Anda di halaman 1dari 5

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Anak usia di bawah lima tahun adalah bagian dari pelayanan kesehatan
yang sangat penting. Usia tersebut adalah landasan yang akan membentuk masa
depan kesehatan, kebahagiaan, pertumbuhan, perkembangan, dan hasil
pembelajaran anak di sekolah, keluarga, masyarakat, dan kehidupan secara umum.
(Profil Kesehatan Indonesia, 2013)
Menurut UNICEF pada tahun 2014, ada lebih dari 85 juta orang anak di
Indonesia. Dimana 37% dari anak-anak balita tersebut menderita gizi buruk dalam
bentuk gangguan pertumbuhan dan perkembangan (stunting) yang mengakibatkan
anak tersebut mengalami hambatan belajar di sekolah, berpenghasilan lebih
rendah ketika dewasa dan cenderung mewariskan siklus kemiskinan antar
generasi. Sedangkan pada tahun 2015, didapati angka kejadian keterhambatan
pertumbuhan dan perkembangan mengalami penurunan hingga 5% yang meliputi
semua anak di bawah tiga tahun dan 10% meliputi anak-anak miskin di beberapa
kabupaten.
Berdasarkan Profil Kesehatan Indonesia pada tahun 2015, ada 19.270.715
orang balita di Indonesia. Balita-balita tersebut juga termasuk ke dalam data
penduduk sasaran program pembangunan kesehatan. Data tersebut termasuk ke
dalam cakupan penimbangan balita dimana pada tahun 2010 hingga 2014
cenderung meningkat sedangkan pada tahun 2015 terjadi penurunan dari 80,8%
menjadi 73,0% termasuk di dalamnya 26.518 balita mengalami gizi buruk.
Berdasarkan laporan Departemen Kesehatan Republik Indonesia di
Indonesia sendiri balita yang mengalami gangguan tumbuh kembang berkisar
45,7% anak mengalami gangguan tumbuh kembang. (Depkes RI, 2010 dalam
Saeful) Gangguan perkembangan tersebut seperti gangguan perkembangan
motorik halus dan kasar, gangguan pendengaran, kecerdasan yang kurang serta
keterlambatan bicara. Sedangkan menurut Dinas Kesehatan sekitar 85.779 anak

1
2

atau berkisar 62,02% anak usia prasekolah mengalami gangguan perkembangan.


(Widiaati, 2012 dalam Saeful)
Tingkat kemiskinan di Indonesia pada tahun 2016 mengalami kenaikan.
Dimana tingkat kemiskinan di perdesaan memiliki tingkat yang lebih tinggi di
bandingkan di perkotaan. Kemiskinan dan status sosial ekonomi keluarga atau
orang tua adalah salah satu faktor yang mempengaruhi tumbuh kembang balita. Di
Indonesia data mengenai gangguan tumbuh kembang itu sendiri secara data
nasional belum ada namun hanya berupa data survei. (Badan Pusat Statistik
Indonesia, 2016)
Di Sumatera Utara, dari tahun 2010 hingga 2016 jumlah penduduk miskin
mengalami kenaikan dan penurunan atau tidak stabil. Sedangkan perbandingan
antara penduduk miskin pada tahun 2015 dengan 2016 jumlah penduduk miskin di
Sumatera Utara menurun dari 150.810 menjadi 145.590. Dimana persentase untuk
jumlah tersebut penduduk yang berada di perdesaan mengalami persentase
penduduk miskin lebih tinggi dibandingkan dengan penduduk miskin yang berada
di perkotaan. Apabila dilihat dari jumlah penduduk miskin per kabupaten atau
kota. (Badan Pusat Statistik Sumatera Utara, 2016)
Dari pernyataan-pernyataan di atas dapat diketahui pertumbuhan dan
perkembangan balita yang berusia antara 12 sampai 59 bulan harus sangat
diperhatikan dan dijaga agar dapat tumbuh dan berkembang seoptimal mungkin.
Jika tidak diperhatikan maka sejak dini maka akan terjadi gangguan pertumbuhan
dan perkembangan yang akan berdampak pada kualitas anak tersebut di masa
yang akan datang dan berpengaruh juga pada kualitas sumber daya manusia.
Menurut penelitian Mughniyanti Zuhri yang berjudul Pengaruh Tingkat
Pendidikan Orangtua dan Pendapatan Keluarga Terhadap Risiko Gangguan
Perkembangan Anak dengan Metode PEDS di TK dan PAUD Gampong Banda
Safa Kabupaten Aceh Besar pada Tahun 2015 didapatkan kesimpulan bahwa
tingkat pendidikan orangtua dan tingkat pendapatan keluarga memiliki pengaruh
yang bermakna terhadap risiko gangguan perkembangan anak dimana pada
penelitian tersebut peneliti memiliki responden 80 orang dengan hasil 60 anak
(75%) memiliki risiko memiliki gangguan perkembangan.
3

Berdasarkan uraian di atas maka peneliti tertarik untuk melakukan


penelitian tentang Hubungan Tingkat Pengetahuan, Pendidikan dan Ekonomi
Orang Tua dengan Tumbuh Kembang Balita di TK AL-AMIN.
Dari hasil survei pendahuluan di TK AL-AMIN yang terletak di Jalan
Karya Kasih Kelurahan Pangkalan Manshur, Kecamatan Medan Johor, terdapat
250 balita yang terdiri dari 115 orang balita berjenis kelamin laki-laki dan 135
balita berjenis kelamin perempuan serta memiliki guru yang berjumlah 14 orang.
Selain itu balita-balita yang ada di TK AL-AMIN merupakan balita yang memiliki
beragam pola tumbuh kembang seperti ada balita yang memiliki Berat Badan
(BB), Tinggi Badan (TB), bahkan perkembangan-perkembangan seperti
perkembangan kognitif dan perkembangan adaptif maupun personal sosial yang
tidak sesuai dengan keadaan normal anak di usia balita prasekolah atau balita
yang berusia hingga 4 atau 5 tahun. Dimana balita-balita tersebut berasal dari
orang tua yang memiliki pengetahuan maupun pendidikan yang berbeda untuk
mengawasi pertumbuhan dan perkembangan balita-balitanya serta ekonomi yang
berbeda-beda untuk memenuhi kebutuhan balita selama proses tumbuh kembang.
Oleh karena, itu, peneliti akan meneliti balita beserta orang tua balita itu sendiri.

1.2. Rumusan Masalah


Masalah yang akan diteliti dalam penelitian ini adalah Bagaimana Tumbuh
Kembang Balita di TK AL-AMIN Kelurahan Pangkalan Mansyur Kecamatan
Medan Johor dengan Orang Tua yang memiliki perbedaan tingkat pengetahuan,
pendidikan dan ekonomi.

1.3. Tujuan Penelitian


Tujuan penelitian terdiri atas 2 bagian yaitu :
1.3.1 Tujuan Umum
Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui hubungan antara tingkat
pengetahuan, pendidikan dan ekonomi orang tua dengan tumbuh kembang balita
di TK AL-AMIN Kelurahan Pangkalan Mansyur Kecamatan Medan Johor.
4

1.3.2 Tujuan Khusus


Tujuan khusus dari penelitian ini meliputi berbagai tujuan, yaitu :
1. Mengetahui hubungan tingkat pengetahuan orang tua dengan tumbuh
kembang balita.
2. Mengetahui hubungan tingkat pendidikan orang tua dengan tumbuh
kembang balita.
3. Mengetahui hubungan tingkat ekonomi orang tua dengan tumbuh kembang
balita

1.4. Hipotesa Penelitian


Ho : Tidak terdapat hubungan antara tingkat pengetahuan, tingkat pendidikan
dan ekonomi orang tua terhadap tumbuh kembang balita.
Ha : Terdapat hubungan antara tingkat pengetahuan, tingkat pendidikan dan
ekonomi orang tua terhadap tumbuh kembang balita.

1.5. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan akan memberi manfaat :

1.5.1. Manfaat Ilmiah


Manfaat ilmiah dari penelitian ini adalah untuk memberikan informasi
tentang pengaruh tingkat pendidikan, pengetahuan dan ekonomi orang tua
terhadap tumbuh kembang balita serta menambah sumber pengetahuan tentang
faktor-faktor lain yang mempengaruhi tumbuh kembang balita yang dapat
digunakan sebagai bahan acuan untuk penelitian yang akan datang.
1.5.2. Manfaat Praktis
Manfaat praktis dari penelitian ini adalah untuk memberikan pengetahuan
kepada orang tua, pengajar, dan instansi kesehatan tentang tumbuh kembang
balita dan juga untuk menambah pengetahuan bagi sekolah dan instansi
pemerintah guna untuk melakukan pengawasan serta perbaikan terhadap risiko
gangguan tumbuh kembang balita sejak dini serta dapat dijadikan bahan acuan
5

untuk melakukan pemeriksaan lanjutan terhadap balita yang memiliki risiko


gangguan tumbuh kembang.

Anda mungkin juga menyukai