Anda di halaman 1dari 7

DINA

1.Hubungan Agama dengan Kebudayaan,contoh dan dalil ?

Hubungan antara kebudayaan dengan agama itu sangat erat karena perkembangan
sebuah kebudayaan itu tidak lepas dari pengaruh agama.Islam sebagai agama yang universal
(luas)dalam segi waktu,tempat dan kandungan ajarannya diturunkan oleh Allah SWT sebagai
rahmat bagi alam semesta,dan sebagai pedoman serta parameter (tolak ukur) untuk
memfiltrasi (menyaring) norma dan nilai kebudayaan tersebut.Nilai yang baik dibiarkan atau
bahkan dilestarikan sedangkan nilai yang buruk diperbaiki dan diluruskan.Hubungan agama
dan kebudayaan itu saling mendukung dan mempengaruhi,berati agama dan kebudayaan itu
sejalan.

Contohnya dalam islam kita disuruh untuk menutup aurat sebagaimana terdapat dalam
QS.AL-A’raf ayat 26 “Hai anak Adam,sesunggunhya Kami telah menurunkan kepadamu
pakaian untuk menutup auratmu dan pakaian indah untuk perhiasan.Yang demikian itu adalah
sebagaian tanda – tanda kekuasaan Allah,mudah-mudahan mereka selalu ingat” serta contoh
kebudayaannya seperti di daerah Minangkabau wanita itu memakai baju kurung.

RIZKI

2. Apakah Tabuik sesuai dengan agama Islam atau sekedar budaya saja?

Tabuik adalah perayaan lokal dalam rangka memperingati Asyura,gugurnya Imam


Husain (cucu Rasulullah SAW) yang dilakukan oleh masyarakat Minangkabau didaerah
Pantai Sumatera Barat khusunya di Kota Pariaman.Tabuik merupakan istilah untuk usungan
jenazah yang dibawa selama prosesi upacara.Berdasarkan pengertian tersebut Tabuik
merupakan kebudayaan yang ada di Minangkabau (khususnya di Pariaman)yang terjadi
karena latar belakang sebuah peristiwa yang berkaitan dengan Islam namun dalam prosesi
acara tersebut tidak mencerminkan nilai – nilai Islam.Karena Islam tidak mengajarkan hal –
hal tersebut.

FADIRA

3.Jelaskan sikap islam terhadap kebudayaan !

'Aisyah Radhiallahi 'anha menceritakan :

"Sesungguhnya pernikahan pada masa jahiliyah ada empat macam. Ketika Nabi Muhammad
shallallahu 'alaihi wa sallam diutus menjadi rasul dengan membawa kebenaran,
dihapuslah seluruh jenis pernikahan jahiliyah kecuali pernikahan yang dilakukan oleh
orang-orang sekarang ini.

[Aadabusy-Syar'iyyah, Ibnu Musflih]

Dari riwayat ini, kita dapat mengetahui bahwa Islam memberikan beberapa adat kebiasaan
manusia yang tidak bertentangan dengan syariat dan adab-adab Islam atau sekalan
dengannya.

Oleh karena itu, Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam tidak menghapus seluruh adat dan
budaya masyarakat Arab yang ada sebelum datangnya Islam.

Akan tetapi Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam melarang budaya-budaya yang


mengandung syirik, seperti pemujaan terhadap leluhur dan nenek moyang, dan
budaya-budaya yang bertentangan dengan adab-adab Islami.

Oleh karena itu hendaklah kaum muslimin secara cermat meneliti asal-usulnya (dengan
berusaha untuk tidak ikut-ikutan), Apakah budaya itu mengandung unsur yang
dilarang dalam agama atau tidak ?

Contoh budaya kita yang diperbolehkan di dalam Islam, yakni : Budaya masyarakat kita yang
mudik dan semisal memakai batik (selama menutup aurat) ,dsb. Jadi, selama adat dan
budaya itu tidak bertentangan dengan ajaran Islam, silakan melakukannya. namun jika
bertentangan dengan ajaran Islam, seperti : Memamerkan aurat pada sebagian pakaian
adat daerah, atau budaya itu berbau syirik atau memiliki asal-usul ritual syirik dan
pemujaan atau penyembahan kepada dewa-dewa atau tuhan-tuhan selain Allah, maka
budaya seperti itu hukumnya haram. Sebab, kita harus menjadikan syariat Islam
sebagai barometernya, bukan sebaliknya. Karena sebaik-baik petunjuk adalah
petunjuk Rasulullah.

ISMATUL

4. Bagaimana ketika agama islam tidak sejalan dengan budaya?

Mengenai agama dan budaya, secara umum dapat dikatakan bahwa agama bersumber
dari Allah, sedangkan budaya bersumber dari manusia. Agama adalah “karya” Allah,
sedangkan budaya adalah karya manusia. Dengan demikian, agama bukan bagian dari
budaya dan budaya pun bukan bagian dari agama. Ini tidak berarti bahwa keduannya
terpisah sama sekali, melainkan saling berhubungan erat satu sama lain. Melalui
agama, yang dibawa oleh para nabi dan rasul, Allah Sang Pencipta menyampaikan
ajaran-ajaran-Nya mengenai hakekat Allah, manusia, alam semesta dan hakekat
kehidupan yang harus dijalani oleh manusia. Ajaran-ajaran Allah, yang disebut agama
itu, mewarnai corak budaya yang dihasilkan oleh manusia-manusia yang
memeluknya.

Ambil contoh tradisi tahlilan. Tidak sedikit di kalangan umat Islam yang beranggapan bahwa
upacara tahlilan adalah kewajiban agama, yang harus mereka selenggarakan meskipun
untuk itu harus berhutang. Mereka merasa berdosa kalau tidak mengadakan tahlilan
ketika ada anggota keluarga yang meninggal dunia. Padahal yang diperintahkan oleh
agama berkaitan dengan kematian adalah “memandikan, mengkafani, menyalatkan,
mengantar ke makan, memakamkan, dan mendoakan”.

Sangat simple dan hampir tidak memerlukan biaya. Ini berarti bahwa upacara tahlilan pada
dasarnya adalah tradisi, bagian dari budaya bangsa, yang mungkin telah ada sebelum
datangnya Islam, yaitu tradisi kumpul-kumpul di rumah duka, yang kemudian
diislamkan atau diberi corak Islam. Yang perlu dilakukan dalam hal ini adalah
membenahi pemahaman dan penyikapan umat terhadap praktek-praktek
keberagamaan seperti itu secara proporsional.

IKA

5. Apa kebudayaan islam ,contoh ( karakteristiknya )


Kebudayaan islam adalah hasil olah akal,budi,cipta,karsa dan karya manusia
berlandasan pada nilai-nilai kemanusiaan yang bersifat universal berkembang menjadi
sebuah peradaban. ada karakteristik budaya umat Islam yang sejatinya wajib dimiliki
dan terus dijaga serta dijunjung tinggi. Di mana pun kita hidup, karakteristik ini tidak
boleh lupa. Budaya ini bersifat konstan dan tidak bisa dikatakan sebagai budaya Islam
jika tidak memiliki karakter ini, di antaranya;

1. Berpusat pada Tuhan atau teosentris. Pertama-tama budaya kita adalah berpusat pada
Tuhan. Umat Islam menjunjung ketat Tauhid (monoteisme). Kita percaya pada bimbingan
ilahi yang datang kepada kita melalui banyak nabi dan utusan Allah, hingga melalui Nabi
terakhir, Muhammad Saw. Kita percaya pada kehidupan setelah kematian dan hari kiamat.
Kita menekankan ibadah dan pengabdian : doa, puasa, zakat dan haji. Kita juga meyakini
bahwa Allah menghalalkan sesuatu dan juga mengharamkan sesuatu.
2. Egaliter, toleran dan persaudaraan. Budaya Islam menekankan bahwa semua orang adalah
sama. Kita tidak membedakan manusia berdasarkan warna bendera atau ras. Kita percaya
pada nilai bahwa seluruh umat manusia merupakan ciptaan Allah, dan tidak ada yang berhak
membedakan mereka selain takwa. Kita percaya pada kebebasan beragama dan tidak
menghendaki adanya paksaan dalam hal agama.Budaya kita adalah toleran terhadap orang-
orang dari semua agama, khususnya Ahli Kitab. Kita percaya bahwa semua Muslim adalah
saudara. Rasa persaudaraan dalam iman harus sangat kuat di kalangan umat Islam, terlepas
dari batas-batas geografis atau perubahan kondisi politik atau ekonomi. Kita juga harus
menjaga hubungan baik dengan semua manusia, terutama tetangga kita.
3. Bermoral. Budaya kita menempatkan penekanan besar pada martabat manusia dan
moralitas mereka. Kita menekankan kebenaran, kejujuran, kerendahan hati (Haya’),
kebersihan atau Taharah.
Budaya Islam menentang pemborosan, pamer, atau ekstremisme. Budaya Islam kita
mengajarkan rasa percaya diri dan kemandirian. Islam menekankan amal dan kemurahan hati.
Budaya kita berorientasi pada kekeluargaan dengan menekankan pada hubungan baik antar
suami-istri, perawatan yang baik bagi anak-anak, keluarga besar, cinta dan rasa hormat
terhadap orang tua. Kami membenci perzinahan, percabulan, homoseksualitas, perjudian,
atau penggunaan minuman keras.Di mana pun kita hidup, setiap saat dan di antara setiap
orang, kita harus menjunjung tinggi nilai-nilai ini. Kita tidak bisa menjadi Muslim sejati jika
budaya kita berkompromi pada prinsip-prinsip ini.
4. Dinamis, progresif. Budaya kita menekankan perjuangan, perubahan, keadilan sosial,
penghapusan penindasan dan kejahatan. Bukan berdiam diri dan bertapa menjauh dari hirup
pikuk dunia seorang diri, tanpa ikut memperjuangkan kelangsungan hidup sesama
makhluk.Budaya kita mendorong pembelajaran, pendidikan, mencari pengetahuan. Budaya
Islam tidak memisahkan antara pendidikan agama dan sekuler. Kami percaya bahwa semua
pengetahuan adalah penting. Kita harus menekankan keterbukaan dan kesediaan untuk
menerima kebijaksanaan dari sumber manapun. Budaya Islam mempromosikan seni yang
baik, arsitektur, estetika, kesehatan, lingkungan yang sehat dan hiburan yang bersih.
5. Tidak eksklusif tapi berorientasi dakwah dan optimis. Budaya Islam menekankan untuk
mempromosikan hal-hal yang baik dengan kebijaksanaan dan kesabaran. Kita tidak
mendominasi atau menjajah budaya, tetapi juga bukan merupakan budaya eksklusif dan
terisolasi.
Kami percaya, mengenalkan Islam harus tanpa paksaan. Budaya kita mengajarkan untuk
mendengarkan dan dialog dengan orang lain. Kami percaya bahwa sifat manusia adalah baik
dan jika orang diberi kesempatan untuk mengenal dan belajar Islam seperti itu, mereka akan
merasa puas.Kami sangat percaya bahwa kebenaran akan menang dan kepalsuan akan lenyap.
Budaya kita menekankan kesabaran dan mengingatkan kita bahwa kita harus tetap bekerja
secara teguh dan beriman secara total kepada Pencipta kita, Allah Tuhan dan Pemelihara
semesta alam.
Pada akhirnya, kami berharap, umat islam tetap berada di jalan yang benar dan ikut
mempromosikan perdamaian dan keadilan di dunia ini dan menghapus ketidakadilan dan
penindasan.
“Katakanlah (Muhammad): ‘sesungguhnya Tuhanku telah memberiku petunjuk ke jalan yang
lurus, agama yang benar. Agama Ibrahim yang lurus. Dia (Ibrahim) tidak termasuk orang-
orang yang musyrik.’”

“Katakanlah : ‘Sesungguhnya, shalatku, ibadahku, hidupku, dan matiku hanyalah untuk


Allah, Tuhan seluruh alam.’”( Al-An’am 6: 161-163)

“Wahai orang-orang yang beriman! Masuklah ke dalam kedamaian dengan keseluruhan jiwa
kamu dan janganlah kamu menurut jejak syaitan-syaitan kerana sesungguhnya syaitan itu
musuh kamu yang amat nyata. Oleh itu jika kamu tergelincir juga setelah datang kepada
kamu keterangan-keterangan yang jelas, maka ketahuilah bahawa Allah itu Maha Perkasa
lagi Maha Bijaksana.” (Al-Baqarah 2: 208-209)

YHDGDGGHYGGDGFSGDHGvvRFgcjfjhjhgjgb

RAZA

6. Pendapat kelompok tentang sistem matriliniar di minang kabau dan patrilinear


dengan sistem islam ?
Sistem Matrilinear merupakan sistem sosial dimana seseorang mewarisi marga atau
termasuk dalam keluarga yang berasal dari jalur ibu. Tidak terbatas laki laki maupun
perempuan.semuanya mewarisi nama maupun harta dari keluarga jalur ibu /nenek
moyang perempuan.Sistem ini merupakan kontra dari sistem patrilinear dimana
seseorang mewarisi atau termasuk keluarga dari jalur ayah/nenek moyang laki laki.
Patrilinear di anut oleh ribuan suku di dunia dan menjadikan laki laki sebagai
pemegang kuasa dalam keluarga.Dalam hal ini Pewarisan Harta Di Minangkabau
Dalam Perspektif Kompilasi Hukum Islam bahwa antara pewarisan harta dalam Adat
Minangkabau dan Kompilasi Hukum Islam terdapat beberapa persamaan dan
perbedaan. Persamaannya terdapat pada konsep pewarisan harta pusaka rendah, yaitu
bahwa pusaka rendah termasuk harta warisan dalam Kompilasi Hukum Islam karena
ia dimiliki secara Milk al-Raqabah, persamaannya selanjutnya pada pewarisan dengan
sistem kolektif, hal ini terdapat dalam Kompilasi Hukum Islam Pasal 183 dan pasal
189, dan terakhir adalah permasalahan hibah, dimana hibah yang terdapat dalam adat
Minangkabau sejatinya adalah hibah yang terdapat dalam hukum Islam (fiqh).
Sedangkan perbedaannya terdapat pada harta pusaka tinggi, yang mana pusaka tinggi
tidak bisa digolongkan kepada harta warisan. Jadi bisa disimpulkan bahwa sistem
pewarisan harta dalam adat Minangkabau tidak bertentangan dengan hukum
IslamPewarisan Harta Di Minangkabau Dalam Perspektif Kompilasi Hukum Islam.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa antara pewarisan harta dalam Adat
Minangkabau dan Kompilasi Hukum Islam terdapat beberapa persamaan dan
perbedaan. Persamaannya terdapat pada konsep pewarisan harta pusaka rendah, yaitu
bahwa pusaka rendah termasuk harta warisan dalam Kompilasi Hukum Islam karena
ia dimiliki secara Milk al-Raqabah, persamaannya selanjutnya pada pewarisan dengan
sistem kolektif, hal ini terdapat dalam Kompilasi Hukum Islam Pasal 183 dan pasal
189, dan terakhir adalah permasalahan hibah, dimana hibah yang terdapat dalam adat
Minangkabau sejatinya adalah hibah yang terdapat dalam hukum Islam (fiqh).
Sedangkan perbedaannya terdapat pada harta pusaka tinggi, yang mana pusaka tinggi
tidak bisa digolongkan kepada harta warisan. Jadi bisa disimpulkan bahwa sistem
pewarisan harta dalam adat Minangkabau tidak bertentangan dengan hukum Islam

AUREL

7. MENGAPA KEBUDAYAAN BANYAK BERTENTANGAN DALAM ISLAM ?

Menurut kami islam tidak menentang adanya kebudayaan dalam suatu


negeri ,tapi kita lihat dulu kebudaayan tersebut bisa jadi kebudayaan yang ditentang
islam adalah kebudayaan yang melanggar hukum syariat islam atau norma norma
agama serta yang tidak sesuai dengan alquran maupun hadist. Di antara contoh
budaya yang menyelisihi Islam dan fitrah manusia adalah penyerahan sesajen, ritual-
ritual pengultusan patung, pepohonan, jin, dan berbagai ritual berbau syirik lainnya.
Meskipun ini semua adalah hasil karya manusia, namun ia sangat bertentangan
dengan prinsip akidah Islam yang hanya menyadarkan segala urusan kepada Allah
Ta’ala.Untuk memfiltrasi norma-norma budaya ini, atau dengan kata lain, demi
tercapainya islamisasi kebudayaan secara positif sehingga budaya yang baik tidak
sirna dengan tetap berpegang pada prinsip Islam, maka Islam memberikan dua syarat
bagi praktik budaya dan adat istiadat, yaitu:

1.Budaya atau adat tersebut tidak bertentangan dengan prinsip Islam dan
fitrah manusia. Misalnya, budaya riba, judi, kesyirikan, pacaran, dan sebagainya yang
kesemuanya bertentangan dengan prinsip dan norma Islam.

2.Keberadaan budaya atau adat tersebut dalam suatu masyarakat adalah


pakem, telah mendarah daging, dan tidak berubah-ubah; agar bisa dijadikan sebagai
amalan baku, dan tidak simpang siur.
Islam juga tak hanya datang untuk memfiltrasi budaya yang berkembang di
masyarakat tertentu, namun ia juga memiliki peran yang sangat urgen dalam
memfiltrasi masuknya budaya bangsa lain ke dalam masyarakat Islami.
Kesalahpahaman terhadap peran Islam dalam mengcounter infiltrasi budaya asing ini
sering kali berakibat fatal bagi keutuhan tatanan sosial budaya yang agamis dalam
masyarakat Islam, terutama di negeri kita, Indonesia. Ironisnya, banyak para
cendekia, kaum intelek, bahkan kaum terpelajar yang terbawa arus proses infiltrasi
budaya ini, sehingga tak bisa membedakan mana budaya asing yang sesuai atau tidak
sesuai Islam, tentunya dengan berbagai dalih dan alasan yang kebanyakannya
bersandar pada pemahaman prematur terhadap teks-teks Al-Quran dan Sunnah. Ini tak
lain hanyalah satu bentuk kejahilan yang dikultuskan, karena menggunakan nalar dan
asumsi prematur dalam memahami teks wahyu yang mesti dikultuskan.Contoh
kecilnya, pelegalan budaya pacaran yang sering dipaksakan dengan cara disandarkan
pada ayat “Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-
laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-
suku supaya kamu saling kenal mengenal.” (QS Al-Hujurat: 13). Terlepas dari
banyaknya ayat dan hadis yang melarang budaya pacaran, ayat ini meski dalam satu
kata darinya, sama sekali tak mengarah pada budaya pacaran. Sebab ia hanya
menegaskan proses perkenalan manusia dari berbagai bangsa dan suku, adapun
memaknainya sebagai budaya pacaran maka ia bentuk “pemerkosaan” teks
suci.Parahnya lagi, orang-orang yang berpemahaman seperti ini seringkali tampil
dengan wajah islami, berkopiah, bahkan bertutur dengan Al-Quran dan Sunnah,
namun di balik itu mereka menebarkan racun yang sangat berbahaya bagi
kelangsungan norma-norma budaya yang berada di bawah naungan nilai-nilai
keislaman yang murni.Kesimpulannya, budaya adalah hasil karya manusia yang mesti
bernaung di bawah ajaran agama; norma yang buruk hendaknya diperbaiki dan
diluruskan, sebaliknya, norma-norma yang baik hendaknya dipelihara dan dijadikan
sebagai suatu khazanah, dan kekayaan budaya bangsa. Wallaahu a’lam.[]

Anda mungkin juga menyukai