Anda di halaman 1dari 34

6

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A Konsep Penyakit Gastroenteritis

1. Definisi Gastroenteritis

Gastroenteritis adalah infeksi yang terjadi pada usus atau perut

yang disebabkan oleh beberapa jenis virus. Kondisi ini juga dikenal

dengan istilah flu perut, flu lambung, atau virus perut. Infeksi ini

menyebabkan terjadinya mual, muntah, diare, kram perut, dan terkadang

demam. (Singh, Amandeep 2010).

2. Anatomi Fisiologi

a. Pengertian Sistem Pencernaan

Sistem pencernaan atau sistem gastroinstestinal (mulai dari mulut

sampai anus) adalah sistem organ dalam manusia yang berfungsi untuk

menerima makanan, mencernanya menjadi zat-zat gizi dan energi,

menyerap zat-zat gizi ke dalam aliran darah serta membuang bagian

makanan yang tidak dapat dicerna atau merupakan sisa proses tersebut

dari tubuh (Abadi. 2010).

Sistem pencernaan berhubungan dengan penerimaan makanan dan

mempersiapkannya untuk diasimilasi tubuh. Selain itu mulut memuat


7

gigi untuk mengunyah makanan, dan lidah yang membantu untuk cita

rasa dan menelan. Beberapa kelenjar atau kelompok kelenjar

menuangkan cairan pencerna penting ke dalam saluran pencernaan.

Saluran-saluran pencernaan dibatasi selaput lendir (membran mukosa),

dari bibir sampai ujung akhir esofagus, ditambah lapisan-lapisan

epitelium (Pearce. 2009).

b. Fisiologi Sistem Pencernaan

Selama dalam proses pencernaan, makanan dihancurkan menjadi

zat-zat sederhana yang dapat di serap dan digunakan sel jaringan tubuh.

Berbagai perubahan sifat makanan terjadi karena kerja berbagai enzim

yang terkandung dalam cairan pencernaan. Setiap jenis zat ini

mempunyai tugas khusus menyaring dan bekerja atas satu jenis makanan

dan tidak mempunyai pengaruh terhadap jenis lainnya. Pitalin (amilase

ludah) misalnya bekerja hanya atas gula dan tepung, sedangkan pepsin

hanya atas protein. Satu jenis cairan pencerna, misalnya cairan pankreas,

dapat mengandung beberapa enzim dan setiap enzim bekerja hanya atas

satu jenis makanan (Pearce. 2009).

Enzim ialah zat kimia yang menimbulkan perubahan susunan

kimia terhadap zat lain tanpa enzim itu sendiri mengalami suatu

perubahan. Untuk dapat bekerja secara baik, berbagai enzim tergantung

adanya garam mineral dan kadar asam atau kadar alkali yang tepat

(Pearce. 2009).
8

Fungsi utama sistem pencernaan adalah memindahkan nutrient, air

dan elektrolit dari makanan yang kita makan ke dalam lingkungan

internal tubuh. Manusia menggunakan molekul-molekul organic yang

terkandung dalam makanan dan O2 untuk menghasilkan energi. (Kus.

2004)

Makanan harus dicerna agar menjadi molekul-molekul sederhana

yang siap diserap dari saluran pencernaan ke dalam sistem sirkulasi

untuk didistribusikan ke dalam sel (Abadi. 2010).

c. Anatomi Saluran Pencernaan

Gambar 2.1 Anatomi Sistem Pencernaan


Sumber : Nia Febrianti, nhyafebrianti.blogspot.com, dilihat 10 Januari 2017.
9

Saluran pencernaan terdiri dari mulut, tenggorokan (faring),

kerongkongan, lambung, usus halus, usus besar, rektum dan anus. Sistem

pencernaan juga meliputi organ-organ yang terletak diluar saluran

pencernaan, yaitu pankreas, hati dan kandung empedu ( Kus. 2004).

1) Mulut

Mulut merupakan jalan masuk untuk sistem pencernaan. Bagian

dalam dari mulut dilapisi oleh selaput lendir. Pengecapan dirasakan oleh

organ perasa yang terdapat di permukaan lidah. Pengecapan relatif

sederhana, terdiri dari manis, asam, asin dan pahit. Penciuman dirasakan

oleh saraf olfaktorius di hidung dan lebih rumit, terdiri dari berbagai

macam bau (Pearce. 2009).

2) Tenggorokan ( Faring)

Merupakan penghubung antara rongga mulut dan kerongkongan.

Berasal dari bahasa yunani yaitu Pharynk. Didalam lengkung faring

terdapat tonsil ( amandel ) yaitu kelenjar limfe yang banyak

mengandung kelenjar limfosit dan merupakan pertahanan terhadap

infeksi (Kus. 2004).

3) Kerongkongan (Esofagus)

Kerongkongan adalah tabung (tube) berotot pada vertebrata yang

dilalui sewaktu makanan mengalir dari bagian mulut ke dalam lambung.

Makanan berjalan melalui kerongkongan dengan menggunakan proses

peristaltik (Syaifudin. 2006).


10

4) Lambung

Merupakan organ otot berongga yang besar dan berbentuk seperti

kandang keledai. Makanan masuk ke dalam lambung dari kerongkongan

melalui otot berbentuk cincin (sfinter), yang bisa membuka dan

menutup. Dalam keadaan normal, sfinter menghalangi masuknya

kembali isi lambung ke dalam kerongkongan. (Kus. 2004). Lambung

berfungsi sebagai gudang makanan, yang berkontraksi secara ritmik

untuk mencampur makanan dengan enzim-enzim. Sel-sel yang melapisi

lambung menghasilkan 3 zat penting :

a. Lendir

Lendir melindungi sel-sel lambung dari kerusakan oleh asam

lambung. Setiap kelainan pada lapisan lendir ini, bisa menyebabkan

kerusakan yang mengarah kepada terbentuknya tukak lambung.

b. Asam klorida (HCl)

Asam klorida menciptakan suasana yang sangat asam, yang

diperlukan oleh pepsin guna memecah protein. Keasaman lambung

yang tinggi juga berperan sebagai penghalang terhadap infeksi

dengan cara membunuh berbagai bakteri. (Kus. 2004).

c. Prekursor pepsin (enzim yang memecahkan protein)

5) Usus halus (usus kecil)


11

Usus halus atau usus kecil adalah bagian dari saluran pencernaan

yang terletak di antara lambung dan usus besar. Dinding usus kaya akan

pembuluh darah yang mengangkut zat-zat yang diserap ke hati melalui

vena porta. Dinding usus melepaskan lendir (yang melumasi isi usus)

dan air (yang membantu melarutkan pecahan-pecahan makanan yang

dicerna). Dinding usus juga melepaskan sejumlah kecil enzim yang

mencerna protein, gula dan lemak. (Syaifudin. 2006).

Lapisan usus halus ; lapisan mukosa ( sebelah dalam ), lapisan otot

melingkar ( M sirkuler ), lapisan otot memanjang ( M Longitidinal ) dan

lapisan serosa ( Sebelah Luar ). Usus halus terdiri dari tiga bagian yaitu

usus dua belas jari (duodenum), usus kosong (jejunum), dan usus

penyerapan (ileum).

6) Usus besar (Kolon)

Banyaknya bakteri yang terdapat di dalam usus besar berfungsi

mencerna beberapa bahan dan membantu penyerapan zat-zat gizi.

Bakteri di dalam usus besar juga berfungsi membuat zat-zat penting,

seperti vitamin K. Bakteri ini penting untuk fungsi normal dari usus.

Beberapa penyakit serta antibiotik bisa menyebabkan gangguan pada

bakteri-bakteri didalam usus besar. Akibatnya terjadi iritasi yang bisa

menyebabkan dikeluarkannya lendir dan air, dan terjadilah diare. (Kus.

2004).

7) Usus Buntu (sekum)


12

Usus buntu atau sekum (Bahasa Latin: caecus, “buta”) dalam

istilah anatomi adalah suatu kantung yang terhubung pada usus

penyerapan serta bagian kolon menanjak dari usus besar. Organ ini

ditemukan pada mamalia, burung, dan beberapa jenis reptil. Sebagian

besar herbivora memiliki sekum yang besar, sedangkan karnivora

eksklusif memiliki sekum yang kecil, yang sebagian atau seluruhnya

digantikan oleh umbai cacing.

8) Umbai Cacing (Appendix)

Umbai cacing atau apendiks adalah organ tambahan pada usus

buntu. Infeksi pada organ ini disebut apendisitis atau radang umbai

cacing. Apendisitis yang parah dapat menyebabkan apendiks pecah dan

membentuk nanah di dalam rongga abdomen atau peritonitis (infeksi

rongga abdomen). (Kus. 2004).

9) Rektum dan anus

Rektum (Bahasa Latin: regere, “meluruskan, mengatur”) adalah

sebuah ruangan yang berawal dari ujung usus besar (setelah kolon

sigmoid) dan berakhir di anus. Organ ini berfungsi sebagai tempat

penyimpanan sementara feses. Biasanya rektum ini kosong karena tinja

disimpan di tempat yang lebih tinggi, yaitu pada kolon desendens. Jika

kolon desendens penuh dan tinja masuk ke dalam rektum, maka timbul

keinginan untuk buang air besar (BAB). (Kus. 2004).

Mengembangnya dinding rektum karena penumpukan material di

dalam rektum akan memicu sistem saraf yang menimbulkan keinginan


13

untuk melakukan defekasi. Jika defekasi tidak terjadi, sering kali

material akan dikembalikan ke usus besar, di mana penyerapan air akan

kembali dilakukan. Jika defekasi tidak terjadi untuk periode yang lama,

konstipasi dan pengerasan feses akan terjadi. (Syaifudin. 2006)

10) Pankreas

Pankreas adalah organ pada sistem pencernaan yang memiliki dua

fungsi utama yaitu menghasilkan enzim pencernaan serta beberapa

hormon penting seperti insulin. Pankreas terletak pada bagian posterior

perut dan berhubungan erat dengan duodenum (usus dua belas jari).

Pankreas melepaskan enzim pencernaan ke dalam duodenum dan

melepaskan hormon ke dalam darah. Enzim yang dilepaskan oleh

pankreas akan mencerna protein, karbohidrat dan lemak. Enzim

proteolitik memecah protein ke dalam bentuk yang dapat digunakan oleh

tubuh dan dilepaskan dalam bentuk inaktif. Enzim ini hanya akan aktif

jika telah mencapai saluran pencernaan. Pankreas juga melepaskan

sejumlah besar sodium bikarbonat, yang berfungsi melindungi

duodenum dengan cara menetralkan asam lambung. (Kus. 2004).

11) Hati

Hati merupakan sebuah organ yang terbesar di dalam badan

manusia dan memiliki berbagai fungsi, beberapa diantaranya

berhubungan dengan pencernaan.Organ ini memainkan peran penting

dalam metabolisme dan memiliki beberapa fungsi dalam tubuh termasuk


14

penyimpanan glikogen, sintesis protein plasma, dan penetralan obat.

(Kus. 2004).

12) Kandung empedu

Kandung empedu (Bahasa Inggris: gallbladder) adalah organ

berbentuk buah pir yang dapat menyimpan sekitar 50 ml empedu yang

dibutuhkan tubuh untuk proses pencernaan. Pada manusia, panjang

kandung empedu adalah sekitar 7-10 cm dan berwarna hijau gelap -

bukan karena warna jaringannya, melainkan karena warna cairan

empedu yang dikandungnya. Organ ini terhubungkan dengan hati dan

usus dua belas jari melalui saluran empedu.

Empedu memiliki 2 fungsi penting yaitu:

1) Membantu pencernaan dan penyerapan lemak.

2) Berperan dalam pembuangan limbah tertentu dari tubuh, terutama

haemoglobin (Hb) yang berasal dari penghancuran sel darah merah

dan kelebihan kolesterol.

3. Etiologi

1. Faktor Infeksi
15

1.1. Infeksi Virus

1.1.1. Retavirus

a. Penyebab tersering gastroenteritis pada bayi, sering didahulu atau

disertai dengan muntah.

b. Timbul sepanjang tahun, tetapi biasanya pada musim dingin.

c. Dapat ditemukan demam atau muntah.

d. Di dapatkan penurunan HCC. (Hepato Cellular Carcinoma)

1.1.2. Enterovirus

a. Biasanya timbul pada musim panas.

1.1.3. Adenovirus

a. Timbul sepanjang tahun.

b. Menyebabkan gejala pada saluran pencernaan / pernafasan.

1.1.4. Norwalk

a. Epidemik (kenaikkan kejadian suatu penyakit yang berlangsung

cepat dan dalam jumlah insidens yang di perkirakan)

b. Dapat sembuh sendiri ( dalam 24 – 48 jam ).

1.2. Bakteri

1.2.1. Stigella
16

a. Semusim, puncaknya pada bulan Juli-September

b. Insiden paling tinggi pada umur 1-5 tahun

c. Dapat dihubungkan dengan kejang demam.

d. Muntah yang tidak menonjol

e. Sel polos dalam feses

f. Sel batang dalam darah

1.2.2. Salmonella

a. Semua umur tetapi lebih tinggi di bawah umur 1 tahun.

b. Menembus dinding usus, feses berdarah, mukoid.

c. Mungkin ada peningkatan temperatur

d. Muntah tidak menonjol

e. Sel polos dalam feses

f. Masa inkubasi 6-40 jam, lamanya 2-5 hari.

g. Organisme dapat ditemukan pada feses selama berbulan-bulan.

1.2.3. Escherichia coli

a. Baik yang menembus mukosa ( feses berdarah ) atau yang

menghasilkan entenoksin.

b. Pasien ( biasanya bayi ) dapat terlihat sangat sakit.

1.2.4. Campylobacter
17

a. Sifatnya invasis ( feses yang berdarah dan bercampur mukus ) pada

bayi dapat menyebabkan diare berdarah tanpa manifestasi klinik

yang lain.

b. Kram abdomen yang hebat.

c. Muntah / dehidrasi jarang terjadi

1.2.5. Yersinia Enterecolitica

a. Feses mukosa

b. Sering didapatkan sel polos pada feses.

c. Mungkin ada nyeri abdomen yang berat

d. Diare selama 1-2 minggu.

e. Sering menyerupai apendicitis.

2. Faktor Non Infeksiosus

2.1. Malabsorbsi

Malabsorbsi karbohidrat disakarida (intoleransi, lactosa,maltosa,

dan sukrosa), non sakarida (intoleransi glukosa, fruktusa, dan galaktosa).

Pada bayi dan anak yang terpenting dan tersering ialah intoleransi

laktosa.

a. Malabsorbsi lemak. : long chain triglyceride

b. Malabsorbsi protein : asam amino, B-laktoglobulin.

2.2. Faktor makanan


18

a. Makanan basi, beracun, alergi terhadap makanan (milk alergy, food

alergy, dow’n milk protein senditive enteropathy/CMPSE).

2.3. Faktor Psikologis

a. Rasa takut,cemas.

4. Manifestasi Klinis

Gejala awal adalah anak menjadi cengeng dan gelisah, suhu

badan mungkin meningkat, nafsu makan menurun kemudian timbul

diare tinja cair, mungkin mengandung darah atau lendir, warna tinja

berubah menjadi kehijau-hijauan karena tercampur empedu, anus dan

sekitarnya menjadi lecet karena tinja menjadi asam akibatnya,

banyaknya asam laktat yang terjadi dari pemecahan laktosa yang tidak

dapat diabsorpsi oleh usus. Gejala muntah dapat terjadi sebelum atau

sesudah dehidrasi diare.

Bila penderita telah banyak kehilangan air dan elektrolit

terjadilah gejala dehidrasi, berat badan menurun pada bayi, ubun-ubun

besar dan cekung, tonus dan turgor otot kulit berkurang, selaput lendir

mulut dan bibir menjadi kering.

Gejala klinis sesuai tingkat dehidrasi adalah sebagai berikut (WOC

2013) :

a. Dehidrasi ringan (kehilangan 2,5% BB)


19

Kesadaran komposmentis, nadi kurang dari 120 kali per menit,

pernafasan biasa, ubun-ubun besar agak cekung, mata agak cekung,

turgor dan tonus biasa, mulut kering.

b. Dehidrasi sedang (kehilangan 6,9 % BB)

Kesadaran gelisah, nadi 120-140 kali per menit, pernafasan agak

cepat, ubun-ubun besar cekung, mata tampak cekung, turgor dan tonus

agak kurang, mulut kering

c. Dehidrasi berat (kehilangan > 10 % BB)

Kesadaran apatis sampai koma, nadi lebih dari 140 kali permenit,

pernafasan kusmaul, ubun-ubun besar cekung sekali, turgor dan tonus

kurang sekali, mulut kering dan sianosis

5. Patofisiologi

Infeksi Melabsorbsi Makanan beracun Factor


makanan di usus psikologis

Reaksi Motilitas usus


Tekanan osmotic Rangsangan saraf
inflamasi meningkat parasimpatis
Hipermotilitas meningkat
20

Peningkatan Pergeseran cairan


sekresi cairan dan dan elektrolit ke Sekresi air dan Hipomotilitas
elektrolit rongga usus elektrolit meningkat

Penurunan absorsi Bakteri tumbuh


Isi rongga usus dalam usus berlebih
meningkat
Diare

Kerusakan mukosa Defeksi sering


Output berlebih
usus
Kemerahan dan
Tubuh kehilangan cairan elektrolit Nyeri episgatrik eleskrosi kulit sekitar
anus (lecet, iritas)

Dehidrasi Nyeri abdomen atau


kram abdomen Gangguan
integritas kulit
Defisit volume cairan
dan elektrolit Kembung dan flatus
berlebih
. Resiko syok
hipovolemik Mual muntah dan nafsu
makan menurun

Nutrisi kurang dari


kebutuhan tubuh

Bagan: 2.2. sumber (Ngastiyah, 2005)

Gastroenteritis bisa disebabkan oleh 4 hal, yaitu faktor infeksi

(bakteri, virus, parasit), faktor malabsorbsi, faktor makanan dan faktor

psikologis. Diare karena infeksi seperti bakteri, berawal dari makanan

atau minuman yang terkontaminasi dan tertelan masuk ke dalam saluran

pencernaan. Sistem pertahanan tubuh di lambung yaitu asam lambung,


21

dapat membunuh bakteri yang masuk ke dalam lambung, namun apabila

jumlah bakteri terlalu banyak, maka dapat lolos dan masuk ke duodenum

kemudian berkembang biak. Pada kebanyakan kasus gastroenteritis,

organ tubuh yang diserang adalah usus. Bakteri di dalam usus akan

memproduksi enzim yang dapat mencairkan lapisan lendir permukaan

usus, sehingga bakteri dapat masuk ke dalam membran epitel, dan akan

mengeluarkan toksin yang dapat merangsang sekresi cairan-cairan usus

di bagian kripta villi dan menghambat absorbsi cairan. Akibatnya

volume cairan di dalam lumen usus meningkat yang mengakibatkan

dinding usus menggembung dan tegang, dan akan terjadi hipemotilitas

untuk menyalurkan cairan di usus besar. Apabila jumlah cairan tersebut

melebihi kapasitas absorbsi usus maka akan terjadi diare (Ngastiyah,

2005).

Diare yang disebabkan malabsorbsi makanan oleh usus terjadi

karena peningkatan tekanan osmotik di dalam rongga usus. Peningkatan

tekanan osmotik terjadi karena makanan atau zat di usus yang tidak

dapat diserap. Sehingga terjadi pergeseran air dan elektrolit ke dalam

rongga usus. Isi rongga usus yang berlebihan akan merangsang usus

untuk mengeluarkannya sehingga terjadi diare (Ngastiyah, 2005).

Makanan beracun juga dapat menyebabkan diare apabila tertelan.

Makanan beracun di dalam usus akan menyebabkan iritasi mukosa usus

dan mengakibakan hiperperistaltik, sehingga terjadi penurunan absorbsi

usus, dan timbul diare. Peristaltik yang menurun juga dapat

menyebabkan diare karena bakteri tumbuh berlebihan (Ngastiyah, 2005).


22

Adanya iritasi mukosa usus dan peningkatan volume cairan di

lumen usus menyebabkan nyeri pada abdomen. Selain itu, nyeri

abdomen atau kram juga timbul karena metabolisme karbohidrat oleh

bakteri di usus yang menghasilkan gas H2 dan CO2 yang juga akan

menimbulkan kembung dan flatus berlebihan. Biasanya pada keadaan ini

juga akan timbul keluhan mual muntah dan nafsu makan menurun,

dalam keadaan ini tubuh akan kekurangan nutrisi. Hal ini dikarenakan

terjadinya ketidakseimbangan asam-basa dan elektrolit (Ngastiyah,

2005).

Kehilangan cairan dan elektrolit yang berlebihan akan

menyebabkan dehidrasi, yang ditandai dengan penurunan berat badan,

turgor kulit berkurang, mata cekung, mukosa bibir dan mulut serta kulit

tampak kering. Tubuh yang kehilangan cairan dan elektrolit berlebihan,

terjadi penurunan volume cairan ekstrasel dan intrasel dan juga

mengalami penurunan Na, K dan ion karbonat. Bila keadaan ini terus

berlangsung, maka volume darah juga akan berkurang. Tubuh akan

mengalami gangguan sirkulasi, perfusi jaringan terganggu dan akhirnya

dapat menyebabkan syok hipovolemik dengan gejala denyut jantung

meningkat, nadi cepat dan lemah, penurunan tekanan darah , dan

penurunan kesadaran. Akibat lain dari kehilangan cairan tubuh yang

berlebihan adalah terjadinya asidosis metabolik dimana pasien akan

pucat dan pernapasan menjadi cepat dan dalam (pernapasan kussmaul)

(Ngastiyah, 2005).
23

Faktor psikologis juga dapat menyebabkan diare. Kondisi

psikologis seperti stress, marah dan takut dapat merangsang kelenjar

adrenalin di bawah pengendalian sistem persarafan simpatis untuk

merangsang pengeluaran hormon yang bekerja mengatur metabolisme

tubuh. Sehingga bila terjadi stres maka metabolisme meningkat dalam

bentuk peningkatan motilitas usus (Ngastiyah, 2005).

6. Penatalaksaan Medis

Penatalaksaan klien dengan gastroenteritis adalah :

1) Pemberian cairan

2) Dietetik (pemberian makanan)

3) Obat-obatan

4) Education : memberikan pendidikan kesehatan kepada ibu-ibu

tentang anak-anak yang sehat atau makanan untuk anak

gastroenteritis.

Prinsip pengobatan gastroenteritis adalah menggantikan cairan

yang hilang melalui feses dengan atau tanpa muntah, dengan cairan yang

mengandung elektrolit dan glukosa atau karbohidrat lain (gula, air tajin,

tepung beras, dll)

Penatalaksanaan :

A. Rehidrasi sebagai prioritas utama pengobatan


24

Hal yang penting diperhatikan agar dapat memberikan rehidrasi

yang cepat dan akurat, yaitu:

1) Jenis cairan yang akan digunakan

a. Cairan Ringer Laktat merupakan cairan pilihan meskipun jumlah

kaliumnya lebih rendah dibandingkan dengan kadar kalium cairan

feses.

b. Jika tidak tersedia RL, dapat diberikan cairan NaCl isotonik

ditambah satu ampul Nabikarbonat 7,5% 50 ml pada setiap 1L

infus NaCl isotonik.

c. Pada keadaan diare akut awal yang ringan, dapat diberikan bubuk

oralit sebagai usaha awal agar tidak terjadi dehidrasi. Atau dapat

dengan pengganti oralit : air teh + 1 sendok gula + seujung sendok

garam atau air tajin + gula + garam

2) Jumlah cairan yang akan diberikan :

a. Pada prinsipnya jumlah cairan yang akan diberikan sesuai dengan

jumlah cairan yang keluar dari tubuh.

b. Kehilangan cairan dari tubuh dapat dihitung dengan memakai

rumus:

B.D. plasma dengan memakai rumus:

BD plasma-1,025l
Kebutuhan cairan= x BB x ml
0,001

3) Kembali makanan semula secara bertahap, setelah dehidrasi hilang.


25

Misal : SGM diencerkan 1/3 takaran semula, biasanya makan nasi

tim di ganti bubur dahulu.

1. Keperluan cairan

Dehidrasi ringan : 150 cc / kg BB / hari

Dehidrasi sedang : 200 cc / kg BB / hari

Dehidrasi berat : infus RL, nacl, D10 %.

1.1. Untuk anak umur 1 bulan – 2 tahun, BB 3 – 10 kg.

a. 1 jam I : 4 ml / kg BB / jam = 10 tts / kg BB / mnt (jika set

infus 1 ml = 15 tts)

b. 7 jam berikutnya : 12 ml / kg BB / jam = 3 tts / kg BB /

mnt (jika set infus 1 ml = 15 tts)

c. 16 jam kemudian: 125 ml / kg BB, oralit per oral.

1.2. untuk anak umur 2-5 tahun, dengan BB 10 – 15 kg

a. 1 jam I : 30 ml / kg BB / jam = 3 tts / kg BB / mnt. (makro).

b. 16 jam kemudian : 125 ml / kg BB oralit per oral

1.3. untuk anak ≥ 5 tahun, dengan BB 15 – 25 kg.

a. 1 jam I : 20 ml / kg BB / jam = 5 tts / kg BB / mnt (makro)

b. 7 jam berikutnya : 10 ml / kg BB / jam = 2-3 tts / kg BB / mnt

(makro).

c. 16 jam kemudian : 125 ml / kg BB, oralit peroral.


26

B. Memberikan terapi simptomatik

Pemberian terapi simptomatik harus berhati hati dan perlu

pertimbangan karena lebih banyak kerugiannya dari pada

keuntungannya:

a. Pemberian anti motilitas seperti Loperamid perlu dipertimbangkan

karena dapat memperbutuk diare. Jika memang dibutuhkan karena

pasien amat kesakitan diberikan dalam jangka pendek (1-2 hari

saja) dengan jumlah sedikit.

b. Pemberian antiemetik seperti Metoklopropamid juga perlu

diperhatikan karena dapat menimbulkan kejang pada anak dan

remaja akibat rangsangan ekstrapiramidal.

c. Pada diare akut yang ringan kecuali rehidrasi peroral, bila tidak ada

kontraindikasi dapat diberikan Bismuth subsalisilat maupun

Loperamid dalam waktu singkat. Pada diare berat, obat-obat

tersebut perlu dipertimbangkan dalam pemberian waktu yang

singkat dan dikombinasikan dengan pemberian obat antimikrobial.

d. Pada penderita diare mungkin disertai denganLactose intolerance,

oleh karena itu hindari makanan/ minuman yang mengandung susu

sapai diare membaik dan hindari makanan yang pedas atau banyak

mengandung lemak.

C. Memberikan terapi defenitif

Terapi kausal dapat diberikan pada infeksi:


27

1. Kolera eltor:

a. Tetrasiklin 4x500 mg/ hari, selama 3 hari atau

b. Kortimoksazol, dosis awal 2x3 tab, kemudian 2x2 tab selama 6

hari

c. Kloramfenikol 4x500 mg/ hari, selama 7 hari atau gol.

Fluoroquinolon

2. S.aureus:

a. Kloramfenikol 4x500 mg/ hari

3. Salmonellosis:

a. Ampisilin 4x1g/ hari atau

b. Kortimoksazol 2x2 tab atau

c. Gol. Fluoroquinolon seperti Siprofloksasin 2x500 mg selama 3-

5 hari

4. Shigellosis:

a. Ampisilin 4x1g/ hari, selama 5 hari atau

b. Kloramfenikol 4x500 mg/ hari, selama 5 hari

5. Injeksi Helicobacter jejuni :

a. Eritromisin 3x500 atau 4x500 mg/ hari selama 7 hari

6. Amubiasis:
28

a. Metronidazol 4x500 mg/ hari selama 3 hari atau

b. Tinidazol dosis tunggal 2 g/ hari selama 3 hari atau

c. Secnidazole dosis tunggal 2 g/ hari selama 3 hari atau

d. Tetrasiklin 4x500 mg/ hari, selama 10 hari

7. Giardiasis:

a. Quinacrine 3x100 mg/ hari selama 1 minggu atau

b. Chloroquin 3x100 mg/ hari selama 5 hari atau

c. Metronidazol 3x250 mg/ hari selama 7 hari

8. Balantidiasis:

a. Tetrasiklin 3x500 mg/ hari, selama 10 hari.

9. Kandidosis:

a. Nystatin 3x500.000 unit selama 10 hari

10. Virus:

a. Simtomatik dan suportif

D. Therapi
29

Prinsip pengobatan gastroenteritis adalah menggantikan cairan

yang hilang dengan cairan yang mengandung elektrolit dan glukosa atau

karbohidarat lain (gula, air, tajin, dan lain-lain).

(a) Obat-obatan Anti Sekresi

a. Asetosal dosis 25 mg / hari dengan dosis minimal 30 mg.

b. Klorpromazin dosis 0,5 – 1 mg / kg BB / hari

(b) Obat Spasmolitik

Umumnya obat spasmolitik seperti papaverin, tidak boleh di

gunakan

(c) Obat Antibiotik

Umumnya antibiotik tidak diberikan bila tidak ada penyebab

yang jelas. Bila penyebab yang jelas. Bila penyebabnya kolera

dibeirkan tetrasiklin 25-50 mg / kg BB / hari. Antibiotik juga

diberikan bila terdapat penyakit penyerta, spt: OMA, faringitis,

bronkitis atau bronkopneumonia.

7. Pemeriksaan Penunjang

Pemeriksaan laboratorium dan diagnostik yang meliputi :

1. Pemeriksaan Feses
30

a. Makroskopis dan mikroskopis.

b. pH dan kadar gula dalam tinja dengan kertas lakmus dan tablet

dinistest, bila diduga terdapat intoleransi gula.

c. Bila diperlukan, lakukan pemeriksaan biakan dan uji resistensi.

d. Evaluasi feses terhadap telur cacing dan parasit

e. Kultur fese (jika anak dirawat di rumah sakit, pus dalam feses

atau diare yang berkepanjangan), untuk menentukan patogen

f. Evaluasi volume, warna, konsistensi, adanya mukus atau

pus pada feses

2. Pemeriksaan Darah

a. pH darah dan cadangan dikali dan elektrolit ( Natrium, Kalium,

Kalsium, dan Fosfor ) dalam serum untuk menentukan

keseimbangan asama basa.

b. Kadar ureum dan kreatmin untuk mengetahui faal ginjal.

c. Darah samar feses, untuk memeriksa adanya darah (lebih sering

pada gastroenteritis yang berasal dari bakteri)

d. Hitung darah lengkap dengan diferensial

3. Intubasi Duodenum ( Doudenal Intubation )

a. Untuk mengatahui jasad renik atau parasit secara kualitatif dan

kuantitatif, terutama dilakukan pada penderita diare kronik.

b. Aspirasi duodenum (jika diduga G.lamblia)


31

4. Uji antigen immunoassay enzim, untuk memastikan adanya

rotavirus

5. Urinalisis dan kultur (berat jenis bertambah karena dehidrasi;

organisme Shigella keluar melalui urine)

8. Komplikasi

1. Dehidrasi (kondisi ketika tubuh kehilangan lebih banyak cairan

daripada yang didapatkan).

2. Renjatan hipovolemik (kehilangan volume darah sirkulasi sehingga

curah jantung dan tekanan darah menurun).

3. Kejang (perubahan fungsi otak mendadak dan sementara sebagai

akibat dari aktifitasneuronal yang abnormal dan sebagai pelepasan

listrik serebral yang berlebihan).

4. Bakterimia ( bakteri di dalam aliran darah).

5. Malnutrisi (tidak mendapatkan semua nutrisi penting yang

dibutuhkan tubuh).

6. Hipoglikemia (kadar gula di dalam darah berada di bawah kadar

normal).

7. Intoleransi sekunder akibat kerusakan mukosa usus.


32

B. Konsep Nutrisi Kurang Dari Kebutuhan Tubuh

1. Definisi

Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh adalah keadaaan dimana individu

yang mengalami kekurangan asupan nutrisi untuk memenuhi kebutuhan

metabolic.( Wilkinso Judith M. 2007) Nutrisi adalah zat-zat gizi dan zat lain

yang berhubungan dengan kesehatan dan penyakit, termasuk keseluruhan

proses dalam tubuh manusia untuk menerima makanan atau bahan-bahan dari

lingkungan hidupnya dan menggunakan bahan-bahan tersebut untuk aktivitas

penting dalam tubuhnya serta mengeluarkan zat sisa. Nutrisi berfungsi untuk

membentuk dan memelihara jaringan tubuh, mengatur proses-proses dalam

tubuh, sebagai sumber tenaga, serta untuk melindungi tubuh dari serangan

penyakit. Dengan demikian, fungsi utama nutrisi (suitor & hunter, 1980)

adalah untuk memberikan energy bagi aktivitas tubuh, membentuk struktur

kerangkadan jaringan tubuh, serta mengatur berbagai proses kimia dalam

tubuh.

2. Faktor-faktor yang mempengaruhi kebutuhan nutrisi


33

a. Pengetahuan

Pengetahuan yang kurang tentang manfaat makanan bergizi dapat

memengaruhi pola konsumsi makan.

b. Prasangka

Prasangka buruk terhadap beberapa jenis bahan makanan bergizi tinggi

dapat memengaruhi status gizi seseorang.

c. Kebiasaan

Adanya kebiasaan yang merugikan atau pantangan terhadap makanan

tertentu juga dapat memengaruhi status gizi.

d. Kesukaan

Kesukaan yang berlebihan terhadap suatu jenis makanan dapat

mengakibatkan kurangnya variasi makanan, sehingga tubuh tidak

memperoleh zat-zat yang dibutuhkan secara cukup.

e. Ekonomi

Status ekonomi dapat memengaruhi perubahan status gizi karena

penyediaan makanan bergizi membutuhkan pendanaan yang tidak

sedikit.

3. Patofisiologi

Seperti adanya penyakit tertentu yang mengganggu pencernaan atau

meningkatkan kebutuhan nutrisi, faktor sosio-ekonomi seperti adanya

kemampuan individu dalam memenuhi kebutuhan nutrisi.


34

4. Manifestasi klinis dari kebutuhan nutrisi

Manifestasi klinis atau tanda dan gejala nutrisi kurang dari kebutuhan

tubuh menurut buku saku diagnosa keperawatan NIC-NOC antara lain :

1. Subjektif

a. Kram abdomen

b. Nyeri abdomen dengan atau tanpa penyakit.

c. Merasakan ketidakmampuan untuk mengingesti makanan.

d. Melaporkan perubahan sensasi rasa.

e. Melaporkan kurangnya makanan.

f. Merasa kenyang segrav setelah mengingesti makanan.

2. Objektif

a. Tidak tertarik untuk makan.

b. Diare.

c. Adanya bukti kekurangan makanan.

d. Kehilangan rambut yang berlebiahan.

e. Busing usus hiperaktif.

f. Kurangnya minat pada makanan.

g. Luka,rongga mulut inflamasi.


35

C. Asuhan Keperawatan Pada Pasien Gastroenteritis Dengan Masalah

Nutrisi Kurang Dari Kebutuhan Tubuh

1. Pengkajian

Pengkajian yang sistematis meliputi pengumpulan data, analisa data dan

penentuan masalah. Pengumpulan data diperoleh dengan cara intervensi,

observasi, pemeriksaan fisik. Pengkaji data menurut Cyndi Smith Greenberg,

1992 adalah :

1. Identitas klien.

2. Riwayat keperawatan.

a. Awalan serangan : Awalnya anak cengeng,gelisah,suhu tubuh

meningkat,anoreksia kemudian timbul diare. ·

b. Keluhan utama : Faeces semakin cair,muntah,bila kehilangan

banyak air dan elektrolit terjadi gejala dehidrasi,berat badan

menurun. Pada bayi ubun-ubun besar cekung, tonus dan turgor

kulit berkurang, selaput lendir mulut dan bibir kering, frekwensi

BAB lebih dari 4 kali dengan konsistensi encer.

3. Riwayat kesehatan masa lalu.

Riwayat penyakit yang diderita, riwayat pemberian imunisasi.

4. Riwayat psikososial keluarga.

Rumah sakit akan menjadi stressor bagi anak itu sendiri maupun

bagi keluarga, kecemasan meningkat jika orang tua tidak

mengetahui prosedur dan pengobatan anak, setelah menyadari

penyakit anaknya, mereka akan bereaksi dengan marah dan merasa

bersalah.
36

5. Kebutuhan dasar. ·

a. Pola eliminasi : akan mengalami perubahan yaitu BAB lebih dari 4

kali sehari, BAK sedikit atau jarang.

b. Pola nutrisi : diawali dengan mual, muntah, anopreksia,

menyebabkan penurunan berat badan pasien.

c. Pola tidur dan istirahat akan terganggu karena adanya distensi

abdomen yang akan menimbulkan rasa tidak nyaman.

d. Pola hygiene : kebiasaan mandi setiap harinya.

e. Aktivitas : akan terganggu karena kondisi tubuh yang lemah dan

adanya nyeri akibat distensi abdomen.

6. Pemeriksaan fisik.

a. Pemeriksaan psikologis : keadaan umum tampak lemah, kesadaran

composmentis sampai koma, suhu tubuh tinggi, nadi cepat dan

lemah, pernapasan agak cepat.

b. Pemeriksaan sistematik :

1. Inspeksi : mata cekung, ubun-ubun besar, selaput lendir, mulut

dan bibir kering, berat badan menurun, anus kemerahan.

2. Perkusi : adanya distensi abdomen.

3. Palpasi : Turgor kulit kurang elastis.

4. Auskultasi : terdengarnya bising usus.

c. Pemeriksaan tingkat tumbuh kembang.

d. Pada anak diare akan mengalami gangguan karena anak dehidrasi

sehingga berat badan menurun.

e. Pemeriksaan penunjang.
37

1. Pemeriksaan tinja, darah lengkap dan duodenum intubation

yaitu untuk mengetahui penyebab secara kuantitatip dan

kualitatif.

2. Diagnosa Keperawatan

Diagnosa keperawatan adalah pernyataan yang jelas mengenai status

kesehatan atau masalah aktual atau resiko dalam rangka mengidentifikasi dan

menentukan intervensi keperawatan untuk mengurangi, menghilangkan, atau

mencegah masalah kesehatan klien yang ada pada tanggung jawabnya (Aziz,

2007)

Diagnosa Keperawatan : Nutrisi kurang dari kebutuhan

3. Rencana Keperawatan

Rencana keperawatan adalah tindakan keperawatan yang akan

dilaksanakan untuk menangulangi masalah keperawatan yang telah

ditentukan dengan tujuan (Aziz, 2007).

Table 2.1 Rencana Asuhan Keperawatan

Diagnosa Keperawatan NOC NIC


(Nursing Outcome (Nursing Intervension
Clasification) Clasification)
Nutrisi kurang dari Nutritional Status : Nutrition Management
kebutuhan food and Fluid Intake 1. Kaji adanya alergi
38

Kriteria Hasil : makanan


Batasan karakteristik : 1. Adanya peningkatan berat 2. Kolaborasi dengan
1. Berat badan 20 % badan sesuai dengan tujuan ahli gizi untuk
atau lebih di bawah ideal 2. Berat badan ideal sesuai menentukan jumlah kalori
2. Dilaporkan adanya dengan tinggi badan dan nutrisi yang
intake makanan yang 3. Mampu mengidentifikasi dibutuhkan pasien.
kurang dari RDA kebutuhan nutrisi 3. Anjurkan pasien
(Recomended Daily 4. Tidak ada tanda tanda untuk meningkatkan
Allowance) malnutrisi intake Fe
3. Membran mukosa 5. Tidak terjadi penurunan 4. Anjurkan pasien
dan konjungtiva pucat berat badan yang berarti untuk meningkatkan
4. Kelemahan otot protein dan vitamin C
yang digunakan untuk 5. Berikan substansi
menelan/mengunyah gula
5. Mudah merasa 6. Yakinkan diet yang
kenyang, sesaat setelah dimakan mengandung
mengunyah makanan tinggi serat untuk
6. Dilaporkan atau mencegah konstipasi
fakta adanya kekurangan 7. Berikan makanan
makanan yang terpilih (sudah
7. Kehilangan BB dikonsultasikan dengan
dengan makanan cukup ahli gizi)
8. Keengganan untuk 8. Ajarkan pasien
makan bagaimana membuat
9. Nyeri abdominal catatan makanan harian.
dengan atau tanpa 9. Monitor jumlah
patologi nutrisi dan kandungan
10. Kurang berminat kalori
terhadap makanan 10. Berikan informasi
11. Diare dan atau tentang kebutuhan nutrisi
steatorrhea 11. Kaji kemampuan
pasien untuk
mendapatkan nutrisi yang
dibutuhkan

Sumber : NANDA Nic Noc (2015).

4. Implementasi

Implementasi merupakan tindakan yang sudah direncanakan dalam

rencana keperawatan mencakup tindakan mandiri (independen) dan tindakan

kolaboratif (Aziz, 2007).

Implementasi dalam kaitannya dengan proses keperawatan berarti

melaksanakan intervensi keperawatan dalam rencana asuhan keperawatan.

Tujuan dasar dari implementasi adalah memberikan intervensi yang


39

dibutuhkan pasien untuk memperoleh, mempertahankan dan mendapatkan

kembali kesehatan ( Scheffen dan Rubenfeld, 2007 : 251 ).

5. Evaluasi

Tahap evaluasi dalam proses keperawatan mencakup pencapaian terhadap

tujuan apakah masalah teratasi atau tidak, dan apabila tidak berhasil perlu

dikaji, direncanakan dan dilaksanakan dalam jangka waktu panjang dan

pendek tergantung respon dalam keefektifan intervensi. Jika tujuan tidak

tercapai, maka perlu dikaji ulang letak kesalahannya dicari jalan keluarnya,

kemudian catat apa yang ditemukan, serta apakah perlu dilakukan perubahan

intervensi.

Perencanaan evaluasi perawat tentang pentingnya kebutuhan nutrisi pada

pada pasien anak yang terkena penyakit gastroenteritis sangat perlu dilakukan

kerenan semua langkah langkah kebutuhan nutrisi dapat dilakukan dengan

baik. Baik perawat atau anak atau orang tua anak saling berkerja sama dalam

memenuhi kebutuhan nutrisi, perawat tak henti hentinya selalu mengigatkan

pasien atau orang tua pasien untuk melakukan pemenuhan nutrisi. Respon

pasien dan orang tua pun cukup bagus dalam pelaksanaan kebutuhan nutrisi.

Anda mungkin juga menyukai