Anda di halaman 1dari 20

LAPORAN PERENCANAAN DAN PENGENDALIAN PRODUK

GARMENT
Dosen Pengampu:
Dr. Widihastuti, S.Pd,M.Pd.

Disusun Oleh:
Nailatulmuna
18513241049

PENDIDIKAN TEKNIK BUSANA


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA
2020

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, yang telah melimpahkan karunia serta
rahmat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Laporan Tugas Akhir ini dari mata
kuliah Perencanaan dan Pengandalian Produk Garment.
Pada kesempatan ini izinkan penulis mengucapkan terimakasih dan rasa hormat atas
segala bantuan yang telah diberikan kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan
Laporan Tugas Akhir ini, yaitu kepada:
1. Ibu Dr. Widihastuti, S.Pd,M.Pd. selaku dosen mata kuliah Perencanaan dan
Pengendalian Produk Garment yang telah membimbing kami
2. Orang tua yang telah memberikan motivasi serta dukungan baik mosil maupun
materill
3. Teman-teman dan semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu-persatu.
Dalam penyusunan laporan ini, penulis menyadari bahwa laporan ini masih jauh dari
sempurna dan masih banyak kekurangan-kekurangan lainnya, untuk itu sebelumnya
penulis mohon maaf yang sebesar-sebesarnya serta mengharapkan kritik saran yang
membangun dari semua pihak, yang kemudian dapat menyempurnakan laporan ini.

Akhir kata saya mengucapkan terimakasih, semoga hasil laporan ini dapat
bermanfaat bagi semua orang.

Yogyakarta, 28 Mei 2020

Penulis

2
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ii
DAFTAR ISI iii
BAB I PENDAHULUAN 4
A. Latar Belakang 4
B. Rumusan Masalah 4
C. Tujuan 5
BAB II PEMBAHASAN 6
A. Pengertian Perencanaan dan Pengendalian Produksi 6
B. Mengolah Perencanaan Sistem Produksi 8
C. Sistem Produksi 8
D. Langkah-Langkah Produksi Celana Pantalon 10
BAB III PENUTUP 18
A. Kesinpulan 18
B. Saran 18
DAFTAR PUSTAKA 19

3
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dengan adanya penemuan penemuan baru alat teknologi mendorong banyak
industry industry yang mengelola berbagai macam produk, salah satunya yaitu industry
garment. Industri garment merupakan salah satu bentuk usaha dibidang busana yang
memproduksi pakaian jadi dalam jumlah yang sangat banyak. Seiring berjalannya waktu
industry garment di Indonesia terus berkembang sejalan dengan kebutuhan masyarakat dan
jumlah penduduk yang cukup besar, sehingga profit yang diperoleh sangat menjanjikan,
dan telah terjadi persaingan yang ketat di dalam industry garment. Selain memenuhi pasar
lokal, saat ini banyak industry garment yang telah mencapai pasar secara global.
Pada dasarnya industry garment merupakan sebuah industry yang berbasis
kreativitas, maka dengan adanya banyak industry kualitas garment pun tidak hanya diukur
dari orisinalitas dan kreativitas dalam menampilkan desain dan hasil produk, tetapi juga
harus memperhatikan pengendalian mutu (quality control). Tujuannya yaitu agar
memperoleh barang yang sesuai dengan standar mutu yang diinginkan terus menerus dan
bisa mengendalikan, menyeleksi dan menilai kualitas, sehingga target pasar dapat tercapai,
serta perusahaan mendapat keuntungan untuk jangka panjang. Oleh karena itu dalam
membangun bisnis garment sangatlah diperlukan perencanaan dan pengendalian produksi
garment. Salah satunya yaitu merencanakan persediaan bahan baku. Bahan baku
merupakan faktor utama di dalam perusahaan untuk menunjang kelancaran proses
produksi, baik perusahaan besar maupun perusahaan kecil. Masalah penentuan besarnya
persediaan merupakan masalah yang penting bagi perusahaan, karena persediaan
mempunyai efek yang langsung terhadap keuntungan perusahaan. Oleh karena itu agar
tidak terjadi keterlambatan proses produksi maka dibutuhkan suatu system yang
mengontrol penjadwalan dan pengontrolan produksi agar tidak terjadi hambatan dalam
proses produksi. Perencanaan Produksi dilakukan dengan tujuan menentukan arah awal
dari tindakan-tindakan yang harus dilakukan di masa mendatang, mengenai apa, seberapa
banyak, dan kapan harus dilakukan. Karena perencanaan itu berkaitan dengan masa
mendatang, maka perencanaan disusun atas dasar perkiraan yang dibuat berdasarkan data
masa lalu dengan menggunakan beberapa asumsi. Perencanaan tidak akan selalu
memberikan hasil sebagaimana yang diharapkan dalam rencana tersebut, sehingga setiap
perencanaan yang dibuat harus dievaluasi secara berkala dengan jalan melakukan
pengendalian.
Dengan demikian laporan ini dibuat guna membahas mengenai perencanaan dan
pengendalian pada industry garment lebih lanjut.

B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan perencanaan dan pengendalian produksi garment?
2. Bagaimana cara mengolah perencanaan system produksi garment?
4
3. Bagaimana proses produksi pada garment?
4. Bagaimana langkah-langkah produksi garment celana pantalon?
C. Tujuan
1. Mengetahui maksud perencanaan dan pengendalian produksi garment
2. Mengetahui cara mengolah perencanaan system produksi
3. Mengetahui proses produksi garment
4. Mengetahui langkah-langkah produksi garment celana pantalon

5
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Perencanaan Dan Pengendalian Produksi
Perencanaan dan Pengendalian Produksi adalah proses untuk merencanakan dan
mengendalikan aliran material yang masuk, mengalir, dan keluar dari sistem produksi
sehingga permintaan pasar dapat dipenuhi dengan jumlah yang tepat, waktu penyerahan
yang tepat, dan biaya produksi yang minimum. Perencanaan Produksi dilakukan dengan
tujuan menentukan arah awal dari tindakan-tindakan yang harus dilakukan di masa
mendatang, mengenai apa, seberapa banyak, dan kapan harus dilakukan. Karena
perencanaan itu berkaitan dengan masa mendatang, maka perencanaan disusun atas dasar
perkiraan yang dibuat berdasarkan data masa lalu dengan menggunakan beberapa asumsi.
Oleh karena itu perencanaan tidak akan selalu memberikan hasil sebagaimana yang
diharapkan dalam rencana tersebut, sehingga setiap perencanaan yang dibuat harus
dievaluasi secara berkala dengan jalan melakukan pengendalian. Hal tersebut disebabkan
rencana yang dibuat berdasarkan perkiraan yang bisa saja meleset. Karena itu meskipun
rencana telah dibuat sebaik mungkin, tujuan-tujuan manajemen tidak akan dapat dicapai
tanpa adanya program pengendalian yang efektif.
Secara sederhana, pengendalian dapat didefinisikan sebagai suatu proses yang
dibuat untuk menjaga agar realisasi dari suatu aktivitas sesuai dengan yang direncanakan.
Oleh karena itu, pengendalian terdiri atas prosedur-prosedur untuk menetukan
penyimpangan dari rencana yang telah ditetapkan dan tindakan–tidakan perbaikan yang
diperlukan untuk mengeliminasi penyimpangan tersebut. Sesuai dengan fungsinya,
pengendalian produksi melakukan aktivitas-aktivitas sebagai berikut:
 Mengukur realisasi dari rencana produksi
Dalam aktivitas tersebut, hasil perencanaan produksi dicatat dalam satuan ukuran
(unit, kilogram, meter, dsb) seperti yang digunakan pada target produksi.
Pengukuran harus dilakukan cukup sering sehingga penyimpangan akan dengan
cepat dapat terdeteksi.
 Membandingkan realisasi dengan rencana produksi
Hasil pencatatan dari pelaksanaan produksi harus dibandingkan dengan rencana /
target yang telah ditetapkan sebelumnya untuk dijadikan dasar dalam menentukan
tindakan selanjutnya. Bila terjadi penyimpangan yang cukup berarti, maka harus
dilakukan langkah-langkah perbaikan. Jika tidak terjadi penyimpangan yang cukup
berarti maka tidak perlu diadakan langkah-langkah perbaikan. Karena itu target
yang dibuat harus menyertakan batas kewajaran dalam penyimpangan yang masih
ditoleransikan, sehingga suatu target biasanya diberikan dalam bentukinterval
dengan batas atas dan batas bawah yang lebarnya sangat bergantung kepada
besarnya variasi dari besaran yang dikendalikan.

 Mengamati penyimpangan yang terjadi

6
Penyimpangan yang terjadi dapat dikelompokkan menjadi dua, yaitu
penyimpangan yang dapat ditoleransikan dan penyimpangan yang tidak dapat
ditoleransikan. Penyimpangan yang tidak dapat ditoleransikan adalah
penyimpangan yang terjadi karena proses produksi yang sedang berjalan memang
betul-betul sudah menyimpang dari yang direncanakan, sehingga perlu diadakan
tindakan-tindakan perbaikan. Sedangkan perbaikan yang masih bisa ditoleransikan
adalah penyimpangan bersifat semu yang terjadi karena faktor-faktor acak. Oleh
karena itu, perlu penetapan berapa persen penyimpangan dari target produksi yang
masih dapat dikategorikan sebagai penyimpangan semu, sehingga tidak perlu
diadakan langkah-langkah perbaikan.
 Menganalisis sebab terjadinya penyimpangan
Untuk dapat melakukan pebaikan secara tepat, maka harus diketahui terlebih
dahulu faktor penyebab sesungguhnya dari penyimpangan yang terjadi. Hal
tersebut merupakan langkah yang sulit karena harus dibedakan mana yang
merupakan gejala dan mana yang merupakan faktor penyebab sesungguhnya. è
Contoh - Keterlambatan dalam pengiriman pesanan tidak mesti disebabkan karena
bagian pengiriman bekerja secara lambat, Tetapi bisa juga disebabkan karena
kualitas produk yang dihasilkan terlalu jelek sehingga harus diadakan reworking
(pengerjaan ulang) dan akibatnya barang tidak dapat dikirim tepat pada waktunya.
 Melakukan tindakan perbaikan
Setelah penyebab diketahui dengan pasti, maka tindakan perbaikan dapat dilakukan
untuk menghilangkan penyebab tersebut dan melakukan penyesuaian-penyesuaian
yang dapat mengkonpensasikan penyimpangan yang terjadi. Proses pengendalian
produksi tersebut memakai konsep umpan balik, di mana output dari suatu proses
(realialisasi) setelah terlebih dahulu dibandingkan dengan standar (target) akan
digunakan untuk menyesuaikan input (tindakan) atau proses (rencana) sebelumnya
sehingga tindakan atau rencana yang akan datang dapat lebih baik dan realistis
dibandingkan dengan tindakan atau rencana sebelumnya.

Secara umum tujuan suatu perusahaan adalah memperoleh keuntungan di samping


tercapainya kelanjutan dan pengembangan usaha. Dengan keuntungan yang diperoleh
tersebut perusahaan akan mampu membayar kompensasi manajemen dan karyawan
dengan baik dalam konteks tingkat kompensasi yang memadai dan ketepatan waktu
pembayaran, membayar tagihan dari pihak ketiga, misalnya pembayaran sewa listrik, sewa
gudang, pajak, bahan mentah, bahan baku, serta bahan pembantu dari pihak pemasok,
memelihara dengan baik peralatan produksi agar dapat berjalan dengan lancar dan
ekonomis, mengganti mesin-mesin dan peralatan lainnya yang memang sudah saatnya
harus diganti, dan melakukan perluasan atau ekspansi perusahaan sehingga dengan
demikian perusahaan tersebut betul-betul maju dan berkembang. Dalam usaha pencapaian
tujuan perusahaan, diperlukan adanya koordinasi manajemen berupa koordinasi dari
berbagai bagian atau antar kegiatan dari perusahaan tersebut, sehingga dapat tercapai suatu
kerjasama yang baik antara bagian pembelian, teknik, akuntansi, penjualan, dan
sebagainya, sebagai satu team yang terkoordinasikan untuk memproduksi dan menjual
hasil produksi dengan efektif dan efisien.
Dengan demikian, dapat disimpulkan peranan perencanaan dan pengendalian
produksi adalah mengkoordinasikan kegiatan dari bagian-bagian yang langsung atau tidak

7
langsung dalam berproduksi, merencanakan, menjadwalkan, dan mengendalikan kegiatan
produksi dari mulai tahapan bahan baku, mengkoordinasi mesin mesin/ peralatan, proses,
sampai output yang dihasilkan sehingga perusahaan betul-betul dapat menghasilkan barang
atau jasa dengan efektif dan efisien.

B. Mengolah Perencanaan Sistem Produksi


Sistem produksi merupakan kumpulan dari subsistem-subsistem yang saling
berinteraksi dengan tujuan mengtransformasikam masukan (input) produksi menjadi
keluaran (output) produksi. Masukan produksi ini dapat berupa bahan baku, mesin, tenaga
kerja, modal, dan informasi, sedangkan output atau keluaran produksi merupakan produk
yang dihasilkan berikut hasil sampingannya seperti limbah, dan sebagainya. Dengan
adanya system produksi ini merubah produk jadinataupun produk setengah jadinyang
mempunyai nilai tambah (added value)
Dalam industry garment terdapat tiga dasar tipe tahapan proses. Ketiga tahapan ini akan
menentukan produk pakaian jadi yang akan dibuat. Ketiga dasar tahapan dalam industry
garmen tersebut adalah:
a. Cutting
Yaitu proses pemotongan bahan baku dalam bentuk-bentuk tertentu. Bentuk
potongan kain ini ditentukan berdasarkan pola-pola dari pakaian yang akan dibuat
b. Sewing
Yaitu proses penggabungan potongan-potongan kain hasil dari proses cutting
c. Pressing
Yaitu proses pemantapan bentuk potongan-potongan bahan baku atau jahitan
dengan tekanan atau tanpa panas/uap.

C. Proses Produksi
1. Sample Department
Department ini bertugas menganalisis dan menentukan pembuatan pola terhadap
sample (contoh) yang dating dari pemesan.
Hal-hal yang dilakukan di department ini yaitu:
a) Evaluasi awal terhadap sample/pola
Pada tahap ini mengamati dan menganalisis bentuk model dan pola serta
menentukan ukuran pola dan kesesuaian bentuk model.
b) Pemotongan kain sample
Prosedur pemotongan kain sample adalah sebagai berikut:
 Mengatur bagian-bagian pola diatas lembar kain sample
 Mengatur jarak pengaturan bagian pola
 Memotong kain sample sesuai dengan garis-garis gambar pola
c) Proses penjahitan
Setelah pemotongan maka tahap selanjutnya yaitu pola dijahit menjadi bentuk
produk yang telah ditentukan. Proses penjahitan sample dilakukan
menggunakan standar mesin sebagaimana ditentukan oleh bagian penjahitan
(sewing department)
d) Pengiriman sample
Setelah proses penjahitan maka tahap selanjutnya yaitu dikirim ke bagian
produksi untuk disetujui. Bagian produksi memeriksa sample kembali. Apabila

8
sudah benar maka pola diperbanyak dan dilakukan proses cutting dalam jumlah
yang besar.

Skema Proses Sample Department

Order Pembuatan Pemotongan


Jahit sample Finishing Pengiriman
pola kain

2. Pattern Making Department


Pekerjaan yang dilakukan pada department ini yaitu merancang kembali gambar pola
yang diterima dari department sample untuk mengoptimalkan posisi jarak antar
potongan. Pembuatan pattern ini menggunakan softwere dan setiap marker
dicantumkan nomor order, style, panjang marker, size ratio, tanggal dibuat, dan jenis
kain.

3. Cutting Department
Pekerjaan yang dilakukan oleh department cutting yaitu:
 Pengecekan pola (pattern)
Mengetahui kebenaran pola sebelum digunakan untuk penetapan standar
produksi
 Penggelaran kain (spreading)
Menyusun lembar kain sesuai kebutuhan produksi dan mengecek bahan baku
disetiap lembaran kain
 Pemotongan kain (cutting)
Dilakukan dengan menggunakan mesin cutting
 Pengepressan (fusing)
Mengepress bagian interlining pada potongan kain
 Pemberian nomor (numbering atau bundling)
Pemberian nomor urut pada setiap potongan pola dan menyatukan dalam satu
bendel.
 Loading
Menghitung kembali bendel potongan pola untuk menghindari kesalahan
jumlah produksi.

4. Sewing Department
Pembagian kerja sesuai dengan keterampilan pekerja agar dapat menguasai teknik
penjahitan secara efisien.

5. Finishing Department
Pekerjaan yang dilakukan pada tahap finishing yaitu:
 Mengecek jumlah dan kualitas produk
 Peyetrikaan (Ironing)
 Pembagian kartu label (Labelling)
 Final quality control
 Pengemasan (Packing)

9
D. Langkah-Langkah Produksi Celana Pantalon
1. Desain Produk

Source: Dr. Sri Wening, M.Pd. 2013. Buku Busana Pria. Hlm.27

2. Ukuran Celana Panjang


No. Bagian Tubuh Ukuran
1. Panjang Celana 95 cm
2. Lingkar Pinggang 72 cm
3. Tinggi Duduk 24 cm
4. Lingkar Pesak 66 cm
5. Lingkar Panggul 92 cm
6. Lingkar Paha 62 cm
7. Lingkar Lutut 52 cm
8. Lingkar Kaki 40 cm

3. Alat dan Bahan


A. Alat jahit pokok
 Mesin high speed
Fungsi : Untuk menjahit pakaian dengan setikan lurus serta dengan kecepatan
tinggi.
Cara kerja : Menggunakan aliran listrik besar dengan menginjak kaki mesin dan
secara otomatis akan bekerja dengan kecepatan tinggi.
 Mesin obras
Fungsi : Untuk menyelesaikan suatu jahitan pada bagian tertentu yaitu
penyelesaian tiras busana.
Cara kerja : Menggunakan aliran listrik besar dengan menginjak kaki mesin dan
secara otomatis akan bekerja dengan kecepatan tinggi.
 Mesin lubang kancing

10
Fungsi : Untuk membuat lubang kancing.
Cara kerja : Menggunakan aliran listrik besar dengan menginjak kaki mesin dan
secara otomatis akan bekerja dengan kecepatan tinggi.
B.Alat penunjang
a) Alat ukur (untuk mengambil ukuran tubuh)
 Pita ukur
Fungsi : Dipakai untuk mengambil ukuran badan untuk mengetahui ukuran
yang diperoleh & alat pengukur pada waktu menggambar pola besar.
Cara kerja : Menggunakan pita ukur dengan melihat angka yang diperoleh.
 Alat tulis
Fungsi : Untuk mencatat ukuran yang diperoleh saat mengambil ukuran.
Cara kerja : Menggunakan pensil untuk mencatat ukuran yang telah diambil
kedari dalam buku tulis.
b) Alat pembuatan pola
 Skala
Fungsi : Alat ukur untuk menggambar pola kecil.
Cara kerja : Menggunakan skala sesuai yang diinginkan(skala
1:4,1:2,1:3,1:8).
 Buku kostum
Fungsi : Buku yang dipakai untuk membuat pola kecil.
Cara pakai : Bagian lembar bergaris untuk catatan/keterangan & bagian
lembar kosong untuk menggambar pola.
 Penggaris bentuk
Fungsi : Mempermudah dalam membentuk pola busana sesuai dengan
bentuk yang akan dibuat.
Cara pakai : Menggunakan penggaris sesuai dengan bentuknya.
 Bolpoin merah biru
Fungsi : Untuk mewarnai pola agar dapat membedakan pola depan &
belakang.
Cara kerja : Digunakan pada garis-garis pola.
 Kertas paying
Fungsi : Untuk membuat pola besar sesuai ukuran asli.
Cara pakai : Digunakan sesuai dengan kebutuhan.
 Kertas doorslag merah biru
Fungsi : Untuk menjiplak pola.
Cara pakai : Kertas berwarna merah untuk bagian pola depan & kertas
warna biru untuk bagian pola belakang.
c) Alat memindahkan tanda-tanda pola
 Kapur jahit
Fungsi : Digunakan untuk memberi tanda pada bahan.
Cara pakai : Jangan terlalu ditekan & menggunakannya tipis.Cari warna
kapur yang tidak mengotori bahan.
d) Alat-alat menggunting
 Gunting kain

11
Fungsi : Khusus untuk menggunting kain.Tidak boleh untuk menggunting
kertas atau lainnya agar tetap tajam.
Cara kerja : Saat menggunting bahan tangan kanan memegang gunting
dengan jari masuk ke lubang yang telah ada.
 Gunting benang
Fungsi : Untuk menggunting benang.
Cara pakai : Dengan memasukan jari ke lubang gagang gunting yang ada.
 Gunting kertas
Fungsi : Khusus untuk menggunting kertas.
Cara kerja : Dengan memasukan jari tangan kanan ke lubang yang telah ada.
e) Alat jahit
 Spul
Fungsi : Sebagai pengisi benang bawah.
Cara kerja : Dimasukkan ke dalam skoci.
 Skoci
Fungsi : Sebagai tempat spul.
Cara kerja : Dipasang pada rumah sekoci setelah spul dimasukan ke dalam
sekoci.
 Sepatu mesin jahit
Fungsi : Untuk menjahit setikan lurus & sebagai penekan bahan saat
menjahit.
Cara kerja : Dipasang pada mesin jahit.Saat akan dipakai pengungkit
diturunkan & saat tidak dipakai pengungkit sepatu dinaikkan.
 Jarum mesin
Fungsi : Untuk menyangkut benang ke bahan.
Cara kerja : Dipasang pada mesin pada lubang jarum dimasukan benang.
 Jarum tangan
Fungsi : Dipakai untuk menjelujur.
Cara kerja : Lubang jarum dimasukan benang kemudian dimasukan ke
bahan.
 Jarum pentul
Fungsi : Untuk menyemat pola pada bahan,menyatukan bagian pola yang
sudah dibuat sebelum dijelujur/dijahit dan memberi tanda/perbaikan pada
waktu mengepas.
Cara kerja : Disematkan ke bahan.
 Pendedel
Fungsi : Untuk membuka jahitan yang salah.
Cara pakai : Sisi yang tajam pada pendedel diselipkan ke benang yang akan
dibuka.
f) Alat finishing
 Setrika
Fungsi : Untuk mengepres dan menghaluskan pakai agar licin & rapi.
Cara kerja : Digosokkan ke baju yang masih dalam proses menjahit/sudah
selesai.
 Papan setrika
Fungsi : Sebagai tatakan untuk menyetrika.

12
Cara kerja : Kaki papan setrika dibuka & papan setrika harus dilapisi bahan
yang tebal.
4. Langkah Membuat Pola
Langkah langkah membuat pola dengan keterangan ukuran
 Menyiapkan alat dan bahan membuat pola
1.Membuat pola celana bagian depan :
Pada kertas pola buatlah garis :
AB =panjang celana - ban pinggang (3cm)
=95 cm- 3 cm
A-A1=tinggi duduk = ( lingkar pesak :2 ) -6 cm
=(66cm : 2) -6cm
=27 cm
A1-A2 = (panjang A1-B :2) -3 cm
= (92 cm :2 ) - 3cm
=46 cm -3 cm
=43 cm
A-E1 = ( lingkar pinggang : 4) :3
= (72:4) :3
=18: 3
=6
C-C1 = (Lingkar paha : 2 ) - 4 cm
= (62:2) -4
= 27 cm
F-F1 = (lingkar lutut :2 )- 2,5 cm
= (52 :2) -2,5
=23,5 cm
D-D1 =( lingkar kaki : 2 ) - 2cm
=(40: 2) - 2
=18 cm
C1-C2 = 2,5 cm

13
C2-C3 =6 cm
Lebar golbi =3,5 cm
E1-E =lingkar pinggang : 4
=72: 4
=18
2. Keterangan pola bagian belakang
E1- H2 = 2 cm
H2-H1 =( lingkar pinggng :4 )+ 3
=( 72: 4 ) + 3 cm
=21 cm
Titik H menyentuh garis g
C4-C5 = ( lingkar paha : 2) +4 cm
=(62 : 2 ) + 4
=35 cm

F3-F2 = (lingakar lutut : 2) + 2,5 cm


= ( 52 : 2) + 2,5
=26 + 2,5
=28,5 cm
D2-D3 = (lingkar kaki : 2) + 2
=( 40 : 2) + 2
= 22 cm
Letak klep saku belakang 6 cm dari garis H-H1
kupnat 3 cm tepat di tengah H -H1
5. Langkah Menjahit Celana Panjang
1. Menjahit kupnat
2. Menjahit saku belakang
3. Menjahit saku samping
4. Menyelesaikan belahan golbi
5. Menjahit sisi bagian dalam (pipa kaki)
6. Menjahit sisi bagian luar (pipa kaki)
7. Menjahit pesak

14
8. Menyiapkan ban pinggang dengan viselin
9. Memasang ban pinggang dan lubang ikat pinggang
10. Mengelim bagian bawah celana
11. Memasang kancing kait
12. Menyetrika dan melipat
6. Tabel Time Study Proses Pembuatan Celana Panjang
No Proses Waktu Waktu Waktu Rata-Rata
Pembuatan Celana Melita Niha Naila Waktu
1. Membuat pola celana 29 menit 25 menit 28 menit 27,3 menit
2. Membuat kampuh pada pola 7 menit 8 menit 7 menit 7,3 menit
dan memotong pola
3. Meletakkan pola pada kain 8 menit 8 menit 7 menit 7,6 menit
sesuai dengan arah serat
4. Memotong kain sesuai pola 12 menit 13 menit 12 menit 12,3 menit
5. Menjahit kupnat 4 menit 4 menit 5 menit 4,3 menit
6. Menjahit saku belakang 22 menit 20 menit 23 menit 21,6 menit
7. Menjahit saku samping 16 menit 18 menit 16 menit 16,6 menit
8. Menyelesaikan belahan golbi 12 menit 13 menit 15 menit 13,3 menit
9. Menjahit sisi bagian dalam 9 menit 8 menit 8 menit 8,3 menit
(pipa kaki)
10. Menjahit sisi bagian luar 10 menit 9 menit 10 menit 9,6 menit
(pipa kaki)
11. Menjahit pesak 8 menit 7 menit 6 menit 7 menit
12. Memasang ban pinggang dan 23 menit 26 menit 27 menit 25,3 menit
lubang ikat pinggang
13. Mengelim bagian bawah 9 menit 8 menit 10 menit 9 menit
celana
14. Memasang kancing kait 8 menit 7 menit 9 menit 8 menit
15. Menyetrika dan melipat 12 menit 14 menit 10 menit 12 menit
Total 189 188 193 173,66

7. Perhitungan Kebutuhan Bahan Baku dan bahan pelengkap


a. Kebutuhan kain
Untuk membuat 1 pcs celana panjang dibutuhkan kain dengan panjang untuk kainn1,6
m/pcs . Totalkain yang dibutuhkan untuk membuat 3 pcs celana yaitu :
Total kebutuhan kain = jumlah produksi x panjang kain/pcs
= 3 pcs x 1,6 m/pcs
= 4,8 m
b. Kebutuhan benang
 Kebutuhan Benang jahit

15
setiap celana panjang membutuhkan 0,6 cone (55 yard = 5.027 cm) benang
jahit. Sehingga total kebutuhan benang jahit dapat dihitung sebagia berikut :
Total Kebutuhan benang jahit = jumlahproduksi x panjang benang jahit/ pcs

= 3 pcs x 0,6 cone/ pcs


= 1,8 cone
 Kebutuhan Benang Obras
setiap pcs celana panjang membutuhkan 0,2 cone (41,6 yard = 1,684 cm)
benang obras . sehingga total kebutuhan benang jahit dapat dihitung sebagai
berikut :
Total Kebutuhan benang Obras = jumlah produksi x oanjang benang obras/pcs

= 3 pcs x 0,2 cone /pcs


= 0,6 cone
c. Kebutuhan label
Setiap celana panjang diperlukan 1 paket label yang berisi nam merek , ukuran, dan
petunjuk perawatan . Total kebutuhan label adalah :
Total kebutuhan Label = jumlah produksi x kebutuhan produksi/pcs

= 3 pcs x 1 buah/ pcs


= 3 buah
d. Kebutuhan kancing kait (hook and eye)
Setiap celana panjang diperlukan 1 pasang kancing kait , makauntuk menghitung total
kebutuhan kancing kait adalah sebagai berikut :
Total kebutuhan kancing kait = jumlah produksi x jumlah kancing kait/ pcs

= 3 pcs x 1pasang /pcs


= 3 pasang
e. Kebutuhan retsliting
Setiap celana panjang diperlukan 1 buah retsliting . Total kebutuhan retslitingnya
adalah sebagai berikut :
Total Kebutuhan Retsleting = jumlah produksi x retsliting / pcs
= 3 pcs x 1pasang/ pcs

= 3 pasang
f. Kebutuhan Plastik Kemasan (packing)
Setiap celana panjang diperlukan 1 buah plastik packing, maka untuk menghitung total
kebutuhan plastik kemasan adalah sebagai berikut :

16
Total kebutuhan plastik kemas = jumlah produksi x plastik/ pcs
= 3 pcs x 1 buah/ pcs
= 3 buahplastik kemas

17
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dengan seiring berjalannya waktu muncul banyak industry industry garment di Indonesia
yang terus berkembang sejalan dengan kebutuhan masyarakat dan jumlah penduduk yang
cukup besar, sehingga mengakibatkan terjadi persaingan yang ketat di dalam industry
garment. Dengan adanya banyak industry maka kualitas garment pun tidak hanya diukur
dari orisinalitas dan kreativitas dalam menampilkan desain dan hasil produk, tetapi juga
harus memperhatikan pengendalian mutu (quality control). Oleh karena itu system
perencanaan dan pengendalian produksi garmen sangat penting dalam membangun bisnis
garment.
Dengan perencanaan dan pengendalian produksi yang baik maka dapat
mengkoordinasikan kegiatan dari bagian-bagian yang langsung atau tidak langsung dalam
berproduksi, merencanakan, menjadwalkan, dan mengendalikan kegiatan produksi dari
mulai tahapan bahan baku, mengkoordinasi mesin mesin/ peralatan, proses, sampai output
yang dihasilkan sehingga perusahaan betul-betul dapat menghasilkan barang atau jasa
dengan efektif dan efisien.

B. Saran
Untuk menghasilkan kualitas produk yang baik, sebaiknya perusahaan harus selalu
mencatat data tahapan/proses dan pengontrolan produksinya agar apabila terdapat
kesalahan atau penyimpangan bisa langsung diatasi. Sehingga dari kesalahan tersebut
perusahaan dapat mengambil tindakan yang tepat dan memperbaiki untuk kedepannya lagi.

18
DAFTAR PUSTAKA
Jerusalem, Adam dan Widihastuti. 2019. Sistem Produksi Garmen. Yogyakarta : Universitas
Negeri Yogyakarta.
Irawan, Weny Dwi. 2014. Manfaat Hasil Belajar Analisis Pemotongan dan Pemanfaatan Bahan
Sebagai Kesiapan Menjadi Quality Control Cutting di Garmen. Bandung: Universitas
Pendidikan Indonesia.
Nurhasanah, Nunung. Dkk. 2014. Perencanaan Sistem Persediaan Bahan Baku Industri Garmen
di PT.DM. Jakarta : Universitas Al Azhar Indonesia. Vol. 13 No 2.
Hari, Lumbono. 2007. Pengendalian Kualitas Garmen di PT Asrindo Indty Raya dengan
Menggunakan Diagram Control P. Semarang : Universitas Negeri Semarang

19
20

Anda mungkin juga menyukai