Menurut ASTM C-618 (ASTM, 1995:304), abu terbang atau FA didefinisikan sebagai
butiran halus hasil sisa pembakaran batu bara yang digiling halus. Bahan ini berwarna
abu-abu dan butirannya berbentuk bulat dan bersifat pozzolanic yaitu bila terkena air akan
mengeras. Abu terbang diambil dari tambang batu bara yang digunakan sebagai sumber
bahan utama dalam sebuah stasiun tenaga pembangkit yang dihancurkan terlebih dahulu
sebelum proses pembakaran.
2. Kelas F
Fly ash tipe F mengandung CaO lebih kecil dari 10% yang dihasilkan dari pembakaran
anthracite atau bitumen batubara. Fly ash tipe F mempunyai kadar SiO2 + Al2O3 +
Fe2O3 > 70%. Kadar CaO fly ash tipe F kurang dari 5 %.
3. Kelas N
Pozzolan alam atau hasil pembakaran yang dapat digolongkan antara lain tanah
diatomic, opaline chertz, shales, tuff, dan abu vulkanik, baik yang diproses melalui
pembakaran atau tidak melalui proses pembakaran.
(ACI Manual of concrete Practice 1993 Part I 226.3R-3)
Dari hasil penelitian, fly ash tipe C meningkatkan sedikit workability beton, mengurangi
kadar air beton dan juga meningkatkan kuat tekan beton. Fly ash tipe C memiliki kadar
kalsium lebih tinggi sehingga memiliki kekuatan awal yang lebih tinggi bila
dibandingkan dengan tipe F. Meningkatnya kadar fly ash dapat mengurangi kebutuhan
air, hal ini dikarenakan oleh bentuk partikel fly ash yang bulat dan memiliki ukuran
yang sangat kecil sehingga mengurangi void (Naganathan et al., 2015)
Telah diamati bahwa tingkat kenaikan kekuatan usia dini Kelas C lebih tinggi daripada abu
terbang Kelas F. Namun, kontribusi kekuatan pozzolan jangka panjang untuk fly ash Kelas F
lebih besar daripada Kelas C, menghasilkan kekuatan tekan jangka panjang yang lebih tinggi.