Anda di halaman 1dari 2

TIGA SAHABAT HEBAT

Karya: Aprilia Diah Ayu Kusumaningrum*)

Sang surya mulai menampakkan wajahnya. Perlahan merayap ke tepian langit.


Kemilau cahaya menerangi langit, embun membasahi dedaunan, ayam jantan mulai
bersahutan menyapa pagi ini. Seolah menyapa Atifa.
Atifa tinggal di Desa Maringgai, ayahnya bernama pak Joko bekerja sebagai petani,
sementara ibunya, Bu Sri sehari-harinya berdagang sayuran di pasar. Seringkali Atifa
membantu ibunya berjualan. Mereka adalah keluarga yang sederhana namun penuh
kebahagiaan.
Atifa sudah ditunggu oleh teman-temannya, Sheril dan Arya. Mereka menamakan
diri sebagai Tiga Serangkai.
“Atifa berangkat dulu. Assalamualaikum!” Atifa berpamitan
“waalaikum salam, hati-hati di jalan!” jawab ibu Atifa.
***
Tepat pukul 07.00, ketiganya pun bersegera masuk ke dalam kelas. Hari ini Pak
Doni guru matematika mereka mengadakan ulangan, ulangan mendadak! Hampir
semuanya kebingungan. Tapi Atifa, Sheril, dan Doni tampak tenang, karena tanpa ulangan
pun mereka selalu belajar dengan sungguh-sungguh di rumah. Semua soal dapat mereka
selesaikan dengan mudah.
Teng...teng.... bel pertanda istirahat. Ketegangan di kelas Pak Doni pun perlahan mencair.
Ketiganya keluar paling dulu dan menuju ke taman di depan kelas mereka. Mereka tampak
membahas sesuatu dengan serius.
“kalian tahu, Pak Somad kemarin kehilangan isi sebuah amplop!” Arya membuka
percakapan
“iya, aku juga mendengarnya” Sheril menanggapi
“Memang amplop itu berisi apa, Arya?” selidik Atifa
“Isinya uang, banyak lagi” jelas Arya
“wah, kita harus selidiki kasus ini!” sahut Atifa penuh semangat
“iya..., kapan kita mulai?” sambut Arya.
“nanti pulang sekolah kita berkumpul, tapi di rumah Sheril saja biar enak lebih tenang.
Boleh kan Ril?” ajak Atifa
“iya, boleh di rumahku saja” timpal Sheril
Tanda bel masuk berbunyi, waktu istirahat pun usai. Semua siswa kembali masuk
kelas dan diskusi tiga serangkai pun berakhir, “untuk sementara!” batin mereka.
***
Sepulang dari sekolah, terlebih dahulu mereka pulang ke rumahnya masing-masing
untuk salat, makan siang, dan membantu ibu mereka masing-masing sebentar. Setelah
aktivitas rutin tersebut selesai, sesuai rencana mereka pun berkumpul di rumah Sheril.
Strategi pun mulai disusun.
Ketiganya setuju kalau yang akan mereka interogasi adalah Mang Mang Kasim
sopirnya Pak Somad, sementara Bi salsa pembantunya, dan Mang Juki tukang kebun.
Sheril bertemu Mang Kosim, Atifa menyelidik keterangan Mang Juki, sementara Atifa
bertemu dengan Bi Salsa.
Setelah meminta ijin pada Pak Somad, setengah jam kemudian....,
“Sheril, bagaimana hasil penyelidikanmu?” tanya Arya.
“Mang Kasim bilang, beliau memang melihat amplop terjatuh dan letakkan di atas meja,
selepas itu Mang Kasim pergi mengantar Bu Somad” , Jelas Sheril.
“oh...!” Arya sambil berpikir,”lalu, bagaimana dengan kamu, Atifa?” lanjut Arya.
“Nah, kata Mang Juki, beliau memang melihat amplop di atas meja dan tanpa sengaja
tersenggol dan jatuh. Akhirnya, Mang Juki menyelipkan amplop itu di dalam buku telpon
antara halaman 215 dan 216” jelas Atifa.”lalu kamu sendiri bagaimana , Arya?’ lanjut
Atifa.
“Bi Salsa yang sedang bersih-bersih mendengar bunyi telpon, terburu-buru beliau angkat
telpon, tak sengaja buku telpon jatuh dan amplopnya tercecer, Bi Salsa meletakkan
kembali amplop dalam buku. Tapi, kata beliau amplopnya sudah kosong” jelas Arya.
“Nah, jelas... yang mengambil uang pasti Mang Juki” seru Sheril.
“eitsss... jangan buru-buru menuduh, betul kemungkinan besar Mang Juki, tapi kita lihat
dulu bukti-buktinya”cegah Atifa.
***
Selang beberapa saat, Tiga serangkai itu menemui Pak Somad.
“Pak Somad, kami telah menemukan orang yang mengambil uang bapak” ungkap Arya.
“Siapa?” Pak Somad tampak penasaran.
“Mang Juki!” jawab Atifa.
Panjang lebar kemudian Arya menjelaskan pengakuan ketiga pembantu Pak Somad.
Hingga di satu kesimpulan bahwa Mang Juki berbohong, karena tidak ada sela antara
halaman 215 -216 pada buku telpon, kedua halaman itu ada dalam satu lembar.
Akhirnya, Mang Juki meminta maaf pada Pak Somad, karena mengambil uang itu
untuk membayar keperluan sekolah anaknya. Dengan besar hati, Pak Somad memaafkan
Mang Juki sambil menasihati, karena bagaimana pun mencuri dan berdusta adalah
perbuatan yang tercela.
Penyelidikan hari itu usai dengan baik dan cepat, sehingga mereka dapat kembali
ke rumahnya masing-masing tanpa terlambat. Bagaimana pun kerja sama, keuletan,
kejujuran, dan niat tanpa pamrih membuat usaha hari itu tidak sia-sia.
Ya...bangsa dan negara ini betul-betul butuh generasi yang berkepribadian luhur.

Anda mungkin juga menyukai