Deskripsi Pembelajaran
Lingkup pembelajaran meliputi pemahaman peserta didik tentang K3 di bidang busana (fesyen), proses
produksi di industri, pengetahuan tentang kepribadian yang dibutuhkan agar dapat mengembangkan
pola pikir kreatif, proses kreasi untuk menghasilkan solusi desain yang tepat sasaran, aspek perawatan
peralatan, potensi lokal dan kearifan lokal, serta pengelolaan SDM di Industri
Capaian Pembelajaran
Pada akhir fase E, peserta didik mampu menjelaskan informasi dan wawasan secara menyeluruh tentang
A K3 di bidang busana (fesyen)
B proses produksi di industry
C pengetahuan tentang kepribadian yang dibutuhkan agar dapat mengembangkan pola pikir kreatif
D proses kreasi untuk menghasilkan solusi desain yang tepat sasaran
E aspek perawatan peralatan,
F. potensi lokal dan kearifan lokal dan
G pengelolaan SDM di industry
Industri busana mengalami perkembangan sangat pesat dari waktu ke waktu. Hal ini sejalan dengan
kesadaran masyarakat akan busana sebagai lifestyle. Pertumbuhan industri busara mulai berkembang
dan saling bersaing untuk meningkatkan penjualan. Penggunaan teknologi canggih digunakan sebagai
pendukung kegiatan produksi. Selain itu, SDM juga harus memiliki pengetahuan proses bisnis di industri
busana secara menyeluruh. Oleh karena itu, Anda perlu memahami proses bisnis, seperti produksi,
proses kreas perawatan, hingga pengelolaan SDM dalam industri busana. Bagaimana penerapan 13
dalam serangkaian kegiatan industri? Bagaimana pengelolaan SDM yang baik di indust busana? Mari
simak materi berikut ini untuk memahami proses bisnis berbagai indust di bidang busana,
2. Pemotongan
Pemotongan kain umumnya dilakukan di meja potong yang dibuat berdasarkan pada standar
ukuran. Ketika memotong kain, pekerja harus menyesuaikan tinggi meja potong dengan tinggi
badan pekerja. Sikap berdiri saat memotong kain dapat menyebabkan tekanan di punggung,
bahu, dan lengan. Hal ini dapat menyebabkan kelelahan dan berpotensi cedera jika dilakukan
terus-menerus. Penggunaan gunting elektrik dapat dipertimbangkan sehingga mengurangi
beban kerja pergelangan tangan.
3. Penjahitan
Kegiatan menjahit tentu saja membutuhkan jangka waktu yang lama dengan mengharuskan
pekerja terus duduk. Hal ini tentu saja dapat menyebabkan kelelahan dan cedera punggung.
Posisi tubuh harus diperhatikan dan disesuaikan dengan tempat duduk dan tinggi meja jahit.
4. Inspeksi
Kegiatan inspeksi merupakan kegiatan kontrol kualitas mengenai produk yang akan dijual. Ketika
melakukan pekerjaan ini, pekerja sebaiknya menghindari posisi membungkuk. Hal ini dapat
menyebabkan kelelahan pada punggung, leher, dan lengan. Penerangan yang baik juga harus
digunakan untuk menghindari kelelahan mata.
Proses produksi di industri busana merupakan urutan pelaksanaan kegiatan produksi yang
meghasilkan produk berupa busana. Sistem yang digunakan dalam industri tentunya melibatkan
karyawan dalam jumlah besar sehingga dapat menghasilkan produk dalam jumlah besar pula. Setiap
pekerja memiliki tanggung jawab dan peran yang penting dalam menghasilkan busana. Berikut alur
proses produksi dalam industri busana.
Desain
Pembuatan sample
Marker making
Spreading
Sorting dan bundling Numbering
Cutting
Sewing assembling
Inspeksi
Pressing
Inspeksi akhir
Pengemasan
1.Pembuatan Pola
a. Proses desain
Pembuatan desain merupakan langkah awal dan paling penting dalam sebuah produksi busana.
Tahapan ini melibatkan sejumlah desainer busana yang menciptakan desain busana yang sesuai
dengan selera konsumen. Tahapan desain tentunya menghasilkan pola desain yang telah
dinyatakan valid. Setelah itu, produksi pola dilakukan untuk mengetahui rancangan yang akan
diproduksi. Pattern maker merupakan pelaku utama dalam tahapan ini. Pattern maker merupakan
individu yang bertanggung jawab terhadap pembuatan pola secara akurat.
b. Pembuatan sample Setelah memulai produksi, pola yang dihasilkan tahapan sebelumnya dibuat
menjadi sebuah contoh atau sample. Kemudian, sample akan dikomunikasikan dengan pembeli
atau desainer busana. Jika sample sudah disetujui, kemudian beberapa pola dibuat berdasarkan
ukuran. Pola ini umumnya dibagi menjadi beberapa ukuran standar, seperti S, M, L, dan XL.
2. Penyiapan Bahan
a. Marker making
Tahapan ini merupakan proses menjiplak pola sehingga didapatkan ukuran panjang marker,
Pembuatan marker memerlukan kertas marka (paper marker) yang panjangnya disesuaikan dengan
kebutuhan. Hal ini dilakukan untuk mempermudah proses pemotongan sehingga sesuai dengan
pola.
b. Proses spreading
Tahapan inin ini merupakan penggelaran kain yang bertumpuk dengan tinggi 10 cm merup dan siap
dipotong. Tahapan ini melibatkan sejumlah orang agar memudahkan dalam menggelar kain
sehingga rata dan siap untuk proses selanjutnya.
c. Proses cutting
Tahapan ini merupakan proses pemotongan dengan mengikuti pola yang terdapat pada kertas
marka sehingga diperoleh potongan sesuai dengan ukuran pola. Dalam tahapan ini, bahan
pendukung seperti kain kapas atau kain keras juga dipotong. Tahapan ini umumnya dilakukan di
sebuah ruang pemotongan kain yang akan disalurkan pada tahapan selanjutnya.
d. Proses sorting dan bundling
Proses sorting merupakan pemilihan sesuai dengan ukuran dan desainnya dalam bentuk tumpukan.
Setelah itu, tumpukan pada proses sebelumnya dijadikan satu dan diberi keterangan mengenai
komponen-komponen busana. Tahapan ini disebut tahapan bundling, Tahapan bundling bertujuan
mempermudah dalam membedakan komponen-komponen busana dan ukuran.
e. Proses numbering
Tahapan ini merupakan penomoran komponen-komponen busana yang bertujuan mengetahui
jumlah komponen dalam sebuah busana. Hal ini akan mempermudah kegiatan penjahitan karena
kegiatan menjahit tentunya melibatkan komponen dalam jumlah banyak.
4. Penyelesaian (Finishing)
a. Pressing
Tahapan ini merupakan kegiatan menyetrika produk yang sudah lolos tahapan inspeksi.
Penyetrikaan dilakukan untuk meningkatkan nilai jual dan ketertarikan konsumen akan produk.
Proses setrika harus memahami karakteristik bahan kain terlebih dahulu. Hal ini dilakukan agar
bahan kain tidak rusak saat terkena panas. Pekerja yang bertugas menyetrika harus memperhatikan
temperature dan waktu penyetrikaan.
b. Inspeksi akhir
Inspeksi terakhir merupakan kegiatan akhir sebelum produk akan dikemas dan dijual. Tahapan ini
meliputi pengecekan kebersihan, memotong kelebihan benang, dan kecacatan jahitan. Kegiatan ini
harus dilakukan dengan teliti untuk memastikan kualitas yang akan diterima konsumen.
c. Pengemasan
Pengemasan merupakan proses terakhir dengan melakukan pengemasan produk sesuai dengan
ukuran, desain, dan warna yang akan segera didistribusikan Pengemasan sangat penting dilakukan
untuk menimbulkan citra yang baik pada konsumen. Selain itu, pengemasan juga berfungsi
mempermudah proses pengiriman barang.
Pola pikir sangat memengaruhi tindakan seseorang dalam melakukan pekerjaannya. Pola pikir
berperan penting dalam pencapaian tujuan yang sudah Anda tetapkan. Pola pikir merupakan
sekumpulan keyakinan yang membentuk serta membangun cara berpikir seseorang dalam memahami
hal di dunia. Pencapaian dan kesuksesan seseorang ditentukan oleh pola pikir orang tersebut sehingga
pengembangan pola pikir merupakan hal yang penting untuk dilakukan. Pada dasarnya, pola pikir
terbagi menjadi dua jenis yang dijelaskan sebagai berikut.
Pola pikir berkembang merupakan pola pikir yang baik dimiliki oleh seseorang bekerja di industri
kreatif. Individu yang bekerja di industri busana membutuhkan pols pikir kreatif. Melalui pola pikir
kreatif, individu akan lebih jeli dalam melihat peluang dan mengubahnya menjadi bisnis yang
berpotensi. Sejalan dengan Zimmerer (1996) yang mengatakan bahwa seorang wirausaha harus
menerapkan kreativitas dan inovas dengan mencari peluang dari permasalahan yang terjadi di
masyarakat. Nilai kreativitas dapat dituangkan dalam produk busana yang Anda produksi. Hal ini dapat
menimbulkan keunikan bagi bisnis busana dan merupakan salah satu kunci keberhasilan untuk
memenangkan pasar. Seseorang yang memiliki pola pikir kreatif memiliki beberapa ciri-ciri, di antaranya
1. selalu berusaha membuat ide baru yang inovatif;
2. memiliki daya tarik tersendiri terhadap produk yang dimiliki;
3. motivasi diri yang kuat:
4. bersifat terbuka terhadap opini; dan
5. tertarik untuk memperbanyak pengetahuan.
Kreativitas dapat bermanfaat bagi pengembangan inovasi yang menjadi pembeda dalam
melakukan sebuah kegiatan bisnis. Kreativitas tidak hanya bermanfaat bagi diri sendiri, Kreativitas juga
bermanfaat bagi kegiatan bisnis sebagai berikut.
1. Kreativitas dalam membuat inovasi produk dapat meningkatkan efisiensi produk Peningkatan
efisiensi produk tentunya akan membuat konsumen tertarik dengan sebuah produk.
2. Kreativitas sebagai pembeda atau ciri khas sebuah produk. Tujuan utama dari inovasi
merupakan penciptaan produk yang berbeda dengan kompetitor. Pengembangan produk yang
memiliki keunggulan khusus tentunya akan lebih menonjol di pasaran.
3. Pengembangan kreativitas dalam produksi sebuah produk akan menarik lebih banyak
konsumen. Konsumen cenderung memilih produk yang lebih baik dengan tingkat efisiensi yang
tinggi.
4. Kreativitas dapat menciptakan pasar baru di tengah kebutuhan masyarakat. Inovasi dalam
sebuah produk akan menciptakan produk baru dalam pasar. Pasar baru tentunya akan lebih
menarik perhatian konsumen.
Pengembangan pola pikir merupakan kegiatan yang berkelanjutan dalam hidup seseorang. Hal
ini karena pola pikir tidak dapat diubah secara cepat, tetapi membutuhkan jangka waktu yang relatif
panjang. Perubahan aktivitas dari waktu ke waktu diperlukan dalam mengembangkan pola pikir yang
baik. Berikut beberapa tindakan yang dapat dilakukan dalam mengembangkan pola pikir.
1. Melakukan Satu Hal Baru Setiap Hari
Tindakan ini memerlukan komitmen tinggi untuk melakukannya terus-menerus. Tindakan ini dapat
dilakukan selama 30 hari secara berturut-turut untuk membentuk kebiasaan. Pertama, pilihlah satu hal
yang Anda sukai, nikmati, atau kuasai. Jika Anda sudah mulai nyaman melakukannya, pertimbangkan
untuk bereksplorasi pada hal lain yang belum Anda kuasai. Kegiatan ini akan mengembangkan pola pikir
bertumbuh. Selain itu, hal ini akan membiasakan diri terhadap tantangan dan hal-hal baru di masa
depan.
Proses kreasi dalam pembuatan produk tentunya bergantung pada desainer busana yang terlibat.
Seorang perancang busana dituntut memiliki kemampuan menghasilkan karya yang sesuai dengan
permintaan pasar. Tahapan desain busana tentunya memakan waktu, tenaga dan pemikiran yang cukup
panjang. Beberapa tahapan yang dilakukan dalam perancangan busana, di antaranya
1 menetapkan sumber ide sebagai dasar perancangan;
2 menggambar perbandingan tubuh dengan model busana;
3 menggambar bagian-bagian busana sesuai dengan ide
4 memberi tekstur pada desain sehingga memberi gambaran nyata sebuah desaing dan
5 konsultasi dengan target pasar atau konsumen.
Proses kreasi dalam perancangan busana tentunya membutuhkan kreativitas desainer dan
didukung dengan sumber ide lain. Sumber ide dapat menentukan keunikan sebuah busana yang dapat
dijadikan nilai jual. Sumber-sumber ide yang dapat digunakan oleh desainer busana, di antaranya
1. pakaian khas penduduk di berbagai belahan dunia;
2. peristiwa-peristiwa nasional maupun internasional;
6. benda benda alam meliputi flora dan fauna; serta
7. bentuk geometris.
Proses kreasi yang dilakukan desainer busana dapat oleh hal. Sebuah rancangan yang dihasilkan
merupakan perpaduan antara hasil analisis pasar dan kreativitas pribadi. Kreativitas yang dimiliki juga
harus disesuaikan dengan berbagai karakteristik konsumen. Sebagai produk yang dikonsumsi secara
langsung, proses kreasi seorang desainer busana harus mempertimbangkan aspek-aspek berikut ini.
1. Pertimbangan Fungsional
Pertimbangan fungsional dengan melakukan analisis dan proyeksi terhadap setiap pemecahan masalah
suatu produk. Tujuan pertimbangan ini yaitu menghasilkan produk yang tepat guna sehingga dapat
bermanfaat secara optimal.
2. Pertimbangan Teknis
Kegiatan analisis dan perhitungan kekuatan, kepresisian, pemanfaatan teknologi, dan spesifikasi lainnya
diperlukan dalam pertimbangan ini. Hal-hal yang memengaruhi perencanaan produksi yang sistematis
dan teratur dipertimbangkan secara matang dalam tahapan ini.
3. Pertimbangan Ergonomi
Pertimbangan ini dilakukan dengan analisis penyesuaian ke arah standar keamanan dan kenyamanan
konsumen Penyesuaian ukuran dengan tubuh, penggunaan elemen tekstil, dan penerapan model harus
dilakukan. Sejumlah penyesuaian dilakukan berdasarkan pada aktivitas dan kebutuhan konsumen.
4. Pertimbangan Ekonomi
Penghitungan efisiensi, efektivitas, dan prinsip ekonomi lainnya dilakukan dalam pertimbangan ini. Hal
ini dilakukan untuk menyesuaikan keuangan perusahaan dengan sistem produksi yang akan dilakukan.
5. Pertimbangan Lingkungan
Pertimbangan lingkungan meliputi penilaian terhadap pemanfaatan sumber daya secara bertanggung
jawab. Pertimbangan lainnya yang perlu dilakukan adalah dampak lingkungan secara luas.
6. Pertimbangan Sosial Budaya
Perancangan busana juga harus memperhatikan kondisi budaya yang ada. Selain itu, perusahaan juga
harus mempertimbangkan tingkat adaptasi produk terhadap perubahan budaya.
7. Pertimbangan Visual (Estetika)
Selain pertimbangan teknis dan pasar, perancangan busana tentunya harus memperhatikan nilai visual
atau estetika. Peningkatan penjualan produk juga bergantung pada estetika yang ditawarkan.
Peralatan merupakan penunjang utama dalam kegiatan produksi di sebuah industri busana.
Perawatan secara berkala yang sesuai dengan pedoman harus dilakukan. Perawatan merupakan
tindakan yang dilakukan bertujuan memelihara kondisi alat atau tindakan perbaikan hingga alat siap
dipakai kembali. Adapun beberapa tujuan perawatan peralatan, di antaranya
Kegiatan perawatan memiliki tujuan meningkatkan kinerja alat, mencegah, dan memperbaiki
kerusakan yang dapat terjadi. Berdasarkan tujuannya, kegiatan perawatan terbagi menjadi dua sebagai
berikut.
Industri busana di Indonesia memiliki daya saing global dan berpotensi besar untuk terus
dikembangkan. Industri busana merupakan salah satu faktor berkembangnya ekonomi. Pemberdayaan
potensi dan kearifan lokal dapat terus dikembangkan untuk meningkatkan ekonomi penduduk lokal.
Indonesia merupakan negara yang kaya akan potensi lokal yang bervariasi. Potensi ini dapat
dimanfaatkan sebagai nilai jual sebuah busana serta peningkatan ekonomi.
Potensi lokal yang dapat dimanfaatkan dalam kegiatan bisnis terbagi menjadi tiga jenis sebagai berikut.
1. Sumber Daya Manusia
Sumber daya ini bersumber dari manusia dan karakteristik yang melekat pada dirinya. SDM umumnya
dibutuhkan dalam proses produksi sebuah industri, Industri dan SDM memiliki hubungan yang saling
menguntungkan sebagai penyedia lapangan kerja dan pekerja. Manusia memiliki keahlian, tenaga, dan
kepribadian yang dapat digolongkan menjadi sumber daya di suatu daerah. Pelatihan dapat dilakukan
untuk mengembangkan keahlian yang dimiliki SDM lokal sebagai berikut.
a. Pemberian pelatihan pengetahuan mengenai pengembangan produk busana dan peluang
busana berdasarkan pada potensi daerah. Keterampilan dalam menyesuaikan kebutuhan pasar
serta rancangan busana juga diajarkan pada penduduk daerah.
b. Pelatihan mengenai prinsip desain serta penerapannya dalam rancangan busana Rancangan
busana yang dibuat harus memenuhi beberapa prinsip, antara lain
1) harmoni yang menghasilkan kesatuan;
2) proporsi yang setara;
3) keseimbangan antarbagian:
4) irama yang menimbulkan kesinambungan;
5) aksen yang menjadi pusat perhatian; dan
6) keterpaduan.
c. Pelatihan mengenai keterampilan pembuatan pola berbagai desain busana. Pengambilan ukuran
yang akurat juga merupakan teknik yang penting untuk diajarkan.
d. Teknik penjahitan sederhana pada pembuatan rancangan yang telah dibuat sebelumnya.
e. Teknik menghias busana sederhana dengan pemberian manik, pita, ataupun motif.
Pekerja yang terlibat merupakan aspek terpenting dalam sebuah industri. SDM yang berkualitas
akan meningkatkan produktivitas dan efisiensi dalam kegiatan produksi. Oleh karena itu,
industri harus memperhatikan SDM dengan kegiatan pengelolaan SDM yang baik. Manajemen SDM
yang baik memiliki beberapa tujuan sebagai berikut.
1. Tujuan Organisasional
Tujuan ini agar dapat mengenali keberdaayan SDM yang berkontribusi aktif dalam industri. Departemen
SDM dalam sebuah industri bertanggung jawab dalam menangani permasalahan yang terkait pekerja.
2. Tujuan Fungsional
Tujuan fungsional merupakan mempertahankan kontribusi SDM sesuai dengan kebutuhan industri. SDM
yang mengalami penurunan kualitas akan dianggap tidak berkontribusi aktif.
3. Tujuan Sosial
Tujuan ini merupakan respons terhadap kebutuhan dan tantangan pekerja secara sosial. Hal ini
dilakukan untuk meminimalisasi dampak negatif pada organisasi.
4. Tujuan Personal
Tujuan ini dapat mendukung karyawan untuk dapat memenuhi kebutuhan dan keinginannya sebagai
individu. Tujuan pribadi karyawan harus dipertimbangkan. dalam penentuan kebijakan industri. Jika
kebutuhan karyawan tidak dihiraukan, produktivitas karyawan dapat menurun hingga meninggalkan
organisasi.
Pengelolaan SDM yang baik akan bermanfaat bagi karyawan serta industri tersebut sehingga industri
hendaknya memberikan perhatian khusus pada kegiatan pengembangan SDM. Berikut beberapa strategi
pengembangan SDM yang dapat dilakukan oleh industri (Masram dan Mu'ah,2015).
1. Kesempatan bagi Karyawan untuk Menyalurkan Ide
Karyawan merupakan roda penggerak utama dalam mengembangkan produktivitas perusahaan. Ide dan
gagasan yang dimiliki karyawan perlu didengarkan dan dipertimbangkan. Karyawan sebagai individu
yang melakukan produksi langsung pasti memiliki saran untuk meningkatkan efisiensi dan produktivitas.
Pertemuan secara berkala yang ditujukan untuk menampung berbagai saran dan kritik dapat
dijadwalkan.