Hubungan antara kebudayaan dengan agama itu sangat erat karena perkembangan
sebuah kebudayaan itu tidak lepas dari pengaruh agama.Islam sebagai agama yang universal
(luas)dalam segi waktu,tempat dan kandungan ajarannya diturunkan oleh Allah SWT sebagai
rahmat bagi alam semesta,dan sebagai pedoman serta parameter (tolak ukur) untuk
memfiltrasi (menyaring) norma dan nilai kebudayaan tersebut.Nilai yang baik dibiarkan atau
bahkan dilestarikan sedangkan nilai yang buruk diperbaiki dan diluruskan.Hubungan agama
dan kebudayaan itu saling mendukung dan mempengaruhi,berati agama dan kebudayaan itu
sejalan.
Contohnya dalam islam kita disuruh untuk menutup aurat sebagaimana terdapat dalam
QS.AL-A’raf ayat 26 “Hai anak Adam,sesunggunhya Kami telah menurunkan kepadamu
pakaian untuk menutup auratmu dan pakaian indah untuk perhiasan.Yang demikian itu adalah
sebagaian tanda – tanda kekuasaan Allah,mudah-mudahan mereka selalu ingat” serta contoh
kebudayaannya seperti di daerah Minangkabau wanita itu memakai baju kurung.
RIZKI
2. Apakah Tabuik sesuai dengan agama Islam atau sekedar budaya saja?
FADIRA
"Sesungguhnya pernikahan pada masa jahiliyah ada empat macam. Ketika Nabi Muhammad
shallallahu 'alaihi wa sallam diutus menjadi rasul dengan membawa kebenaran,
dihapuslah seluruh jenis pernikahan jahiliyah kecuali pernikahan yang dilakukan oleh
orang-orang sekarang ini.
Dari riwayat ini, kita dapat mengetahui bahwa Islam memberikan beberapa adat kebiasaan
manusia yang tidak bertentangan dengan syariat dan adab-adab Islam atau sekalan
dengannya.
Oleh karena itu, Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam tidak menghapus seluruh adat dan
budaya masyarakat Arab yang ada sebelum datangnya Islam.
Oleh karena itu hendaklah kaum muslimin secara cermat meneliti asal-usulnya (dengan
berusaha untuk tidak ikut-ikutan), Apakah budaya itu mengandung unsur yang
dilarang dalam agama atau tidak ?
Contoh budaya kita yang diperbolehkan di dalam Islam, yakni : Budaya masyarakat kita yang
mudik dan semisal memakai batik (selama menutup aurat) ,dsb. Jadi, selama adat dan
budaya itu tidak bertentangan dengan ajaran Islam, silakan melakukannya. namun jika
bertentangan dengan ajaran Islam, seperti : Memamerkan aurat pada sebagian pakaian
adat daerah, atau budaya itu berbau syirik atau memiliki asal-usul ritual syirik dan
pemujaan atau penyembahan kepada dewa-dewa atau tuhan-tuhan selain Allah, maka
budaya seperti itu hukumnya haram. Sebab, kita harus menjadikan syariat Islam
sebagai barometernya, bukan sebaliknya. Karena sebaik-baik petunjuk adalah
petunjuk Rasulullah.
ISMATUL
Mengenai agama dan budaya, secara umum dapat dikatakan bahwa agama bersumber
dari Allah, sedangkan budaya bersumber dari manusia. Agama adalah “karya” Allah,
sedangkan budaya adalah karya manusia. Dengan demikian, agama bukan bagian dari
budaya dan budaya pun bukan bagian dari agama. Ini tidak berarti bahwa keduannya
terpisah sama sekali, melainkan saling berhubungan erat satu sama lain. Melalui
agama, yang dibawa oleh para nabi dan rasul, Allah Sang Pencipta menyampaikan
ajaran-ajaran-Nya mengenai hakekat Allah, manusia, alam semesta dan hakekat
kehidupan yang harus dijalani oleh manusia. Ajaran-ajaran Allah, yang disebut agama
itu, mewarnai corak budaya yang dihasilkan oleh manusia-manusia yang
memeluknya.
Ambil contoh tradisi tahlilan. Tidak sedikit di kalangan umat Islam yang beranggapan bahwa
upacara tahlilan adalah kewajiban agama, yang harus mereka selenggarakan meskipun
untuk itu harus berhutang. Mereka merasa berdosa kalau tidak mengadakan tahlilan
ketika ada anggota keluarga yang meninggal dunia. Padahal yang diperintahkan oleh
agama berkaitan dengan kematian adalah “memandikan, mengkafani, menyalatkan,
mengantar ke makan, memakamkan, dan mendoakan”.
Sangat simple dan hampir tidak memerlukan biaya. Ini berarti bahwa upacara tahlilan pada
dasarnya adalah tradisi, bagian dari budaya bangsa, yang mungkin telah ada sebelum
datangnya Islam, yaitu tradisi kumpul-kumpul di rumah duka, yang kemudian
diislamkan atau diberi corak Islam. Yang perlu dilakukan dalam hal ini adalah
membenahi pemahaman dan penyikapan umat terhadap praktek-praktek
keberagamaan seperti itu secara proporsional.
IKA
1. Berpusat pada Tuhan atau teosentris. Pertama-tama budaya kita adalah berpusat pada
Tuhan. Umat Islam menjunjung ketat Tauhid (monoteisme). Kita percaya pada bimbingan
ilahi yang datang kepada kita melalui banyak nabi dan utusan Allah, hingga melalui Nabi
terakhir, Muhammad Saw. Kita percaya pada kehidupan setelah kematian dan hari kiamat.
Kita menekankan ibadah dan pengabdian : doa, puasa, zakat dan haji. Kita juga meyakini
bahwa Allah menghalalkan sesuatu dan juga mengharamkan sesuatu.
2. Egaliter, toleran dan persaudaraan. Budaya Islam menekankan bahwa semua orang adalah
sama. Kita tidak membedakan manusia berdasarkan warna bendera atau ras. Kita percaya
pada nilai bahwa seluruh umat manusia merupakan ciptaan Allah, dan tidak ada yang berhak
membedakan mereka selain takwa. Kita percaya pada kebebasan beragama dan tidak
menghendaki adanya paksaan dalam hal agama.Budaya kita adalah toleran terhadap orang-
orang dari semua agama, khususnya Ahli Kitab. Kita percaya bahwa semua Muslim adalah
saudara. Rasa persaudaraan dalam iman harus sangat kuat di kalangan umat Islam, terlepas
dari batas-batas geografis atau perubahan kondisi politik atau ekonomi. Kita juga harus
menjaga hubungan baik dengan semua manusia, terutama tetangga kita.
3. Bermoral. Budaya kita menempatkan penekanan besar pada martabat manusia dan
moralitas mereka. Kita menekankan kebenaran, kejujuran, kerendahan hati (Haya’),
kebersihan atau Taharah.
Budaya Islam menentang pemborosan, pamer, atau ekstremisme. Budaya Islam kita
mengajarkan rasa percaya diri dan kemandirian. Islam menekankan amal dan kemurahan hati.
Budaya kita berorientasi pada kekeluargaan dengan menekankan pada hubungan baik antar
suami-istri, perawatan yang baik bagi anak-anak, keluarga besar, cinta dan rasa hormat
terhadap orang tua. Kami membenci perzinahan, percabulan, homoseksualitas, perjudian,
atau penggunaan minuman keras.Di mana pun kita hidup, setiap saat dan di antara setiap
orang, kita harus menjunjung tinggi nilai-nilai ini. Kita tidak bisa menjadi Muslim sejati jika
budaya kita berkompromi pada prinsip-prinsip ini.
4. Dinamis, progresif. Budaya kita menekankan perjuangan, perubahan, keadilan sosial,
penghapusan penindasan dan kejahatan. Bukan berdiam diri dan bertapa menjauh dari hirup
pikuk dunia seorang diri, tanpa ikut memperjuangkan kelangsungan hidup sesama
makhluk.Budaya kita mendorong pembelajaran, pendidikan, mencari pengetahuan. Budaya
Islam tidak memisahkan antara pendidikan agama dan sekuler. Kami percaya bahwa semua
pengetahuan adalah penting. Kita harus menekankan keterbukaan dan kesediaan untuk
menerima kebijaksanaan dari sumber manapun. Budaya Islam mempromosikan seni yang
baik, arsitektur, estetika, kesehatan, lingkungan yang sehat dan hiburan yang bersih.
5. Tidak eksklusif tapi berorientasi dakwah dan optimis. Budaya Islam menekankan untuk
mempromosikan hal-hal yang baik dengan kebijaksanaan dan kesabaran. Kita tidak
mendominasi atau menjajah budaya, tetapi juga bukan merupakan budaya eksklusif dan
terisolasi.
Kami percaya, mengenalkan Islam harus tanpa paksaan. Budaya kita mengajarkan untuk
mendengarkan dan dialog dengan orang lain. Kami percaya bahwa sifat manusia adalah baik
dan jika orang diberi kesempatan untuk mengenal dan belajar Islam seperti itu, mereka akan
merasa puas.Kami sangat percaya bahwa kebenaran akan menang dan kepalsuan akan lenyap.
Budaya kita menekankan kesabaran dan mengingatkan kita bahwa kita harus tetap bekerja
secara teguh dan beriman secara total kepada Pencipta kita, Allah Tuhan dan Pemelihara
semesta alam.
Pada akhirnya, kami berharap, umat islam tetap berada di jalan yang benar dan ikut
mempromosikan perdamaian dan keadilan di dunia ini dan menghapus ketidakadilan dan
penindasan.
“Katakanlah (Muhammad): ‘sesungguhnya Tuhanku telah memberiku petunjuk ke jalan yang
lurus, agama yang benar. Agama Ibrahim yang lurus. Dia (Ibrahim) tidak termasuk orang-
orang yang musyrik.’”
“Wahai orang-orang yang beriman! Masuklah ke dalam kedamaian dengan keseluruhan jiwa
kamu dan janganlah kamu menurut jejak syaitan-syaitan kerana sesungguhnya syaitan itu
musuh kamu yang amat nyata. Oleh itu jika kamu tergelincir juga setelah datang kepada
kamu keterangan-keterangan yang jelas, maka ketahuilah bahawa Allah itu Maha Perkasa
lagi Maha Bijaksana.” (Al-Baqarah 2: 208-209)
YHDGDGGHYGGDGFSGDHGvvRFgcjfjhjhgjgb
RAZA
AUREL
1.Budaya atau adat tersebut tidak bertentangan dengan prinsip Islam dan
fitrah manusia. Misalnya, budaya riba, judi, kesyirikan, pacaran, dan sebagainya yang
kesemuanya bertentangan dengan prinsip dan norma Islam.