Anak usia di bawah lima tahun adalah bagian dari pelayanan kesehatan yang sangat penting. Usia tersebut adalah landasan yang akan membentuk masa depan kesehatan, kebahagiaan, pertumbuhan, perkembangan, dan hasil pembelajaran anak di sekolah, keluarga, masyarakat, dan kehidupan secara umum. (Profil Kesehatan Indonesia, 2013) Menurut UNICEF pada tahun 2014, ada lebih dari 85 juta orang anak di Indonesia. Dimana 37% dari anak-anak balita tersebut menderita gizi buruk dalam bentuk gangguan pertumbuhan dan perkembangan (stunting) yang mengakibatkan anak tersebut mengalami hambatan belajar di sekolah, berpenghasilan lebih rendah ketika dewasa dan cenderung mewariskan siklus kemiskinan antar generasi. Sedangkan pada tahun 2015, didapati angka kejadian keterhambatan pertumbuhan dan perkembangan mengalami penurunan hingga 5% yang meliputi semua anak di bawah tiga tahun dan 10% meliputi anak-anak miskin di beberapa kabupaten. Berdasarkan Profil Kesehatan Indonesia pada tahun 2015, ada 19.270.715 orang balita di Indonesia. Balita-balita tersebut juga termasuk ke dalam data penduduk sasaran program pembangunan kesehatan. Data tersebut termasuk ke dalam cakupan penimbangan balita dimana pada tahun 2010 hingga 2014 cenderung meningkat sedangkan pada tahun 2015 terjadi penurunan dari 80,8% menjadi 73,0% termasuk di dalamnya 26.518 balita mengalami gizi buruk. Berdasarkan laporan Departemen Kesehatan Republik Indonesia di Indonesia sendiri balita yang mengalami gangguan tumbuh kembang berkisar 45,7% anak mengalami gangguan tumbuh kembang. (Depkes RI, 2010 dalam Saeful) Gangguan perkembangan tersebut seperti gangguan perkembangan motorik halus dan kasar, gangguan pendengaran, kecerdasan yang kurang serta keterlambatan bicara. Sedangkan menurut Dinas Kesehatan sekitar 85.779 anak
1 2
atau berkisar 62,02% anak usia prasekolah mengalami gangguan perkembangan.
(Widiaati, 2012 dalam Saeful) Tingkat kemiskinan di Indonesia pada tahun 2016 mengalami kenaikan. Dimana tingkat kemiskinan di perdesaan memiliki tingkat yang lebih tinggi di bandingkan di perkotaan. Kemiskinan dan status sosial ekonomi keluarga atau orang tua adalah salah satu faktor yang mempengaruhi tumbuh kembang balita. Di Indonesia data mengenai gangguan tumbuh kembang itu sendiri secara data nasional belum ada namun hanya berupa data survei. (Badan Pusat Statistik Indonesia, 2016) Di Sumatera Utara, dari tahun 2010 hingga 2016 jumlah penduduk miskin mengalami kenaikan dan penurunan atau tidak stabil. Sedangkan perbandingan antara penduduk miskin pada tahun 2015 dengan 2016 jumlah penduduk miskin di Sumatera Utara menurun dari 150.810 menjadi 145.590. Dimana persentase untuk jumlah tersebut penduduk yang berada di perdesaan mengalami persentase penduduk miskin lebih tinggi dibandingkan dengan penduduk miskin yang berada di perkotaan. Apabila dilihat dari jumlah penduduk miskin per kabupaten atau kota. (Badan Pusat Statistik Sumatera Utara, 2016) Dari pernyataan-pernyataan di atas dapat diketahui pertumbuhan dan perkembangan balita yang berusia antara 12 sampai 59 bulan harus sangat diperhatikan dan dijaga agar dapat tumbuh dan berkembang seoptimal mungkin. Jika tidak diperhatikan maka sejak dini maka akan terjadi gangguan pertumbuhan dan perkembangan yang akan berdampak pada kualitas anak tersebut di masa yang akan datang dan berpengaruh juga pada kualitas sumber daya manusia. Menurut penelitian Mughniyanti Zuhri yang berjudul Pengaruh Tingkat Pendidikan Orangtua dan Pendapatan Keluarga Terhadap Risiko Gangguan Perkembangan Anak dengan Metode PEDS di TK dan PAUD Gampong Banda Safa Kabupaten Aceh Besar pada Tahun 2015 didapatkan kesimpulan bahwa tingkat pendidikan orangtua dan tingkat pendapatan keluarga memiliki pengaruh yang bermakna terhadap risiko gangguan perkembangan anak dimana pada penelitian tersebut peneliti memiliki responden 80 orang dengan hasil 60 anak (75%) memiliki risiko memiliki gangguan perkembangan. 3
Berdasarkan uraian di atas maka peneliti tertarik untuk melakukan
penelitian tentang Hubungan Tingkat Pengetahuan, Pendidikan dan Ekonomi Orang Tua dengan Tumbuh Kembang Balita di TK AL-AMIN. Dari hasil survei pendahuluan di TK AL-AMIN yang terletak di Jalan Karya Kasih Kelurahan Pangkalan Manshur, Kecamatan Medan Johor, terdapat 250 balita yang terdiri dari 115 orang balita berjenis kelamin laki-laki dan 135 balita berjenis kelamin perempuan serta memiliki guru yang berjumlah 14 orang. Selain itu balita-balita yang ada di TK AL-AMIN merupakan balita yang memiliki beragam pola tumbuh kembang seperti ada balita yang memiliki Berat Badan (BB), Tinggi Badan (TB), bahkan perkembangan-perkembangan seperti perkembangan kognitif dan perkembangan adaptif maupun personal sosial yang tidak sesuai dengan keadaan normal anak di usia balita prasekolah atau balita yang berusia hingga 4 atau 5 tahun. Dimana balita-balita tersebut berasal dari orang tua yang memiliki pengetahuan maupun pendidikan yang berbeda untuk mengawasi pertumbuhan dan perkembangan balita-balitanya serta ekonomi yang berbeda-beda untuk memenuhi kebutuhan balita selama proses tumbuh kembang. Oleh karena, itu, peneliti akan meneliti balita beserta orang tua balita itu sendiri.
1.2. Rumusan Masalah
Masalah yang akan diteliti dalam penelitian ini adalah Bagaimana Tumbuh Kembang Balita di TK AL-AMIN Kelurahan Pangkalan Mansyur Kecamatan Medan Johor dengan Orang Tua yang memiliki perbedaan tingkat pengetahuan, pendidikan dan ekonomi.
1.3. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian terdiri atas 2 bagian yaitu : 1.3.1 Tujuan Umum Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui hubungan antara tingkat pengetahuan, pendidikan dan ekonomi orang tua dengan tumbuh kembang balita di TK AL-AMIN Kelurahan Pangkalan Mansyur Kecamatan Medan Johor. 4
1.3.2 Tujuan Khusus
Tujuan khusus dari penelitian ini meliputi berbagai tujuan, yaitu : 1. Mengetahui hubungan tingkat pengetahuan orang tua dengan tumbuh kembang balita. 2. Mengetahui hubungan tingkat pendidikan orang tua dengan tumbuh kembang balita. 3. Mengetahui hubungan tingkat ekonomi orang tua dengan tumbuh kembang balita
1.4. Hipotesa Penelitian
Ho : Tidak terdapat hubungan antara tingkat pengetahuan, tingkat pendidikan dan ekonomi orang tua terhadap tumbuh kembang balita. Ha : Terdapat hubungan antara tingkat pengetahuan, tingkat pendidikan dan ekonomi orang tua terhadap tumbuh kembang balita.
1.5. Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan akan memberi manfaat :
1.5.1. Manfaat Ilmiah
Manfaat ilmiah dari penelitian ini adalah untuk memberikan informasi tentang pengaruh tingkat pendidikan, pengetahuan dan ekonomi orang tua terhadap tumbuh kembang balita serta menambah sumber pengetahuan tentang faktor-faktor lain yang mempengaruhi tumbuh kembang balita yang dapat digunakan sebagai bahan acuan untuk penelitian yang akan datang. 1.5.2. Manfaat Praktis Manfaat praktis dari penelitian ini adalah untuk memberikan pengetahuan kepada orang tua, pengajar, dan instansi kesehatan tentang tumbuh kembang balita dan juga untuk menambah pengetahuan bagi sekolah dan instansi pemerintah guna untuk melakukan pengawasan serta perbaikan terhadap risiko gangguan tumbuh kembang balita sejak dini serta dapat dijadikan bahan acuan 5
untuk melakukan pemeriksaan lanjutan terhadap balita yang memiliki risiko