Anda di halaman 1dari 15

SATUAN ACARA PENYULUHAN

PERAN SERTA KELUARGA DALAM PEMENUHAN TINGKAT KEMAMPUAN


PERAWATAN DIRI PADA KLIEN DENGAN MASALAH DEFISIT PERAWATAN
DIRI DI RUANG BIMA RSUD BANYUMAS

Disusun Oleh :

SITI KOMARIYAH 1811040003


HIDAYATI DIANA PERTIWI 1811040021
AULIA ROCHAMTUL UMAH 1811040014
ROFIK JULIANTO 1811040099
TATIK WAHYU ISTIKOMAH 1811040031

PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI NERS


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PURWOKERTO
2018
SATUAN ACARA PENYULUHAN

Pokok Bahasan : Peran Serta Keluarga Dalam Pemenuhan Tingkat Kemampuan

Perawatan Diri Pada Klien Dengan Masalah Defisit Perawatan Diri

Sub Pokok Bahasan : Perawatan diri (Mandi, Berhias, Makan, Toileting)

Waktu : 10.00 – 10.30 WIB (30 menit)

Hari/tanggal : Rabu, 02 Januari 2019

Tempat : Ruang Bima RSUD Banyumas

Penyuluh : Tim Kelompok

Sasaran : Klien & Keluarga Klien Gangguan Jiwa dengan Masalah DPD

I. LATAR BELAKANG

Kesehatan jiwa merupakan bagian integral dari kesehatan, sehat jiwa tidak hanya

terbatas dari gangguan jiwa, tetapi merupakan suatu hal yang dibutuhkan oleh semua

orang. Kesehatan jiwa adalah sikap yang positif terhadap diri sendiri, tumbuh,

berkembang, memiliki aktualisasi diri, keutuhan, kebebasan diri, memiliki persepsi

sesuai kenyataan dan kecakapan dalam beradaptasi dengan lingkungan (Yosep, 2007).

Kebersihan merupakan hal yang sangat penting dan harus diperhatikan, karena

kebersihan akan mempengaruhi kesehatan dan psikis seseorang. Kebersihan itu sendiri

sangat dipengaruhi oleh nilai individu dan kebiasaan. Hal-hal yang sangat berpengaruh

itu diantaranya kebudayaan, sosial, keluarga, pendidikan, persepsi seseorang terhadap

kesehatan, serta tingkat perkembangan (Wartonah, 2009).

Merawat diri atau defisit perawatan diri menurut Wartonah (2006), personal

hygiene berasal dari Bahasa Yunani yang berarti Personal yang artinya perorangan dan

Hygiene berarti sehat kebersihan perorangan adalah suatu tindakan untuk memelihara
kebersihan dan kesehatan seseorang untuk kesejahteraan fisik dan psikis sesuai kondisi

kesehatannya. Defisit perawatan diri merupakan suatu kondisi pada seseorang yang

mengalami kelemahan kemampuan dalam melakukan atau melengkapi aktivitas

perawatan diri secara mandiri seperti mandi (hygiene), berpakaian/berhias, makan, dan

BAB/BAK (toileting) (Fitria, 2009).

Manusia mempunyai kebutuhan dasar (kebutuhan pokok) untuk mempertahankan

kelangsungan hidupnya. Berdasarkan kebutuhan maslow kebutuhan merawat diri

termasuk kedalam kebutuhan fisiologis. Kebutuhan fisiologis merupakan kebutuhan

yang paling mendasar diantara kebutuhan dasar yang lainnya seperti kebutuhan

keselamatan dan keamanan, kebutuhan mencintai dan dicintai, kebutuhan harga diri, dan

kebutuhan aktualisasi diri (Asmadi, 2008).

II. TUJUAN

a. Tujuan Penyuluhan Umum

Setelah mengikuti penyuluhan mengenai Peran serta keluarga dalam pemenuhan

tingkat kemampuan perawatan diri pada klien dengan masalah defisit perawatan diri

selama 1 x 30 menit diharapkan klien dan keluarga dapat mengerti dan memahami

peranannya agar klien lebih optimal dalam merawat dirinya.

b. Tujuan Penyuluhan Khusus

Setelah mengikuti penyuluhan mengenai Peran serta keluarga dalam pemenuhan

tingkat kemampuan perawatan diri pada klien dengan masalah defisit perawatan diri

selama 1 x 30 menit diharapkan klien dan keluarga dapat :

 Menjelaskan pengertian defisit perawatan diri

 Menyebutkan penyebab defisit perawatan diri

 Menyebutkan tanda dan gejala defisit perawatan diri


 Menjelaskan akibat dari defisit perawatan diri

 Memahami peranannya dalam pemenuhan kemampuan perawatan diri pada klien

III. MATERI INTI PENKES

Terlampir

IV. KEGIATAN BELAJAR MENGAJAR

KEGIATAN
No. WAKTU
PENYULUH PESERTA
1. Pembukaan  Memberikan salam  Menjawab salam
5 menit  Perkenalan  Memperhatikan
 Apersepsi  Berpartisipasi aktif
 Mengkomunikasikan tujuan  Memperhatikan
2. Kegiatan Inti Penyuluh menjelaskan tentang:
15 menit  Pengertian DPD  Memperhatikan penjelasan
penyuluh dengan cermat
 Penyebab DPD
 Menanyakan hal-hal yang
 Tanda dan gejala belum jelas
DPD  Memperhatikan jawaban
dari penyuluh
 Akibat dari DPD
 Memperhatikan apa yang
 Peran serta keluarga
disajikan oleh penyuluh
dalam pemenuhan

tingkat kemampuan

perawatan diri pada

klien

3. Evaluasi  Memberikan pertanyaan  Memperhatikan keterangan


5 menit secara lisan kesimpulan dari materi
 Memberikan reward jika  Menjawab pertanyaan yang
peserta dapat menjawab telah diajukan penyuluh
pertanyaan dengan benar  Antusias
 Menyimpulkan materi yang
telah disampaikan
4. Penutup  Mengakhiri kegiatan  Memperhatikan
5 menit penyuluhan
 Mengucapkan salam penutup  Menjawab salam

V. METODE

a. Ceramah

b. Tanya jawab

VI. MEDIA DAN ALAT

a. LCD

b. Laptop

c. Soundsystem

d. Leaflet

VII. SETTING TEMPAT

Keterangan :
: Penyaji
: Peserta
: Fasilitator
: Observe
: Operator
Pembagian tugas kelompok :
a. MC : Tatik Waahyu Istikomah
b. Pemateri : Hidayati Diana Pertiwi
c. Fasilitator : Aulia Rochmatul Umah
d. Observer : Siti Komariyah
e. Dokumentasi : Rofik Julianto

VIII. EVALUASI PROSES PEN KES

1. Evaluasi Struktur

a. Keluarga klien/ sasaran hadir dalam kegiatan penyuluhan

b. Penyelenggaraan penyuluhan diadakan di Poli Instalasi Pelayanan Kesehatan

Jiwa Terpadu

2. Evaluasi Proses

a. Acara berjalan tanpa gangguan

b. Peserta kooperatif

c. Klien dan keluarga tidak meninggalkan tempat penyuluhan sebelum

penyuluhan selesai

d. Klien dan keluarga mengajukan pertanyaan dan menjawab pertanyaan secara

benar

e. Dari 10 peserta ± 5 diantaranya mampu menjawab

3. Evaluasi Hasil

a. Klien dan keluarga mengenal istilah defisit perawatan diri

b. Klien dan keluarga mengetahui penyebab defisit perawatan diri

c. Klien dan keluarga mengetahui tanda dan gejala defisit perawatan diri

d. Klien dan keluarga mengetahui akibat dari defisit perawatan diri

e. Keluarga memahami peranannya dalam pemenuhan tingkat kemampuan

perawatan diri pada klien


LAMPIRAN MATERI
PERAN SERTA KELUARGA DALAM PEMENUHAN TINGKAT KEMAMPUAN
PERAWATAN DIRI PADA KLIEN DENGAN MASALAH DEFISIT PERAWATAN
DIRI DI RUANG BIMA RSUD BANYUMAS

A. Pengertian

Defisit perawatan diri adalah suatu kondisi pada seseorang yang mengalami

kelemahan kemampuan dalam melakukan atau melengkapi aktivitas perawatan diri

secara mandiri seperti mandi (hygiene), berpakaian atau berhias, makan, dan BAB

atau BAK (toileting) (Fitria, 2009).

Pengertian yang hampir sama diungkapkan oleh Wilkinson, (2006) defisit

perawatan diri menggambarkan suatu keadaan seseorang yang mengalami gangguan

kemampuan untuk melakukan aktivitas perawatan diri, seperti mandi, berganti

pakaian, makan dan toileting.

Defisit perawatan diri adalah gangguan kemampuan untuk melakukan aktifitas

perawatan diri (mandi, berhias, makan, toileting) (Nurjannah, 2004).

Menurut Poter. Perry (2005), Personal hygiene adalah suatu tindakan untuk

memelihara kebersihan dan kesehatan seseorang untuk kesejahteraan fisik dan psikis,

kurang perawatan diri adalah kondisi dimana seseorang tidak mampu melakukan

perawatan kebersihan untuk dirinya ( Tarwoto dan Wartonah 2000 ).

B. Penyebab

Menurut Tarwoto dan Wartonah (2000), penyebab kurang perawatan diri

adalah kelelahan fisik dan penurunan kesadaran. Menurut Depkes (2000), penyebab

kurang perawatan diri adalah:

1. Faktor predisposisi
a. Perkembangan : Keluarga terlalu melindungi dan memanjakan pasien sehingga

perkembangan inisiatif terganggu.

b. Biologis : Penyakit kronis yang menyebabkan pasien tidak mampu

melakukan perawatan diri.

c. Kemampuan realitas turun : Pasien dengan gangguan jiwa dengan kemampuan

realitas yang kurang menyebabkan ketidakpedulian dirinya dan lingkungan

termasuk perawatan diri.

d. Sosial : Kurang dukungan dan latihan kemampuan perawatan diri

lingkungannya. Situasi lingkungan mempengaruhi latihan kemampuan dalam

perawatan diri.

2. Faktor presipitasi

Yang merupakan factor presipitasi defisit perawatan diri adalah penurunan

motivasi, kerusakan kognitif atau perseptual, cemas, lelah/ lemah yang dialami

individu sehingga menyebabkan individu kurang mampu melakukan perawatan

diri.

C. Tanda dan Gejala

Adapun tanda dan gejala defisit perawatan diri menurut Fitria (2009) adalah sebagai

berikut :

1. Gangguan kebersihan diri, ditandai dengan rambut kotor, gigi kotor, kulit berdaki

dan bau, serta kuku panjang dan kotor

2. Ketidakmampuan berhias/berpakaian, ditandai dengan rambut acak-acakan,

pakain kotor dan tidak rapi, pakaian tidak sesuai, pada pasien laki-laki bercukur,

pada pasien perempuan tidak berdandan

3. Ketidakmampuan makan secara mandiri, ditandai oleh ketidakmampuan

mengambil makan sendiri, makan berceceran, dan makana tidak pada tempatnya
4. Ketidakmampuan eliminasi secara mandiri, ditandai dengan buang air besar atau

buang air kecil tidak pada tempatnya, dan tidak membersihakan diri dengan baik

setelah BAB/BAK

D. Akibat

Defisit perawatan diri berdampak pada fisik maupun psikis pada diri seseorang.

1. Dampak fisik

Banyak gangguan kesehatan yang sering diderita seseorang karena tidak

terpeliharanya kebersihan perorangan dengan baik. Gangguan fisik yang sering

terjadi adalah gangguan intregitas kulit (badan gatal-gatal dan terkena penyakit

kulit), rambut dipenuhi kutu atau ketombe, gangguan membran mukosa mulut

(karies gigi, gigi berlubang, sakit gigi dan bau mulut), infeksi pada mata,

gangguan pendengaran akibat penumpukan kotoran telinga dan dapat

menimbulkan infeksi pada telinga, serta gangguan fisik pada kuku yang dapat

menjadi penyebab kuman penyakit (seperti, penyakit saluran pencernaan, diare/

sakit perut).

2. Dampak psikososial

Masalah yang muncul pada personal hygiene adalah gangguan kebutuhan rasa

nyaman, kebutuhan di cintai dan mencintai, kebutuhan harga diri, aktualisasi dan

ganguan interaksi sosial (dijauhi orang).

E. Peran Serta Keluarga

1. Keluarga selalu mengingatkan hal–hal yang berhubungan dengan kebersihan diri

2. Keluarga menyiapkan sarana untuk membantu klien dalam menjaga kebersihan

3. Keluarga membantu dan membimbing klien dalam menjaga kebersihan diri

4. Keluarga menjadi role play yang baik


DAFTAR PUSTAKA

Carpenito-Moyet. (2007). Buku Saku Diagnosis Keperawatan. Edisi 10. Jakarta: Penerbit
Buku Kedokteran EGC.

Carpenito, L. J.C (2004). Hanndbook of nursing diagnosis ed.10. USA: Lippincott Williams
& Wilkins
Keliat, B. A & Akemat. (2007). Model Praktik Keperawatan Profesional Jiwa. Jakarta: EGC

Kim, M.J. Mc Farland, G.K, dan McLane, A.M. (2006). Diagnosa Keperawatan. Edisi 7.
Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC

Stuart & Sundeen. (1991). Principles and practice of psychiatric nursing. Mosby Year
Book: Missouri

Stuart, Gail W. (2009). Principles & Practice of Psychiatric Nursing ed.8. Philadelphia:
Elsevier Mosby

Townsend, Mary C. (2008). Essentials of psychiatric mental health nursing ed.8. F. A.


Davis Company: Philadelphia

Townsent, M.C. (2010). Buku saku Diagnosis Keperawatan Psikiatri Rencana Asuhan &
Medikasi Psikotropik. Edisi 5. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC
DAFTAR PERTANYAAN AUDIEN :

1. Bu Damirah

Bagaimana menghadapi pasien gangguan jiwa dirumah yang selalu diam ?

2. Pak Waluyo

Anak kadang-kadang mara tanpa sebab, bagaimana solusinya ?

3. Pak Rojihufron

Bagaimana solusi untuk mengurangi rasa takut ?


DOKUMENTASI

Anda mungkin juga menyukai