Anda di halaman 1dari 12

Hemoroid Interna Derajat Tiga yang Merupakan Penyakit Daerah Anus

Luminto

102016073

Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana

Jl. Arjuna Utara No.6 Kebon Jeruk-Jakarta Barat 11510

No. Telp (021) 5694-2061

Email address: luminto.2016fk073@civitas.ukrida.ac.id

Abstrak

Hemoroid merupakan pelebaran dan inflamasi pembuluh darah vena di daerah anus yang berasal
dari plexus hemorrhoidalis. Hemoroid memiliki sinonim piles, ambeien, wasir atau southern pole disease
dalam istilah di masyarakat umum. Hemoroid dapat diklasifikasikan atas hemoroid eksterna dan
hemoroid interna. Hemoroid interna dibagi lagi menjadi beberapa derajat berdasarkan gambaran
klinisnya. Hemoroid timbul karena dilatasi, pembengkakan atau inflamasi vena hemorrhoidalis yang
disebabkan oleh faktor-faktor risiko/pencetus. Penatalaksanaan hemoroid ada 4 yaitu secara non medika
mentosa, medika mentosa, non operative procedure, dan operative procedure. Komplikasi yang dapat
terjadi berupa anemia dan presyok/syok karena perdarahan yang banyak & infeksi juga dapat terjadi.
Pencegahan yang dapat dilakukan adalah mempertahankan tinja tetap lunak, latihan olahraga seperti
berjalan, dan peningkatan konsumsi serat diet. Prognosis kasus hemoroid tergantung pada derajat
hemoroid secara klinis.

Kata kunci: Ambeien, hemoroid eksterna, hemoroid interna

Abstract

Hemorrhoids are widening and inflammation of the veins in the anal region from the
hemorrhoidal plexus. Hemorrhoids have synonyms of piles, hemorrhoid, hemorrhoids or southern pole
disease in terms of the general population. Hemorrhoids can be classified on external hemorrhoids and
internal hemorrhoids. Internal hemorrhoids are subdivided into several degrees based on their clinical
findings. Hemorrhoids arise from dilatation, swelling or inflammation of the hemorrhoidal vein caused by
risk factors / triggers. Management of hemorrhoids there are 4 that is non medika mentosa, medika
mentosa, non operative procedure, and operative procedure. Complications that may occur are anemia
and presyok / shock due to heavy bleeding & infection can also occur. Prevention that can be done is to
keep the faeces soft, exercise such as walking, and increased dietary fiber consumption. The prognosis of
hemorrhoids depends on the degree of clinical hemorrhoids.

Keywords: Hemorrhoids, external hemorrhoids, internal hemorrhoids

1
Pendahuluan

Hemoroid merupakan penyakit daerah anus yang cukup banyak ditemukan pada praktek
dokter sehari-hari. Hemoroid memiliki sinonim piles, ambeien, wasir atau southern pole disease
dalam istilah di masyarakat umum. Hemoroid memiliki faktor risiko cukup banyak yang harus
dicegah atau diobati bila penderita ingin sembuh. Keluhan penyakit ini antara lain buang air
besar yang sulit dan sakit, dubur terasa panas, serta adanya benjolan di dubur, perdarahan
melalui dubur dan lain-lain.

Berdasarkan letak anatomisnya, hemoroid diklasifikasikan menjadi dua yaitu hemoroid


eksterna yang merupakan pelebaran dan penonjolan pleksus hemoroidalis inferior, dan hemoroid
interna yang merupakan pelebaran dan penonjolan pleksus hemoroidalis superior. Untuk
hemoroid interna, berdasarkan progesifitasnya dibagi lagi menjadi empat derajat.
Penatalaksanaan yang dilakukan untuk pasien hemoroid ada 4 yaitu secara non medika mentosa,
medika mentosa, non operative procedure (rubber band ligation, infra red coagulation,
sclerotherapy), dan opeartive procedure (open hemorrhoidectomy, stapled hemorrhoidopexy).

Anamnesis

Anamnesis adalah bagian terpenting dalam praktek dokter sehari-hari, terutama


anamnesis keluhan utama. Dari anamnesis kita bisa mendapatkan suatu informasi untuk
mencapai suatu diagnosis banding. Anamnesis adalah pengkajian dalam rangka mendapatkan
data tentang pasien melalui pengajuan pertanyaan-pertanyaan. Anamnesis dapat dilakukan
melalui 2 cara yaitu secara auto anamnesis dan allo anamnesis. Auto anamnesis adalah
anamnesis yang dilakukan kepada pasien langsung. Allo anamnesis adalah anamnesis yang
dilakukan kepada keluarga pasien untuk memperoleh data tentang pasien (ini dilakukan pada
keadaan darurat ketika pasien tidak memungkinkan lagi untuk memberikan data yang akurat).1

Anamnesis yang adekuat penting dalam diagnosis penyakit hemoroid. Empati dan
sensitivitas bisa diperlukan dalam menjelaskan anamesis yang lengkap dan tepat, karena
sejumlah pasien enggan menyampaikan secara sukarela gejala yang bisa berhubungan dengan
defekasi. Pertama-tama menanyakan identitas pasien, seperti nama lengkap pasien, umur, tanggal
lahir, jenis kelamin, alamat, pendidikan, agama, pekerjaan, suku bangsa. Data pasien yang
didapatkan, setelah itu keluhan utama pasien yaitu pasien mengeluh adanya benjolan yang keluar
dari anusnya sejak 1 tahun yang lalu. Riwayat penyakit sekarang, hal –hal yang perlu ditanyakan
adalah apakah benjolannya terjadi pendarahan, apakah benjolannya dapat masuk sendiri/tidak,
dimanakah lokasi perdarahan, apakah hanya satu tempat saja, atau ditempat lain juga terjadi,
apakah perdarahannya lama, atau cepat berhenti, jumlah perdarahan yang menetes banyak atau
sedikit (muncrat/netes), apakah ada keluhan lain selain perdarahan, misalnya seperti iritasi,
panas, atau gatal pada daerah sekitar anus, nyeri, jika iya dimanakah lokasi nya setempat/
meluas/ menjalar ke tempat lain, apa ada penyebabnya yang spesifik atau factor resiko timbulnya
keluhan perdarahan, bagaimana karakteristik darah, apakah bercampur feses, lendir atau tidak,

2
bagaimana warna darah tersebut? Perdarahan saluran cerna bagian bawah dengan ciri berwarna
merah segar, dan menetes, apakah perdarahan akan berkurang/membaik jika istirahat atau
tindakan apa yang dilakukan untuk mengurangi perdarahan.2

Selanjutnya menanyakan riwayat penyakit dahulu. Hal ini penting untuk menanyakan
apakah pasien pernah menderita sirosis hepatis yang menyebabkan hipertensi portal yang dapat
menyebabkan aliran sentrifugal dari sistem portal ke kolateral dan sebagai akibatnya dapat
menimbulkan varises di vena hemoroidalis yaitu yang membentuk hemoroidalis interna dan
menanyakan riwayat paska hamil dan melahirkan. Setelah itu menanyakan riwayat penyakit
keluarga karena terdapat faktor resiko genetic untuk terjadinya hemoroid. Riwayat
pengobatan/obat sehingga dalam penatalaksanaan terhadap pasien dapat dengan tepat. Dalam
riwayat sosial kita menanyankan apakah pasien mengalami gangguan tidur dan depresi akibat
dari perdarahan yang dialami? Perlu diperhatikan pula adanya gejala depresi terselubung seperti
retardasi psikomotor, konstipasi, mudah menangis.3

Pada skenario kali ini didapatkan seorang wanita berumur 60 tahun dengan keluhan
adanya benjolan yang keluar dari anusnya sejak 1 tahun yang lalu, benjolannya sering keluar
darah, nyeri dan benjolannya dapat dimasukan dengan jari.

Pemeriksaan fisik

Pemeriksaan fisik adalah pemeriksaan yang lengkap dari penderita untuk mengetahui
keadaan atau kelainan serta masalah kesehatan yang dialami oleh pasien. Pemeriksaan fisik
bertujuan untuk mengumpulkan data tentang kesehatan pasien, menambah informasi,
menyangkal data yang diperoleh dari riwayat pasien, mengidentifikasi masalah pasien, menilai
perubahan status pasien, dan mengevaluasi pelaksanaan tindakan yang telah diberikan.
Pemeriksaan dilakukan pada pasien yang baru pertama kali datang periksa dan dilakukan dengan
lengkap. Pada pemeriksaan ulangan, dilakukan yang perlu saja. Macam-macam cara
pemeriksaan yaitu dengan inspeksi (periksa pandang/observasi), palpasi (periksa raba),
auskultasi (periksa dengar), dan perkusi (periksa ketuk).4

Posisi terbaik adalah posisi miring (sims position) atau posisi menungging (knee chest).
Dimana pada inspeksi kita dapat melihat daerah sakrokoksigeal untuk melihat kista atau sinus,
melihat daerah perianal untuk melihat hemoroid, kutil atau massa yang lain, melihat anus
sementara pasien diminta mengejan. Apabila hemoroid mengalami prolaps, lapisan epitel
penutup bagian, yang menonjol ke luar ini mengeluarkan mucus yang dapat dilihat, kita juga bisa
melihat apa ada perdarahan atau bekas perdarahan pada anus atau ada kelainan anorectal lainnya
(fisura ani, fistel ani).3

Pada inspeksi, hemoroid eksterna mudah terlihat apalagi sudah mengandung trombus
(pada tepi anus). Hemoroid interna yang prolaps dapat terlihat sebagai benjolan yang menutup

3
mukosa (dengan pasien mengejan), catat pada posisi jam berapa. Untuk membuat prolaps, dapat
meminta pasien untuk mengejan.2

Pada palpasi kita dapat melakukan colok dubur (diperlukan untuk menyingkirkan
kemungkinan karsinoma rectum). Pada colok dubur, kita dapat melakukan palpasi sfingter anus,
palpasi dinding rectum untuk memeriksa adanya massa, palpasi kelenjar prostat untuk
memeriksa adanya massa pembesaran. Dimana pada hemoroid interna biasanya tidak teraba dan
juga tidak sakit. Dapat diraba bila sudah ada trombus atau sudah ada fibrosis. Trombus dan
fibrosis pada perabaan padat dengan dasar yang lebar.3

Pemeriksaan penunjang

Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan untuk memastikan hemoroid adalah


dengan endoskopi. Anoskopi yang diperlukan untuk melihat hemoroid internal yang tidak
menonjol keluar (derajat I dan II) dan posisi pangkal hemoroidnya. Anaskop dimasukkan ke
dalam anus dan diputar untuk mengamati keempat kuadaran. Hemoroid intena terlihat sebagai
struktur vascular yang menonjol kedalam lumen. Apabila penderita diminta mengejan sedikit
maka ukuran hemoroid akan membesar dan penonjolan atau prolaps akan lebih nyata.
Proktosigmoidoskopi/kolonoskopi total perlu dikerjakan untuk memastikan bahwa keluhan
bukan disebabkan oleh proses radang atau proses keganasan di tingkat yang lebih tinggi
(rektum/sigmoid/kolon).5

Pemeriksaan laboratorium feses perlu dilakukan untuk mengetahui adanya darah samar
(occult bleeding).6 Beberapa laboratorium tertentu mutlak dilakukan antara lain Hb/Ht untuk
kemungkinan adanya perdarahan atau dehidrasi, hitung leukosit menunjukkan adanya proses
peradangan.

Working diagnosis

Berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik, dan gambaran klinis maka pasien perempuan
60 tahun tersebut didiagnosis hemoroid interna derajat 3.

Diagnosis hemoroid ditegakkan berdasarkan anamnesis keluhan klinis dari hemoroid


berdasarkan klasifikasi hemoroid (derajat 1 sampai dengan derajat 4) dan pemeriksaan
anoskopi/kolonoskopi. Karena hemoroid dapat disebabkan adanya tumor di dalam abdomen atau
usus proksimal, agar lebih teliti sebaiknya selain memastikan diagnosis hemoroid, dipastikan
juga apakah di usus halus atau di kolon ada kelainan misal tumor atau kolitis. Untuk memastikan
kelainan di usus halus diperlukan pemeriksaan rontgen usus halus atau enteroskopi. Sedangkan
untuk memastikan kelainan di kolon diperlukan pemeriksaan rontgen Barium enema atau
kolonoskopi total.2

4
Secara anoskopi, hemoroid dapat dibagi atas hemoroid eksterna (di luar/di bawah linea
dentata) dan hemoroid interna (di dalam/di atas linea dentata). Hemoroid interna terbagi lagi
menjadi 4 derajat berdasarkan gambaran klinisnya. Dikatakan derajat 1 bila terjadi pembesaran
hemoroid yang tidak prolaps ke luar kanal anus dan derajat 1 ini hanya dapat dilihat dengan
anorektoskop. Dikatakan derajat 2 bila pembesaran hemoroid prolaps dan menghilang/masuk
sendiri ke dalam anus secara spontan. Dikatakan derajat 3 bila pembesaran hemoroid yang
prolaps dapat masuk lagi ke dalam anus dengan bantuan dorongan jari. Dikatakan derajat 4 bila
prolaps hemoroid permanen (rentan dan cenderung untuk mengalami trombosis dan infark).2

Gambar 1. Hemoroid interna derajat I

Sumber : http://wakedspeed.blogspot.co.id/2014/11/hemoroid.html, diunduh pada tanggal 11 Mei 2016.

Gambar 2. Hemoroid interna derajat II

Sumber : http://wakedspeed.blogspot.co.id/2014/11/hemoroid.html, diunduh pada tanggal 11 Mei 2016.

Gambar 3. Hemoroid interna derajat III & IV

Sumber : http://wakedspeed.blogspot.co.id/2014/11/hemoroid.html, diunduh pada tanggal 11 Mei 2016.

5
Gambar 4. Hemoroid eksterna

Sumber : http://wakedspeed.blogspot.co.id/2014/11/hemoroid.html, diunduh pada tanggal 11


Mei 2016.

Differential diagnosis

Differential diagnosis hemoroid interna grade 3 adalah prolaps recti. Prolaps recti adalah
penonjolan mukosa rektum (parsial) atau dinding rektum (ketebalan penuh) dari anus dalam
beberapa derajat. Prolaps recti bisa disebabkan oleh beberapa hal, yaitu intususepsi rektum, tonus
sfingter anus yang buruk, sering mengedan, dan trauma dasar pelvis. Gambaran klinisnya berupa
sekret mukus, perdarahan, tenemus, dan prolaps yang jelas. Terapi untuk prolaps recti adalah
manipulasi feses dan biofeedback, reseksi mukosa perianal Delorme, dan rektopeksi abdomen
(rektum ditarik ke sakrum).7

Etiologi

Etiologi tidak jelas, tapi masih dihubungkan dengan adanya faktor genetik/keturunan dan
faktor risiko yang ada. Faktor risiko hemoroid antara lain, faktor mengedan pada buang air besar
yang sulit, pola buang air besar yang salah (lebih banyak memakai jamban duduk, terlalu lama
duduk di jamban sambil membaca, merokok dll), peningkatan tekanan intra abdomen karena
tumor (tumor usus, tumor abdomen dll), kehamilan (disebabkan tekanan janin pada abdomen dan
perubahan hormonal), usia tua, konstipasi kronik, diare kronik atau diare akut yang berlebihan,
hubungan seks peranal, kurang minum air, kurang makan makanan berserat (sayur dan buah),
kurang olahraga/imobilisasi, cara buang air besar yang tidak benar dll. Sebuah penelitian
mendapatkan bahwa beberapa faktor risiko berhubungan secara bermakna dengan krisis
hemoroid antara lain riwayat gejala hemoroid sebelumnya, umur < 50 tahun, riwayat fisura anal,
aktivitas pekerjaan dan kejadian yang luar biasa: diet pedas, konstipasi, aktivitas fisik, asupan
alkohol. Sedangkan stres ternyata melindungi hemoroid.2

6
Terjadinya trombosis hemoroid eksterna berhubungan dengan adanya faktor risiko antara
lain umur di bawah 46 tahun, kegiatan fisik yang berlebihan, penggunaan kertas toilet kering
digabung dengan metode pembersihan basah setelah defikasi. Risiko terjadinya trombosis
hemoroid eksterna berkurang dengan penggunaan bathtub, penggunaan “shower” dan
pembersihan genital sebelum tidur.2

Epidemiologi

Prevalensi hemoroid di Amerika Serikat berkisar 1 di antara 26 orang atau 3,82% atau
10,4 juta populasi. Sepertiga dari 10 juta penduduk Amerika Serikat dengan hemoroid
memerlukan pengobatan, yang mengakibatkan 1,5 juta penduduk berhubungan dengan penulisan
resep pertahun. Dari data penyebab perdarahan saluran cerna bagian bawah dan kelainan
terbanyak yang ditemukan pada pemeriksaan kolonoskopi di RSCM. Di RSCM selama 2 tahun
(Januari 1993 sampai dengan Desember 1994) dari 414 kali pemeriksaan kolonoskopi
didapatkan 108 (26,09%) kasus hemoroid didapatkan bahwa pecahnya hemoroid merupakan
penyebab tertinggi. Prevalensi secara statistik ekstrapolasi dari hemoroid di Indonesia yaitu
9.117.318 penduduk.2

Patofisiologi

Dari etiologi yang dijabarkan akan mengakibatkan kongesti vena plexus dan akan
menyebabkan aliran vena terganggu sehingga tekanan perifer meningkat dan vena mengalami
penebalan/dilatasi di dalam pleksus hemoroidalis yang dikarenakan hilangnya struktur penunjang
jaringan ikat rektum. Vena yang berdilatasi menyebabkan peradangan di sekitarnya serta
trombosis, ulserasi dan perdarahan.

Hemoroid dapat terjadi karena mengedan pada saat defekasi, pada saat melahirkan atau
akibat faktor resiko lainnya, yang bukan merupakan keadaan patologik jika tidak menimbulkan
keluhan. Dikatakan bahwa hemoroid adalah bantalan yang terdiri dari pembuluh darah dan
jaringan ikat, dilapisi selaput lendir dan terdapat pada bagian distal rectum dalam saluran anus, di
atas linea dentata. Berfungsi membantu menutup anus agar angin dan cairan tidak keluar.

Hemoroid dapat menjadi masalah apabila menyebabkan keluhan atau penyulit yang mana
diperlukan tindakan. Hemoroid interna adalah pleksus hemoroid superior yang berdilatasi di atas
garis mukokutan dan ditutupi oleh mukosa. Hemoroid interna ini merupakan bantalan vaskuler di
dalam jaringan submukosa pada rectum di sebelah bawah. Sering hemoroid terdapat pada tiga
posisi primer yaitu kanan depan, kanan belakang, dan kiri lateral. Hemoroid yang lebih kecil
terdapat di antara ketiga letak primer tersebut. Hemoroid eksterna yang merupakan dilatasi dan
penonjolan pleksus hemoroid inferior terdapat di sebelah distal garis mukokutan di dalam
jaringan di bawah epitel anus.

7
Kedua pleksus hemoroid, internus dan eksternus, saling berhubungan secara longgar dan
merupakan awal dari aliran vena yang kembali bermula dari rectum sebelah bawah dan anus.
Pleksus hemoroid interna mengalirkan darah ke vena hemoroidalis superior dan selanjutnya ke
vena porta. Pleksus hemoroid eksternus mengalirkan darah ke peredaran sistemik melalui daerah
perineum dan lipat paha ke vena iliaka.8,9

Manifestasi klinik
Tanda dan gejala klinis dari pasien yang menderita penyakit hemoroid interna biasanya
datang dengan perdarahan rektum tanpa nyeri yang biasanya terdiri dari tinja bercak darah yang
terjadi saat atau setelah defekasi akibat feses yang keras. Jika terdapat nyeri yang hebat dan
terus-menerus adalah gejala radang. Perdarahan yang terjadi biasanya dengan ciri-ciri darah nya
warna merah terang karena kaya akan zat asam, tidak tercampur dengan feses, hanya menempel
di luar feses, seperti bercak-bercak darah, terlihat menetes atau mewarnai air toilet menjadi
merah, muncrat. Pasien merasa penuh di anus, sehingga defekasi tak puas. Pasien merasa penuh
karena adanya penonjolan plexus hemoroidalis. Keluhan lainnya buang air besar sakit dan sulit,
dubur terasa panas, iritasi kulit perianal dapat menimbulkan rasa gatal yang dikenal sebagai
pruritus anus dan ini disebabkan oleh kelembaban yang terus-menerus dan ransangan
mucus/lendir yang dikeluarkan. Hemoroid yang membesar secara perlahan-lahan akhirnya dapat
menonjol ke luar menyebabkan prolaps.

Sedangkan pasien dengan hemoroid eksterna dapat datang dengan tanda peradangan atau
trombosis (nyeri tumpul, nyeri sekali dengan pruritus dan pembengkakan), biasanya tanpa
perdarahan, dilapisi kulit, dan kulit di atasnya terlihat jelek, atau keras (skin tag). Nyeri bisa
berlangsung selama 7- 14 hari dan sembuh dengan resolusi dari trombosis tersebut. Nyeri hanya
timbul apabila terdapat trombosis yang luas dengan odema dan radang.8,10

Komplikasi
Komplikasi yang dapat terjadi pada hemoroid adalah trombsosis, ini akan mengakibatkan
iskemi dan nekrosis pada daerah tersebut. Trombosis dapat terjadi karena tekanan tinggi di vena
tersebut misalnya ketika mengangkat barang berat, batuk, bersin, mengedan, atau partus. Vena
lebar yang menonjol itu dapat terjepit sehingga kemudian terjadi trombosis. Ulserasi, infeksi,
abses, anemia, dapat terjadi karena perdarahan yang masif, atau perdarahan ringan yang lama,
emboli septik dapat terjadi melalui sistem portal dan dapat menyebabkan abses hati.
Inkontinensia dapat terjadi karena sfingter ani tidak berfungsi dengan baik lagi. Biasanya akibat
eksisi atau memotong otot sfingter interna di sisi lateral secara terbuka atau tertutup. Fisura ani
adalah koreng di saluran anus, berbentuk lonjong mulai dari linea dentate sampai pinggir anus.
Biasanya disebabkan oleh robekan lapisan mukosa sewaktu defekasi atau pada pasien pasca
bedah hemoroid, dermatitis perianal, peradangan / proktitis yang dapat berkembang menjadi
abses yang harus segera diinsisi, karena pasien sangat kesakitan dengan obstipasi karena takut
buang air besar. Sering kali menjadi fistel ani karena insisi yang kurang adekuat. 3

8
Penatalaksanaan
Penatalaksanaan yang dilakukan untuk pasien hemoroid ada 4 yaitu secara non medika
mentosa, medika mentosa, non operative procedure (rubber band ligation, infra red coagulation,
sclerotherapy), dan opeartive procedure (open hemorrhoidectomy, stapled hemorrhoidopexy).
Dimana penanganannya disesuaikan dengan beratnya penyakit yang diderita pasien. Dimana
dalam non medika mentosa, penjelasan dan pendidikan dengan bahasa yang mudah dipahami
oleh pasien tentang penyakit yang sedang diderita, dan tidakan yang harus dilakukan dalam
mengatasi penyakit pasien, dan memberikan saran kepada pasien tentang hal-hal apa yang harus
dihindari yang dapat memperburuk penyakit dan kondisi pasien. Penatalaksanaan ini berupa
perbaikan pola makan dan minum, perbaiki pola cara defekasi.11
Memperbaiki defekasi merupakan pengobatan yang selalu harus ada dalam setiap bentuk
dan derajat hemoroid. Perbaikan defekasi disebut bowel management program (BMP) yang
terdiri dari diet, cairan, serat tambahan, pelican feses, dan perubahan perilaku buang air. Untuk
memperbaiki defekasi dianjurkan menggunakan posisi jongkok (squatting) sewaktu defekasi.
Pada posisi jongkok ternyata sudut anorektal pada orang menjadi lurus kebawah sehingga hanya
diperlukan usaha yang lebih ringan untuk mendorong tinja ke bawah atau ke luar rectum.
Mengedan dan konstipasi akan meningkatkan tekanan vena hemoroid, dan akan memperparah
timbulnya hemoroid, dengan posisi jongkok ini tidak diperlukan mengedan lebih banyak.
Bersamaan dengan program BMP diatas, biasanya juga dilakukan tindakan kebersihan lokal
dengan cara merendam anus dalam air hangat/biasa selama 10-15 menit, 2-4 kali sehari. Dengan
perendaman ini maka eksudat yang lengket atau sisa tinja yang lengket dapat dibersihkan.
Karena eksudat atau sisa tinja yang lengket dapat menimbulkan iritasi dan gatal bila dibiarkan.
Pasien diusahakan tidak banyak duduk atau tidur, banyak bergerak, dan banyak jalan. Dengan
banyak bergerak pola defekasi menjadi membaik. Pasien diharuskan banyak minum 30-
40ml/kgBB/hari untuk melembekkan tinja. Pasien harus banyak makan serat antara lain buah-
buahan, sayur-sayuran, cereal, dan suplemetasi serat komersial bila kurang serat dalam
makanannya, dan mengurangi makan daging.12

Obat-obatan farmakologis dapat dibagi menjadi empat, yaitu: obat untuk memperbaiki
defekasi, meredakan keluhan, obat perdarahan, dan obat spesifik untuk hemoroidnya. Obat
memperbaiki defekasi terdiri dari bulk laktative, laksasif osmotik, dan laksatif stimulan. Bulk
laktative merupakan suplemen serat yang banyak beredar sebagai obat herbal untuk pencahar.
Laksatif dipakai antara lain psyliium atau isphagula husk yang berasal dari biji plantago ocate
yang dikeringkan dan digiling menjadi bubuk. Laksatif osmotik bekerja dengan cara merangsang
sekresi mukosa usus halus dan meningkatan penetrasi cairan ke dalam tinja. Contoh laksatif
osmotik adalah laksatif salin yaitu magnesium hidroksida dan sodium fosfat. Laksatif stimulan
terdiri dari bisacodryl (dulcolax tablet, supositoria), antrakuinon, sodium pikosulfat (laxoberon).
Obat simptomatik umumnya berupa terapi lokal untuk menghilangkan atau mengurangi keluhan
seperti rasa gatal dan nyeri karena kerusakan kulit di daerah anus. Terapi lokal bermanfaat untuk
lubrikasi dan memudahkan defekasi. Sediaan suppositoria digunakan untuk hemoroid interna,
dan sediaan ointment untuk hemoroid eksterna. Obat perdarahan seperti asam traneksamat telah

9
terbukti dapat menghentikan perdarahan dan mencegah perdarahan ulang. Obat spesifik untuk
hemoroid adalah golongan flebotropik dan golongan flavonoid seperti diosminhesperidin dan
hidrosmin. Obat ini terbukti dapat mengurangi gejala dan mencegah kekambuhan. Pemberian
obat 2x sehari selama 8 minggu dapat menurunkan derajat hemoroid secara bermakna.

Sedangkan non operative procedure adalah rubber band ligation dan sclerotherpy.
Anoskopi dikerjakan dengan bahan bantuan forsep dan suction. Pangkal hemoroid kemudian
diikat dengan rubber band 2 cm diatas linea dentata pada puncak hemoroid internal primer untuk
mencegah nyeri. Hemoroid yang terjerat akan mengalami nekrosis dalam 10-14 hari dan terlepas
sendiri, sementara jaringan di bawahnya akan mengalami fiksasi oleh jaringan fibrotik yang
timbul dari penyembuhan luka. Komplikasi dari prosedur ini yaitu nyeri, perdarahan, retensi
urin, trombosis, dan sepsi pelvis. Analgesik seperti parasetamol dan sitz bath bisa mengurangi
rasa nyeri dan tidak nyaman pasca operasi.12 Skleroterapi adalah penyuntikan larutan kimisa
yang merangsang, misalnya 5% fenol dalam minyak nabati. Penyuntikan diberikan ke
submukosa dalam jaringan areolar yang longgar di bawah hemoroid interna dengan tujuan
menimbulkan peradangan steril yang kemudian menjadi fibrotik dan meninggalkan parut.
Penyuntikan dilakukan di sebelah atas dari garis mukokutan dengan jarum yang panjang melalui
anoskop. Apabila penyuntikan dilakukan pada tempat yang tepat maka tidak ada nyeri.
Skleroterapi lebih tepat untuk hemoroid interna derajat I dan II, tidak tepat untuk hemoroid yang
lebih parah atau prolaps. Penyulit penyuntikan termasuk infeksi, prostatitis akut jika masuk
dalam prostat, impotensi, dan reaksi hipersentivitas terhadap obat yang disuntikan.11

Terapi operatif ada tiga tindakan bedah yang tersedia saat ini yaitu bedah konvensional
(menggunakan pisau dan gunting), bedah laser (sinar laser sebagai alat pemotong), dan bedah
stapler (menggunakan alat dengan prinsip kerja stapler). Bedah konvensional terdapat beberapa
teknik. Teknik Miligan-Morgan yang digunakan untuk tonjolan hemoroid di tiga tempat utama,
biasanya tidak lebih dari tiga kelompok hemoroid yang dibuang pada satu waktu. Teknik
Whitehead yang digunakan untuk hemoroid yang sirkuler. Teknik Langenbeck yang dimana
lebih sering digunakan karena caranya mudah dan tidak mengandung resiko pembentukan
jaringan parut sekunder yang biasa menimbulkan stenosis.13 Bedah laser dimana pada prinsipnya
pembedahan ini sama dengan pembedahan konvensional, hanya alat pemotongannya
menggunakan laser. Saat laser memotong, pembuluh jaringan terpatri sehingga tidak banyak
mengeluarkan darah, tidak banyak luka dan dengan nyeri yang minimal. Pada bedah dengan
laser, nyeri berkurang karena saraf rasa nyeri ikut terpatri. Untuk hemoroidektomi diperlukan
daya laser 12-14 watt. Setelah jaringan diangkat, luka bekas operasi direndam cairan antiseptik.
Dalam waktu 4-6 minggu, luka akan mengering. Bedah stapler, teknik ini dikenal sebagai
Procedure for Prolapse Haemorrhoids (PPH) atau Hemoroid Circular Stapler. Teknik ini
mengurangi prolaps jaringan hemoroid dengan cara mendorongnya ke atas garis mukokutan dan
mengembalikan jaringan hemoroid ini ke posisi anatominya semula karena jaringan hemoroid ini
masih berguna sebagai bantalan.12

10
Pencegahan

Yang paling baik dalam mencegah hemoroid yaitu mempertahankan tinja tetap lunak
sehingga mudah keluar, hal ini menurunkan tekanan dan pengedanan dan mengosongkan usus
sesegera mungkin setelah perasaan mau ke belakang timbul. Latihan olahraga seperti berjalan
dan peningkatan konsumsi serat diet juga membantu mengurangi konstipasi dan mengedan.2

Prognosis

Prognosis kasus hemoroid tergantung pada derajat hemoroid secara klinis.2 Prognosis
hemoroid tanpa komplikasi biasanya baik, dengan angka rekurensinya adalah 10-50%. Dengan
terapi yang sesuai, semua hemoroid simptomatis dapat dibuat menjadi asimptomatis. Pendekatan
konservatif hendaknya diusahakan terlebih dahulu pada semua kasus. Hemoroidektomi pada
umumnya memberikan hasil yang baik. Sesudah terapi penderita harus diajari untuk menghindari
obstipasi dengan makan makanan serat agar dapat mencegah timbulnya kembali gejala
hemoroid. Kematian akibat perdarahan hemoroid merupakan kejadian yang jarang terjadi.12

Kesimpulan

Hemoroid merupakan pelebaran dan inflamasi pembuluh darah vena di daerah anus yang
berasal dari plexus hemorrhoidalis. Penyakit ini banyak dijumpai pada praktek dokter sehari-
hari. Hemoroid terbagi menjadi hemoroid eksterna dan interna. Hemoroid interna dibagi lagi
menjadi 4 derajat sesuai gambaran klinisnya. Penatalaksanaan hemoroid ada 4 yaitu secara non
medika mentosa, medika mentosa, non operative procedure, dan operative procedure. Prognosis
kasus hemoroid tergantung pada derajat hemoroid secara klinis.

11
Daftar pustaka

1. Megasari M, Triana A, Andriyani R, Ardhiyanti Y, Damayanti IP. Panduan belajar:


asuhan kebidanan I. Ed 1. Cet 2. Yogyakarta: Deepublish; 2015.h.235
2. Setiati S, Alwi I, Sudoyo AW, Simadibrata M, Setiyohadi B, Syam AF. Buku ajar: ilmu
penyakit dalam. Ed 6. Jilid 1 & 2. Jakarta: Interna Publishing; 2017.h.198-9, 1870-3
3. Rani AA, Simadibrata M, Syam AF. Buku ajar gastroenterologi. Jakarta: Interna
Publishing; 2011.h.503-11
4. Ardhiyanti Y, Pitriani R, Damayanti IP. Panduan lengkap: keterampilan dasar kebidanan
I. Ed 1. Cet 1. Yogyakarta: Deepublish; 2014.h.184
5. Staff pengajar bagian ilmu bedah FKUI. Kumpulan kuliah ilmu bedah. Jakarta: Binaputra
Aksara Publisher; 2009.h.81-82, 254-5
6. Alonso CP, Castillejo MM. Office evaluation and treatment of hemorrhoids. Nort Am: J
Fam Pract; 2008.h.366-74
7. Grace PA, Borley NR. At a glance ilmu bedah. Ed 3. Jakarta: Penerbit Erlangga;
2007.h.115
8. Cintron JR, Herand A. Benign anorectal: hemorrhoids the ASCRS textbook of colon and
rectal surgery. New York: Springer; 2007.h.156-172
9. Thornton SC. Hemorrhoids. 16 Maret 2010. Diundur dari
http://emedicine.medscape.com/article/195401-print, 13 Mei 2018
10. Gordon PH, Nivatvongs S. Principle and practice of surgery for the colon, rectum, and
anus. Ed 3. New York: Taylor & Francis Inc; 2007.h.144-64
11. Rivero SL. Hemorrhoids: diagnosis and current management. The American Surgeon.
Proquest Medical Library: 2009.h.635-42
12. Thornton SC. Hemorrhoids. 22 Maret 2014. Diundur dari
http://emedicine.medscape.com/article, 13 Mei 2018
13. Acheson GA, Scholefield JH. Management of haemorrhoids. BMJ; 2008.h.380-3

12

Anda mungkin juga menyukai