K3 untuk dilaksanakan. Sosialisasi tersebut bisa melalui media
cetak maupun elektronik agar tingkat kesadaran akan pentingnya melaksanakan K3
semakin meningkat.
Pihak manajemen sebaiknya tidak hanya menganjurkan namun mewajibkan kepada
karyawannya untuk bisa menerapkan K3, sebab hal itu demi terwujudnya keselamatan
kerja para karyawannya sehingga tingkat produktivitas perusaan juga turut meningkat.
Para pekerja sebaiknya mulai membiasakan diri untuk mematuhi aturan-aturan K3
demi kesehatan dan keselamatan kerja dirinya sendiri.

Nama : Diana Ika Farida

Nim : 120542332499

Prodi : D3 Tata Busana

Anda mungkin juga menyukai