Anda di halaman 1dari 18

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep Diet

2.1.1 Definisi Diet

Diet merupakan kebiasaan seseorang untuk mengkonsumsi jenis makanan

dan minuman dari hari ke hari, terutama makanan yang dirancang untuk

mendapatkan kebutuhan individu tertentu (Hartanto, 2006). Diet merupakan

mengkonsumsi makanan dan memilih makanan dengan memperhatikan komposisi

makanan agar seimbang dan sesuai dengan kebutuhan tubuh. Diet dilakukan untuk

mengatur agar konsumsi makanan yang diasup oleh seseorang tidak berlebihan, tepat,

dan seimbang (Graha, 2010). Diet merupakan pengaturan pola makan berupa

kualitas, cara mengolah makanan, dan frekuensi makan (Toruan, 2007).

2.1.2 Manfaat Diet

Pola diet sangat bermanfaat dalam menjaga kesehatan agar berat badan tidak

berlebihan (obesitas). Untuk membantu proses diet agar berhasil, maka seseorang

perlu menerapkan pola hidup yang sehat, misalnya mengkonsumsi makanan berserat

seperti buah-buahan, sayuran, serta mengurangi makanan berlemak. Berat badan yang

berlebihan sangat erat hubungannya dengan terjadinya suatu penyakit (Sumanto,

2009). Salah satu penyakit yang berkaitan dengan obesitas adalah penyakit asam urat.

(Lingga, 2012).

10
11

2.1.3 Diet Penderita Asam Urat (Artritis Gout)

Diet untuk penderita asam urat bertujuan untuk menurunkan kadar asam urat

dalam darah serta mempertahankan status gizi yang optimal. Diet diberikan untuk

penderita asam urat dengan kadar asam urat > 7,5 mg/dl (Ningdyar, 2009). Faktor

yang mempengaruhi asam urat meningkat yaitu karena ketidakseimbangan asupan

protein dalam makanan yang dikonsumsi yang mengandung purin tinggi (Lina &

Setiyono, 2014). Adapun beberapa diet yang harus dilakukan oleh penderita asam

urat, yaitu dengan mematuhi beberapa prinsip antara lain :

(1) Membatasi Asupan Purin.

Purin yang merupakan bagian dari protein. Membatasi asupan purin berarti

mengurangi konsumsi makanan yang mengandung protein tinggi. Jumlah maksimal

asupan protein bagi penderita asam urat yaitu sekitar 50 – 70 g/hari setara dengan 1

– 11/2 potong per hari (Febry, 2008). Purin merupakan protein yang termasuk dalam

golongan nukleoprotein yaitu salah satu komponen asam nukleat yang terdapat dalam

inti sel tubuh. Tubuh manusia memproduksi purin sekitar 80–85% yang diproduksi

oleh ginjal, dan sisanya berasal dari makanan yang dikonsumsi. Konsumsi makanan

yang mengandung purin tinggi dapat menyebabkan ginjal kesulitan untuk

mengeluarkan kelebihan asam urat di dalam tubuh sehingga dapat menyebabkan

terjadinya penumpukan kristal asam urat pada area persendian (Herliana, 2013).

Asam urat adalah sisa metabolisme protein makanan yang mengandung purin. Oleh

karena itu konsumsi makanan yang mengandung protein secara berlebihan akan

meningkatkan kadar asam urat (Dalimartha & Adrian, 2014).

Menurut Ramayulis (2013), makanan yang mengandung purin terbagi menjadi

3 kelompok yaitu: (1) Tinggi purin yaitu makanan yang harus dihindari oleh penderita
12

asam urat karena memiiki kandungan kadar purin tinggi yaitu 100-1.000 mg purin

dalam bahan makanan. Makanan yang memiliki kandungan purin tinggi terdapat pada

bebek, sarden, kornet, kerang, jeroan, alkohol, tape, durian, dan alpukat; (2) Purin

sedang yaitu makanan yang sebaiknya dibatasi untuk dikonsumsi oleh penderita asam

urat. Kadar purin sedang mengandung 10-99 mg purin. Makanan yang berkadar

purin dapat dikonsumsi maksimal 50-70 g atau 1-1 ½ potong atau satu mangkuk

(100gr) per hari. Makanan tersebut antara lain daging sapi, ayam, ikan, udang, tahu,

tempe, bayam, daun singkong; (3) Rendah purin yaitu makanan yang bebas untuk

dikonsumsi karena kadar purinnya rendah, misalnya ubi, jagung, roti dan bihun.

Purin merupakan molekul yang berada di dalam sel yang berbentuk

nukleotida. Peran nukleotida yang paling dikenal yaitu purin dan pirimidin. Basa

purin terdiri dari adenin dan guanin. Adenin dirombak menjadi hypoxantine,

sedangkan guanin dirombak menjadi xantin. Kemudian hypoxantin diubah menjadi

xantin oleh enzim xanthin oxydase dan setelah terbentuk asam urat (Tyaj & Raharja,

2007).

Tabel 2.1 Daftar Makanan Dengan Kandungan Purin

Makanan Purin (mg/100g)

Ikan sarden 480

Paru – paru sapi 339

Hati sapi 554

Hati ayam 243

Lidah sapi 160

Ginjal sapi 269

Jantung sapi 256


13

Udang 234

Kerang 136

Lobster 116

Daging ayam 169

Hati ayam 243

Kangkung dan bayam 290

Kedelai dan kacang – kacangan 190

Daging bebek 138

Tahu 108

Tempe 141

(2) Tidak Mengkonsumsi Alkohol

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Rotinsulu & Montol (2014)

dengan judul minuman beralkohol dan kadar asam urat pada pria dewasa,

menyatakan bahwa mengkonsumsi alkohol sebanyak >4 kali dalam seminggu akan

meningkatkan kadar asam urat, karena di dalam tubuh alkohol dapat meningkatkan

asam laktat plasma. Asam laktat plasma dapat menghambat pengeluaran asam urat

dari tubuh. Oleh karena itu orang yang sering mengkonsumsi minuman beralkohol

memiliki kadar asam urat lebih tinggi daripada orang yang tidak mengkonsumsi

alkohol (Febry, 2008).

Alkohol merupakan makanan dan minuman yang diperoleh melalui proses

fermentasi gula (Herliana, 2013). Fermentasi adalah proses pemecahan senyawa

komplek menjadi sederhana. Berdasarkan produk yang dihasilkan, fermentasi

dibedakan menjadi 2 yaitu (1) fermentasi alkohol adalah fermentasi yang hasil produk
14

akhir menghasilkan alkohol. Contohnya pada pembuatan tape. (2) fermentasi non

alkohol adalah fermentasi yang hasil akhirnya tidak menghasilkan alkohol. Contohnya

pada pembuatan tempe (Rukmana & Yuniarsih, 2007). Sedangkan berdasarkan

proses reaksi fermentasi terbagi menjadi 2 yaitu fermentasi alkohol dan fermentasi

asam laktat. Kedua fermentasi tersebut diawali dengan proses glikolisis. Fermentasi

alkohol yaitu pemecahan glukosa menjadi asam piruvat. Sama halnya dengan

fermentasi alkohol, fermentasi asam laktat dimulai dengan proses glikolisis. Fermentasi

asam laktat adalah proses fermentasi glukosa yang menghasillkan asam laktat. Setelah

melalui proses glikolisis yang menghasilkan asam piruvat kemudian, asam piruvat

dirubah menjadi asam laktat (Sudarman, 2016).

Alkohol yang masuk ke dalam tubuh melalui saluran cerna akan diserap oleh

intestinum. Alkohol yang diserap oleh intestinum selanjutnya di salurkan melalui

peredaran darah darah menuju hepar untuk di metabolisme. Kemudian oleh hepar

alkohol akan di metabolisme. Proses metabolisme alkohol di hepar yang pertama

yaitu alkohol diubah menjadi asetaldehid. Asetaldehid yang telah terbentuk,

selanjutnya diubah menjadi asam asetat. Asam asetat yang telah terbentuk dapat

digunakan sebagai substrat untuk menghasilkan energi (Niendya, Djaelani, &

Suprihatin, 2011).

Asetaldehid merupakan senyawa antara alkohol dan asetat yang bersifat

patogen jika dikonsumsi secara berlebihan. Konsumsi aklohol secara berlebihan

dapat meningkatkan kadar asam laktat dalam darah. Peningkatan kadar asam laktat

dapat menghambat ekskresi asam urat melalui urin. Terhambatnya ekskresi asam urat

menyebabkan asam urat dalam darah menjadi meningkat (Ramayulis, Wibowo, &

Sukma, 2014).
15

(3) Mengurangi Konsumsi Lemak

Makanan yang mengandung lemak bagi penderita artritis gout dapat

menghambat ekskresi asam urat melalui urin. Makanan yang mengandung lemak

tinggi antara lain sea food, jeroan, makanan yang digoreng, makanan bersantan,

mentega, avokad, dan durian (Febry, 2008). Lemak yang telah dikonsumsi oleh

seseorang kemudian masuk ke dalam tubuh dan mengalami proses pencernaan.

Proses pencernaan lemak di dalam tubuh akan terurai (hidrolisis) menjadi asam lemak

dan gliserol. Selanjutnya asam lemak akan mengalami oksidasi di hati dan membentuk

asetil KoA. Ketika oksidasi asam lemak berlebihan maka produksi asetil KoA akan

mengalami peningkatan. Kelebihan asetil KoA yang terakumulasi dalam sel ditanspor

menuju ke hati, sehingga terjadi perubahan dari asetil KoA menjadi badan keton.

Sebagian besar keton bersifat asam sehingga dapat menimbulkan terjadinya asidosis

metabolik (James, Baker, & Swain, 2008). Makanan yang mengandung lemak tinggi

yang dikonsumsi oleh penderita artritis gout dapat menyebabkan terjadinya asidosis.

Asidosis terjadi karena adanya pembentukan keton yang akan membuat urin menjadi

lebih asam sehingga menghambat pengeluaran asam urat melalui urin, dan

menyebabkan asam urat menumpuk di dalam darah (Kurniali & Abikusno, 2007);

(4) Mengkonsumsi Banyak Cairan

Cairan berfungsi sebagai pelarut dan juga sebagai media pembuangan hasil

metabolisme sehingga dapat menurunkan kadar asam urat di dalam tubuh (Diantari

& Candra, 2013). Penderita asam urat sebaiknya mengkonsumsi banyak air, minimal

2,5 liter per hari yaitu setara dengan 10 gelas per hari. Selain air putih (air mineral),

cairan bisa didapatkan dari buah – buahan yang mengandung banyak air (Utami,

2009).
16

2.2 Konsep Asam Urat (Artritis Gout)

2.2.1 Manifestasi Asam Urat

Serangan gout pertama biasanya hanya menyerang satu sendi. Secara umum

serangan gout terjadi di kaki, namun 3 – 14 % serangan juga bisa terjadi di banyak

sendi (poliarthritis). Urutan sendi yang terkena serangan gout berulang biasanya adalah

ibu jari (padogra), pergelangan kaki, sendi kaki belakang, pergelangan tangan dan lutut.

Penyakit asam urat bisa menimbulkan nyeri akibat kristal natrium urat yang

menumpuk pada sendi dan jaringan disekitar sendi. Nyeri yang dirasakan pada

penderita gout hanya pada beberapa sesndi. Umumnya serangan terjadi pada malam

hari dan menjelang pagi. Sendi yang terserang akan membengkak dan kulit di atasnya

nampak berwarna kemerahan (Ariani, 2014).

2.2.2 Faktor Resiko Asam Urat

Menurut Shag and Choi (2006), faktor – faktor yang beresiko terkena

penyakit asam urat yaitu:

1. Usia

Pada umumnya asam urat menyerang pada usia 30 tahun. Laki – laki

lebih beresiko terhadap penyakit gout daripada wanita. Kadar asam urat laki –

laki cenderung meningkat sejalan dengan peningkatan usia sedangkan kadar

asam urat pada wanita meningkat saat menopause, karena wanita memiliki

hormon estrogen yang membantu pembuangan asam urat lewat urin.

2. Genetik

Riwayat keluarga dekat merupakan salah satu faktor resiko terjadinya

penyakit asam urat. Adanya riwayat dalam keluarga yang memiliki penyakit

asam urat menjadi resiko terjadinya asam urat yang semakin tinggi juga.
17

3. Obesitas

Kegemukan lebih beresiko terkena asam urat dibandingkan dengan

orang yang memiliki berat badan normal. Pada seseorang yang mengalami

obesitas, ginjal akan terganggu dalam proses keluarnya asam urat. Hal ini

diakibatkan karena kelebihan lemak di dalam tubuh. Selain itu mengkonsumsi

makanan yang banyak mengandung purin secara berlebihan akan beresiko

terkena asam urat.

4. Obat – obatan

Obat-obatan yang dapat mengakibatkan terjadinya hiperurisemia adalah

pada penggunaan diuretik. Diuretik sering digunakan untuk pengobatan

hipertensi. Efek samping penggunaan diuretik dapat meningkatkan kadar asam

urat dalam darah.

5. Konsumsi alkohol berlebihan

Mengkonsumsi alkohol secara berlebihan dapat menghambat

pengeluaran asam urat dari dalam tubuh, hal ini karena alkohol dapat

meningkatkan asam laktat yang menyebabkan pengeluaran asam urat menjadi

terhambat.

6. Asupan purin berlebihan

Purin merupakan senyawa yang akan diubah menjadi asam urat di dalam

tubuh. Asupan makanan yang mengandung purin tinggi dapat meningkatkan

kadar asam urat. Makanan yang mengandung purin tinggi misalnya sea food,

kacang – kacangan, makanan kaleng dan daging.

7. Penyakit degeneratif

Penyakit asam urat ini menjadi penyerta dari penyakit degeneratif.

Penyakit degeneratif salah satunya meliputi hipertensi dan diabetes mellitus.


18

2.2.3 Stadium Artritis Gout

Menurut Dalimartha (2011), Stadium artritis gout terbagi menjadi 3 yaitu

sebagai berikut :

1. Hiperurisemia Asimtomatik

Hiperurisemia asimtomatik merupakan suatu keadaan dimana terjadi

peningkatan kadar asam urat namun tanpa ditandai dengan adanya gejala –

gejala menimbulkan rasa sakit pada persendian dan tidak terdapat

pembentukan tofi. Umumnya hiperurisemia diketahui secara tidak sengaja saat

melakukan medical check up

2. Artritis Gout Akut

Serangan artritis gout akut pertama kali ditandai dengan proses

peradangan pada satu sendi (monoartikuler), sekitar 60% kasus diantaranya

timbul pada sendi bagian pangkal ibu jari kaki ( sendi metatarso-phalangeal I/MTP

I). Gejala yang ditimbulkan akibat peradangan sendi tersebut meliputi nyeri

yang timbul secara tiba – tiba, bengkak, kulit di atas sendi yang terasa sakit

berwarna kemerahan dan terasa panas apabila diraba. Rasa nyeri tersebut

timbul pada saat malam hari ataupun menjelan pagi hari. Adapun beberapa hal

yang dapat memicu terjadinya serangan artritis akut seperti : alkohol, kurang

cairan akibat kurang minum, makan berlebihan, puasa misalnya sebelum

menjalankan operasi dan benturan ringan pada sendi.

3. Stadium Interkritikal

Setelah serangan pertama, penderita akan masuk pada fase interkritikal

gout. Interkritkal gout adalah masa bebas dimana penderita tidak merasa sakit

diantara dua serangan gout. Serangan artritis akut terkadang timbul hanya satu

kali. Namun, kebanyakan penderita akan mengalami serangan berikutnya


19

setelah 6 bulan hingga 2 tahun. Serangan selanjutnya, gout akan menyerang

beberapa sendi (poliartikuler) dengan rasa nyeri yang hebat, rasa sakit lebih lama,

dan frekuensi serangan semakin meningkat .

4. Stadium Artritis Gout Kronis

Artritis Gout Kronis adalah serangan artritis akut yang terjadi 4-5 kali

dalam setahun. Tahap ini dapat menimbulkan benjolan (Tofi) pada sendi. Tofi

adalah timbunan dari kristal monosodium urat. Tofi ini berupa benjolan keras.

Umumnya tofi dapat timbul setelah 10 tahun sejak serangan gout akut.

2.2.4 Patofisiologi

Asam urat merupakan produk akhir dari metabolisme purin, dimana purin

berasal dari metabolisme dalam tubuh (endogen) dan berasal dari sumber makanan

(eksogen) (Lingga, 2012). Kadar asam urat merupakan hasil keseimbangan antara

produksi dan eksresi. Ketika terjadi ketidakseimbangan dua proses tersebut maka

akan terjadi keadaan hiperurisemia. Hiperurisemia adalah peningkatan kadar asam

urat dalam darah yang menimbulkan hipersaturasi asam urat yaitu kelarutan asam urat

yang telah melewati ambang batasnya (Hidayat, 2009). Penyebab produksi asam urat

meningkat antara lain karena adanya gangguan metabolisme purin, keturunan, dan

berlebihnya mengkonsumsi makanan yang memiliki purin tinggi, sedangkan

pembuangan asam urat berkurang terjadi akibat ketidakmampuan ginjal dalam

mengeluarkan asam urat yang berlebihan dari dalam tubuh. Keadaan ini ditimbulkan

akibat pengunaan obat seperti obat diuretik, hipertensi, dan olahraga terlalu berat

(Misnadiarly, 2007).

Hiperurisemia mengakibatkan terjadinya akumulasi kristal monosodium urat

yang tersimpan di dalam sendi yang kemudian menyebar pada cairan senovial.
20

Pecahnya kristal monosodium urat ke dalam cairan senovial pada sendi memicu

respon inflamasi seperti nyeri, kemerahan, dan bengkak. Respon inflamasi inilah yang

diakibatkan karena adanya penumpukan asam urat (Berivan & Ozturk, 2014).

2.2.5 Penatalaksanaan

Penatalaksanaan pada penderita asam urat terbagi menjadi 2 yaitu secara

farmakologi dan non farmakologi

1. Terapi farmakologi :

Pengobatan pada penderita asam urat diberikan berdasakan pada stadium

artritis gout tertentu yang dialami. Pengobatan untuk stadium gout akut

bertujuan untuk mengurangi rasa nyeri, sedangkan pada stadium interkritikal

gout bertujuan untuk mempertahankan tingkat rendah asam urat dan

mencegah pembentukan tophi. Beberapa obat yang digunakan antara lain

NSAID, Colchicine, Allopurinol, dan Corticosteroid yang masing – masing

dari obat – obatan tersebut memiliki efek samping yang berbeda – beda

(Kopke & Greff, 2015).

2. Terapi Non farmakologi

Upaya pengobatan pada penderita asam urat dapat dilakukan dengan

pengobatan non farmakologi berupa memodifikasi gaya hidup yang meliputi

menurunkan berat badan bagi penderita asam urat yang obesitas, mengurangi

mengkonsumsi alkohol secara berlebihan serta mengurangi asupan makanan

yang kaya purin dari berbagai jenis (Kopke & Greff, 2015). Adapun diet pada

penderita asam urat terdiri dari : (1) Membatasi asupan purin. Purin yang

merupakan bagian dari protein. Membatasi asupan purin berarti mengurangi


21

konsumsi makanan yang mengandung protein tinggi. Jumlah maksimal asupan

protein bagi penderita asam urat yaitu sekitar 50 – 70 mg/hari setara dengan 1

– 11/2 potong per hari (Febry, 2008); (2) Mengurangi konsumsi lemak. Makanan

yang mengandung lemak bagi penderita artritis gout dapat menghambat

ekskresi asam urat melalui urin. Makanan yang mengandung lemak tinggi

antara lain sea food, jeroan, makanan yang digoreng, makanan bersantan,

mentega, avokad, dan durian (Febry, 2008); Ketika di dalam tubuh, konsumsi

buah – buahan seperti avokad dan durian akan berubah menjadi alkohol di

dalam usus. Mesikpun kadar purinnya rendah jika dikonsumsi dalam jumlah

besar akan berubah menjadi alkohol, sehingga konsumsi buah tersebut perlu

dibatasi (Ramayulis, 2013). (3) Tidak mengkonsumsi alkohol. Alkohol dapat

meningkatkan asam laktat plasma. Asam laktat plasma dapat menghambat

pengeluaran asam urat dari tubuh. Oleh karena itu orang yang sering

mengkonsumsi minuman beralkohol memiliki kadar asam urat lebih tinggi

daripada orang yang tidak mengkonsumsi alkohol (Febry, 2008). Alkohol

merupakan makanan dan minuman yang diperoleh melalui proses fermentasi

gula, contohnya tape (Herliana, 2013); (4) Mengkonsumsi banyak cairan.

Penderita asam urat sebaiknya mengkonsumsi banyak air, minimal 2,5 liter per

hari yaitu setara dengan 10 gelas per hari. Air berfungsi sebagai pelarut dan juga

sebagai media pembuangan hasil metabolisme sehingga dapat menurunkan

kadar asam urat di dalam tubuh (Diantari & Candra, 2013).


22

2.2.6 Pencegahan

Menurut Herliana (2013), untuk mencegah terjadinya penyakit asam urat

sebaiknya melakukan upaya pencegahan sebagai berikut:

1. Olahraga

Olahraga memiliki banyak manfaat bagi tubuh dan pikiran, salah satunya

yaitu untuk mencegah terjadinya penyakit asam urat. Ketika berolahraga secara

teratur maka sistem metabolisme tubuh akan berjalan lancar sehingga proses

penyerapan nutrisi dalam tubuh akan menjadi lebih efektif dan efisien. Selain

itu olahraga akan melancarkan sirkulasi darah dan mengatasi penyumbatan

pada pembuluh darah, serta melancarkan sistem metabolisme sehingga dapat

mengurangi resiko menumpuknya asam urat dalam tubuh.

2. Menghindari alkohol

Makanan dan minuman yang mengandung alkohol sebaiknya dihindari

untuk mencegah terjadinya asam urat. Kadar alkohol yang tinggi memiliki

dampak yang buruk di dalam tubuh yaitu menimbulkan kerusakan beberapa

fungsi organ dalam tubuh. Contohnya yaitu mengurangi fungsi jantung dalam

mengedarkan darah ke seluruh tubuh dan menganggu fungsi ginjal dalam

mengekskresikan asam urat.

2.3 Konsep Kekambuhan

2.3.1 Definisi Kekambuhan

Kekambuhan adalah suatu keadaan timbulnya tanda dan gejala pada suatu

penyakit dimana penyakit tersebut telah mengalami perbaikan dan biasanya

keadaannya lebih parah dibandingkan dengan sebelumnya (Hamid & Purnomo,

2010). Adapun faktor penyebab kekambuhan terdiri dari : konsumsi makanan yang
23

mengandung purin tinggi, makanan yang mengandung lemak, mengkonsumsi

alkohol, dan kurang dalam mengkonsumsi cairan.

2.3.2 Faktor – Faktor Penyebab Kekambuhan

Terdapat 4 faktor yang dapat menimbulkan terjadinya kekambuhan yaitu :

1. Konsumsi Makanan yang mengandung Purin

Purin merupakan bagian dari protein. Membatasi asupan purin berarti

mengurangi konsumsi makanan yang mengandung protein tinggi. Jumlah maksimal

asupan protein bagi penderita asam urat yaitu sekitar 50 – 70 g/hari setara dengan 1

– 11/2 potong per hari (Febry, 2008). Selain itu, purin juga diproduksi oleh tubuh

manusia sekitar 80–85% dan sisanya berasal dari konsumsi makanan yang

mengandung purin. Ketika konsumsi makanan yang mengandung purin tinggi, ginjal

akan kesulitan untuk mengeluarkan kelebihan asam urat di dalam tubuh sehingga

dapat menyebabkan terjadinya penumpukan kristal asam urat pada area persendian.

Penumpukan kristal asam urat inilah yang menimbulkan peradangan dan rasa nyeri,

karena kristal asam urat yang saling bergesekan saat sendi bergerak (Herliana, 2013).

Gejala peradangan yang terjadi pada penderita asam urat ditandai dengan serangan

nyeri yang timbul secara tiba – tiba, bengkak, dan kemerahan pada sendi (Porto et al,

2014). Oleh karena itu, tanda dan gejala tersebut mengindikasikan terjadinya

kekambuhan.

Menurut Ramayulis (2013), makanan yang mengandung purin terbagi menjadi

3 kelompok yaitu: (1) Tinggi purin yaitu makanan yang harus dihindari oleh penderita

asam urat karena memiiki kandungan kadar purin tinggi yaitu 100-1.000 mg purin

dalam bahan makanan. Makanan yang memiliki kandungan purin tinggi terdapat pada

bebek, sarden, kornet, kerang, jeroan, alkohol, tape, durian, dan alpukat; (2) Purin

sedang yaitu makanan yang sebaiknya dibatasi untuk dikonsumsi oleh penderita asam
24

urat. Kadar purin sedang mengandung 10-99 mg purin. Makanan yang berkadar

purin sedang dapat dikonsumsi maksimal 50-70 g atau 1-1 ½ potong atau satu

mangkuk (100gr) per hari. Makanan tersebut antara lain daging sapi, ayam, ikan,

udang, tahu, tempe, bayam, daun singkong; (3) Rendah purin yaitu makanan yang

bebas untuk dikonsumsi karena kadar purinnya rendah, misalnya ubi, jagung, roti dan

bihun.

2. Makanan yang Mengandung Lemak

Dampak konsumsi makanan yang mengandung lemak bagi penderita asam

urat yaitu dapat menghambat ekskresi asam urat melalui urin. Makanan yang

mengandung lemak tinggi antara lain sea food, jeroan, makanan yang digoreng,

makanan bersantan, mentega, avokad, dan durian (Febry, 2008).

Makanan yang mengandung lemak tinggi yang dikonsumsi oleh penderita

asam urat dapat menyebabkan terjadinya asidosis. Asidosis terjadi karena adanya

pembentukan keton yang akan membuat urin menjadi lebih asam sehingga akan

menghambat pengeluaran asam urat melalui urin, dan menyebabkan asam urat

menumpuk di dalam darah (Kurniali & Abikusno, 2007).

3. Mengkonsumsi Alkohol

Alkohol merupakan salah satu faktor resiko terjadinya asam urat, jika

mengkonsumsi alkohol secara berlebihan akan meningkatkan resiko kekambuhan

pada penderita asam urat (Neogi et al, 2014). Konsumsi alkohol tidak hanya pada

minuman keras, namun juga terdapat di berbagai produk yang mengandung alkohol,

misalnya tape. Alkohol merupakan suatu bentuk produk hasil dari fermentasi gula

(Herliana, 2013). Konsumsi aklohol secara berlebihan dapat meningkatkan kadar

asam laktat dalam darah. Peningkatan kadar asam laktat di dalam tubuh dapat
25

menyebabkan terhambat ekskresi asam urat melalui urin. Terhambatnya ekskresi

asam urat inilah akan menimbulkan peningkatan asam urat dalam darah (Ramayulis,

Wibowo, & Sukma, 2014).

4. Mengkonsumsi Cairan

Mengkonsumsi cairan atau air mineral berfungsi sebagai media pembuangan

hasil metabolisme sehingga dapat membantu untuk menurunkan kadar asam urat di

dalam tubuh (Diantari & Candra, 2013). Penderita asam urat sebaiknya

mengkonsumsi banyak air, minimal 2,5 liter per hari yaitu setara dengan 10 gelas per

hari

Menurut penelitian yang dilakukan oleh Neogi et al (2009) yang berjudul

drinking water can reduce the risk of reccurent gout attacks dengan jumlah sampel 535

penderita yang terdiagnosis artritis gout. Penelitian ini terdiri dari 78% laki - laki

dengan usia rata – rata 53 tahun. Hasil penelitian menunjukan bahwa mengkonsumsi

air lebih dari 8 gelas dalam sehari dapat menurunkan resiko terjadinya kekambuhan.

Pencegahan yang dapat dilakukan oleh penderita asam urat untuk mencegah

timbulnya kekambuhan yaitu dengan cara mengurangi faktor penyebabnya tersebut

dengan mengatur pola diet. Kekambuhan pada penderita asam urat ditandai dengan

rasa sakit pada daerah persendian (seperti ditusuk – tusuk) biasanya sendi yang

terkena yaitu jempol kaki, terasa seperti kesemutan, nyeri biasanya terjadi pada malam

atau pagi hari setelah bangun tidur, sendi yang terkena akan terlihat bengkak, terasa

panas dan kemerahan (Maksum & Kaysi, 2009).


26

2.4 Hubungan Pola Diet Dengan Kadar Asam Urat Pada Penderita Artritis

Gout

Diet adalah memilih makanan dan mengatur jumlah asupan pada jenis

makanan yang sesuai untuk kebutuhan tubuh (Priandarini, 2010). Pola diet pada

penderita asam urat dapat membantu untuk mengurangi resiko terhadap

kekambuhan atau peningkatan kadar asam urat dengan mempertahankan kadar asam

urat agar tetap stabil (Ningdyar, 2009).

Konsumsi makanan dalam sehari-hari bagi penderita asam urat sebaiknya

makanan yang mengandung purin sedang (Ningdyar, 2009). Konsumsi maksimal

bahan makanan yang mengandung purin sedang yaitu 50 – 75 gr atau 1 – 11/2 potong

per hari (Wirakusuma, 2010). Purin berasal dari makanan yang dikonsumsi baik dari

hewan maupun tumbuhan. Purin merupakan bagian dari makanan yang mengandung

protein (Febry, 2008). Purin yaitu zat yang terdapat dalam setiap makanan dan juga

berasal dari tubuh makhluk hidup. Selain itu purin juga terdapat pada buah – buahan

(Maksum & Kaysi, 2009).

Konsumsi asupan makanan yang mengandung purin tinggi sebaiknya tidak

berlebihan karena akan meningkatkan kadar asam urat sehingga akan memicu

kekambuhan pada penderita asam urat. Makanan yang mengandung purin tinggi

antara lain makanan laut, bayam, kacang, dan daging. Mengkonsumsi makanan yang

mengandung purin tinggi akan meningkatkan resiko terjadinya kekambuhan pada

penderita artritis gout (Zhang et al, 2012). Penelitian yang dilakukan oleh Bebiker

(2015) pada 816 laki-laki dengan riwayat penyakit artritis gout yang mengkonsumsi

makanan mengandung kaya akan purin seperti daging, seafood dan sayuran salah

satunya bayam menunjukkan peningkatan kadar asam urat. Meningkatnya kadar asam
27

urat dapat menimbulkan terbentuknya kristal asam urat di dalam persendian,

sehingga menyebabkan terjadinya penyakit artritis gout.

Kadar asam urat berkaitan dengan produksi purin dan asupan purin yang

dikonsumsi. Purin yang di produksi di dalam tubuh manusia sekitar 80 – 85% dan

sisanya berasal dari makanan yang mengandung purin. Ketika purin yang masuk ke

dalam tubuh dalam jumlah banyak, maka kadar asam urat dalam tubuh pun akan

meningkat. Meningkatnya asupan purin di dalam tubuh menyebabkan ginjal kesulitan

untuk mengeluarkan kelebihan zat asam urat tersebut sehingga dapat menyebabkan

terjadinya penumpukan di persendian. Penumpukan hasil dari metabolisme inilah

yang menyebabkan timbulnya rasa nyeri serta pembengkakan pada persendian

(Herliana, 2013).

Anda mungkin juga menyukai