A. Diagnosa Medis
Intrauterine Growth Restriction
b. Penyebab
Menurut Hasibuan (2009), Penyebab IUGR adalah sebagai berikut:
c. Patofisiologi
Menurut Hasibuan (2009) Penyebab multifaktor dari IUGR ini disebabkan
oleh tiga kemungkinan yaitu gangguan fungsi plasenta, faktor ibu; dimana
berkurangnya suplai oksigen atau asupan gizi, faktor janin; dimana penurun
kemampuan janin untuk menggunakan asupan gizi. Plasenta memainkan peranan
penting dalam dua kategori yang pertama. Perkembangan abnormal, berkurangnya
perfusi, dan disfungsi vili – vili plasenta sering mengakibatkan IUGR, khususnya
pada tipe simetris.
Pada plasenta dari ibu dengan hipereklamsi terjadi invasi sitotrofoblas
yang dangkal pada rahim dan diferensiasi sitotrofoblas yang abnormal. Kegagalan
invasi sitotrofoblas ini akan mencegah remodeling desidual distal menyebabkan
berkurangnya perfusi maternal-vili plasenta, hipoksia plasenta setempat yang akan
mengakibatkan terjadinya IUGR. Disfungsi vili plasentayang disebabkan oleh
apoptosis pada trofoblas, stress oksidatif, infark dan kerusakan sitokinin akan
mengakibatkan terjadinya angiogenesis yang tidak menentu pada plasenta,
sehingga menghambat pemulihan dari plasenta.
Menurut Yongki (2012) patofisiologi IUGR disajikan dalam bagan
berikut:
d. Klasifikasi
Menurut Hasibuan (2009) Terjadinya IUGR dapat diklasifikasikan kedalam
tiga kelompok :
1. IUGR tipe-1 (simetris atau proporsional)
Pada IUGR tipe-1 dijumpai tubuh janin secara keseluruhan berukuran kecil
akibat berkurangnya potensi pertumbuhan janin dan berkurangnya proliferasi
seluler semua organ janin. IUGR tipe-1 ditandai dengan berat badan, lingkar
kepala dan panjang badan berada dibawah persentil 10. IUGR simetris ini
terjadi selama kehamilan trimester ke-1 dan trimester ke-2 dan angka
kejadian kira – kira 20 – 30 % dari seluruh bari IUGR.
2. IUGR tipe-2 (asimetris, diproporsional)
IUGR tipe-2 terjadi karena janin kurang mendapat nutrisi dan energi,
sehingga sebagian besar energi digunakan langsung untuk mempertahankan
pertumbuhan organ vital (seperti otak dan jantung). Hal ini umumnya terjadi
akibat insufisiensi plasenta. IUGR asimetris mempunyai ukuran kepala
normal tetapi lingkar perut kecil. IUGR tipe-2 memiliki berat badan yang
kurang dari persentil ke-10, sedangkan ukuran kepala dan panjang badan
normal. IUGR asimetris terjadi pada trimester terakhir, yang disebabkan
karena terjadinya penurunan kecepatan pertumbuhan.
3. IUGR Kombinasi
Bayi mungkin mengalami pemendekan skeletal, sedikit pengurangan jaringan
lunak. Jika malnutrisi terjadi dalam jangka waktu lama dan parah, janin
mungkin akan mengalami kemampuan untuk kompensasi sehingga terjadi
peralihan dari IUGR kombinasi menjadi IUGR tipe simetris.
Simetris Asimetris
Insidensi 20 – 30 % Insidensi 70 – 80 %
Terjadi pada trimester ke-1 Terjadi pada trimester ke-3
& ke-2
Semua bagian tubuh kecil Kepala lebih besar dari abdomen
Penyakit genetik, infeksi Insufisiensi pembuluh darah plasenta
Komplikasi neonatus, Biasanya keadaan neonatus agak buruk
prognosis buruk dan membaik bila komplikasi dihindari
atau diterapi secara adekuat.
Ketidasimetrisan organ
b. Diagnosa Keperawatan
1) Hipotermia berhubungan dengan panas tubuh hilang
2) Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan transport O2 ke seluruh
tubuh terganggu
3) Risiko ketidakstabilan kadar gula darah berhubungan dengan asupan nutrisi
kurang
4) ikterik neunatus berhubungan dengan bilirubin di dalam darah (gagal
transport)
5) Ketidakefektifan pola makan bayi berhubungan dengan reflek rooting dan
sucking tidak ada
c. Rencana Tindakan Keperawatan
NO. Diagnosa NOC NIC
1. Hipotermia Setelah diberikan tindakan keperawatan 1. Monitor TTV
berhubungan dengan selama 3x24 jam hipotermia teratasi 2. Kaji perfusi jaringan
panas tubuh hilang dengan criteria hasil 3. Kaji turgor kulit bayi
a. Suhu tubuh normal 36,5-37,5 derajat C 4. Kaji berat badan bayi
b. Perfusi jaringan baik (CRT<2 detik) 5. Kaji dehidrasi bayi
c. Turgor kulit baik (hangat kering merah) 6. Keringkan bayi setelah lahir
d. Berat badan normal (3000 gram) 7. Beri pengetahuan keluarga untuk memberikan selimut saat
e. Denyut nadi bayi normal (120- membendong bayi
150x/menit) 8. Beri selimut hangat
f. Bayi tidak mengalami dehidrasi 9. Monitor intake dan output cairan
10. Kolaborasi dengan tim medis lain jika suhu tubuh semakin
menurun
2. Gangguan Setelah diberikan tindakan keperawatan 1. Monitor TTV
pertukaran gas selama 3x24 jamgangguan pertukaran gas 2. Kaji turgor kulit
berhubungan dengan teratasi dengan criteria hasil 3. Kaji jalan nafas
transport O2 ke a. Bayi dapat bernafas spontan 4. Kaji perfusi jaringan
seluruh tubuh b. Bayi dapat menangis 5. Posisikan punggung bayi miring setelah makan
terganggu c. Bayi tidak tampak biru (perfusi jaringan 6. Ajarkan keluarga cara memberikan minum, makan atau ASI
baik) 7. Kolaborasi dengan tim medis lain jika bayi mengalami
d. TTV normal (nadi 120-150 x/menit, kondisi yang buruk
suhu 36,5-37,5, RR 30-40 x/menit)
3. Risiko Setelah diberikan tindakan keperawatan 1. Pertahankan askes jalan nafas
ketidakstabilan kadar selama 3x24 jam risiko ketidakstabilan 2. Beri bayi makanan sesuai dengan kebutuhan
gula darah kadar gula darah dengan criteria hasil 3. Beri pengetahuan kepada keluarga manfaat pemberian ASI
berhubungan dengan a. Berat badan bayi (3000 kg setelah lahir) 4. Kolaborasi dengan tim medis lain jika kondisi bayi
asupan nutrisi b. TTV normal (nadi 120-150 x/menit, mengalami penurunan
kurang suhu 36,5-37,5, RR 30-40 x/menit)
c. Bayi dapat menangis spontan
d. Bayi tidak gemetar dan berkeringat
berlebih
4. ikterik neunatus Setelah diberikan tindakan keperawatan 1. Kaji kulit bayi
berhubungan dengan selama 3x24 jam risiko ikterik neunatus 2. Kaji BB bayi
bilirubin di dalam teratasi dengan criteria hasil 3. Kaji turgor kulit bayi
darah (gagal a. Kulit bayi kemerahan 4. Beri pengetahuan kepada keluarga kondisi bayi setiap
transport) b. Turgor kulit baik (hangat kering merah) harinya
c. Berat badan bayi sesuai umur (bayi 5. Fasilitasi bonding dengan keluarga
badan lahir normal 3000 gram) 6. Bantu orang tua untuk merencanakan perawatan responsive
terhadap kondisi bayi
7. Sokong bayi untuk menjaga posisi dan mencegah perubahan
bentuk
8. Ganti posisi bayi secara berkala
9. Gunakan popok kecil untuk mencegah abduksi panggul
paha
10. Kurangi kebisingan lingkungan
11. Informasikan kepada orang tua tindakan untuk mencegah
SIDS
12. Kolaborasi dengan tim medis lain jika bayi mengalami
pernurunan kondisi
5. Ketidakefektifan Setelah diberikan selama 3x24 jam 1. Kaji reflek sucking bayi
pola makan bayi tindakan keperawatan ketidakefektifan 2. Kaji kebutuhan nutrisi dan cairan bayi
berhubungan dengan pola makan bayi tertasi dengan criteria 3. Beri OGT bila bayi tidak bisa sucking
reflek rooting dan hasil: 4. Beri susu botol/ ASI bila bayi sudah bisa sucking
sucking tidak ada a. Bayi mendapatkan nutrisi yang sesuai 5. Awasi pemberian susu
b. Bayi dapat rooting dan sucking 6. Beri reflek rooting untuk melatih menghampiri arah
c. Bayi dapat menghabiskan ASI atau sentuhan
susu formula 7. Edukasi keluarga terkait keadaan bayi
8. Edukasi keluarga cara untuk melatih sucking pada bayi
9. Beri motivasi kepada keluarga untuk selalu menjaga pola
makan bayi
10. Kolaborasi dengan tim medis lain bila bayi tidak mau
menyusui
DAFTAR PUSTAKA