Anda di halaman 1dari 14

BAB 2

Proses Bisnis Berbagai Industri di Bidang Busana (Fesyen)

Deskripsi Pembelajaran

Lingkup pembelajaran meliputi pemahaman peserta didik tentang K3 di bidang busana (fesyen), proses
produksi di industri, pengetahuan tentang kepribadian yang dibutuhkan agar dapat mengembangkan
pola pikir kreatif, proses kreasi untuk menghasilkan solusi desain yang tepat sasaran, aspek perawatan
peralatan, potensi lokal dan kearifan lokal, serta pengelolaan SDM di Industri

Capaian Pembelajaran

Pada akhir fase E, peserta didik mampu menjelaskan informasi dan wawasan secara menyeluruh tentang
A K3 di bidang busana (fesyen)
B proses produksi di industry
C pengetahuan tentang kepribadian yang dibutuhkan agar dapat mengembangkan pola pikir kreatif
D proses kreasi untuk menghasilkan solusi desain yang tepat sasaran
E aspek perawatan peralatan,
F. potensi lokal dan kearifan lokal dan
G pengelolaan SDM di industry

Industri busana mengalami perkembangan sangat pesat dari waktu ke waktu. Hal ini sejalan dengan
kesadaran masyarakat akan busana sebagai lifestyle. Pertumbuhan industri busara mulai berkembang
dan saling bersaing untuk meningkatkan penjualan. Penggunaan teknologi canggih digunakan sebagai
pendukung kegiatan produksi. Selain itu, SDM juga harus memiliki pengetahuan proses bisnis di industri
busana secara menyeluruh. Oleh karena itu, Anda perlu memahami proses bisnis, seperti produksi,
proses kreas perawatan, hingga pengelolaan SDM dalam industri busana. Bagaimana penerapan 13
dalam serangkaian kegiatan industri? Bagaimana pengelolaan SDM yang baik di indust busana? Mari
simak materi berikut ini untuk memahami proses bisnis berbagai indust di bidang busana,

A. K3 di Bidang Busana (Fesyen)


Prosedur K3 (Keselamatan dan Kesehatan Kerja) merupakan upaya mempertahankan dan
meningkatkan kesejahteraan fisik, mental, dan sosial bagi seluruh pekerjanya dalam melakukan
pekerjaannya di lingkungan kerja (Jerusalem dan Khayati, 2010). Pemeliharaan kesehatan kerja perlu
dipelajari peserta didik untuk dapat menerapkan di lingkungan kerja kelak. Selain untuk kesehatan
pekerjanya, penerapan K3 dilakukan untuk dapat mengoptimalkan produktivitas.
Berikut tujuan penerapan K3 dalam lingkungan kerja.
1. K3 merupakan jaminan bagi pekerja atas kesehatan fisik, sosial, dan psikologis.
2. K3 mengatur segala penggunaan perlengkapan dan peralatan kerja dengan sebaik baiknya
berdasarkan seleksi yang ketat.
3. K3 memastikan seluruh rangkaian kegiatan produksi dapat dipelihara segi keamanannya.
4. K3 meningkatkan aspek keamanan dan perlindungan bagi pekerja sehingga timbul kegairahan,
keserasian, dan partisipasi kerja yang baik.
Setiap industri harus memperhatikan berbagai faktor yang dapat menimbulkan kecelakaan kerja
dan gangguan kesehatan bagi para pekerjanya, proses produksi yang melibatkan kegiatan menjahit
merupakan salah satu aspek yang berpotensi dapat menyebabkan kecelakaan kerja. Dalam penerapan
K3 di lingkungan kerja, perusahaan wajib menyediakan Alat Pelindung Diri (APD). APD merupakan
seperangkat kelengkapan yang melindungi seluruh maupun sebagian tubuh pekerja dari kemungkinan
potensi bahaya dalam melakukan pekerjaan. Berikut ini APD yang umumnya digunakan dalam industri
busana.

1. Alat Pelindung Kepala


Pelindung kepala yang umumnya digunakan dalam industri busana terbuat dari kain
dan berbentuk topi. Penutup kepala digunakan agar rambut tidak mengganggu
penglihatan pekerja. Selain itu, pelindung kepala juga dapat mencegah rambut jatuh.
2. Alat pelindung pernapasan
Alat Pelindung Pernapasan digunakan untuk mencegah debu, serpihan kain, atau udara yang
terkontaminasi limbah kain masuk pada alat pernapasan. Alat pelindung pernapasan berupa masker
dapat mengurangi debu masuk ke dalam alat pernapasan. Selain itu, respirator dapat digunakan untuk
melindungi pernapasan dari debu, uap logam, asap, hingga gas.
3. Alat Pelindung Telinga
Alat pelindung telinga digunakan pekerja yang bekerja di tempat yang dekat dengan mesin-mesin skala
besar. Alat pelindung telinga dapat mengurangi intensitas kebisingan suara yang masuk dalam teliga.
Terdapat dua jenis alat pelindung telinga yaitu sumbat telinga (ear plug) untuk intensitas kecil dan tutup
telinga (ear muff) untuk intensitas besar.
4. Alat Pelindung Tangan atau Jari
Alat pelindung tangan sangat berguna bagi pekerja di industri busana yang sering melibatkan
penggunaan jarum mesin dan jarum pentul. Selain pelindung dari jarum, alat pelindung tangan dapat
melindungi dari temperatur ekstrem, zat kimia, benda berat, atau aliran listrik. Alat pelindung tangan
dapat berbentuk bidal atau sarung tangan. Alat pelindung tangan umumnya terbuat dari karet, kulit, dan
kain katun.
5. Alat Pelindung Kaki
Alat pelindung kaki berupa sandal ataupun sepatu dapat melindungi kaki dari jarum yang berserakan di
lantai. Selain itu, pelindung kaki dapat mencegah pekerja terjatuh saat lantai sedang licin. Sengatan arus
listrik dari mesin atau alur kabel yang berada di lantai juga dapat dihindari.
6. Alat Pelindung Tubuh
Alat pelindung tubuh berupa celemek dapat menutupi baju pekerja dari sisa sisa benang maupun serbuk
kain yang berterbangan. Selain itu, celemek dapat digunakan untuk menyimpan beberapa peralatan
jahit yang penting. Bahan baju kerja untuk pelindung tubuh umumnya terbuat dari kain dril, kulit,
plastik, asbes, atau kain.
Selain pemakaian alat pelindung diri, pekerja di industri busana juga harus memperhatikan
penerapan SOP di berbagai kegiatan. Kegiatan yang tidak dilakukan berdasarkan SOP akan menimbulkan
kecelakaan kerja atau mengurangi produktivitas
Berikut penerapan SOP kerja dalam industri busana. 1. Pemindahan Bahan
1. Pemindahan Bahan Pemindahan bahan baku dalam jumlah besar akan berpotensi mencelakai
bahu serta pinggang. Penggunaan alat mekanis perlu dipertimbangkan untuk memindahkan
barang tersebut. Jika tidak disediakan alat mekanis, Anda dapat melakukan langkah langkah
sebagai berikut.
a Mengambil posisi dekat dengan beban.
b Merenggangkan kaki agar badan seimbang.
C Menekuk lutut dan meluruskan punggung.
d. Pegang beban dengan tangan pada posisi yang nyaman.
e. Mengangkat beban dengan menjaga beban sedekat mungkin dengan tubuh.
f Berdiri dengan kaki yang kukuh.

2. Pemotongan
Pemotongan kain umumnya dilakukan di meja potong yang dibuat berdasarkan pada standar
ukuran. Ketika memotong kain, pekerja harus menyesuaikan tinggi meja potong dengan tinggi
badan pekerja. Sikap berdiri saat memotong kain dapat menyebabkan tekanan di punggung,
bahu, dan lengan. Hal ini dapat menyebabkan kelelahan dan berpotensi cedera jika dilakukan
terus-menerus. Penggunaan gunting elektrik dapat dipertimbangkan sehingga mengurangi
beban kerja pergelangan tangan.

3. Penjahitan
Kegiatan menjahit tentu saja membutuhkan jangka waktu yang lama dengan mengharuskan
pekerja terus duduk. Hal ini tentu saja dapat menyebabkan kelelahan dan cedera punggung.
Posisi tubuh harus diperhatikan dan disesuaikan dengan tempat duduk dan tinggi meja jahit.

4. Inspeksi
Kegiatan inspeksi merupakan kegiatan kontrol kualitas mengenai produk yang akan dijual. Ketika
melakukan pekerjaan ini, pekerja sebaiknya menghindari posisi membungkuk. Hal ini dapat
menyebabkan kelelahan pada punggung, leher, dan lengan. Penerangan yang baik juga harus
digunakan untuk menghindari kelelahan mata.

B. Proses Produksi di Industri

Proses produksi di industri busana merupakan urutan pelaksanaan kegiatan produksi yang
meghasilkan produk berupa busana. Sistem yang digunakan dalam industri tentunya melibatkan
karyawan dalam jumlah besar sehingga dapat menghasilkan produk dalam jumlah besar pula. Setiap
pekerja memiliki tanggung jawab dan peran yang penting dalam menghasilkan busana. Berikut alur
proses produksi dalam industri busana.
Desain

Pola desain Produksi pola

Pembuatan sample

Marker making

Spreading
Sorting dan bundling Numbering
Cutting

Sewing assembling

Inspeksi

Pressing

Inspeksi akhir

Pengemasan

1.Pembuatan Pola

a. Proses desain
Pembuatan desain merupakan langkah awal dan paling penting dalam sebuah produksi busana.
Tahapan ini melibatkan sejumlah desainer busana yang menciptakan desain busana yang sesuai
dengan selera konsumen. Tahapan desain tentunya menghasilkan pola desain yang telah
dinyatakan valid. Setelah itu, produksi pola dilakukan untuk mengetahui rancangan yang akan
diproduksi. Pattern maker merupakan pelaku utama dalam tahapan ini. Pattern maker merupakan
individu yang bertanggung jawab terhadap pembuatan pola secara akurat.
b. Pembuatan sample Setelah memulai produksi, pola yang dihasilkan tahapan sebelumnya dibuat
menjadi sebuah contoh atau sample. Kemudian, sample akan dikomunikasikan dengan pembeli
atau desainer busana. Jika sample sudah disetujui, kemudian beberapa pola dibuat berdasarkan
ukuran. Pola ini umumnya dibagi menjadi beberapa ukuran standar, seperti S, M, L, dan XL.

2. Penyiapan Bahan
a. Marker making
Tahapan ini merupakan proses menjiplak pola sehingga didapatkan ukuran panjang marker,
Pembuatan marker memerlukan kertas marka (paper marker) yang panjangnya disesuaikan dengan
kebutuhan. Hal ini dilakukan untuk mempermudah proses pemotongan sehingga sesuai dengan
pola.
b. Proses spreading
Tahapan inin ini merupakan penggelaran kain yang bertumpuk dengan tinggi 10 cm merup dan siap
dipotong. Tahapan ini melibatkan sejumlah orang agar memudahkan dalam menggelar kain
sehingga rata dan siap untuk proses selanjutnya.
c. Proses cutting
Tahapan ini merupakan proses pemotongan dengan mengikuti pola yang terdapat pada kertas
marka sehingga diperoleh potongan sesuai dengan ukuran pola. Dalam tahapan ini, bahan
pendukung seperti kain kapas atau kain keras juga dipotong. Tahapan ini umumnya dilakukan di
sebuah ruang pemotongan kain yang akan disalurkan pada tahapan selanjutnya.
d. Proses sorting dan bundling
Proses sorting merupakan pemilihan sesuai dengan ukuran dan desainnya dalam bentuk tumpukan.
Setelah itu, tumpukan pada proses sebelumnya dijadikan satu dan diberi keterangan mengenai
komponen-komponen busana. Tahapan ini disebut tahapan bundling, Tahapan bundling bertujuan
mempermudah dalam membedakan komponen-komponen busana dan ukuran.
e. Proses numbering
Tahapan ini merupakan penomoran komponen-komponen busana yang bertujuan mengetahui
jumlah komponen dalam sebuah busana. Hal ini akan mempermudah kegiatan penjahitan karena
kegiatan menjahit tentunya melibatkan komponen dalam jumlah banyak.

3. Penjahitan Elemen Pola


a. Proses sewing assembling
Tahapan ini merupakan proses penjahitan sesuai dengan potongan yang termasuk dalam satu
bundle. Penjahitan merupakan pekerjaan yang paling kompleks karena melibatkan banyak pekerja.
Pekerja dalam tahapan ini dilengkapi dengan berbagai alat produksi dan alat pendukung lainnya.
b. Inspeksi
Tahapan ini merupakan bagian yang akan memeriksa jahitan di seluruh bagian busana. Pekerja
dalam tahapan ini membutuhkan ketelitian yang tinggi dalam menjaga kualitas produk. Jika
ditemukan produk dengan jahitan yang cacat, produk akan diberikan penanda atau sticker.
Selanjutnya, produk akan dipisahkan dan segera diperbaiki jika memungkinkan. Jika tidak dapat
diperbaiki, produk akan digolongkan sebagai produk cacat.

4. Penyelesaian (Finishing)
a. Pressing
Tahapan ini merupakan kegiatan menyetrika produk yang sudah lolos tahapan inspeksi.
Penyetrikaan dilakukan untuk meningkatkan nilai jual dan ketertarikan konsumen akan produk.
Proses setrika harus memahami karakteristik bahan kain terlebih dahulu. Hal ini dilakukan agar
bahan kain tidak rusak saat terkena panas. Pekerja yang bertugas menyetrika harus memperhatikan
temperature dan waktu penyetrikaan.
b. Inspeksi akhir
Inspeksi terakhir merupakan kegiatan akhir sebelum produk akan dikemas dan dijual. Tahapan ini
meliputi pengecekan kebersihan, memotong kelebihan benang, dan kecacatan jahitan. Kegiatan ini
harus dilakukan dengan teliti untuk memastikan kualitas yang akan diterima konsumen.
c. Pengemasan
Pengemasan merupakan proses terakhir dengan melakukan pengemasan produk sesuai dengan
ukuran, desain, dan warna yang akan segera didistribusikan Pengemasan sangat penting dilakukan
untuk menimbulkan citra yang baik pada konsumen. Selain itu, pengemasan juga berfungsi
mempermudah proses pengiriman barang.

C. Kepribadian untuk Mengembangkan Pola Pikir Kreatif

Pola pikir sangat memengaruhi tindakan seseorang dalam melakukan pekerjaannya. Pola pikir
berperan penting dalam pencapaian tujuan yang sudah Anda tetapkan. Pola pikir merupakan
sekumpulan keyakinan yang membentuk serta membangun cara berpikir seseorang dalam memahami
hal di dunia. Pencapaian dan kesuksesan seseorang ditentukan oleh pola pikir orang tersebut sehingga
pengembangan pola pikir merupakan hal yang penting untuk dilakukan. Pada dasarnya, pola pikir
terbagi menjadi dua jenis yang dijelaskan sebagai berikut.

1. Pola Pikir Tetap (Fixed Mindset)


Pola pikir tetap merupakan keyakinan bahwa kualitas yang dimiliki seseorang seperti bakat dan
kecerdasan telah ditetapkan sejak seseorang lahir. Ciri-ciri orang yang memiliki pola pikir ini memiliki
beberapa keyakinan, di antaranya
a. sifat seseorang merupakan hal yang bersifat keturunan (hereditas);
b. menghindari tantangan;
C. mudah menyerah;
d. menganggap usaha yang dilakukan tidak akan berguna; dan
e. tidak menghiraukan kritik dari orang lain.

5. Pola Pikir Berkembang (Growth Mindset)


Pola pikir berkembang merupakan keyakinan bahwa bakat dan kecerdasan seseorang dapat diubah dan
dipelajari dengan usaha tertentu. Pola pikir ini menganggap bahwa bakat, minat, dan sifat seseorang
dapat berubah dan berkembang seiring dengan pengalamannya. Ciri-ciri orang yang memiliki pola pikir
ini memiliki beberapa keyakinan, di antaranya
a. sifat seseorang tidak bersifat keturunan;
b. menerima tantangan dengan sungguh-sungguh;
c. pantang menyerah;
d. berpandangan positif terhadap usaha; dan
e. terbuka terhadap kritik orang lain.

Pola pikir berkembang merupakan pola pikir yang baik dimiliki oleh seseorang bekerja di industri
kreatif. Individu yang bekerja di industri busana membutuhkan pols pikir kreatif. Melalui pola pikir
kreatif, individu akan lebih jeli dalam melihat peluang dan mengubahnya menjadi bisnis yang
berpotensi. Sejalan dengan Zimmerer (1996) yang mengatakan bahwa seorang wirausaha harus
menerapkan kreativitas dan inovas dengan mencari peluang dari permasalahan yang terjadi di
masyarakat. Nilai kreativitas dapat dituangkan dalam produk busana yang Anda produksi. Hal ini dapat
menimbulkan keunikan bagi bisnis busana dan merupakan salah satu kunci keberhasilan untuk
memenangkan pasar. Seseorang yang memiliki pola pikir kreatif memiliki beberapa ciri-ciri, di antaranya
1. selalu berusaha membuat ide baru yang inovatif;
2. memiliki daya tarik tersendiri terhadap produk yang dimiliki;
3. motivasi diri yang kuat:
4. bersifat terbuka terhadap opini; dan
5. tertarik untuk memperbanyak pengetahuan.

Kreativitas dapat bermanfaat bagi pengembangan inovasi yang menjadi pembeda dalam
melakukan sebuah kegiatan bisnis. Kreativitas tidak hanya bermanfaat bagi diri sendiri, Kreativitas juga
bermanfaat bagi kegiatan bisnis sebagai berikut.
1. Kreativitas dalam membuat inovasi produk dapat meningkatkan efisiensi produk Peningkatan
efisiensi produk tentunya akan membuat konsumen tertarik dengan sebuah produk.
2. Kreativitas sebagai pembeda atau ciri khas sebuah produk. Tujuan utama dari inovasi
merupakan penciptaan produk yang berbeda dengan kompetitor. Pengembangan produk yang
memiliki keunggulan khusus tentunya akan lebih menonjol di pasaran.
3. Pengembangan kreativitas dalam produksi sebuah produk akan menarik lebih banyak
konsumen. Konsumen cenderung memilih produk yang lebih baik dengan tingkat efisiensi yang
tinggi.
4. Kreativitas dapat menciptakan pasar baru di tengah kebutuhan masyarakat. Inovasi dalam
sebuah produk akan menciptakan produk baru dalam pasar. Pasar baru tentunya akan lebih
menarik perhatian konsumen.
Pengembangan pola pikir merupakan kegiatan yang berkelanjutan dalam hidup seseorang. Hal
ini karena pola pikir tidak dapat diubah secara cepat, tetapi membutuhkan jangka waktu yang relatif
panjang. Perubahan aktivitas dari waktu ke waktu diperlukan dalam mengembangkan pola pikir yang
baik. Berikut beberapa tindakan yang dapat dilakukan dalam mengembangkan pola pikir.
1. Melakukan Satu Hal Baru Setiap Hari
Tindakan ini memerlukan komitmen tinggi untuk melakukannya terus-menerus. Tindakan ini dapat
dilakukan selama 30 hari secara berturut-turut untuk membentuk kebiasaan. Pertama, pilihlah satu hal
yang Anda sukai, nikmati, atau kuasai. Jika Anda sudah mulai nyaman melakukannya, pertimbangkan
untuk bereksplorasi pada hal lain yang belum Anda kuasai. Kegiatan ini akan mengembangkan pola pikir
bertumbuh. Selain itu, hal ini akan membiasakan diri terhadap tantangan dan hal-hal baru di masa
depan.

2. Mencintai Diri Sendiri


Setiap orang tentunya memiliki kelebihan dan kekurangan dalam dirinya. Akan tetapi, berfokus pada
kekurangan diri sendiri merupakan hal yang tidak boleh dilakukan. Hal ini akan menyebabkan Anda
sering mengeluh dan kurang bersyukur. Selain itu, fokus pada kekurangan diri hanya akan menghambat
kreativitas. Sikap diri yang menerima kekurangan diri merupakan hal yang harus dilakukan. Apabila
mampu merangkul kekurangan diri, Anda akan lebih mencintai diri sendiri.
3. Membentuk Perilaku Diri yang Tetap Fleksibel dan Cepat Beradaptasi
Setiap orang tentunya pernah mengalami kegagalan dalam sekolah atau pekerjaannya. Akan tetapi,
jangan menganggap kegagalan merupakan hambatan. Anda dapat menganggap kegagalan sebagai
tantangan dalam melakukan kegiatan tersebut. Anda dapat mengambil pendekatan atau strategi yang
berbeda dalam menghadapi kegagalan. Menerima kegagalan dan beradaptasi dengan perubahan
merupakan hal yang akan memicu kreativitas baru dalam diri.

4. Pembelajaran Berbasis Masalah


Pengembangan pola pikir yang baik sebaiknya dilakukan sedini mungkin. Pembelajaran berbasis masalah
merupakan salah satu cara untuk mengembangkan pola pikir peserta didik. Pembelajaran berbasis
masalah merupakan metode pembelajaran yang berdasarkan pada ide konstruktivisme dan berpusat
pada peserta didik. Guru hanya bertugas membantu peserta didik dalam menyelesaikan masalah dalam
kehidupan nyata. Pemilihan masalah nyata yang dapat diterapkan dalam pembelajaran melalui
beberapa kriteria, di antaranya
a. masalah harus disesuaikan dengan tujuan pembelajaran;
b. masalah harus disesuaikan dengan perkembangan intelektual peserta didik:
c. masalah harus autentik dan dapat ditemui di dunia nyata;
d. masalah harus relevan dengan kurikulum atau topik yang dipelajari; dan
e. masalah yang digunakan harus membutuhkan penyelidikan.
Setelah menentukan permasalahan, guru harus memandu peserta didik untuk mengikuti
serangkaian tahapan pembelajaran. Penerapan pembelajaran berbasis masalah membutuhkan guru
yang terampil dan memiliki pengetahuan atas masalah. Serangkaian tahapan yang dilakukan dalam
pembelajaran berbasis masalah, diantaranya
a. tahapan pengarahan peserta didik terhadap sebuah masalah;
b. tahapan organisasi tugas belajar peserta didik;
c. C. tahapan pembimbingan peserta didik dalam mengumpulkan informasi;
d. tahap perencanaan dan penyiapan produk atau laporan; dan
e. tahap refleksi serta evaluasi,

D. Proses Kreasi untuk Menghasilkan Solusi Desain yang Tepat Sasaran

Proses kreasi dalam pembuatan produk tentunya bergantung pada desainer busana yang terlibat.
Seorang perancang busana dituntut memiliki kemampuan menghasilkan karya yang sesuai dengan
permintaan pasar. Tahapan desain busana tentunya memakan waktu, tenaga dan pemikiran yang cukup
panjang. Beberapa tahapan yang dilakukan dalam perancangan busana, di antaranya
1 menetapkan sumber ide sebagai dasar perancangan;
2 menggambar perbandingan tubuh dengan model busana;
3 menggambar bagian-bagian busana sesuai dengan ide
4 memberi tekstur pada desain sehingga memberi gambaran nyata sebuah desaing dan
5 konsultasi dengan target pasar atau konsumen.
Proses kreasi dalam perancangan busana tentunya membutuhkan kreativitas desainer dan
didukung dengan sumber ide lain. Sumber ide dapat menentukan keunikan sebuah busana yang dapat
dijadikan nilai jual. Sumber-sumber ide yang dapat digunakan oleh desainer busana, di antaranya
1. pakaian khas penduduk di berbagai belahan dunia;
2. peristiwa-peristiwa nasional maupun internasional;
6. benda benda alam meliputi flora dan fauna; serta
7. bentuk geometris.
Proses kreasi yang dilakukan desainer busana dapat oleh hal. Sebuah rancangan yang dihasilkan
merupakan perpaduan antara hasil analisis pasar dan kreativitas pribadi. Kreativitas yang dimiliki juga
harus disesuaikan dengan berbagai karakteristik konsumen. Sebagai produk yang dikonsumsi secara
langsung, proses kreasi seorang desainer busana harus mempertimbangkan aspek-aspek berikut ini.

1. Pertimbangan Fungsional
Pertimbangan fungsional dengan melakukan analisis dan proyeksi terhadap setiap pemecahan masalah
suatu produk. Tujuan pertimbangan ini yaitu menghasilkan produk yang tepat guna sehingga dapat
bermanfaat secara optimal.
2. Pertimbangan Teknis
Kegiatan analisis dan perhitungan kekuatan, kepresisian, pemanfaatan teknologi, dan spesifikasi lainnya
diperlukan dalam pertimbangan ini. Hal-hal yang memengaruhi perencanaan produksi yang sistematis
dan teratur dipertimbangkan secara matang dalam tahapan ini.
3. Pertimbangan Ergonomi
Pertimbangan ini dilakukan dengan analisis penyesuaian ke arah standar keamanan dan kenyamanan
konsumen Penyesuaian ukuran dengan tubuh, penggunaan elemen tekstil, dan penerapan model harus
dilakukan. Sejumlah penyesuaian dilakukan berdasarkan pada aktivitas dan kebutuhan konsumen.
4. Pertimbangan Ekonomi
Penghitungan efisiensi, efektivitas, dan prinsip ekonomi lainnya dilakukan dalam pertimbangan ini. Hal
ini dilakukan untuk menyesuaikan keuangan perusahaan dengan sistem produksi yang akan dilakukan.
5. Pertimbangan Lingkungan
Pertimbangan lingkungan meliputi penilaian terhadap pemanfaatan sumber daya secara bertanggung
jawab. Pertimbangan lainnya yang perlu dilakukan adalah dampak lingkungan secara luas.
6. Pertimbangan Sosial Budaya
Perancangan busana juga harus memperhatikan kondisi budaya yang ada. Selain itu, perusahaan juga
harus mempertimbangkan tingkat adaptasi produk terhadap perubahan budaya.
7. Pertimbangan Visual (Estetika)
Selain pertimbangan teknis dan pasar, perancangan busana tentunya harus memperhatikan nilai visual
atau estetika. Peningkatan penjualan produk juga bergantung pada estetika yang ditawarkan.

E. Aspek Perawatan Peralatan

Peralatan merupakan penunjang utama dalam kegiatan produksi di sebuah industri busana.
Perawatan secara berkala yang sesuai dengan pedoman harus dilakukan. Perawatan merupakan
tindakan yang dilakukan bertujuan memelihara kondisi alat atau tindakan perbaikan hingga alat siap
dipakai kembali. Adapun beberapa tujuan perawatan peralatan, di antaranya

1. memperpanjang kegunaan alat sebagai aset perusahaan;


2. menjamin ketersediaan alat secara optimal;
3. menjamin kesiapan operasional seluruh peralatan jika digunakan sewaktu-waktu;
4. menjamin keselamatan pengguna peralatan; dan
5. mempertahankan kemampuan peralatan.

Kegiatan perawatan memiliki tujuan meningkatkan kinerja alat, mencegah, dan memperbaiki
kerusakan yang dapat terjadi. Berdasarkan tujuannya, kegiatan perawatan terbagi menjadi dua sebagai
berikut.

1. Perawatan Preventif (Preventive Maintenance)


Perawatan preventif merupakan perawatan yang dilakukan untuk mencegah terjadinya kerusakan pada
alat. Pelaksanaan perawatan ini dilakukan secara menyeluruh dan terjadwal. Perawatan ini dilakukan
pada waktu yang bervariasi bergantung pada jangka waktu menurunnya produktivitas sebuah alat.
Berikut sejumlah pekerjaan dasar yang dilakukan pada tahapan preventif
a Inspeksi
Kegiatan inspeksi dilakukan secara berkala serta berdasarkan jadwal yang telah dibuat. Inspeksi dapat
dilakukan pada bagian luar dan dalam sebuah alat. Inspeksi bagian luar dilakukan dengan mengamati
dan mendeteksi kelainan yang terjadi pada alat atau mesin yang sedang beroperasi. Inspeksi bagian
dalam dilakukan dengan memeriksa komponen-komponen yang terpasang pada sebuah alat.
Penjadwalan inspeksi harus direncanakan dengan matang. Penjadwalan yang salah dapat menyebabkan
kerusakan mesin yang tidak dapat dideteksi sebelumnya.
b. Pelumasan
Pelumasan sangat berguna untuk mempertahankan kelancaran kinerja sebuah alat. Komponen-
komponen mesin yang bergesekan wajib diberi pelumas sehingga mesin lebih tahan lama. Kegiatan
pelumasan harus memperhatikan jenis pelumasnya, jumlah pelumas, bagian yang diberi pelumas, dan
waktu yang tepat untuk pemberian pelumas.
c. Perencanaan dan penjadwalan
Perencanaan harus disesuaikan dengan frekuensi penggunaan alat serta waktu penurunan
produktivitasnya. Penjadwalan dapat dilakukan secara berkala pada setiap hari, minggu, bulan, atau
tahun.
d. Pencatatan atau pengadministrasian
Administrasi alat dan mesin yang digunakan merupakan kewajiban bagian industri tertentu. Kegiatan
administrasi alat harus dilakukan oleh ahli yang memiliki pemahaman mendalam. Hal ini dilakukan untuk
mencegah terjadinya kesalahan dalam memasukkan data. Daftar inventaris yang lengkap diperlukan
untuk mempermudah dalam penjadwalan perawatan alat. Hal-hal yangmharus dicatat mengenai
informasi alat atau mesin, di antaranya

1) kode alat atau mesin;


2) nama alat atau mesin;
3) spesifikasi alat meliputi merek, tipe, dan pabrik pembuat;
4) tahun pengadaan;
5) jangka waktu penggunaan:
6) jumlah alat atau mesin; dan
7) kondisi alat atau mesin.

e. Penyimpanan suku cadang


Penyimpanan suku cadang berperan penting dalam efisiensi waktu untuk melakukan produksi.
Pengadaan suku cadang harus direncanakan dalam jangka waktu yang tepat. Hal ini karena
penyimpanan suku cadang yang terlalu lama membutuhkan biaya besar.
f.Perawatan bangunan
Perawatan kondisi bangunan merupakan kegiatan penting yang harus dilakukan. Penataan dan
perawatan bangunan kerja harus dilakukan melalui upaya intensif. Dalam perawatan bangunan,
penerapan konsep SR yang diperlukan, di antaranya
1)ringkas dalam pemisahan barang berdasarkan kegunaan;
2) rapi dalam penyusunan barang:
3) resik dalam pembersihan barang dan lingkungan kerja;
4) rawat merupakan upaya mempertahankan kondisi yang rapi; dan
5) rajin dengan menjadikan perawatan sebagai kebiasaan.

2. Perawatan Korektif (Corrective Maintenance)


Perawatan korektif merupakan tindakan yang dilakukan untuk memperbaiki kerusakan yang terjadi.
Perawatan ini dilakukan ketika sistem produksi berhenti atau tidak sesuai dengan kondisi yang
diharapkan. Kerusakan dapat terjadi akibat tidak dilakukannya kegiatan preventif. Perawatan korektif
tidak dilakukan secara berkala serta tidak memiliki penjadwalan yang tetap. Kegiatan korektif terdiri atas
perbaikan, restorasi, dan penggantian komponen, Perawatan ini tentunya memakan biaya yang lebih
tinggi untuk membayar teknisi dan membeli komponen.

F. Potensi Lokal dan Kearifan Lokal

Industri busana di Indonesia memiliki daya saing global dan berpotensi besar untuk terus
dikembangkan. Industri busana merupakan salah satu faktor berkembangnya ekonomi. Pemberdayaan
potensi dan kearifan lokal dapat terus dikembangkan untuk meningkatkan ekonomi penduduk lokal.
Indonesia merupakan negara yang kaya akan potensi lokal yang bervariasi. Potensi ini dapat
dimanfaatkan sebagai nilai jual sebuah busana serta peningkatan ekonomi.
Potensi lokal yang dapat dimanfaatkan dalam kegiatan bisnis terbagi menjadi tiga jenis sebagai berikut.
1. Sumber Daya Manusia
Sumber daya ini bersumber dari manusia dan karakteristik yang melekat pada dirinya. SDM umumnya
dibutuhkan dalam proses produksi sebuah industri, Industri dan SDM memiliki hubungan yang saling
menguntungkan sebagai penyedia lapangan kerja dan pekerja. Manusia memiliki keahlian, tenaga, dan
kepribadian yang dapat digolongkan menjadi sumber daya di suatu daerah. Pelatihan dapat dilakukan
untuk mengembangkan keahlian yang dimiliki SDM lokal sebagai berikut.
a. Pemberian pelatihan pengetahuan mengenai pengembangan produk busana dan peluang
busana berdasarkan pada potensi daerah. Keterampilan dalam menyesuaikan kebutuhan pasar
serta rancangan busana juga diajarkan pada penduduk daerah.
b. Pelatihan mengenai prinsip desain serta penerapannya dalam rancangan busana Rancangan
busana yang dibuat harus memenuhi beberapa prinsip, antara lain
1) harmoni yang menghasilkan kesatuan;
2) proporsi yang setara;
3) keseimbangan antarbagian:
4) irama yang menimbulkan kesinambungan;
5) aksen yang menjadi pusat perhatian; dan
6) keterpaduan.
c. Pelatihan mengenai keterampilan pembuatan pola berbagai desain busana. Pengambilan ukuran
yang akurat juga merupakan teknik yang penting untuk diajarkan.
d. Teknik penjahitan sederhana pada pembuatan rancangan yang telah dibuat sebelumnya.
e. Teknik menghias busana sederhana dengan pemberian manik, pita, ataupun motif.

2. Sumber Daya Alam


Sumber daya alam tentunya berasal dari alam yang dapat diolah menjadi sebuah produk. SDA yang
beragam dan melimpah dapat dijadikan alat pendukung kegiatan bisnis yang baik. SDA yang berkualitas
akan lebih baik jika didukung dengan SDM sekitar yang berkualitas pula. Hal ini dapat menghasilkan SDA
menjadi potensi yang dapat digunakan seutuhnya.

3. Sumber Daya Modal


Sumber daya modal merupakan alat pendukung proses produksi sebuah industri. Modal dapat berupa
dana pribadi, pinjaman, maupun investasi dari pihak luar. Selain itu, modal dapat berupa teknologi,
peralatan, mesin, dan informasi yang mendukung proses produksi. Perencanaan modal yang terarah
dapat meningkatkan efisiensi produksi.

4. Sumber Daya Budaya


Indonesia yang terdiri atas berbagai suku bangsa tentunya memiliki budaya yang beragam. Keragaman
budaya di Indonesia dapat dimanfaatkan untuk peningkatan ekonomi. Akan tetapi, pemanfaatan budaya
masih belum dilakukan secara optimal. Budaya di suatu daerah dapat dijadikan sumber ide dan inspirasi
dalam perancangan sebuah busana. Beberapa sumber daya budaya dalam suatu daerah, di antaranya

a. bahasa yang digunakan;


b. rumah adat masing-masing daerah;
C. tarian dan pertunjukan rakyat; serta
d. pakaian adat maupun senjata tradisional.
Keberagaman sumber daya yang berada di daerah harus dapat dimanfaatkan sebaik mungkin.
Kreativitas dan inovasi yang tinggi diperlukan dalam membangun kegiatan bisnis. Pemanfaatan sumber
daya lokal tentunya harus memperhatikan keberlangsungan lingkungan hidup di sekitar. Pihak industri
juga harus memadukan potensi lokal dengan selera pasar. Pemanfaatan sumber daya lokal harus
direncanakan secara matang serta saling menguntungkan. Pemanfaatan sumber daya lokal yang berada
di suatu daerah akan bermanfaat bagi daerah yang dikembangkan. Pendapatan SDM lokal akan
meningkat serta pembangunan sarana dan prasaran akan meningkat pula. Pemanfaatan sumber daya
lokal juga membantu pengenalan budaya suatu daerah ke daerah lain hingga negara lain. Penggunaan
sumber daya lokal juga dapat dijadikan nilai pembeda sebuah produk busana dengan busana lainnya.
Oleh karena itu, pihak industri dan penduduk setempat wajib melakukan kesepakatan yang saling
menguntungkan. Namun, terdapat beberapa hambatan dalam pemanfaatan sumber daya lokal, di
antaranya

1.ketersediaan modal yang terbatas;


2. semangat kerja yang rendah;
3. jaringan sosial yang terbatas;
4. keterbatasan akses komunikasi dan informasi; serta
5. rendahnya kapasitas pemasaran.

G. Pengelolaan SDM di Industri

Pekerja yang terlibat merupakan aspek terpenting dalam sebuah industri. SDM yang berkualitas
akan meningkatkan produktivitas dan efisiensi dalam kegiatan produksi. Oleh karena itu,
industri harus memperhatikan SDM dengan kegiatan pengelolaan SDM yang baik. Manajemen SDM
yang baik memiliki beberapa tujuan sebagai berikut.

1. Tujuan Organisasional
Tujuan ini agar dapat mengenali keberdaayan SDM yang berkontribusi aktif dalam industri. Departemen
SDM dalam sebuah industri bertanggung jawab dalam menangani permasalahan yang terkait pekerja.
2. Tujuan Fungsional
Tujuan fungsional merupakan mempertahankan kontribusi SDM sesuai dengan kebutuhan industri. SDM
yang mengalami penurunan kualitas akan dianggap tidak berkontribusi aktif.
3. Tujuan Sosial
Tujuan ini merupakan respons terhadap kebutuhan dan tantangan pekerja secara sosial. Hal ini
dilakukan untuk meminimalisasi dampak negatif pada organisasi.
4. Tujuan Personal
Tujuan ini dapat mendukung karyawan untuk dapat memenuhi kebutuhan dan keinginannya sebagai
individu. Tujuan pribadi karyawan harus dipertimbangkan. dalam penentuan kebijakan industri. Jika
kebutuhan karyawan tidak dihiraukan, produktivitas karyawan dapat menurun hingga meninggalkan
organisasi.

Pengelolaan SDM yang baik akan bermanfaat bagi karyawan serta industri tersebut sehingga industri
hendaknya memberikan perhatian khusus pada kegiatan pengembangan SDM. Berikut beberapa strategi
pengembangan SDM yang dapat dilakukan oleh industri (Masram dan Mu'ah,2015).
1. Kesempatan bagi Karyawan untuk Menyalurkan Ide
Karyawan merupakan roda penggerak utama dalam mengembangkan produktivitas perusahaan. Ide dan
gagasan yang dimiliki karyawan perlu didengarkan dan dipertimbangkan. Karyawan sebagai individu
yang melakukan produksi langsung pasti memiliki saran untuk meningkatkan efisiensi dan produktivitas.
Pertemuan secara berkala yang ditujukan untuk menampung berbagai saran dan kritik dapat
dijadwalkan.

2. Pemberian Penghargaan bagi Karyawan


Kompensasi dalam bentuk gaji atau penghargaan akan sangat dihargai oleh karyawan yang
mendapatkannya. Pemberian penghargaan yang layak juga dapat memotivasi karyawan untuk
meningkatkan produktivitas dan semangat kerjanya. Tindakan ini akan memberikan kontribusi besar
dalam pengembangan industri.
3. Pendidikan dan Pelatihan
Pendidikan dan pelatihan merupakan upaya dalam pengembangan SDM terutama dalam aspek
intelektual dan kepribadian. Kegiatan ini merupakan proses belajar dalam meningkatkan kemampuan
SDM dalam menjalankan pekerjaannya. Pelatihan yang dilakukan industri dapat menghasilkan berbagai
tujuan, di antaranya

a. meningkatkan kinerja karyawan;


b. memutakhirkan keahlian karyawan sesuai dengan teknologi yang digunakan;
c. membantu pemecahan masalah organisasional; dan
d. memenuhi kebutuhan pertumbuhan pribadi.
Serangkaian tahapan yang dapat dilakukan dalam program pelatihan dan antaranya pengembangan
SDM, di antaranya
a. analisis kebutuhan;
b. identifikasi keterampilan yang akan diperbaiki:
c. analisis karakteristik yang dimiliki karyawan meliputi pendidikan, keterampilan, sikap, dan
motivasi;
d. rancangan instruksional;
e. mengumpulkan sasaran instruksional;
f. perencanaan pelatihan;
g. penentuan pemateri atau narasumber yang sesuai;
h. pelaksanaan pelatihan; dan
i. evaluasi dan tindak lanjut.

Anda mungkin juga menyukai