Anda di halaman 1dari 21

MAKALAH PERAWATAN RESTORATIF

Disusun Oleh :

1. Ismi Chairunnisa (04164402)


2. Mia Ayu Muziarti (04164410)
3. Via Agna M.U (04164428)
4. Wiwik Widia Astuti (04164431)
5. Wulndari Putri N (04164432)

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN SURYA GLOBAL

YOGYAKARTA

2019

KATA PENGANTAR

1
Puji dan syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa karena
atas berkat rahmat dan karunia-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan
makalah ini tepat pada waktunya.Kami selaku penyusun selalu berharap agar
makalah ini dapat bermanfaat bagi masyarakat.

Namun kami menyadari bahwa makalah ini belum mencapai titik


kemaksimalannya.Oleh karena itu, kami membuka pintu selebar-lebarnya untuk
saran dan kritikan yang dapat membangun, sehingga kami dapat memperbaiki
segala kekurangan yang ada.

Yogyakaryta, 13 April 2019

Penyusun

DAFTAR ISI

2
Kata Pengantar..........................................................................................................................
2

Daftar Isi...................................................................................................................................
2

BAB I PENDAHULUAN.........................................................................................................
4

A. Latar Belakang..............................................................................................................
4
B. Rumusan Masalah.........................................................................................................
4
C. Tujuan Penulisan Makalah............................................................................................
5

BAB II PEMBAHASAN..........................................................................................................
6

A. Definisi Perawatan Restoratif di Rumah.......................................................................


6
B. Sejarah Perawatan Restoratif........................................................................................
6
C. Status Fungsional dan Perawatan Restoratif.................................................................
8
D. Tim Perawatan Restoratif............................................................................................
.8
E. Peran Perawat dalam Tim Perawatan Restoratif.........................................................
.9
F. Proses Perawatan dalam Perawatan Restoratif............................................................
12
G. Kesehatan di Rumah dalam Kontinum Perawatan......................................................
16
H. Jenis Pelayanan Perawatan Kesehatan di Rumah dan Mekanisme
Reimbursement ........................................................................................................16

3
BAB III PENUTUP.................................................................................................................
20

A. Kesimpulan..................................................................................................................
20
B. Saran............................................................................................................................
20

DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................................
21

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Membangun berbagai intervensi keperawatan kesehatan restoratif di


rumah menjadi sangat penting karena banyak yang berpendapat bahwa
keperawatan restoratif di rumah sangatdibutuhkan dan menjadi intervensi
keperawatan yang efektif bagi usia lansia. Hal tersebut disebabkan karena
individu tersebut dapat menjadi bahaya bagi diri mereka sendiri dan orang lain.
(Ruth Ann. 2000).

Kebutuhan terhadap perawatan restoratif secara langsung berkaitan


dengan umur yang panjang. Semakin lama seseorang hidup, kemungkinan
mengalami masalah kesehatan yang berpengaruh terhadap fungsi tubuh
semakin besar sehingga dibutuhkan perawatan restoratif untuk memaksimalkan
fungsi yang masih tersisa (Avillon dan Mirgon,1989).

4
Hal tersebutlah yang mendasari penyusunan makalah ini, yakni untuk
membahas keperawatan kesehatan restoratif di rumah sehingga kita sebagai
perawat dapat mengetahui peran kita dalam perawatan restoratif di rumah.

B. Rumusan Masalah
1. Jelaskan definisi perawatan restoratif di rumah!
2. Bagaimana sejarah perawatan restoratif?
3. Jelaskan maksud dari status fungsional dan perawatan restoratif!
4. Apa yang dimaksud dengan tim perawatan restoratif?
5. Bagaimana peran perawat dalam tim perawatan restoratif
6. Bagaimana proses perawatan dalam perawatan restoratif?
7. Apa yang dimaksud dengan kesehatan di rumah dalam kontinum
perawatan?
8. Jelaskan jenis pelayanan perawatan kesehatan di rumah dan mekanisme
reimbursement!

C. Tujuan Penulisan Makalah


1. Menjelaskan definisi perawatan restoratif di rumah.
2. Mengetahui sejarah perawatan restoratif.
3. Menjelaskan status fungsional dan perawatan restoratif.
4. Mengetahuitentang tim perawatan restoratif.
5. Memahami peran perawat dalamtim perawatan restoratif.
6. Memberikan gambaran proses perawatan dalam perawatan restoratif.
7. Memberikan gambaran kesehatan di rumah dalam kontinum perawatan.
8. Memahami pelayanan perawatan kesehatan di rumah dan mekanisme
reimbursement.

5
BAB II

PEMBAHASAN

A. Definisi Perawatan Restoratif di Rumah

Perawatan restoratif memiliki definisi yang sama dengan istilah


perawatan rehabilitasi.Kata restorasi dalam beberapa literatur keperawatan
merujuk pada fokus perawat untuk memberikan perawatan pada aspek
restoratif dan akut kepada klien.(Potter & Perry, 2005)

Keperawatan restoratif merupakan salah satu intervensi keperawatan


yang mendorong masyarakat untuk menjadi pribadi yang mandiri dan aman.
Fokus keperawatan restoratif, yakni mencapai dan mempertahankan fungsi
fisik, mental, dan psikososial yang optimal klien. (Restorative Care: Policy,
Procedures and Training Package, 2010)

Tujuan dari keseluruhan perawatan restoratif yaitu untuk membantu


individu memperoleh status fungsi yang maksimal yang dapat meningkatkan
kualitas hidupnya, meningkatkan kemandirian dan perawatan diri klien, dan
memfasilitasi klien untuk memulai kembali kehidupannya di masyarakat.
(Kemp et al, 1990).

Pemberian layanan keperawatan di rumah dikenal dengan berbagai


istilah, seperti; keperawatan kesehatan di rumah, keperawatan asuhan di
rumah, keperawatan kunjungan rumah.Layanan keperawatan ini meliputi

6
pelayanan serta penyediaan produk untuk mempertahankan, memulihkan, serta
meningkatkan kesehatan fisik, psikologis, dan sosial klien yang berfokus pada
individu dan keluarga mereka.Berbanding terbalik dengan keperawatan
komunitas yang berfokus pada individu, keluarga, dan kelompok. (Kozier,
Barbara. 2010)

B. Sejarah Perawatan Restoratif


Perawatan restoratif telah menjadi kompenen viral sistem pelayanan
kesehatan sejak dibukanya tempat rehabilitasi pertama di tahun 1893. Mulanya,
perawatan restoratif diutamakan bagi para pemuda yang menjadi korban
kecelakaaan atau mereka yang menderita penyakit penyebab kecacatan seperti
polio (Raymond,1986). Tetapi seiring dengan kemajuan dalam pengontrolan
penyakit infeksi, tindakan pengobatan, nutrisi, teknologi, serta aspek-aspek
pelayanan kesehatan lainnya pada abad ke-XX, telah memperluas ekspansi
perawatan restoratif dan terus berkembang sesuai perkembangan zaman di
abad ke-XXI (McCourt,1993).
Sebelum Perang Dunia II berakhir, perawatan restoratif menjadi salah
satu bagian sistem kesehatan yang diberikan melalui kerja sama dengan
pelayanan militer. Undang-Undang Keamanan Sosial tahun 1935 merupakan
usaha awal untuk ekspansi perawatan restoratif bagi masyarakat Amerika (Mc
Court, 1993).Pada saat itu, dokter menjadi satu-satunya profesi yang dapat
memberikan perawatan restoratif (McKeown, 1979).
Sedangkan peran perawat dalam tim perawatan restoratif masih
terbatas. Peran perawat barulah menjadi semakin penting dalam perawatan
restoratif sejak tahun 1965 sehingga American Nurses Association
menerbitkan Guidelines for the Practice of Nursing on the Rehabilitations
Team: An Answer to a Growing Needs yang menjad pedoman perawat dalam
perawatan restoratif.
Diterimanya the Rehabilitation Act(Undang-Undang Rehabilitasi)
pada tahun 1973 (Avillon dan Mirgon, 1989), yang dibuat untuk meningkatkan
kesadaran tentang kebutuhan akan perawatan restoratif serta memperluaskan
pelayanan ini kepada masyarakat, menjadi salah satu peristiwa penting dalam
perkembangan perawatan restoratif. Tujuan dari perawatan restoratif adalah
mengembalikan klien ke masyarakat dan meningkatkan kontrol dan partisipasi

7
mereka terhadap perawatan.The Americans with Disabilities Act(Undang-
undang Orang Cacat) di Amerika pada tahun 1990, telah membuat bias
hambatan fisikdan diskriminasi yang berlawanan dengan pelanggaran terhadap
“orang cacat”. Perubahan ini telah meningkatkan pentingnya perawatan
restoratif dan prevalensi perawatan restoratif pada tempat pelayanan kesehatan
di masyarakat (Thompson Hoffman dan Stork, 1991).
Dengan adanya Undang-undang Rehabilitasi tahun 1973 maka peran
keperawatan dalam perawatan restoratif semakin meluas, dimana perawat
berperan sebagai pengelola, pemberi, dan advokat perawatan restoratif. Pada
tahun 1974 dibentuk Association of Rehabilitation NursesI(Asosiasi Perawat
Rehabilitasi) (McCourt,1993). Sepuluh tahun kemudian, asosiasi ini diberikan
surat kepercayaan untuk spesialis di bidang keperawatan rehabilitasi. (Potter &
Perry, 2005)

C. Status Fungsional dan Perawatan Restoratif


Klien mempunyai garis dasar tingkat fungsi, yang disebut dengan
kapasitas fungsi. Banyak klasifikasi masalah umum yang membatasi fungsi
klien dan memerlukan perawatan restoratif. Salah satunya, penurunan kapasitas
fungsi sehingga terjadi perbedaan fungsi antara kapasitas fungsi original (yaitu
sebelum terjadi suatu masalah kesehatan) dengan kapasitas fungsi residual
( tingkat fungsi yang tersisa setelah terjadi suatu masalah kesehatan) yang
disebut dengan defisit fungsi residual atau kecacatan.

Hubungan kapasitas fungsi, kapasitas fungsi residual, dan defisit


fungsi residual sebelum pemulihan adalah sebagai berikut.

Kapasitas Fungsional

(tingkat fungsi sebelum terjadi penyakit/trauma)

Dampak Derajat

Penyakit atau Trauma Defisit Fungsi Residual

Kapasitas fungsi Residual


(tingkat fungsi setelah terjadi penyakit/trauma)

8
D. Tim Perawatan Restoratif

Tim perawatan restoratif mendukung usaha klien untuk


memaksimalkan kemandirian dalam keterbatasan kapasitas fungsi residualnya
dan sesegera mungkin mengintegrasikan klien kembali ke masyarakat
(Gallanger dan Kreider, 1987). Secara keseluruhan, tim terlibat dalam
pengambilan keputusan klinis yang mencakup pengkajian diagnosa,
perencanaan, implementasi dan evaluasi.
Agar tim perawatan restoratif dapat berfungsi secara efisien, harus
diperhatikan hal-hal seperti berikut:
1. Harus ditentukan pemimpin dalam tim
2. Komunikasi harus berlangsung secara efektif, sering dan terdokumentasi
3. Kolaborasi diantara anggota tim harus dilakukan secara lengkap dan
bersungguh-sungguh
4. Penyelesaian konflik diantara berbagai disiplin ilmu harus dilakukan dengan
cepat.

E. Peran Perawat dalam Tim Perawatan Restoratif


Meningkatnya jumlah lansia dan orang yang menderita penyakit
kronik,kemajuan teknologi keperawatan dirumah,dan perpecahan dalam
keluargamenyebabkan meningkatnya tuntutan terhadap pelayanan perawatan
restoratif di rumah.
Perawat dapat berperan sebagai perawat, pemilik suatu lembaga dan
direktur. Perawatan di rumah ini memberikan autonomi dan fleksibilitas yang
besar dan menawarkan kesempatan pada perawat untuk melaksanakan praktik
klinis, manajemen, pemasaran, pengajaran, spesialisasi klinis, dan penelitian
secara mandiri. Perawat secara berkesinambungan membantu klien dalam
pemulihannya dan melakukan koordinasi tim perawatan restoratif (American
Nurses Association and Association of Rehabilitation Nurses, 1988).
1. Praktis Klinis
Pada umumnya perawat yang memberi perawatan di rumah adalah
seorang perawat generalis, yaitu perawat yang menerapkan keterampilan
dan pengetahuan keperawatan yang adaptif dan kreatif untuk klien pada

9
semua umur dan dengan masalah kesehatan dalam cakupan yang luas.
Filosofi yang holistik, tidak bersifat mengadili dan berpusat pada keluarga
merupakan filosofi penting bagi perawat yang memberi perawatan di rumah
dimana perawat harus memahami sistem nilai dan keyakinan orang lain.
Perawat berperan dalam membantu menumbuhkan dan mengembangkan
kemandirian klien untuk peningkatan dan pemeliharaan kesehatan. Perawat
yang memberi perawatan di rumah harus berinisiatif untuk melakukan
pengkajian dan diagnose terhadap masalah klien, implementasi terapi yang
tepat, dan evaluasi hasil.
Layanan keperawatan di rumah memerlukan pengkajian dan
pertimbangan klinis, keterampilan mengajar, dan kemampuan untuk
mengoordinasi dan mendokumentasikan perawatan yang diberikan. Perawat
yang memberikan pelayanan di rumah juga memerlukan pengetahuan yang
luas tentang sumber di masyarakat, faktor-faktor budaya dan sosial
ekonomi, dinamika keluarga, psikologi. Sehingga perawat mempunyai
peluang untuk mengembangkan hubungan dengan klien yang lebih baik
dari pada peluang yang dimiliki oleh perawat di rumah sakit. Hal ini dapat
memudahkan klien beradaptasi dengan rencana perawatan dan proses
penyakit. Sebagai contoh, klien dengan penyakit terminal yang menerima
injeksi heparin harian, dibantu dalam pelaksanaan jadwal pengobatan yang
menjadi kegiatan rutin harian di rumah. Selain itu, keterampilan menulis
yang terdiri dari pengetahuan yang diperlihatkan dan penerapan peraturan
dan pedoman penggantian biaya merupakan kemampuan yang penting
dimiliki oleh perawat.
2. Manajemen Perawatan Kesehatan di Rumah
Perawat yang memiliki keahlian dalam administrasi dan
pengalaman dalam praktik perawatan di rumah dapat menjadi direktur,
manajer, dan pengawas lapangan pada kebanyakan perawatan di rumah.
Mereka berperan sebagai penghubung antara pemberi pelayanan, klien,
dokter, sumber di masyarakat, anggota dewan penasehat, dan lembaga
pengatur dan pemberi penggantian biaya. Mereka bertanggung jawab untuk
mengatur keuangan, jaminan kualitas, dan pengembangan
program.Pengelolaan perawatan di rumah perlu memiliki kemampuan yang

10
kuat untuk meningkatkan keunggulan stafnya sambil menahan biaya dan
mengikuti pedoman peraturan dan penggantian biaya.

3. Aktifitas Penelitian dan Pendidikan


Beberapa perawat yang bekerja di lembaga perawatan di rumah
terlibat dalam beberapa aktifitas pendidikan.Karena pada dasarnya fokus
utama keperawatan di rumah adalah memberi pendidikan klien dan keluarga
untuk meningkatkan perawatan diri dan kemandirian klien dan
keluarga.Perawat dapat menentukan kemampuan dan kebutuhan belajar
untuk klien dan keluarga, rencana pengajaran dan evaluasi terhadap
keberhasilan klien dalam mencapai sasaran pembelajaran melalui kunjungan
rumah.
Sebagian besar lembaga perawatan di rumah melakukan koordinasi
aktivitas pendidikan staf, termasuk orientasi, konferensi kasus, lokakarya
kerja bulanan, dan kursus pengkajian fisik seiring dengan semakin teknik
dan intensifnya perawatan di rumah. Selain itu, perawat yang memberi
pelayan di rumah juga harus mengetahui cara menyelesaikan masalah dan
mengembangkan lebih jauh masalah tersebut menjadi aktivitas penelitian
yang lebih resmi untuk mendokumentasikan hal-hal sebagai berikut:
 Biaya yan efektif untuk masalah klinik
 Kebutuhan staf
 Kepuasan konsumen

 Aktivitas jaminan dan perbaikan kualitas

Aktivitas penelitian terdahulu akan menjadi penting bersamaan


dengan meningkatnya kompetisi dan peraturan dan menurunnya sumber
pembiayaan.
4. Tanggung Jawab Legal dan Etis
Perawat dapat melakukan aktivitas keperawatan mandiri
berdasarkan pendidikan dan pengalaman yang dimiliki serta mengevaluasi
klien untuk mendapat pelayanan perawatan di rumah tanpa program medis
tetapi perawatan tersebut tetap diberikan dibawah petunjuk rencana
tindakan tertulis yang disetujui oleh dokter. Sehingga dapat disimpulkan
bahwa dalam menentukan rencana medis, perawat bekerja sama dengan

11
dokter. Isu legal yang paling kontroversial dalam praktik perawatan di
rumah antara lain mencakup hal-hal sebagai berikut :
 Risiko yang berhubungan dengan pelaksanaan prosedur dengan teknik
yang tinggi, seperti pemberian pengobatan dan transfusi darah melalui
IV di rumah.
 Aspek legal dari pendidikan yang diberikan pada klien seperti
pertanggungjawaban terhadap kesalahan yang dilakukan oleh anggota
keluarga karena kesalahan informasi dari perawat.

 Pelaksanaan peraturan Medicare atau peraturan pemerintah lainnya


tentang perawatan di rumah. Seringkali , tunjangan dari Medicare telah
habis masa berlakunya sedangkan klien membutuhkan perawatan yang
terus menerus tetapi tidak mampu membayar biayanya. Beberapa
perawat akan menghadapi dilemma etis apabila mereka harus memilih
antara mentaati peraturan atau memenuhi kebutuhan untuk klien lansia,
miskin dan klien yang menderita penyakit kronik.

Sehingga, perawat harus mengetahui kebijakan tentang perawatan


di rumah untuk melengkapi dokumentasi klinis yang akan memberikan
penggantian biaya yang optimal untuk klien.
Selain itu, pengelola keperawatan juga harus memahami peraturan
dan mengikuti langkah-langkah legal yang diperlukan unuk mengantisipasi
adanya penolakan jaminan.
5. Perencanaan Pulang
Fungsi utama dari sebagian besar lembaga perawatan di
rumah, khususnya yang bergabung dengan rumah sakit. Perawat berperan
memberi fasilitas akses kepada semua pelayanan dan perawatan di rumah
saat klien pulang dari rumah sakit atau klinik dimana pengkajian dan
pengumpulan data dilakukan oleh koordinator sebelum klien pulang. Hal ini
akan membantu pelaksanan perawatan yang berkesinambungan dan pada
beberapa kasus dapat mempercepat proses kepulangan.

(Potter & Perry, 2005)

F. Proses Perawatan dalam Perawatan Restoratif


Dalam perawatan restoratif, perawat menggunakan proses
perawatan individu sehingga dapat membantu klien memperoleh kembali

12
tingkat fungsi dan kemandiriannya semaksimal mungkin. Proses keperawatan
ini mengharuskan perawat mampu berfikir kritis dan mengambil keputusan
untuk memfokuskan perawatan pada kebutuhan klien.
1. Pengkajian
Tahap ini meliputi pengumpulan informasi tentang lingkungan
klien dan pembinaan awal hubungan perawat-klien dengan
mengombinasikan informasi dari rujukan yang diserahkan serta pengkajian
klien dan keluarga di rumah. Perawat dapat mengumpulkan informasi
melalui wawancara, pengkajian fisik dan riwayat keperawatan. Pengkajian
biasanya mencakup hal-hal sebagai berikut:
a. Pengkajian fisik dan riwayat seluruh sistem tubuh dengan berfokus
pada penyakit yang sedang dialami.
b. Pengkajian psikososial (pendidikan, etnik,dan hubungan social)
c. Dinamika keluarga (pengambilan keputusan dan kebiasaan dalam
keluarga)
d. Kesehatan spiritual (nilai-nilai dalam hidup, harapan dan hubungan
bermasyarakat dengan orang lain)
e. Sumber-sumber di masyarakat (diperlukan untuk bantuan keuangan dan
perawatan lanjutan)
f. Faktor-faktor lingkungan (perumahan, transportasi, dan lingkungan
rumah)
g. Keterbatasan fungsi
h. Pengetahuan klien dan keluarga serta sikap mereka terhadap perilaku
sehat dan sakit dan akibatnya pada gaya hidup mereka.

2. Diagnosa keperawatan
Tahap selanjutnya adalah perawat menentukan diagnosa
keperawatan setelah mengumpulkan data mengenai klien dan kondisi
rumahnya. Beberapa diagnosa keperawatan dapat diterapkan untuk klien
dirumah , tetapi ada juga beberapa masalah kesehatan yang terlibat
sebagai masalah yang terjadi secara rutin. Jika data yang dikumpulkan
perawat kurang lengkap untuk dibuat menjadi sebuah diagnosa, maka
diperlukan informasi tambahan dari keluarga atau teman-temannya yang
dapat membantu menguatkan diagnosa tersebut.
3. Perencanaan
Setelah menentukan diagnose keperawatan, maka seorang
perawat akan membuat rencana keperawatan dan tujuannya untuk jangka

13
pendek dan jangka panjang. Diagnosa keperawatan dan tujuannya harus
dihubungkan dengan proses penyakit yang utama, rencana tindakan,
keterbatasan fungsi, dan masalah-masalah psikososial, keuangan, dan
lingkungan. Oleh karena itu, dibutuhkan kerja sama semua pihak. Klien
dan keluarga dibiasakan untuk mempunyai kontrol, dan perawat harus
menyadari akan hal ini. Keterlibatan klien dalam perencanaan dan
pendidikan akan menghasilkan kepatuhan yang lebih baik terhadap
rencana keperawatan yang diberikan. Peran aktif klien dapat
ditunjukkannya dengan cara bertanggung jawab terhadap perawatannya.
Faktor-faktor berikut ini yang harus diperhatikan ketika membuat rencana
keperawatan di rumah :
1) Faktor-faktor sosio ekonomi, budaya dan lingkungan
2) Sumber-sumber dikeluarga dan masyarakat
3) Penyuluhan klien
4) Kerjasama berbagai disiplin ilmu antara profesi yang member
keperawatan di rumah dengan dirumah sakit.
5) Dokter dan pemberi keperawatan klien lainnya, yang harus
dilakukankonsultasi dan diberikan informasi tentang kondisi awal
pasien.
Oleh karena itu, tujuan jangka pendek dan jangka panjangnya
harus realistis, dapat diukur keberhasilannya, dan bersadarkan pada hasil
yang diharapkan.Staf perawatan di rumah harus membantu mewujudkan
kemandirian dalam rangka mempersiapkan klien menerima perawatan
dirumah. Rencana perawatan restoratif berisi beberapa tujuan yang
berpusat pada klien yaitu :
a. Mempertahankan atau meningkatkan toleransi aktivitas klien
b. Klien keluarga melakukan keterampilan keperawatan tertentu secara
mandiri
c. Kemampuan klien untuk melakukan aktivitas perawatan diri
dipertahankan atau ditingkatkan.
d. Klien tetap berpartisipasi dalam pengambilan keputusan tentang
perawatannya.
4. Implementasi
Dalam mengimplementasikan rencana keperawatan diperlukan
kerjasama yang baik antara klien, anggota keluarga, anggota pelaksana
keperawatan restorative, dan dokter. Klien diajarkan tentang bagaimana

14
menggunakan peralatan khusus dan alat bantu untuk memperbaiki
mobilisasi, koordinasi, dan kemandirian pada saat klien melakukan
aktivitas hidup sehari-hari. Sebagian besar prosedur dapat diajarkan pada
klien dan keluarga. Asuransi pemerintah dan swasta hanya akan membayar
kunjungan yang dilaksanakan sampai klien dan keluarga mempunyai
cukup waktu untuk mempelajari berbagai prosedur tersebut. Namun ada
beberapa prosedur yang tidak bisa diajarkan kepada klien dan keluarga,
seperti; intervensi pengkajian prenatal dan pelaksanaan tranfusi darah
karena kedua hal ini memerlukan keahlian dari perawat yang telah
terdaftar. Dokumentasi yang menyeluruh tentang kunjungan yang
dilaksanakan akan mendukung penggantian biaya yang disebabkan karena
adanya kebutuhan terhadap perawatan yang terampil.
5. Evaluasi
Evaluasi hasil perawatan yang berlangsung secara terus-menerus
menjadi kunci keberhasilan keperawatan dirumah karena menjadi fungsi
yang paling penting dari tenaga keperawatan dirumah. Evaluasi respon
klien terhadap pendidikan yang diberikan, tindakan, dan obat-obatan yang
diberikan dapat dilihat dalam identifikasi perubahan yang diperlukan
dalam terapi. Evaluasi juga membantu perawat mengidentifikasi
hambatan yang mengganggu keefektifan rencana keperawatan. (Potter &
Perry, 2005)

G. Kesehatan di Rumah dalam Kontinum Perawatan


Perawatan kesehatan di rumah merupakan ketentuan tentang
pelayanan professional dan praprofessional untuk memelihara kesehatan,
pendidikan, pencegahan penyakit, diagnosa dan pengobatan penyakit, paliasi
dan rehabilitasi. Bentuk pelayanan keperawatan yang paling umum antara lain
pelayanan keperawatan medis dan kerja social, seperti; terapi fisik, okupasi,
bicara, dan pernapasan, terapi gizi dan pelayanan dokter. Dari berbagai jenis
pelayanan ini, pelayanan keperawatan adalah pelayanan yang paling sering di
gunakan karena tuntutan kebutuhan klien.Pelayanan praprofessional terdiri dari
pembantu perawatan di rumah dan pekerjaan rumah tangga yang dapat
mencegah tingginya biaya rumah sakit atau perawatan di tempat perawatan
terlatih.Peralatan yang digunakan dalam perawatan di rumah telah di

15
sesuaikan untuk dapat di gunakan di rumah termaksud barang-barang yang
berteknologi tinggi seperti ventilator mekanik,pompa infus IV, dan barang-
barang yang tidak di menggunakan teknologi tinggi seperti tempat tidur dan
alat bantu jalan. Sasaran utama dalam perawatan di rumah, yakni peningkatan
kesehatan dan pendidikan kesehatan secara tradisional merupakan.Fokus
perawatan di rumah adalah memberi dorongan terhadap kemandirian klien dan
keluarga melalui pendidikan tentang perawatan diri.
Beberapa klien berada dalam kondisi yang tidak stabil secara medis
dan mungkin mempunyai masalah akut memerlukan pengobatan di rumah,
pengkajian, profesional, pendidikan dan perubahan terapi yang sering.
Namun, beberapa klien mempunyai kondisi yang stabil secara medis tetapi
mereka memerlukan perawatan jangka panjang untuk mencegah kondisi yang
semakin buruk serta memerlukan perawatan di rumah sakit (Potter & Perry,
2005).
H. Jenis Perawatan Kesehatan di Rumah dan Mekanisme Reimbursement
Perawatan kesehatan dirumah yang diberikan diberikan seorang
perawat, yakni;
1. Perawatan Luka
Balutan yang steril,debridemendan irigasi luka,
pembalutan,pengkajian terhadap drainase,pengkajian dan pengambilan
kultur luka, dan memberi petunjuk kepada klien dan keluarga dalam
perawatan luka.
2. Perawatan Pernapasan
Pengelolaan terapi oksigen,ventilasi mekanik,dan melakukan
pengisapan dan perawatan trakeotomi.
3. Pengecekan Tanda Vital
Memantau tekanan darah,status kardiopulmonal ,dan memberi
instruksi pada klien dan keluarga dalam pengukuran denyut (jika
diperlukan)
4. Eliminasi
Klien dengan alat ostomi baru seringkali membutuhkan bantuan
untuk melaksanakan irigasi dan perawatan kulit dan bantuan untuk
mempelajari cara menggunakan peralatan khusus, seperti; pemasangan
kateter urine,irigasi,observasi adanya infeksi,dan memberi petunjuk pada
keluarga tentang kateterisasi intermiten.
5. Nutrisi

16
Pengkajian status nutrisi dan hidrasi, petunjuk diet yang
dianjurkan,pemberian makanan melalui selang.
6. Rehabilitasi
Memberi petunjuk kepada klien dan keluarga tentang cara
menggunakan alat bantu,latihan rentang gerak,ambulasi,dan teknik-teknik
pemindahan klien.
Untuk memenuhi kebutuhan klien terhadap pelayanan perawatan di
rumah dan peralatan yang dibutuhkan dalam perawatan di rumah serta untuk
menjamin penggantian biaya yang akurat maka perawat harus memahami
pelayanan yang diberikan dan cara klien mengganti biayanya. Penggantian
biaya (reimbursement) untuk pelayanan perawatan di rumah dilakukan melalui
tiga mekanisme : biaya pemerintah, asuransi swasta, dan biaya sendiri.
Lembaga berorientasi medis yaitu lembaga yang tugasnya bukan
hanya merawat secara fisik melainkan juga harus memahami tentang
kebutuhan social dan psikis individu. Sehingga lembaga ini dapat merawat
masyarakat yang berada di lingkungan yang terbatas (pedesaan) karena mereka
dapat memahami tentang kondisi di desa tersebut. (Nelson, dkk. 1991)
 Lembaga Perawatan Kesehatan di Rumah
Lembaga perawatan kesehatan di rumah memberikan bantuan
perawatan di rumah yang professional dan terampil, dan dilakukan dalam
waktu yang singkat, biasanya satu atau dua kali sehari sampai 7 hari
seminggu. Kunjungan biasanya berlangsung selama 1 jam.Penggunaan
bentuk pelayanan ini memungkinkan klien hidup secara mandiri, biasanya
dengan bantuan anggota keluarga.Lembaga yang ditunjuk untuk pelayanan
ini biasanya menerima penggantian biaya dari pemerintah, asuransi swasta,
dan biaya sendiri.Karena adanya peningkatan biaya kesehatan, maka semua
mekanisme penggantian biaya di evaluasi dengan teliti.
Terdapat beberapa jenis instansi perawatan di rumah.Beberapa
diantaranya adalah.
1. Instansi resmi atau publik dijalankan oleh pemeritah setempat atau
Negara bagian dan didanai oleh pajak.
2. Instansi sukarela atau swasta nirlaba didukung oleh donasi, sumbangan,
amal, seperti United Way, dan penggantian pembayaran oleh pihak
ketiga.
3. Instansi milik swasta adalah organisasi laba yang dijalankan oleh
pemillik individu atau perusahaan nasional.

17
4. Instansi berbasis intitusi beroperasi dibawah organisasi “orang tua”
seperti, rumah sakit yang didanai oleh sumber yang sama dengan “orang
tua”.
Adapun jenisnya, semua instansi perawatan dirumah harus
memenuhi standar khusus untuk lisensi, sertifikasi, dan akreditasi
 Lembaga Bea Swasta
Lembaga bea swasta memberikan pelayanan perawatan di rumah
secara professional dan paraprofessional yang lebih kontinu, biasanya
dilakukan perawat yang telah terdaftar, perawat yang mempunyai izin
praktik, pengurus rumah tangga, rekan, atau pembantu perawatan di rumah.
Lembaga ini membuat kontrak dengan praktisi perorangan (misalnya
perawat, tenaga bantu perawatan di rumah) untuk merawat klien di rumah.
Lembaga pelayanan ini memberikan pelayanan keperawatan selama 4
sampai 24 jam sehari.
Biaya pemerintah tidak akan membayar pelayanan keperawatan
lembaga penugasan swasta, sehingga penggantian biaya terutama diberikan
oleh asuransi swasta dan oleh biaya sendiri. Sesuai harapan, pelayanan ini
secara umum hanya dapat ditanggung oleh masyarakat yang memiliki
asuransi komersial yang memberikan penggantian biaya atau bagi mereka
yang dapat menanggung biaya pelayanan atas biaya sendiri.
 Perusahaan Peralatan Medis yang Tahan Lama
Sebagian besar perusahaan pelayanan medis yang tahan lama
menyediakan perlengkapan seperti tempat tidur rumah sakit, kursi roda,
lemari kecil yang berlaci, ventilator, dan beberapa peralatan yang dapat
dibuang setelah dipakai. Karena biaya yang dikaitkan dengan alat
kesehatan, perawat perlu memastikan bahwa klien mempunyai tunjangan
medicare/Medicaid atau alat kesehatan yang tahan lama dalam asuransi
komersial mereka atau mampu membayarnya secara pribadi. Penggantian
biaya dilakukan melalui asuransi milik pemerintah atau milik swasta.
Beberapa perusahaan peralatan medis saat ini dianjurkan untuk
mendapatkan akreditasi dari The Joint Commision on Acreditation of
Healthcare Organization untuk menjamin kualitas peralatan dan pelayanan
( JCAH, 1995 ).

18
Rujukan dari berbagai profesi kesehatan dapat diberikan untuk
perusahaan perusahaan peralatan medis yang tahan lama. (Potter &Perry,
2005)

BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Dalam keperawatan restoratif di rumah, seorang perawat harus
mengetahui perannya dalam tim perawatan restoratif. Selain itu,perawatharus
mampu berfikir kritis dan mampu mengambil keputusan untuk memfokuskan
perawatan yang didasarkan pada kebutuhan klien sesuai rencana keperawatan
yang telah disetujui oleh dokter. Agar perawatan kesehatan ini berjalan efektif
maka diperlukan kerjasama yang baik antara klien, anggota keluarga, anggota
pelaksana keperawatan restoratif, dan dokter.
B. Saran
Sebagai seorang perawat yang memberikan perawatan kesehatan di
rumah, hendaknya menjalin komunikasi yang baik dengan klien dan keluarganya
sehingga mereka dapat mudah memahami rencana keperawatan sesuai dengan
kondisi penyakit, psikososial, lingkungan klien.Hal ini sangat berpengaruh
terhadap keberhasilan perawatan kesehatan di rumah.

19
DAFTAR PUSTAKA

Goode, Ruth Ann. 2000. Social Work Practice In Home Health Care. New York:
The Haworth Press, Inc.

Kozier, Barbara. dkk. 2010. Buku Ajar Fundamental Keperawatan. Jakarta: EGC

Nelson.dkk. 1991. “Some Nursing Home Experiences” Journal of Gerontologycal


Social Work.

____. 2010. Restorative Care: Policy, Procedur, and Training Package. Toronto:
OANHSS

Potter, dan Perry. 2005. Fundamental Keperawatan. Jakarta: EGC

20
21

Anda mungkin juga menyukai