Anda di halaman 1dari 25

SPLN 93:1991

STANDAR Lampiran Keputusan Direksi PLN


No.: 115.K/0594/DIR/1991,tanggal 18Nop«mber 1991
PERUSAHAAN UMUM USTRIK NEGARA

TIANG BETON PRATEKAN


UNTUK JARINGAN DISTRIBUSI

PERPUSTAKAAN — o
P T P L N (P e rs e ro ) J as a Toknik K eh stn kan

P P D - P P B BYL
TIDAK BERLAKU
TANGGAL 2Q/<&//y

DEPARX*EMEN PERTAMBANGAN DAN ENERGI

PERUSAHAAN UMUM LISTRIK NEGARA


JALAN TRUNOJOYO NO. 135 - KEBAYORAN BARU - JAKARTA 12160
SPLN 93:1991

TIANG BETON PRATE KAN


UNTUK JARINGAN DISTRIBUSI

Disusun o le h :

1. Kclompok Pembakuan Bidang Distribusi dengan


Surat Keputusan Direksi Perusahaan Umum Lis-
trik Negara N o .: 076/DIR/88 tanggal 21 Septem­
ber 1988;

2. Kelom pok K erja Kabel Listrik pada Jaringan


Distribusi dengan Surat Keputusan Kepala Pusat
Penyelidikan Masalah Kelistrikan No.: 02.K/495/
PPMK/1990 tanggal 6 Januari 1990.

Diterbitkan o le h :
DEPARTEMEN PERTAMBANGAN DAN ENERGI
PERUSAHAAN UMUM LISTRIK NEGARA
v* Jin. Trunojoyo No. 135-Kebayoran Baru
JAKARTA 12160
1991

(
i
J

SPLN 93:1991

Susunan Anggota Kelompok Kerja TUng Be ton


Surat Keputusan Kepala Pusat Penyelidikan Masalah Kflktrikan **
N o .: 02.K/495/PPMK/1990 tangjal 6 Jauuari 1990

1. Ir. J. Soekarto : Sebagai Ketua


merangkap Anggota
2. Darto Gianto, BE. : Sebagai Sekretaris
merangkap Anggota
3. Ir. Nasrul Alam : Sebagai Anggota
4. Ir. Wawan Bumowarso : Sebagai Anggota
5. Ir. Cicih Munarsih : Sebagai Anggota
6. Ir. Pieter Mabikafola : Sebagai Anggota
7. Ir. Adi Subagio : Sebagai Anggota
8. Samiran, BE. : Sebagai Anggota
9. Ir. Kusnadi Warsidi : Sebagai Anggota
10. Ir. Bambang Lelono : Sebagai Anggota
11. Ir. Aep Syaefuddin : Sebagai Anggota
12. Ir. Sudiono Bakti : Sebagai Anggota
13. Ir. Ariyono Gunadi : Sebagai Anggota
f

SPLN 93:1991

DAFTAR TABEL

T abella : Dimensi Tiang Beton Penampang Bulat 4


Tabel lb : Dimensi Tiang Beton Penampang H 5
T abelll :Toleransi 5
T ab ellll : Faktor Pengali Perbandingan Kekuatan Tekan Beton 8
T abellV : Jumlah Contoh Uji 14
TabelV : Klasifikasi Pengujian 14

LAM PI RAN-LAM PI RAN

Lampiran A : Mutu Pelaksanaan dan Kekuatan Tekan Beton Karakteristik 17


Lampiran B : Contoh Penandaan Tiang 18

GAMBAR-GAMBAR

Gambar 1 : Tiang Beton Penampang Bulat 19


Gambar 2 : Tiang Beton Penampang H 20
Gambar 3 : Diagram Pengujian Lentur . 21

vi -
SPLN 93:1991

TIANG BETON PRATEKAN


UNTUK JARINGAN DISTRIBUSI

Pasal Satu

RUANG LINGKUP DAN TUJUAN

1. Ruang lingkup

Standar ini menetapkan persyaratan tiang beton pratekan dan bertulang untuk saluran udara tegangan
rendah dan tegangan menengah, yang pembuatannya harus menggunakan :
1. Mesin putar/sentrifugal, untuk tiang beton pratekan berpenampang bulat;
2. Mesin getar/vibrasi, untuk tiang beton pratekan berpenampang bulat maupun berpenampang H.

2. Tujuan

Tujuannya adalah untuk membatasi banyaknya jenis, dimensi dan mutu tiang beton serta sekaligus
memberikan pegangan yang terarah dalam pemilihan tiang beton pratekan dan bertulang untuk saluran
udara tegangan rendah dan tegangan menengah.

Pasal Dua

DEFIN1SI

3. Definisi

3 .1 . Tiang beton berpenampang bulat

Tiang beton berpenampang bulat adalah tiang beton pratekan atau pratekan dan bertulang berpenam­
pang bulat konis berongga ditengahnya dengan peruncingan (taper) nominal 1/75.

3.2 Tiang beton penampang H

Tiang beton penam pang H adalah tiang beton pratekan berpenampang H di sepanjang kira-kira 5/6
panjang tiang bagian bawah dan berpenampang segi-empat dibagian atasnya dengan peruncingan
(taper) 1/75.

-1 -
SPLN 93:1991

Beton

Beton adalah bahan yang diperoleh dengar. mencampurkan agregat halus, agregat kasar, semen portland
dan air dengan atau tanpa bahan campuran tambahan.

3.4 Beion bertulang

Beton bertulang adalah beton yang mengaDdung batang tulangan yang pembuatan dan perencanaannya
berdasarkan anggapan bahwa beton dan baja tulangarnya bekerja sama dalam memikul gaya-gaya.

3.5 Beton pratekan

Beton pratekan adalah beton bertulang dimana tclah dibcrikan tegangan dalam untuk mengurangi
tegangan tarik potensial dalam beton akibat pemberian beban yang bekerja.

3.6 Baja Spiral

Baja spiral adalah baja iunak (mild steel) yang dipakai untuk roemberikan bentuk penampang dan
sebagai pengikat tendon ti.s.ig beton.

3.7 Baja tulangan

B3ja tulangan yang dimaksud dalam stand;- r ini adalah jenis baja lunak (mild steel) yang dipakai untuk
tulangan beton dan harus memcnuhi k ■■ertuan Butir 1?.

3.8 Baja beton pratekan

Baja beton pratekan adalah baja yang berkekuatan tarik tinggi (high tensile steel) yang harus memcnuhi
ketentuan Butir 13.

3.9 Tendon

Tendon adalah baiang baja yang digunakan untux meniberikan gaya pratekan pada beton.

3.10 Beban Kerja

Beban kerja adalah beban yang direneanakan dapat didukung dan ditahan secara terus menerus oleh
tiang.

3.11 Beban rencana

Beban rencana adalah beban kerja tiang dikalikan dengan faktor keamanan.
SPLN 93:1991

3.12 Beban patah

Beban patah adalah beban pada saat tcrjadi patah tiang dalam pengujian patah.

3.13 Titik beban

Titik beban adalah titik pembebanan pada tiang dalam pengujian lentur terletak 25 cm dari ujung atas
tiang.

3.14 Titik tumpu

Titik tumpu adalah titik batas tan am tiang, tempat tumpuan tiang pada waktu pembebanan uji lentur.

3.15 UjiJenis

Uji jenis adalah pengujian untuk. mengetahui sifat-sifat menyeluruh (lengkap) dari setiap jenis tiang
beton. Pengujian ini dilakukan sekali untuk setiap jenis dari setiap lokasi pabrik. Apabila untuk jenis
yang sama tcrjadi perubahan desain dan cara pembuatan atau bah an maka harus diuji jenis kembali.

3.16 Uji Contoh

Uji contoh adalah pengujian untuk mengetahui sifat-sifat tertentu dari sejumlah tiang yang akan diserah-
terimakan. Pengujian ini dilaksanakan pada beberapa tiang yang diambil secara acak menurut cara
tertentu sedemikian rupa sehingga mewakili kelompok (bath) yang akan diserah terimakan.

3.17 Uji Rutin

Uji rutin adalah pengujian yang dilakukan oleh pabrik secara rutin dimulai dari bahan baku saxnpai
dengan barang jadi, untuk mengawasi mutu dari seluruh hasil produksi.

Ratal Tlga

DIMENSI

4. Dimensi

Dimensi tiang beton dimuat dalam Tabel la, lb dan toleransinya dimuat dalam Tabel II.

-3-
SPLN 93:1991

Tabel la. Dimensi tiang beton penampang bulat

Tingggi titik
. ■\
Panjang ' Tumpu Diameter Beban Kerj
(batas tanam)
(m) (m) ' (cm) tdaN)

7 1,2 12,4/14 ICO


9 1,5 15,7 ICO
15,7 20C•
19 350
19 500
22 800
22 1200
11 1,9 19 200
19 350
19 500
22 Si>j
22 1200
12 2,0 19 2k<:
19
19
. 22 >i>J
22 1200
13 2° 19 1.0
19 35* •
19 Ni)
22 yi"
n ■) I2:»:
14 2,4 19 20*j
19 350
19 y*j
->-> 500
j 22 12tO

Titik beban kerja 25 cm dari ujung alas liang.

Catatan :
“) Panjang tiang adalah panjang dasar, tidak tenmasuk panjang tambahan (tebal tutup).
’ ■) 1 N = 1 kg : 9,8065; secara praktis dapat diantbil 1 daN = 1 kg

- A-
SPLN 93:1991

Tabel lb. Dimensi tiang beton penampang H

'
Tingggi titik Ukuran penampang Beban kerja '
Panjang Tumpu
(batas tan am) A B Arah X Arah Y
i O n) (m) (cm) (cm) (daN) (daN)

: 7 1,2 8,5 9,5 .. 100 40


9 1,5 8,5 9,5 100 40
1
1. 11 16 200 80
i 11 16 350 125
i 15 20 500 175
I 17 20 800 240
|
- - 1200 480
i 11 . 1,9 11 16 200 80
11 16 350 125
i 15 20 500
i 175
i 17 20 800 240
- - 1200 480
12 2,0 11 16 200 80
1 11 16 350 125
I
| 15 500
20 175
I 17 20 800 240
1 - - 1200 480
13 2,2 11 16 200 80
15 20 350 125
15 20 500 175
17 20 800 240-
- - 1200 480
14 2,4 13 17 200 80
15 20 350 125
15 20 500 175
17 20 800 240
- - 1200 480

Titik beban kerja 25 cm dari ujung atas tiang.


Catatan: *) 1 N = 1 k g : 9,8065 : secara praktis dapat diambil 1 daN = 1 kg.

Tabel II. Toleransi

Dimensi Toleransi (mm)

Diameter luar/ + .4
penampang luar - 2

Panjang + 30
- 20

i
I l l I

SPLN 93:1991________________ ________________

Pasal Em pat

SYARAT KONSTRUKSI DAN CARA PEMBUATAN TIANG

5. Konstruksi tiang

5.1 Tiang harus dibuat dengan faktor keamanan lebih besar dari 2 (dua) untuk tiang berpenampang buiat
dan untuk tiang berpenampang H pada arah X dan arah Y sesuai Tabel lb. Jumlah baja beton pratekan
maupun baja tulangan yang pemasangannya diatur sesuai Butir 5.5, ditentukan cleh pabrik pembuat
dengan m em perhatikan ketentuan yang berlaku serta persyaratan daiam standar ini. Tiang dapat
dilengkapi lubang tangga, lubang tembus untuk pemasangan lengkapan pada tiang dengan jumlah dan
posisi sesuai atas persetujuan pihak pembeli.

Garis sunibu tiang harus daiam satu garis lurus dengan penyimpangan maksimum yang diizinkan 2 °/oo
perpanjangan tiang

5.3 Baja beton pratekan dan baja tulangan harus dipasang sedemikian rupa sehingga sesuai benar dengan
penampang dan dimensi sebagaimana ditentukan daiam gambar rencana.

5.4 Baja beton pratekan dan baja tulangan harus diatur pemasangannya sehingga letaknya simetris dan
terbagi rata pada penampang tiang beton.

Baja beton pratekan tidak boleh disambung dengan cara apapun.

5.5 Biia ada penarabahan baja tulangan sebagai penahan gaya pada tiang beton pratekan. maka batang-
batang baja tulangan itu harus dipasang secara teratur dan konsentris.

5.6 Jarak antara baja beton pratekan yang berdekatan maupun antara baja beton pratekan dan baja
tulangan harus lebih besar dari diameter maksimum agregat kasar.

5.7 Baja spiral harus dipasang di sekeliling luar baja pratekan dan baja tulangan. Diameter baja spiral tidak

r boleh kurang dari 2,7 mm dan jaraknya (pitch) tidak melebihi 150 mm.

Baja spiral boleh disambung dengan cara pengelasan.

5.8 Tebal lapisan beton antara permukaan luar tiang dan baja beton pratekan minimum 15 mm.

5.9 Bila tiang beton pratekan dilengkapi dengan terminal pembumian, harus mengunakan baja lunak
berdiam eter 16 mm dan dilas pada terminal pembumian dari baja dengan ukuran M 12 (Metric) diisi
gemuk dengan posisi sesuai permintaan pembeli.

5.10 Tutup atas tiang dianjurkan dipasang sebelum proses putar atau getar. Ujung batang baja beton pratekan
yang tcrlihat harus dilindungj dengan bahan anti karat.

Tutup atas tiang yang dipasang sesudah proses putar tebalnya tidak boleh melebihi 30 mm.
Tutup bawah tiang tanpa lubang discsuaikan dengan gambar rencana yang telah disetujui.

-6 -
5.11 Bila diperlukan lubang tcmbus dan tubang tangga, posisi lubangnya agar disesuaikan dengan permintaan
pembeli, tanpa mengurangi beban kerja tiang.

6. Cara pembuatan tiang

6.1 BajaBeton

6.1.1 Sebelum baja beton pratekan dan baj tulangan dirakit dengan cara dijepit dan di ikat pada kedudukan
yang tepat, harus dibersihkan terlebih dahulu dari lapisan karat, minyak dan kotoran lain yang
mengganggu merekatnya campuran beton pada rakitan tersebut.

6.1.2 Sebelum tiang beton dicetak, dilakukan pemasangan baja beton pratekan dan baja tulangan didalam
cetakan dan kemudian beton dipadatkan dengan gaya putar atau getar. Sebelum pengecoran beton
dilaksanakan, baja beton pratekan harus diberi tegangan.

6.2 Beton

6.Z1 Campuran beton

6.2.1.1 Perbandingan campuran bahan dasar beton harus ditentukan sedemikian rupa sehingga dihasilkan
beton yang memhasilkan suatu hasil yang baik ditinjau dari cara pengeijaan beton (campuran, penu-
angan, perataan dan pemadatan), "mudah dimasukkan ke dal am acuan dan ke sekitar tulangan, tanpa
menimbulkan kemungkinan terjadi pemisahan antara agregat kasar dengan pasta semen beton
(scgregasi) dan atau terpisahnya air dari semen (bleeding).

6.Z 1.2 Perbandingan campuran beton termasuk faktor air semen, harus ditentukan berdasarkan pengalaman
lapangan dan /atau campuran percobaan dengan bahan-bahannya akan digunakan dilapangan.

6.2.1.3 Perbandingan campuran percobaan serta pelaksanaan produksinya harus didasarkan pada teknik
penakaran bobot (weight batching). Apabila terpaksa dilaksanakan dengan penakaran volume harus
didasarkan pada perbandingan campuran dalam bobot yang dikonversikan kedalam volume melalui
perhitungan bobot per satuan volume dari masing-masing bahan.

6.3 Pengadukan

Campuran beton harus diaduk sedemikian rupa sehingga tercapai adukan yang homogen dan semua
beton dikeluarkan sebelum mesin pengaduk diisi kembali.

6.4 Mutu beton

6.4.1 Mutu beton yang dipakai dalam pembuatan tiang disyaratkan mempunyai kekuatan tekan beton
karakteristik setelah berumur 28 hari dengan ketentuan sebagai berikut:

- benda uji bentuk silinder berdiameter 15 cm, tinggi 30 cm dengan kekuatan tidak kurang dari 365
daN/cnar.
- benda uji bentuk kubus ukuran 15cm x 15cm x 15cm dengan kekuatan tidak kurang dari 440 daN/cm .
SPLN 93:1991

- apabila benda uji yang berumur kurang dari 28 hari hams memenuhi faktor pengali seperti tercantum
dalam Tabel III. t i

. . . ... ' ^ • ■« ’ • ■
Tabel III. Faktorpengali perbandingan kekuatan tekan beton

Umur beton ( hari ) 3 7 14 21

Faktor pengali • t 0,4 0,65 038 0,95

6.5 Cara memberikan pratekan

6.5.1 Untuk raenentukan nilai tegangan pratekan efektif harus diperhitungkan kemungkinan terjadinya
kehilangan tegangan pratekan seperti: .

- pergerakan kedudukan angkur


- perpendekan elatis beton
- rangka beton
- susut beton . - . ' '
- relaksasi dari tegangan tendon

6.5.2 Baja beton pratekan harus diatur dan ditegangkan pada kedudukan yang tepat dan kedua ujung baja
beton pratekan harus benar-benar teguh sehingga pada waktu diberi pratekan akan menerima tegangan
yang sama.

6.5.3 Besarnya gaya tarikan awal harus sama dengan gaya yang diperlukan untuk memperoleh pratekan yang
efektif dan tidak melebihi 0,74 kali beban patah dari baja beton pratekan atau tidak melebihi 0,82 kali
beban leleh dari baja beton pratekan.
Gaya pratekan diberikain dengan secara bertahap.

6.5.4 Kuat tekan beton pada saat pemindahan gaya pratekan harus lebih kecil dari 1,7 kali tegangan tekan
beton akibat gaya pratekan pada titik beban dan harus lebih besar dari 13 kali tegangan tekan beton
akibat gaya pratekan pada titik beban dan harus tidak boleh lebih kecil dari 250 kg/cm ,

6.6 Perawatan (curing)

6.6.1 Tiang beton harus dirawat dengan cara yang dapat memberikan hasil yang baik.

6.6.2 Perawatan dengan uap air pada tekanan normal biasanya harus memenuhi persyaratan sebagai beri-
kut : .. : '.

- uap harus dialirkan kedalam ruang perawatan sehingga suhu akan naik sama rata di segala penjum.
- perawatan dengan uap air dilaksanakan paling lambat dua jam setelah beton diputar atau digetar.
- suhu didalam ruang perawatan harus dinaikkan dengan kecepatan kurang dari 20 K/jam sampai
mencapai suhu 75 °C, kemudian suhu dibiarkan turun secara bertahap sampai mencapai suhu sekitar.

- 8-
SPLN 93:1991

mendekati suhu sekitar.

Pasal Lima

PENANDAAN

' r.i • .-r; ' "r . • ' ■


7. Penandaan

Tiang beton hams dilengkapi dengan tanda sebagai berikut:

- tanda pengenal : -merek peraiagaan ( logo )


-jenis tiang
• -tanggal dan nomor produksi
- tanda titik angkat tiang, bcrapa garis lurus tebal melingkar setengah lingkaran.
- tanda batas tanam tiang, bcrupa garis lurus tebal melingkari tiang.
- tanda pembumian (bila tiang dilengkapi dengan pembumian)
berupa lambang pembumian yang ditempatkan dibawah huruf terakhir ’tanggal dan nomor produksi’.

Letak tanda pengenal 1,5 meter di atas batas tanam (garis tanah), terhadap merek perniagaan.

Cara penandaan sesuai denagan Lampiran B

Jenis tiang harus dibedakan dengan kode warna pada semua huruf tanda pengenal kecuali merek
perniagaan, sebagai berikut:
- Beban kerja 100 daN - warna Hitam
- Beban kerja 200 daN ■ warna Biru
- Beban keija 350 daN - warna Merah
• Beban keija 500 daN - warna Hijau
- Beban keija 800 daN - warna Kuning
- Beban keija 1200 daN - warna Putih
Penandaan harus jelas dengan warna mencolok dan tidak mudah terhapus.

Paaal Enam

PERSYARATAN BAHAN

8. A ir
r ■ • ‘ . • • . •. . •.
Air untuk adukan dan perawatan beton tidak boleh mengandung minyak, asam, alkali, gar am, bahan-
bahan organis atau bahan lain melebihi batas yang dapat merusak beton dan/atau baja tulangan. Dal am
hal ini sebaiknya dipakai air bersih yang dapat diminum dengan sertifikat dari lembaga pemeriksa yang
diakui.

-9 -
SPLN 93:1991

9. Agregat k a u r (kerikil/betu pecah)

9.1 Agregat kacar dapat berupa kerikil scbagai hasil desintegrasialami dan batuan-batuan atau bempa
batu pecah yang diperoleh dari pemecahan batu.

9.2 Agregat 'racar tidak boleh mengandung zat-zat yang dapat merusak beton, seperti zat-zat yang reaktif
alkali.

9.3 Agregat kasar karus terdiri dari butir-butir yang kerat dan tidak bcrpori. Butir-butir agregat kasar harus
bersifat kekal, artinya tidak pecah atau haacur oleh peagnruk-pengaruh cuaca seperti terik matahari
dan hujan.

9.4 Agregat kaaar yang digunakan harus tidak boleh mengandung lumpur lebih dari 1% (terhadap) berat
kering. Yang diartikan dengan lumpur adalah bagian-bagiaa yang dapat melalui ayakan 0,063 mm.

Apabila kadar lumpur melampaui 1% maka agregat tersebut terlebih dahulu harus dicud sebelum
digunakan.

9.5 Kekerasan dari butir-butir agregat kasar diperiksa dengan bejana uji dari Rudeloff dengan beban
penguji 20 ton, dan memenuhi syarat-syarat berikut:

- tidak teijadi pembubukan sampai fraksi 9,5 - 19 mm lebih dari 24% berat;
- tidak terjadi pembubukan sampai fraksi 19-30 mm lebih dari 22%. Atau dengan mesin pengaus Los
Angelos, tidak boleh terjadi kehilangan berat lebih dari 50%.

9.6 Agregat kasar harus terdiri dari butir-butir yang beraneka ragam besarnya dan apabila diayak, harus
memenuhi gradasi yang disyaratlcan PBI scrta harus memenuhi syarat-syarat sebagai berikut:

- ukuran agregat kasar tidak melebihi 25 mm;


- sisa di atas ayakan 4 mm, harus berkisar antara 90% dan 98% berat;
• selisih antara sisa-sisa kumulatif di atas dua ayakan yang beruru tan adalah maksimal 60 % dan minimal
10 % berat.

10. Agregat halus (pasir)

10.1 Agregat halus dapat berupa pasir alam atau berupa pasir buatan yang diperoleh dari alat pemecah batu.

10.2 Agregat halus terdiri dari butjr-butir yang tajam dan keras. Butir-butir agregat halus bersifat kekal,
artinya tidak pecah atau hancur oleh pengaruh-pengaruh cuaca, seperti terik mata-hari dan hujan.

10.3 Agregat halus yang digunakan harus tidak boleh mengandung lumpur lebih dari 5% berat kering yang
diartikan dengan lumpur adalah bagian-bagian yang dapat melalui ayakan 0,063 mm. Apabila kadar
lumpur melampaui 5 % maka agregat halus harus dicucL

10.4 Agregat halus harus terdiri dari butir-butir yang beraneka ragam besarnya dan apabila diayak harus
memenuhi syarat-syarat berikut:
- sisa d iatas ayakan 4 m m , h a ru s m inim um 2 % b e ra t;
SPLN 93:1991

- sisa diatas ayakan 1 mm, harus minimum 10% berat;


- sisa diatas ayakan 0,25 mm, harus berkisar antara 80% dan 95% berat;
- Pasir laut tidak boleh dipakai sebagai agregat halus.

11. Semen

Semen yang dipergunakan harus semen portland jenis 1, yang harus memenuhi syarat mutu sesuai
dengan S II0013-81 ("Mutu dan cara uji semen").

12. Baja tulangan

Baja tulangan harus terbuat dari baja lunak (mild steel) dengan kuat tarik 39 kgf/min2 pemulurar;
minimum 20 % dengan simbol BJTP 24 sesuai SII 0316 - 80.

13. Bsga beton pratekan

Baja beton pratekan harus terbuat dari baja berkekuatan tarik tinggi (high tensile steel) dengan kuat
tarik minimum 145 Kgf/'mm2 dan pemuluran minimum 5% dengan simbol BJ.TPD 130/145 sesuai Sll
1315 - 85.

14. Penyimpanan bahan-bahan

14.1 Dalam pengangkutan semen ke tempat penyimpanan (gudang) di tempat pelaksanaan harus dijaga agar
semen tidak menjadi lembab. Semen harus disimpan di dalam gudang, sedernikian rupa sehingga
terjamin tidak akan rusak dam'atau tercampur dengan bahan-bahan lain.

14.2 Pada pemakaian semen yang dibungkus, penimbunan semen yang baru didatangkan tidak boleh ditem-
patkan di atas timbunan semen yangsudah ada dan pemakaian semen harus dilakukan menurut urutan
pengirimannya.

14.3 Apabila semen telah disimpan lama dan/atau mutunya diragukan maka sebelum dipakai harus dibuk-
tikan terlebih dahulu bahwa semen tersebut masih memenuhi syarat sesuai Butir 11.

14.4 Agregat harus ditimbun di tempat pekerjaan sedernikian rupa sehingga pengotoran oleh bahan-bahan
lain dan pencampuran satu sama lain dapat dicegah. Penggunaan bak-bak bahan yang berlantai sangat
dianjurkan, untuk mencegah terbawanya tanah bawah pada waktu pengambilan bahan.

14.5 Pada pekerjaan beton, agregat harus sclalu di bawah pengawasan seorang petugas laboratorium
lapangan sejak dari tempat pengambilan dan tempat penimbunan ampai dengan pemakaiannya dengan
membuat laporan harian.

14.6 Batang-batang tulangan harus disimpan dengan tidak menyenluh tanah. Batang-batang tulangan dari
berbagai jenis baja harus diberi tanda yang jelas dan ditimbun terpisah jenis satu dari jenis yang lainnya,
sehingga tidak mungkin saling tertukar.

14.7 Penimbunan batang-batang tulangan di udara terbuka, harus dicegah.

- 11 -
I!

SPLN 93:1991_____________________ ________________

Pasal Tujuh

SYARAT-SYARAT MUTU

15. Sifat tampak

Tiang beton harus tampak baik, lurus dan tidak terdapat retak serta dilengkapi penandaan, sesuai
persyaratan dalam standar ini.

16. Dimensi tiang

Dimensi tiang harus sesuai dengan Tabel la, lb dengan toleransi sesuai Tabei II

17. Sifat mekanis

17.1 Pada waktu pembebanan 100 % beban kerja tiang beton, tidak boleh terjadi retak.

17.2 Lenturan permanen dari ujung atas tiang beton tidak boleh melebihi 2 °/oo dari panjang tiang setelah
pembebanan 150 % beban kerja selama 2 menit.

17.3 Beban patah tiang beton penampang bulat harus lebih besar 2 kali dari beban kerja, dan untuk beton
penampang H harus 2 kali lebih besar dari beban kerja pada arah X dan arah Y.

Pasal Delapan

PENGUJIAN DAN KR1TERIA PENERIMAAN

r
18. Uji Jenis

18.1 Macam pengujian

Pengujian yang termasuk dalam uji jenis adalah:

- pemeriksaan sifat tampak; ^


- pengukuran dimensi;
- pengukuran berat tiang;
- pengujian lentur sampai dengan beban kerja;
- pengujian lentur sampai dengan 150 % beban kerja;
- pengujian patah; -

-12-
SPLN 93:1991

- pengujian bahan;
- pengujian tekan benda uji kubus/silinder beton (klasifikasi uji jenis lihat Tabel V).

18.2 Kriteria lulus uji

Jumlah contoh setiap jenis tiang yang diuji 3 (tiga) batang. Setiap jenis tiang dari setiap pabrik dinyatakan
lulus dalara uji jenis, jika ketiga tiang tersebut tidak ada yang gagal dan memenuhi persyaratan standar.

19. Uji Contoh

19.1 Macam pengujian

Macam pengujian yang termasuk dalam uji contoh adalah :

- pemeriksaan sifat tampak ;


- pengukuran dim ensi;
- pengujian lentur sampai dengan beban kerja ;
- pengujian tekan benda uji kubus atau silinder beton ;
( Klasifiksi uji contoh lihat Tabel V )

19.2 Jumlah contoh uji

19.2.1 Jumlah contoh tiang yang diuji

Jumlah contoh uji setiap jenis yang diserah terimakan lihat Tabel IV.

19.2.2 Sampai dengan 1000 batang tiang yang akan diserah terimakan tidak tergantung dari jenis tiang, diambil
20 buah benda uji kubus atau silinder beton untuk mengetahui kekuatan tekan karakteristik.

19.3 Kriteria penerimaan

Seluruh tiang tersebut dinyatakan diterima jika semua contoh tiang lulus uji sesuai Butir 19.1 dan
memenuhi persyaratan sebagai berikut:

- Jika satu contoh uji dari setiap contoh jenis tiang mengalami kegagalan, maka dapat diambil satu buah
contoh uji baru untuk diuji ulang, dan harus lulus uji. Jika contoh uji dari setiap contoh tiang itu
mengalami kegagalan, tiang beton dinyatakan ditolak/tidak lulus, dan tidak ada uji ulang.
- Jika pengujian tekan benda uji kubus/silinder beton tidak memenuhi persyaratan, dilakukan pengujian
patah satu tiang yang diambil dari jumlah jenis tiang yang terbanyak. Hasil uji patah harus memenuhi
persyaratan.
- Kriteria pengujian lentur sesaat dan lenturan permanen, untuk setiap jenis tiang pada pengujian
sampai dengan beban kerja, hasil nilai ujinya tidak lebih dari 115% kali hasil rata-rata uji jenis.

-13-
SPLN 93:1991

Tabel IV. Jumlah contoh uji

Jumlah tiap jenis Jumlah contoh


No. yang diserah terimakan tiang yang diuji

1 1 -3 0 0 1
2 v 3 0 1 -600 2
3 601-1000 3
Dan seterusnya berulang
seperti nomor 1,2 & 3

20. Uji Rutin

20.1 Macam uji

Macam pengujian yang termasuk uji rutin adalah :

- pemeriksaan sifat tampak


- pengukuran dimensi tiang
- pengujian bahan •*
- pengujian tekan benda uji kubus/silinder beton
(Klasifikasi uji rutin lihat Tabel IV).

Catalan :
*) Yang dilaltukan pada pengujian bahan adalah gradasi dan kadar tumpur. Jika teijadi perubahan bahan yang discbablcan
perbedaan lokasi (quary), hams dilakukan pengujian laboratorium lengkap.
*• )Setiap 5 m beton dibuat 1 benda uji, minimum 1 hari 1 benda uji untuk kepcrtuan pengujian mlin.

Tabel V. Klasifikasi pengujian

No. Jenis pengujian Klasifikasi uji

1. Pemeriksaan sifat tampak J.C.R


2. Pengukuran dimensi J.C.R
3. Pengukuran berat J
4. Pengujian lentur sampai dengan beban kerja J ,c
5. Pengujian sampai dengan 150 % beban kerja J
6. Pengujian patah J,c*
7. Pengujian bahan J.R
8. Pengujian benda uji kubus/silinder beton •'J.C.R

Keterangan : J - Uji Jcnis


C » Uji Contoh
R = Uji Rutin

C atalan: *) lihat Butir 19.3

-14-
SPLN 93:1991

Pasal Sembilan

CARA UJI

21. Pemeriksaan sifat tampak

Pemeriksaan ini merupakan pemeriksaan pendahuluan dengan maksud untuk mengetahui apakah pada
tiang bcton terdapat kerusakan, cacat atau penyimpangan-penyimpangan lain dari ketentuan
spesifikasinya dengan cara penglihatan mata normal.

Yang tercakup dalam pemeriksaan sifat tampak ini, antara lain:

- penandaan;
- keadaan permukaan tiang dan lubang tembus;
- keadaan lapisan anti karat pada tutup atas tiang;
- pemasangan tutup bawah tiang,
- pemasangan terminal pembumian.

22 Pengukuran dimensi

22 ! Panjang tiang dan posisi lubang tembus, diukur dengan mempergunakan meter rol.

22-2 Diameter tiang. tebal dinding, diameter baja bcton pratekan, tebal penutup beton (cover) dan diameter
lubang tembus, diukur dengan mempergunakan jangka sorong dengan ketelitian 0,1 mm.

22.2 Pengukuran penyimpangan kelurusan

Tiang diletakkan pada posisi horisontal dengan mempergunakan bantalan minimum 3 buah. Setelah itu
tiang diputar untuk diperiksa dengan penglihatan pada sisi kiri atau sisi kanan tiang yang menunjukkan
besar- nya penyimpangan kelurusan maksiraum. Pada sisi dengan penyimpangan maksimum tersebut
ditarik ber.ang dengan kedua ujung benang menempel pada kedua ujung tiang. Hasil pengukuran
maksimum antara bagian luar tiang dan benang adalah besarnya penyimpangan kelurusan.

23. Pengujian kuat lentur

211 Pengujian lentur sarnpai dengan beban kerja

Tiang diletakkan dengan posisi horizontal seperti Gambar 3 kemudian dijepit sebatasgaris tanam
dengan mempergunakan batalan serta dipergunakan penyangga untuk memudahkkan pergerakan
horisontal. Selaujutnya diberi beban horizontal pada (kalau ada) arah terjadi penvimpang kelurusan
searah tegak lurus terhadap sumbu tiang, secara perlahan dinaikkan sampai 60%, 80% dan 100% beban
kerja. Pada setiap kali pembebaan mencapai persentase pembebanan tersebut, beban kemudian dilepas
( dinolkan). 3esarnya lenturan sesaat dan lenturan permanen padamasing-masingpembebanan dicatat.

Pada saat 100 % beban kerja diperiksa keretakan yang terjadi.

- 15-
I

SPLN 93:1991

23.2 Pengujian sampai dengan ISO % beban kerja

Setelah pengujian pada ayat 23.1 tiang dibebani dari nol sampai 120 % beban kerja dan dilakukan
pengamatan keretakan. Kemudian pada saat itu pembebanan dilanjutkan sampai 150 % beban kerja,
beban ditahan selama 2 menit. Selanjutnya beban dinolkan/dilepas. Penyimpangan ujung atas tiang
menunjukkan lenturan permanen pada 150 % beban kerja dan diukur lebar retak yang terjadi.

23.3 Pengujian patah

Setelah pengujian pada ayat 23.2 tiang dibebani dari nol sampai 120 % beban kerja. Kemudian beban
dinaikkan bertahap dengan pertambahan 10 % beban kerja sampai dicapai beban rencana. Besarnya
lenturan sesaat pada setiap persentase pembebanan dicatat, kemudian beban dinaikkan lagi sampai tiang
patah. Beban maksimum yang ditunjukkan oleh din am o meter adalah beban patah tiang.

Catalan: Untuk tiang penampang H, pengujian kuat lentur sesaat scsuai ayat 23.1 dilakukan terhadap semua a rah sumbu
(arah sumbu X atas, a rah sumbu X bawah dan a rah sumbu Y) dan pengujian sampai 150 % beban keija sesuai
1 Butir 23.2 dan pengujian patah sesuai ayat 23.3 dilakukan terhadap ketiga arah sumbu dengan masing-masing arah
sumbu satu contoh uji. Arah sumbu X atas adalah arah pembebanan sea rah dengan sisi tiang bagian bawah cetakan.
Arah sumbu X bawah adalah arah pembebanan searah dengan sisi tiang bagian atas cetakan. Arah sumbu Y adalah
arah pembebanan tegak lurus sumbu X. Beban pada sumbu X adalah beban kerja tiang dan beban pada sumbu Y
sesuai Tabel lb.

-16-
SPLN 93:1991

: LAMPIRAN A

MUTU PELAKSANAAN DAN KEKUATAN TEKAN BETON KARAKTERISTIK

1. Beton adalah suatu bahan konstruksi yang mempunyai sifat kekuatan tekan yang khas, yaitu apabila
diperiksa dengan sejumlah besar benda-benda uji, nilainya akan menyebar sekitar suatu nilai rata-rata
tertentu.

Penyebaran dari hasil-hasil pemeriksaan ini akan kecil atau besar bergantung pada tingkat keserapur-
naan dari pelaksana.

Dengan menggangap nilai-nilai hasil pemeriksaan tersebut menyebar normal (mengikuti lengkung dari
Gauss), maka ukuran dari besar-kecilnya penyebaran dari nilai-nilai hasil pemeriksaan tersebut, jadi
ukuran dari mutu pelaksanaannya, adalah deviasi standar menurut rumus:

2 ( Ob - Obm ) 2
s =\
N -l

dim ana:
s = deviasi standar (kg/cm2)
ob = kekuatan tekan beton yang didapat dari masing-masing benda uji (kg/cm2)
obm = kekuatan tekan beton rata-rata (kg/cm2)
N = jumlah seluruh nilai hasil pemeriksaan

lo b
°bm

2. Dengan mengganggap nilai-nilai dari hasil pemeriksaan benda uji menyebarkan normal (mengikuti
lengkung dari Gauss), Maka kekuatan tekan peton karakterisdk ditentukan oleh rumus :

Obk = Obm - 1,64 . s

-17-
SPLN 93:1991

LAMPIRAN B

CONTOH PENANDAAN TIANG

-18-
SPLN 93:1991

Tebal iapisan beton dari permukaan luar


tiang terhadap baja beton pratekan.

Tebal Iapisan beton dari permukaan luar


tiang terhadap baja beton pratekan.

Gambar 1. Tiang Beton Penampang Bulat

■ 19-
SPLN 93:1991

—I j-— Tebal lapisan beton daii permukaan luar


tiang terhadap baja beton pratekan.

L._
uUjung atas

tiang terhadap baja beton pratekan.

Gambar 2. Tiang Beton Penampang H

-2 0 -
SPLN 93:1991

. Pondasi beton (penjepit)

Titik beban.
Jarum penunjuk
- —. Dongkrak
¥
Batas tanam t/
------------- t r m .

if-
I/ "S 'S '
Bantalan 25 cm;

■n
0 10 cm
Penyangga tiang

0
Dinamo meter

ke alat penarik l I HI I 111111i llUL

Mistar ukur

G am barD iagram Pengujian Lentur

• 21 -

Anda mungkin juga menyukai