Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH

PROSEDUR PEMBERIAN MEDIKASI SUPPOSITORIA

DISUSUN OLEH :

1. HIKMAH NURUL ASLAMIAH


2. HUSNUL CHATIMAH
3. IIN HUSNIA DEPI
4. JINAN ESTIDA HAYATI UMAJAN

YAYASAN RUMAH SAKIT ISLAM NUSA TENGGARA BARAT

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN YARSI MATARAM

PRODI KEPERAWATAN JENJANG S1

MATARAM

2019

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT karena atas berkat rahmat dan hidayah-
Nyalah sehingga tugas ini dapat diselesaikan tanpa suatu halangan yang amat
berarti. Tanpa pertolongannya mungkin penyusun tidak akan sanggup
menyelesaikan tugas makalah ini dengan baik.
Tugas ini disusun agar pembaca dapat memperluas ilmu tentang “penulisan
buku saku”, yang disajikan berdasarkan referensi dari berbagai sumber.
Penyusun mengucapkan terima kasih kepada dosen mata kuliah Keperawatan
Dasar yang telah membimbing dan memberikan kesempatan kepada kami
sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini.
Kami menyadari bahwa makalah ini jauh dari kata sempurna, untuk itu kami
sangat mengharapkan kritik dan saran, baik dari dosen pembimbing maupun
teman-teman atau pembaca agar makalah ini dapat lebih sempurna. Semoga
makalah ini dapat memberikan wawasan dan pengetahuan yang luas kepada
pembaca, dan semoga dengan adanya tugas ini Allah SWT senantiasa
meridhainya dan akhirnya membawa hikmah untuk semuanya.
Sekian dan terimakasih.

Mataram, Maret 2019

penyusun

Kelompok 4

2
DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL..................................................................................... i
KATA PENGANTAR....................................................................................... ii
DAFTAR ISI..................................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN................................................................................. 1
1.1 LatarBelakang....................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah................................................................................. 1
1.3 Tujuan masalah..................................................................................... 1
BAB II PEMBAHASAN.................................................................................. 2
2.1 Pengertian Obat Tradisional................................................................. 2
2.2 Penggunaan Obat Tradisional............................................................... 2
2.3 Kebijakan Obat Tradisional.................................................................. 2
2.4 Macam-macam Tanaman Obat Tradisional.......................................... 3
BAB III PENUTUP.......................................................................................... 13
3.1 Kesimpulan............................................................................................ 13
DAFTAR PUSTAKA

3
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

1.2 Tujuan Umum


1.3 Tujuan Khusus
1.4 Rumusan Masalah
1.5 JGF

1
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pemberian
Supositoria adalah suatu bentuk sediaan padat yang pemakaiannya dengan
cara memasukkan melalui lubang atau celah pada tubuh, dimana ia akan
melebur, melunak atau melarut dan memberikan efek lokal atau sistemik.
supositoria umumnya dimaksukkan melalui rektum, vagina, kadang kadang
melalui saluran urin dan jarang melalui telinga dan hidung. bentuk dan
beratnya berbeda-beda. bentuk dan ukuranya harus sedemikian rupa sehingga
dapat dengan mudah dimasukan dalam lubang atau celah yang diinginkan
tampa menimbulkan kejanggalan dan penggelembungan begitu masuk, harus
dapat bertahan untuk suatu waktu tertentu. supo sitoria untuk rektum
umumnya di masukan dengan jari tangan tetapi utuk vagina khusnusnya
vagina insert atau tablet vagina yang diolah dengan cara kompresi dapat
dimasukan lebih jauh kedalam saluran vagina dengan bantuan alat khusus.
Di kalangan umum biasanya supositoria rektum panjangnya kurang lebih
32mm(1,5 inci), berbentuk silinder berbentuk tajam. beberapa sipositoria
untuk rektum diantaranya ada yang berbentuk seperti peluru, torpedu, atau
jari-jari kecil, tergantung kepada bobot dan basis yang digunakan, beratnyapun
berbeda-beda.USP menetapkan beratnya 2gr, untuk orang dewasa bila olium
cacao yang digunakan sebagai basis. sedang supositoria untuk bayi dan anak-
anak, ukuran dan beratanya ½ dari ukuran berat untuk orang dewasa,
bentuknya kira-kira seperti pensil. supositorial untuk vagina yang juga disebut
pessarium biasanya berbentuk bola lonjong atau seperti kerucut, sesuai dengan
opendik resmi beratnya 5gr, apa bila basisnya olium cacao. sekali lagi
tergantung pada macam basis dan masing-masing pabrik pembuatanya, berat
supositoria untuk vagina ini berbeda-beda. supositoria untuk seluruh urin
yang juga disebut bougie bentuknya ramping seperti pensil, gunanya untuk
dimasukan kedalam sekuruh urin pria dan wanita. supositoria saluran urin pria
bergaris tengah 3-6mm dengan pang kurang lebih 140mm, walaupun ukururan
ini masih bervariasi satu dengan lainya. apa bila basisnya dari olium cacao
maka beratnya kurang lebih 4gr. supositoria untuk saluran urin wanita

2
panjang dan beratnya ½ dari ukuran untuk pria, panjang kurang lebih 70mm
dan beratnya 2gr., ini pun bila olium cacao sebagai basisnya. supositoria untuk
hidung dan untuk telinga dan disebut juga kerucut telinga, keduanya
berbentuk sama dengan supositoria saluran urin hanya ukuran panjangnya
lebih kecil, biasanya 32mm. supositoria telinga umuunya di olah dengan suatu
basis glatin yang mengandung gliserin. seperti dinyatakan sebelumnya,
supositoria untuk obat hidung dan telinga sekarang jarang digunakan.
2.2 Macam-macam rute pemberian supositoria
1. supo sitoria rektum
jalur pemberian melalui rektum khususnya digunakan dalam keadaan di
mana pasien tidak bersedia atau tidak mampu diberi obat secara oral.
supositiria juga dimaksudkan untuk mendapatkan efek lokal mengenaiefek
rektum. supositoria untuk anestetika lokal (gatal pada anus) , umumnya
digunakan untuk menghilangkan pruritus ani dari berbagai penyebab dan
rasa sakit kadang –kadang berhubngan dengan hemoroid. banyak
supositoria hemotoid dalam perdagangan mengandung beberapa macam
bahan obat termasuk astirengen, pelindung anastetika, pelincir dan lain-
lainya dengan maksud untuk menghilangkan keadaan rasa tidak enak.
supositoria kataritika merupakan bahan yang bila kontak dengan mukosa
kolon akan langsung bekerja dengan menghasilkan pristalsis normal.
2. supositoria vagina
dalam membasmi infeksi vagina, biasanya organisme yang patogen
meliputi trikomonas vaginalis, candida (monilia) albicans atau jenis lain
dan hemopilus vaginalis. Di antara zat antiinfeksi dalam perdagangan di
dapat sediaan untuk vagina yaitu: kandidisin dan infuroksin(anti fungsin),
9-aminokridin, nitrofurazon dan sulfanilamin (anti bakteri) dan
furazolidon serta metrornidazol ( anti trikomonas) . zat estrogonik seperti
di entrol terdapat dalam kesediaan untuk vagina untuk memperbaiki
mukosa vagina kekeadaan normal.
3. supositoria saluran urin
pada saat sekarang ini supositoria saluran urin yang resmi tidak ada, tapi
kenyataan dalam jumlah yang kecil sekarang ini digunakan bentuk sediaan
lain yang digunakan pada rektum,vagia dan saluran urin yaitu
a. tablet dan kapsul, tablet vagina pemakaiannya sekarang ini lebih luas
dari pada supositoria vagina.tablet lebih mudah di produksi, lebih

3
stabil dan jika dipegang pada waktu penggunaan tidak kotor di
tangan . tablet vagina sering di sebut sebagai vagina insret, umunya
berbentuk bulat telur dan pada kemasanya disertai plastik untuk
memasukan, suatu alata untuk memudahakan menempatkan tablet
dalam vagina. beberapa vagina insert adalah kapsul glatin yang berisi
obat supaya dilepaskan dilam vagina. kapsul dapat juga digunakan
melalui rektum, terutama pada kesehatan anak, untuk memberikan obat
pada anak yang tidak bersedia atau tidak mampu menerima
obatbsecara oral. supaya memasukanya dalam rektum menyenangkan,
kapsul lebih dahulu di basahi dengan air sediikit. obat di absorbsi dari
rektum, tapi sering tidak dapat diramalkan kecepatan dan jumlahnya
yang berfariasi sepeti yang telah yang di sebutkan terdahulu. obat yang
tidak dapat melarut dengan cepat dan yang mengiritasi membran
mukosanharus dipakai secara langsung untuk kontrak dengan
membran.
b. salep,krim dasn busa aerosol, salep rektum dan vagina serta krim
vagina digunakan untuk menyembuhkan keadaan secaralokal seperti
pruritus ani dan untuk mengurangi rasa sakit dan tidak enak
sehubung dengan hemoroit. obat yang terkandung umumnya sama
dengan apa yang telah di bahas dalam supositoria rektum, termasuk
lokal anastetik , analgetik, protektif dan zat anti implamasi. salep dan
kirim vagina biasanya mengandung bahan bahan anti infeksi, zat
golongan hormon estrogenik dan bahan bahan bahan kontrasepsi. anti
infeksi dan obat golongan hormon digunakan sama seperti yang
dibahas terdahulu dalam supositoria vagina.
c. jeli dan Gel, jeli adalah golongan Gel dimana susunan matriksnya
saling melengket mengandung cairan dalam proporsi yang tinggi
biasanya air. jeli untuk sediaan farmasi umunya dibuat dengan
penambahan bahan –bahan pengental seperti tragakan atau karabon
simetil selulosa pada larutan berair dari suatu bahn obat. hasil akhir
biasanya jernih dan dengan konsistensi setang padat yang rata. di kenal
tiga jeli yang resmi, jeli lidokain hidroklorida, USP, jeli siklometikain
sulfat, USP dan jeli pramoksi hidroklorida , USP , masing-masing

4
merukapakn anastatik lokal. jeli lidokain hidroklorida dan
siklomitikain sulfat biasanya digunakan untuk pencegahan dan
mengendalikan rasa sakit pada pelaksanaan pemeriksaan termasuk
uretrapria dan wanita dalam pengobatan secara topikal dan rasa sakit
uretritis. jeli pramoksin hidroklorida paling banyak tedapat untuk
pemakaian menghilangkan rasa sakit pada rektum dan untuk
pemakaian topikal pada gatal- gatal dan kiritasi kulit. jel.ik mudah
terkontaminasi bakteri dan memungkinkan perubahannya, maka
kebanyakan di awetkan dengan pengawet anti mikroba. tube dari jeli
harus tertutuprapat bila tidak digunakan, karena cenderung kehilangan
air ke udara dan akan menghilang.
d. sepon kontrasepsi, sepon kontrasepsi vagina( sekarangVLI Crop) telah
dapat melewati pengujian obat-obat baru FDA. untuk keamana dan
kemanfaatan dalam tahun 1983 dan di edaekan ke pasar sebagai obat
bebas. sepon konta sepsi dibuat dalam bentuk bulat dan cembung ,
dirancang supaya tepat, nyaman di pakai di dalam luar vagina. selama
pembuatan kurang lebih 1gr dari spermisida nonoksinol -9 di campur
kedalam strukturnya. spermisida dinaktifkan ketika spon di basahi
dengan dan disisikan kedalam vagina.spon dirancang untuk
memberikan proteksi srbagain kontraksepsi selama periode 24 jam.
spon di rancang untuk tetap tinggal di tempatnya paking tidak 6 jam
setelah bersenggama.
e. serbuk, digunakan untuk membuat larutan untuk disemprotkan pada
vagina, yaitu untuk membasahi guna membersihkan vagina. serbuk itu
sendiri dapat disediakan dan dikemas dalam kemasan besar atau
sebagai kemasan kecil dalam unit.kemasan satu unit dirancang guna
mengadung sejumlah serbu yang cocok untuk membuat voleme yang
di rencanakan dalam larutan semprotan. serbuk dari kemasan besar
jumlah penggunaannya memakai takaran sendok teh atau sendok
makan didalam pembuatan larutan yang diinginkan. pemakaiannya
dengan mudah menambahkan sejumlah bubuk yang telah ditentukan
dalam resep, juga menambahkan air hangat ke dalam suatu volume

5
tertentu dan mengaduknya hingga larut. komposisi dari serbuk untuk
disemprotkan di antaranya adalah:
a. Asam borat atau natrium borat.
b. Astringen seperti kalium alum (tawas), amonium alum, zink sulfat.
c. Antimikroba seperti oksiquinolin sulfat, povidon-iodium
d. Kompleks amonium kuartener seperti benzetonium klorida.
e. Detergen seperti natrium lauril sulfat.
f. Oksidator seperti natrium perborat.
g. Garam-garam sseperti natrium siitrat, natrium klorida.
h. Aromatika seperti mentol, timol, eukaliptol, metil salisilat, fenol.
Serbuk untuk di semprotkan umumnya digunakan untuk efek
kebersihan. sedikit serbuk untuk disemprotkan mengandung zat
antiinfeksi untuk pengobatan yang spesifik seperti yang disebabkan.
f. Larutan, larutan untuk disemprotkan pada vagina (vaginal douches)-
dapat dibuat dari serbuk seperti

2.3 kj
2.4

6
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan
3.2 DHGFJSDJ
3.3 DBJKJ

7
DAFTAR PUSTAKA

8
9

Anda mungkin juga menyukai