Anda di halaman 1dari 27

PENGARUH TERAPI MUSIK TERHADAP PENINGKATAN

GLASGOW COMA SCALE (GCS) PADA PASIEN STROKE

SKRIPSI

“Untuk memenuhi salah satu syarat ujian guna mencapai Gelar Sarjana Keperawatan”

Oleh :

BAGUS FADHILAH
NIM 12110020022

PROGRAM STUDI KEPERAWATAN S1


UNIVERSITAS MUHAMMADUYAH PURWOKERTO
2016
BAB IV

HASIL

Pada bab ini diuraikan hasil penelitian tentang pengaruh terapi musik

terhadap peningkatan Glasgow Coma Scale pada pasien stroke di RSUD Dr

Moewardi. Berdasarkan data yang diperoleh selama penelitian yang dilakukan 64

hari yaitu dari tanggal 7 Februari-12 April 2014, pasien stroke yang memenuhi
kriteria inklusi adalah 8 orang. Dari 8 orang pasien, dipilih 4 menjadi kelompok

intervensi yaitu kelompok yang diberikan terapi musik dan 4 orang sebagai

kelompok kontrol yaitu kelompok yang tidak diberikan terapi musik.

Pada penelitian ini data yang diperoleh terlebih dahulu dilakukan uji

normalitas data dengan menggunakan Shapiro


dengan hasil

kelompok kontrol (P value =0,714 α=0,05) dan kelompok intervensi (P value =0,976

α=0,05). P value lebih dari 0,05 maka hasil uji normalitas berdistribusi normal, uji

hipotesis menggunakan uji t-test . Terapi musik diberikan selama 20 menit sebanyak

2 sesi perharinya. Intervensi dilakukan selama 3 hari berturut-turut dengan

melakukan pre test dan post test kemudian hasil dibandingkan. Analisis data

penelitian ditampilkan sebagai berikut :

4.1. Analisis Univariat

4.1.1. Karakeriatik Responden

Hasil analisis karakteristik responden pada penelitian ini

menggambarkan distribusi responden berdasarkan usia, jenis kelamin dan

riwayat stroke sebelumnya, baik pada kelompok intervensi dan kelompok

48

49
kontrol. Hasil analisis ini juga menggambarkan mean, median, standar deviasi,

nilai terendah dan nilai tertinggi pada nilai Glasgow Coma Scale kelompok

intervensi dan kelompok kontrol responden. Hasil penelitian terhadap 8

responden didapatkan hasil sebagai berikut

Table 4.1 Distribusi frekuensi responden pasien stroke di RSUD Dr

Moewardi tahun 2014 (N=8)

Berdasarkan Tabel 4.1 dapat digambarkan bahwa distribusi usia

responden pada kelompok usia yang sedikit baik pada kelompok kontrol

maupun intervensi adalah kelompok usia old (Usia lanjut tua). Masing-masing

hanya 1 orang (25%) dan 1 orang (25%) kelompok kontrol. Jumlah responden

pada kelompok intervensi paling banyak berada pada kelompok usia elderly

(Usia lanjut) yaitu sebanyak 2 orang (50%). Sementara jumlah responden


paling banyak pada kelompok kontrol berada pada usia middle age (Usia

Pertengahan) yaitu sebanyak 2 orang (50%).

Berdasarkan tabel diatas juga dapat digambarkan bahwa distribusi

responden berdasarkan jenis kelamin responden pada kedua memiliki

persamaan yaitu jumlah responden perempuan lebih banyak dari pada

responden laki-laki. Pada kelompok intervensi berjenis kelamin perempuan

Variable Kelompok Intervensi Kelompok Kontrol

F % F %

Total %

Usia

Middle age (45-59) 1 25 2 50 3 37,5

Elderly (60-74) 2 50 1 25 3 37,5

Old (75-90) 1 25 1 25 2 25

Total 4 100 4 100 8 100

Jenis Kelamin
Laki-laki 1 25 1 25 2 25

Perempuan 3 75 3 75 6 75

Total 4 100 4 100 8 100

50

sebanyak 3 orang (75%) dan berjenis laki-laki (25 %). Sedangkan pada

kelompok kontrol, yang tidak mendapat terapi musik, berjenis kelamin

perempuan sebanyak 3 orang (75%) dan berjenis laki-laki (25 %)

4.1.2. Skala Glasgow Coma Scale Sebelum dan Sesudah Setelah Intervensi Pada

Kelompok Kontrol dan Kelompok intervensi

Table 4.2 Distribusi frekuensi rerata skala Glasgow Coma Scale responden

kelompok kontrol dan kelompok intervensi sebelum dan sesudah dilakukan

intervensi di hari pertama sampai hari ketiga di RSUD Dr Moewardi


tahun 2014 (N=8)

Berdasarkan tabel 4.2 dapat digambarkan bahwa rerata skala Glasgow

Coma Scale responden kelompok kontrol yang tidak mendapakan terapi

musik pada hari pertama sampai hari ketiga di RSUD Dr Moewardi tahun

2014 setiap hari mengalami sedikit peningkatan. Tetapi pada hari pertama

rerata skala Glasgow Coma Scale sebelum sebesar 7,50 dan menurun

sebanyak 0,5 sesudah menjadi 7,00. Sementara pada hari kedua rerata skala

Glasgow Coma Scale sebelumnya 8,25 dan meningkat sebanyak 0,25 men jadi

8,50. Pada hati ketiga dimana rerata skala Glasgow Coma Scale tidak

mengalami penurunan dan peningkatan dengan nilai sebesar 10,0.

Dapat dilihat juga pada kelompok intervensi rerata skala Glasgow

Coma Scale sebelum dan sesudah dilakukan terapi musik mulai hari pertama

sampai hari ketiga di RSUD Dr Moewardi tahun 2014 setiap hari mengalami

Kelompok Hari 1 Hari 2 Hari 3


Kontrol

Sebelum 7,50 8,25 10,0

Sesudah 7,00 8,50 10,0

Intervensi

Sebelum 6,75 7,75 6,75

Sesudah 8,00 9,50 7,25

51

peningkatan. Pada hari pertama intervensi rerata skala Glasgow Coma Scale

sebelum pemberian terapi musik sebesar 6,75 dan mengalami peningkatan

sebanyak 1,25 setelah dilakukan terapi musik sebanyak 8,00. Di hari kedua

terjadi peningkatan dari sebelumnya sebesar 7,75 menjadi 9,50 meningkat


sebanyak 1,75. Kemudian pada hari ketiga sebelum terapi musik sebesar 6.75

meningkat sebanyak 0,5 setelah terapi musik diberikan menjadi 7,25.

Gambaran peningkatan rerata skala Glasgow Coma Scale sebelum dan

sesudah prosedur pada kedua kelompok setiap harinya sejak hari pertama

sampai hari ketiga dapat dilihat hari grafik 5.1 dibawah ini :

Grafik 4.1 Perkembangan skala Glasgow Coma Scale responden kelompok

kontrol dan kelompok intervensi sebelum dan setelah dilakukan intervensi di

hari pertama sampai hari ketiga di RSUD Dr Moewardi tahun 2014 (N=8)

4.1.3. Tingkat kesadaran secara kualitatif

Data hasil observasi penelitian tingkat kesadaran secara kualitatif

selama 3 hari pada kelompok intervensi pasien A saat pagi hari didengarkan

musik respon dari pasien dengan nilai GCS 8 tangan dan kaki bergerak, pada
siang harinya respon pasien tangan bergerak, berbicara kacau dan membuka

mata sekali. Hari kedua saat pagi hari respon pasien membuka mata dua kali,

52

bicara kacau, dan mengeluarkan air mata, sedangkan siangnya respon pasien

berbicara kacau/ mengerang dan membuka mata. Hari ketiga pada pagi hari

membuka mata satu kali, bicara kacau serta pada sore hari membuka mata.

Pada pasien B pada hari pertama pagi hari selama didengarkan terapi

musik respon dari pasien membuka mata sekali dan tangan bergerak, siang

harinya respon pasien kaki dan tangan bergerak. Hari selanjutnya saat

didengarkan musik respon pasien masih sama tangan dan kaki bergerak tapi

saat siang hari saat didengarkan musik pasien tidur dengan mendengkur dan

hari terakhir pasien tidur dan membuka mata sekali.


Pasien C hari pertama saat pagi didengankan musik diam tidak ada

respon tapi saat siang hari tangan dan kaki pasien bergerak mengikuti irama

musik. Hari kedua tangan dan kaki bergerak mengikuti irama musik,

membuka mata sekali dan ketika ditanyakan namanya pasien dapat menjawab

tetapi jam 11.00 kondisi pasien buruk dan akhirnya meninggal.Sedangkan

pasien D hari pertama pagi maupun siang saat didengarkan musik tidak

memberikan respon. Hari kedua pagi hari pasien tangan mulai bergerak sesuai

irama musik, untuk siangnya pasien tidur dan sambil mengerang. Hari ketiga

pasien memberikan respon tangan bergerak ,membuka mata ,serta mengerang.

53

4.1.4. Rerata Tingkat Nyeri Sebelum dan Sesudah Diberikan Intervensi Pada
Kelompok Kontrol dan Intervensi

Tabel 4.3 Distribusi frekuensi rerata nilai Glasgow Coma Scale responden

sebelum dan sesudah diberikan intervensi pada kelompok kontrol dan

kelompok intervensi di RSUD Dr Moewardi tahun 2014 (N=8)

Berdasarkan tabel 4.3 diketahui rerata Glasgow Coma Scale pada

kelompok kontrol sebelumnya sebesar 7,50 dengan median sebesar 8,00.

sementara standar deviasi sebesar 1,00, dan untuk skala Glasgow Coma Scale

terendah dan tertinggi adalah 6 dan 8. Sedangkan tabel diatas juga dapat

diketahui rerata Glasgow Coma Scale pada kelompok kontrol sesudah sebesar

10,0 dengan median sebesar 10,0. Untuk standar deviasi sebesar 1,82 dan skor

nilai terendah dan tertinggi adalah 8 dan 12. Pada kelompok intervensi rerata

Glasgow Coma Scale saat sebelum pemberian terapi musik sebesar 6,50 dan

median sebesar 6,50. Nilai standar deviasi sebesar 1,29 dengan nilai terendah

5 dan tertinggi 8. Hasil sesudah diberikan terapi musik rerata sebesar 10.0

dengan median 10,0. Standar deviasi sebesar 2,58 dengan nilai terendah

adalah 7 dan skor nilai tertinggi adalah 8.


Kelompok Mean Median SD Min-Max

Kontrol

Sebelum 7,50 8,00 1,00 6-8

Sesudah 10,0 10,0 1.82 8-12

Intervensi

Sebelum 6,50 6,50 1,29 5-8

Sesudah 10,0 10,0 2,58 7-13

54

4.2. Analisis Bivariat

4.2.1. Analisis Perbedaan Rerata Nilai Glasgow Coma Scale Responden

Sebelum Prosedur Antara Kelompok Kontrol dan Kelompok Intervensi


Analisis uji T sample independen pada penelitian ini adalah untuk

mengetahui perbedaan rerata skala Glasgow Coma Scale antara responden

kelompok kontrol dan kelompok intervensi pada saat sebelum dan sesudah

diberikan tindakan. Hasil analisis sebagai berikut :

Tabel 4.4 Perbedaan rerata nilai Glasgow Coma Scale responden sebelum

diberikan intervensi pada kelompok kontrol dan kelompok intervensi di RSUD

Dr Moewardi tahun 2014(N=8)

*Signifikan/bermakna pada α = 0,05

Berdasarkan tabel 4.4 dapat diketahui rerata skala Glasgow Coma

Scale pada kelompok kontrol adalah 7,50. Sementara rerata skala Glasgow

Coma Scale pada kelompok intervensi adalah 6,50. Hasil uji T sample

independen didapatkan P value 0,537, yang artinya P value lebih dari 0,05.

Interpretasi hasil uji ini adalah tidak ada perbedaan yang signifikan rerata

skala Glasgow Coma Scale responden sebelum tindakan antara kelompok

kontrol dan kelompok intervensi di ruang HCU stroke di RSUD Dr Moewardi

tahun 2014.

Variable Mean SD SE N P value


Kelompok control 10,0 1,82 0,91 4 0,468*

Kelompok intervensi 10,0 2,58 1,29 4

55

4.2.2. Perbedaan Rerata Nilai Glasgow Coma Scale Responden Sesudah

Prosedur Antara Kelompok Kontrol dan Kelompok Intervensi

Table 4.5 Perbedaan rerata nilai Glasgow Coma Scale responden sesudah

diberikan intervensi pada kelompok kontrol dan kelompok intervensi

di RSUD Dr Moewardi tahun 2014 (N=8)

*Signifikan/bermakna pada α = 0,05


Berdasarkan tabel 4.4 dapat diketahui rerata skala Glasgow Coma

Scale pada kelompok control dan intervensi sama sebesar 10,.0. Hasil uji T

sample independen didapatkan P value 0,468, yang artinya P value lebih dari

0,05. Interpretasi hasil uji ini adalah tidak ada perbedaan yang signifikan rerata

skala Glasgow Coma Scale responden sesudah tindakan antara kelompok

kontrol dan kelompok intervensi di ruang HCU stroke di RSUD Dr Moewardi

tahun 2014.

4.2.3.Perbedaan Rerata Nilai Glasgow Coma Scale Responden Sebelum dan

Sesudah Prosedur Antara Kelompok Kontrol dan Kelompok Intervensi

Tabel 4.6 Perbedaan rerata Glasgow Coma Scale responden sebelum dan

sesudah diberikan intervensi pada kelompok control dan kelompok intervensi

di RSUD Dr Moewardi tahun 2014 (N=8)

*Signifikan/bermakna pada α = 0,05

Berdasarkan tabel 4.6 didapatkan data rerata Glasgow Coma Scale

sebelum pada kelompok kontrol adalah 7,50 dan rerata setelah adalah 10,0.
Variable Mean SD SE N P value

Kelompok control 7,50 1,00 0,50 4 0,537

Kelompok intervensi 6,50 1,29 0,64 4

Variable N Mean SD SE P Value

Kelompok Kontrol 4

Sebelum 7,50 1,00 0,50 0,097*

Sesudah 10,0 1,82 0,91

Kelompok Intervensi 4

Sebelum 6,50 1,29 0,64 0,172*

Sesudah 10,0 2,58 1,29

56
Berdasarkan hasil uji Hasil uji T sample independen didapatkan P value 0,097,

yang artinya P value lebih dari 0,05. Interpretasi hasil uji ini adalah tidak ada

perbedaan yang signifikan rerata skala Glasgow Coma Scale responden

sebelum dan sesudah pada kelompok kontrol di ruang HCU stroke di RSUD

Dr Moewardi tahun 2014.

Dapat juga diketahui data rerata Glasgow Coma Scale sebelum pada

kelompok intervensi adalah 6,50 dan rerata setelah adalah 10,0. Berdasarkan

hasil uji Hasil uji T sample independen didapatkan P value 0,172, yang artinya

P value lebih dari 0,05. Interpretasi hasil uji ini adalah tidak ada perbedaan

yang signifikan rerata skala Glasgow Coma Scale responden sebelum dan

sesudah pada kelompok intervensi di ruang HCU stroke di RSUD Dr

Moewardi tahun 2014.

57
DAFTAR PUSTAKA

Alimul, Aziz 2008, Keterampilan dasar praktik klinik kebidanan, Edisi 2 , Salemba

Medika, Jakarta.

Anonim, 2012, Penyakit otak dan saraf, diakses 4 November 2013

http://otaksaraf.blogspot.com/2012/10/stroke.html

Arianto Risky, 2011, Stroke hemoragik, diakses 4 November 2013

<http://freshlifegreen.blogspot.com/2011 /strokehemorrhagic >

Asrin, Mardiyono & Saryono, 2007, ‘Pemamfaatan terapi musik untuk

meningkatkan status kesadaran pasien trauma kepala berat’, Jurnal

Keperawatan Soedirman (The Soedirman Journal of Nursing) , Volume 2, No.


2, hal 102-106.

Basjiruddin A, 2007, ‘ The management of hypertension to prevent stroke “.Dept. of

neurology medical faculty University of Andalas / RS. DR. M Djamil

Padang, diakses 07 September 2013,

<http://neuro.fk.unand.ac.id/in/research/-the-management-of-hypertension-to-

prevent-stroke >

Brunner & Suddarth, 2002, Keperawatan Medikal Bedah, Edisi 8, Volume 2,

Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta.

Cahyono J.B Suharjo.2008. Gaya hidup dan penyakit modern . Penerbit

Kanisius.Yogyakarta

Campbell, Don, 2002, Efek mozart , Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.

Corwin, Elizabeth J, 2009, Buku Saku PATOFISIOLOGI , EGC, Jakarta.

Dahlan Muhamad Sopiyudin. 2013. Statistik kedokteran dan kesehatan : deskriptif,

bivariat, dan multivariat dilengkapi aplikasi dengan menggunakan SPSS .

Penerbit Salemba Medika. Jakarta

Djohan, 2011, Terapi musik: teori dan aplikasi , Penerbit Galangpress,

Yogyakarta.
Effendi Ferry dan Makhfudli.2009 . Keperawatan kesehatan komunitas teori dan

praktek dalam keperawatan .salemba medika .jakarta

Putra Erwin Eka Febriana, 2011, Mengenal terapi musik, holistic solution

cente r, Jepara, diakses 4 November 2013<

http://www.terapimusik.com >

Jun EM ,Young Hwa Roh&Mi Ja Kim, 2012, ‘The effect of music movement

therapy on physical and psychological states of stroke

patients’,Volume 22 Number 1-2, Hal 22-31

Hendrati Tia Nahara, 2012, Sistem saraf parasimpatis(saraf tak sadar), diakses 4

November 2013 <http;//11074tianahara.blogspot.com/2012/04/

behaviorurldefaultvml.html

Junaidi, I, 2011, Stroke Waspadai Ancamannya , Penerbit Andi, Yogyakarta

Kim Dong Soo, Yoon Ghil Park,Jung Hwa Choi, Sang-Hee Im, Kang Jae

Jung, Young A Cha, Chul Oh Jung&Yeo Hoon Yoon, 2011, ‘Effects of

music therapy on mood in stroke patients’ Yonsei Med J, Volume 52

Number 6, Hal 977-981


Mahendra, Brury dan Evi Rahmawati N.H. 2005. Atasi stroke dengan tanaman obat .

Penebar Swadaya: Jakarta.

Muttaqin, Arif, 2008, Buku ajar asuhan keperawatan klien dengan gangguan sistem

persarafan , Salemba Medika, Jakarta.

Novita Dian, 2012, “Pengaruh Terapi Musik Terhadap Nyeri Post Operasi Open

Reduction Internal Fixation(ORIF) di RSUD DR.H Abdul Moeloek Provinsi

Lampung”, Tesis, Universitas Indonesia, Jakarta diakses 07 September 2013

<http://lontar.ui.ac.id/opac/ui/ >

Norhayati Mozac 2008, Embolism , diakses 14 April 2014,

<http://transportinanimalsandplants.blogspot.com/embolism-definition-

embolism-is.html>

Nulife Anugerah Mandiri 2007, Penyebab, dan akibat stroke , diakses 14 April 2014,

<http://medicastore.co/gejala_sebab_stroke>

Nurdianingtyas Dwi. 2011.Pengaruh Intervensi Musik Gamelan Terhadap Perubahan

Skala Nyeri Pada Proses Hmodialisis Pasien Penyakit Ginjal Kronis Di Renal

Unit Rumah Sakit Dr Moewardi Surakarta. Skripsi. Universitas Diponegoro.


Semarang

Nursalam.2013. Konsep dan penerapan metodologi penelitian keperawatan, Salemba

Medika , Jakarta

Olvista, 2011, Aterosklerosi-penumpukan lemak pada dinding arteri, Diakses 14

April 2014 <http://olvista.com/kesehatan/aterosklerosis-penumpukan-lemak-

pada-dinding-arteri >

Pinzon, Rezaldy & Laksim Asanti.2010. Pengertian, Gejala, Tindakan, Perawatan,

dan Pencegahan .ANDI.Yogyakarta

Sarkamo Teppo, Mari Tervaniemi, Sari Laitinen, Anita Forsblom, Seppo

Soinila, Mikko Mikkonen,Taina Autti, Heli M. Silvennoinen, Jaakko

Erkkila, Matti Laine, Isabelle Peretz and Marja Hietanen, 2008, ‘Music

listening enhances cognitive recovery and mood after middle cerebral

artery stroke’, Volume 131, Hal 866-876

Sastrodiningrat AG. Memahami fakta-fakta pada perdarahan subdural akut . Majalah

Kedokteran Nusantara. 2006

Sunardi, Nelly Yardes, Pramita Iriana, 2011, ‘Pengaruh perbedaan posisi kepala

terhadap tekanan intra kranial pasien stroke iskemik DI RSCM JAKARTA’,


Jurnal Madya .volume No.1

Upoyo Arif Setyo, 2012, “Pengaruh stimulasi murotal Al Quran terhadap nilai

Glasgow Coma Scale pada pasien stroke iskemik Di Rsud Dr. R. Goeteng

Aroenadibrata Purbalingga”, Tesis, Universitas Padjadjaran, Bandung

Diakses 30 Mei 2014 <http://pustaka.unpad.ac.id/archives/110181/>

Wahyu Genis ginanjar. 2009. Stroke hanya menyerang orang tua? . B first

.Yogyakarta

Anda mungkin juga menyukai