PENDAHULUAN
1
kejadian gastritis dibeberapa kota di Indonesia ada yang tinggi mencapai
91,6% yaitu di Kota Medan, lalu di beberapa kota lainnya seperti Surabaya
31,2%, Denpasar 46%, Jakarta 50%, Bandung 32,5%, Palembang 35,5%,
Aceh 31,7%, dan Pontianak 31,2%. Hal tersebut disebabkan oleh pola makan
yang tidak sehat (Rial, 2010).
Selain gastritis, Penyakit ulkus peptikum (tukak peptik) yaitu ulkus
gaster (tukak lambung) dan ulkus duodenum (tukak duodenum) merupakan
penyakit yang masih banyak ditemukan terutama dalam kelompok umur di
atas 45 tahun. Prevalensi tukak peptik di Indonesia pada beberapa penelitian
ditemukan antara 6-15 % terutama pada usia 20-50 tahun (Nasif, 2007).
Secara klinis ulkus duodenum lebih sering dijumpai dari pada ulkus gaster
(Tarigan, 2014).
Oleh karena itu, pada blok XI ini penulis melaksanakan Tugas
Pengenalan Profesi dengan mengangkat tema gastrointestinal yang berjudul
“Observasi pasien dengan Gangguan pada Gaster di masyarakat”.
1.3 Tujuan
1.3.1 Tujuan Umum
Untuk mengetahui jenis – jenis gangguan pada gaster di
masyarakat
2
1.3.2 Tujuan Khusus
1. Untuk mengetahui manifestasi klinis dari gangguan pada gaster
di masyarakat
2. Untuk mengetahui faktor resiko pada kasus-kasus gangguan
pada gaster di masyarakat
3. Untuk mengetahui pemeriksaan penunjang yang dilakukan
pada penderita gangguan gaster
4. Untuk mengetahui tatalaksana yang diberikan pada penderita
gangguan gaster
1.4 Manfaat
1. Dapat mengetahui jenis – jenis gangguan pada gaster di masyarakat
2. Dapat mengetahui manifestasi klinis dari gangguan pada gaster di
masyarakat
3. Dapat mengetahui faktor resiko pada kasus-kasus gangguan pada gaster di
masyarakat
4. Dapat mengetahui pemeriksaan penunjang yang dilakukan pada penderita
gangguan gaster
5. Dapat mengetahui tatalaksana yang diberikan pada penderita gangguan
gaster
3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Gaster
2.1.1 Anatomi Gaster
4
Gambar 2.2 Gaster dan bagian-bagiannya
5
Gambar 2.3 Penampang sagital abdomen perempuan memperlihatkan
susunan peritoneum.
6
Gambar 2.4 Penampang transversal bursa omentalis memperlihatkan
susunan peritoneum di dalam pembentukan omentum minus, omentum
gastrolienale, dan ligamen lienorenale.
Batas-Batas Gaster
Ke anterior: Arcus costalis sinister, dinding anterior abdomen, diaphragm,
pleura sinistra, basis pulmonalis sinistrae, pericardium, lobus quadratus dan lobus
hepatis sinister.
7
Ke posterior: Omentum minus, pancreas (corpus dan cauda), arteria
lienalis, diaphragma, glandula suprarenalis sinistra, bagian atas ren sinister, dan
mesocolon transversum (Snell, 2011, p. 674).
8
Gambar 2.6 Struktur-struktur yang terdapat pada dinding posterior
abdomen di belakang gaster.
Pendarahan
Arteria gastrica dextra dan sinistra mendarahi curvatura minor. Arteria
gastroepiploica dextra dan sinistra mendarahi curvatura major. Arteriae gastricae
breves berasal dari arteria lienalis mendarahi fundus.
Vena-vena mengalirkan darah ke dalam sirkulasi portal. Vena gastrica
dextra dan sinistra bermuara ke vena porta. Vena gastrica brevis dan vena
gastroepiploica sinistra bermuara ke dalam vena lienalis, dan vena
gastroepiploica dextra bermuara ke dalam vena mesenterica superior.
9
gastrici breves. Semua cairan limfe dari gaster akhirnya berjalan ke nodi coeliaci
(Snell, 2011, p. 674).
10
Gambar 2.8 Aliran limfe gaster. Perhatikan semua limfe akhirnya berjalan
melalui nodi coeliaci.
Persarafan
11
Gambar 2.9 Distribusi truncus vagalis anterior dan posterior di dalam
abdomen.
2.1.2 Fisiologi Gaster
12
osmotik, keadaan fisik, serta oleh emosi, obat-obatan, dan olahraga.
Pengosongan lambung diatur oleh faktor saraf dan hormonal seperti
kolesistokinin.
13
Ada tiga jenis sel tipe eksokrin yang ditemukan di dinding
kantung dan kelenjar oksintik mukosa lambung (Gambar 2.3), yaitu :
1. Sel mukus yang melapisi kantung lambung, yang
menyekresikan mukus yang encer.
2. Bagian yang paling dalam dilapisi oleh sel utama (chief cell)
dan sel parietal. Sel utama menyekresikan prekursor enzim
pepsinogen.
3. Sel parietal (oksintik) mengeluarkan HCl dan faktor intrinsik.
Oksintik artinya tajam, yang mengacu kepada kemampuan
sel ini untuk menghasilkan keadaan yang sangat asam.
14
yang dihasilkan berperan sebagai stimuli sekresi produk protein, dan
sekresi asetilkolin. Sel D berperan sebagai stimuli asam (Sherwood,
2010).
15
gradien konsentrasi HCO3-, antiporter Cl-- HCO3- di membran basolateral
memindahkan HCO3- menuruni gradien konsentrasinya ke dalam plasma
dan secara bersamaan memindahkan Cl- ke dalam sel parietal melawan
gradien konsentrasinya. Sekresi klorida tuntas ketika Cl- yang masuk dari
plasma berdifusi keluar sel menuruni gradien elektrokimiawinya melalui
saluran Cl- di membran luminal menuju lumen lambung (Sherwood,2014).
16
yang optimal untuk aktivitas pepsin.
2. Membantu penguraian serat otot dan jaringan ikat,
sehingga partikel makanan berukuran besar dapat
dipecah-pecah menjadi partikel-partikel kecil.
3. Menyebabkan denaturasi protein, yaitu menguraikan
protein dari bentuk akhirnya yang sangat berlipat
sehingga ikatan peptida lebih terpajan ke enzim
4. Bersama lisozim liur, HCl mematikan sebagian besar
mikroorganisme yang tertelan bersama makanan,
meskipun sebagian tetap lolos dan terus tumbuh dan
bermultiplikasi di usus besar (Sherwood,2010).
17
Mukus tersebut terdiri dari air (95%) dan pencampuran dari lemak
dan glikoprotein (mucin). Fungsi gel mukus adalah sebagai lapisan
yang tidak dapat dilewati air dan menghalangi difusi ion dan
molekul seperti pepsin. Bikarbonat, dikeluarkan sebagai regulasi
di bagian sel epitel dari mukosa lambung dan membentuk gradien
derajat keasaman (pH) yang berkisar dari 1 sampai 2 pada lapisan
lumen dan mencapai 6 sampai 7 di sepanjang lapisan epitel sel
(Kasper, Hauser, Longo, Braunwald, Fauci, & Jameson Epitelium,
2008, p. 287).
Lapisan sel epitel berperan sebagai pertahanan lini selanjutnya
melalui beberapa faktor, termasuk produksi mukus, tranpoter sel
epitel ionik yang mengatur pH intraselular dan produksi bikarbonat
dan taut erat intraselular. Jika sawar preepitel dirusak, sel epitel
gaster yang melapisi sisi yang rusak dapat bermigrasi untuk
mengembalikan daerah yang telah dirusak restitution). Proses
ini terjadi dimana pembelahan sel secara independen dan
membutuhkan aliran darah yang tidak terganggu dan suatu pH
alkaline di lingkungan sekitarnya. Beberapa faktor pertumbuhan
(growth factor) termasuk epidermal growth factor ( EGF),
transforming growth factor (TGF)α dan basic fibroblast growth
factor (FGF), memodulasi proses pemulihan. Kerusakan sel yang
lebih besar yang tidak secara efektif diperbaiki oleh proses
perbaikan (restitution), tetapi membutuhkan proliferasi sel.
Regenerasi sel epitel diregulasi oleh prostaglandin dan (faktor
pertumbuhan (growth factor) seperti EGF dan TGF α. Bersamaan
dengan pembaharuan dari sel epitel, pembentukan pembuluh
darah baru (angiogenesis) juga terjadi pada kerusakan
mikrovaskular. Kedua faktor yaitu FGF dan VEGF penting untuk
18
meregulasi angiogenesis di mukosa lambung
Sistem mikrovaskular yang luas pada lapisan submukosa
lambung adalah komponen utama dari pertahanan subepitel, yang
menyediakan HCO3¯, yang menetralisir asam yang dikeluarkan oleh
sel parietal. Lebih lagi, sistem mikrosirkulasi menyediakan suplai
mikronutrien dan oksigen dan membuang metabolit toksik (Kasper,
Hauser, Longo, Braunwald, Fauci, & Jameson Epitelium, 2008, p.
287).
Prostaglandin memainkan peran yang penting dalam hal
pertahanan mukosa lambung. Mukosa lambung mengandung
banyak jumlah prostaglandin yang meregulasikan pengeluaran dari
mukosa bikarbonat dan mukus, menghambat sekresi sel parietal, dan
sangat penting dalam mengatur aliran darah dan perbaikan dari sel
epitel (Kasper, Hauser, Longo, Braunwald, Fauci, & Jameson
Epitelium,2008,p.287)
19
Setiap perubahan pada mekanisme sawar dapat membawa
kepada keadaan asidosis sel, nekrosis, dan pembentukan ulserasi.
Perubahan ini dapat terjadi sebagai hasil dari inflamasi (proteolisis
mukus), pemaparan terhadap OAINS atau kerusakan akibat iskemia
(penurunan aliran darah submukosa) (Schmitz & Martin, 2008).
20
inner oblique, (2) middle circular, (3) outer longitudinal. Pada
muskularis propia terdapat pleksus myenterik (auerbach) (Schmitz
& Martin, 2008). Lapisan oblik terbatas pada bagian badan (body)
dari lambung (Tortora & Derrickson, 2009).
4. Lapisan serosa adalah lapisan yang tersusun atas epitel selapis
skuamos (mesotelium) dan jaringan ikat areolar (Tortora &
Derrickson, 2009). Lapisan serosa adalah lapisan paling luar dan
merupakan agian dari viseral peritoneum (Schmitz & Martin,
2008).
21
adalah gastritis superfisial akut dan gastritis atrofik kronis
(Prince&Wilson,2005).
A. Gastritis Superfisialis Akut
Gastritis jenis ini biasanya bersifat jinak yang merupakan
respons dari mukosa lambung terhadap berbagai iritan lokal.
Endotoksin bakteri, kafein, alkohol, dan aspirin merupakan agen
pencetus yang lazim. Infeksi H.pylori lebih sering dianggap
sebagai penyebab gastritis akut (Prince&Wilson,2005).
Manifestasi klinis gastritis akut dapat bervariasi dari keluhan
abdomen yang tidak jelas, seperti anoreksia, bersendawa, atau
mual, sampai gejala lebih berat seperti nyeri epigastrium, muntah,
perdarahan, dan hematemesis (Prince&Wilson,2005).
Gastritis superfisial akut biasanya mereda bila agen
penyebabnya dihilangkan, obat anti muntah dapat membantu
menghilangkan mual dan muntah. Bila penderita tetap muntah
maka perlu koreksi keseimbangan cairan dan elektrolit dengan
memberikan infus intravena. Penggunaan obat penghambat H2,
antasid, dan sukralfat dapat mempercepat penyembuhan
(Prince&Wilson,2005).
B. Gastritis Atrofik Kronis
22
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
3.2 TempatPelaksanaan
23
Metode pelaksanaan dilakukan dengan wawancara berdasarkan checklist
secara langsung pada pasien Gangguan Gastrointestinal.
24
DAFTAR PUSTAKA
Fauci AS, Braunwald, Kasper DL, Hauser SL, Longo DL, Jameson LJ dkk, 2008.
Peptic ulcer disease. Harrison’s Principle of Internal Medicine. 17th.Mc Graw-
Hills.
Paul G. Schmitz, Kevin J. Martin,. 2008. Internal Medicine Just The Facts, The
McGraw-Hill Companies
Sherwood, Lauralee. 2010. Fisiologi Manusia dari Sel ke Sistem. Jakarta: EGC.
Tortora, G.J., Derrickson, B. 2009. Priciples Of Anatomy and Physiology. 12th ed.
USA: John Wiley&Sons, Inc.
25
26