Semangat mencipta yang dilandasi nilai-nialai kebaruan, keaslian, kekhasan dan
keontentikan itulah yang sesungguhnya mendorong, terciptanya seni avant garde, karya gardu depan, karya gardu depan, karya pionir yang acap lebih maju dari zaman ketika karya itu diciptakan. Sangat mungkin seni avent garde ini lahir lantaran kegelisahan, rasa sumpek dan kejenuhan menghadapi situasi dunia penciptaan yang hanya berputar-putar pada satu kubangan. Dibutuhkan langit penciptaan yang lebih luas, dengan udaranya yang lebih segar. Tak mau mereka terjebak oleh keklisean dan terhenti oleh stagmasi. Pada setiap era dalam sastra Indonesia selalu muncul sastra avent garde, baik berbentuk prosa maupun puisi. Sajak zaman Balai Pustaka hingga periode 2000, senantiasi bermunculan pengarang dan penyair yang membawa nafas kebaruan, dengan karya-karya mereka yang berkarakter, jiwa dan coraknya berbeda dengan karya terdahulu. Mereka disebut sebagai penyair dan pengarang avent garde karena telah menulis karya-karya avent garde. Hal ini bukan berarti bahwa semua karya mereka avent garde. Terkadang mereka pun menciptakan karya-karya berkualtias biasa, di bawah karya terdahulu mereka yang bersifat monumental(masterpiece). Karya-karya avant garde pada suatu era, biasanya merupakan karya monumental sang pengarang. Contoh :” Salah Asuhan” karya Abdul Muis, “ Belenggu” karya Armijn Pane, “ Layar Terkembang “ karya STA, “ Atheis “ karya Achdiat Kartamihardja,” Jalan Tak ada Ujung” karya Mochtar Lubis, “Robohnya Surai kami “karya A.A Navis, “ Langit makin mendung “karya Ki panji Kusnin, “ Merahnya Merah “ karya Iwan Simatupang, “ Burung-burung manyar “ karya Y.B Mangunwijaya, “ Bumi Manusia “ karya Pramudya, “ Godlob “ karya Danarta, “ Olenka “ karya Budi Darma. Apakah novel dan cerpen- cerpen tersebut merupakan karya terbaik zamannya ? belum tentu ! Sebab, kriteria yang digunakan untu menentukan ini karya avent garde dan ini karya terbaik, berbeda. Sebuah novel yang pada masa tertentu, Masa Pujangga Baru misalnya, dikategorikan sebagai novel avent garde, tidaklah merupakan novel avent garde, jika yang setara kualitasnya dengannya atau novel itu sendiri, dicipta pada dekade 70-an, apalagi kini. Hal ini terjadi karena kriteria avent garde yang kita terapkan pada masa Pujangga Baru, berbeda dengan pada masa Orde baru. Sebab, suatu karya yang dianggap inkonvensional, inovatif dan unik suatu zaman, sangat mungkin tidak lagi onkonvensional, baru dan khas ketika di terapkan pada zaman lain ? Contoh : “ Salah Asuhan” dan “ Belenggu “ merupakan novel-novel avant garde era Balai Pustaka dan Pujangga baru. Namum kalau kini Mayon Sutrisno dan Suwarna Pragolapati menulis novel perjuangan yang mengkritik kultur dan sistem pendidikan kolonial belanda beserta akibat-akibat buruknya, kalau pada zaman ini Motengga dan Mira W. menulis novel tentang skandal dokter dengan pasiennya atau yang sejenis itu, termasuk novel-novel avant gardenkah karya mereka? Sastra avant garde dimaksudkan sebagai karaya yang menampilkan hal-hal yang penuh nilai kreativitas, di dalamnya terdapat kejutan, kebaruan, keistimewaan, ketidakseragaman, kenunikan, dibandingkan dengan karya-karya lain yang sezaman dan mendahuluinya. Sangat mungkin, ia merupakan karya yang menentang arus, merupakan ekspresi personal yang yang terseleksi dari sifat-sifat umum. Ia juga memperoleh citra yang berbeda dengan citra karya lain pada umumnya. Citra itu bisa negatif ketika karya itu diterbitkan pertama kali, namum kemudian berubah positif pada zaman lain. Dulu Salah Asuhan Abdul Muis, Belenggu Armin Pane, sebagian besar sajak Chairil Anwar, dianggap sebagai karya-karya yang terlalu berani, lair, tidak etis. Penilaian orang-orang sekarang terhadap karya sastrawan tempo dulu itu, merupakan kebalikan dari yang dahulu.