Anda di halaman 1dari 40

SKENARIO 1

“MENCEGAH PENYAKIT DENGAN VAKSIN”

Kelompok A-4
Ketua : Grandy Ilham Hutama (1102017099)
Sekretaris : Rahma Hazfani Hasibuan (1102017185)

Anggota : Andre Caesario (1102017024)

Luthfi Mubarak (1102015121)

Muhammad Aqil Irwansyah tualeka (1102014261)

Nadilla Yasinta (1102015154)

Prayoga Aryandika (1102017174)


Shofura Balqist Rasta (1102017217)
Sela Syahvira Amalia (1102017212)

PROGRAM STUDI KEDOKTERAN UMUM


FAKULTAS KEDOKTERAN

Jl.Letjen. Suprapto, Cempaka Putih, Jakarta Pusat. DKI Jakarta, Indonesia.10510.


Telepon +62 21 4206675
UNIVERSITAS YARSI 2018-2019
MENCEGAH PENYAKIT DENGAN VAKSINASI

Seorang bayi berumur 2 bulan mendapat vaksinasi BCG di lengan kanan atas untuk
mencegah penyakit dan mendapatkan kekebalan. Empat minggu kemudian bayi tersebut di
bawa kembali ke RS karena timbul benjolan di ketiak kanan. Setelah Dokter melakukan
pemeriksaan didapatkan pembesaran nodus limfatikus di region axilaris dekstra. Hal ini
disebabkan adanya reaksi terhadap antigen yang terdapat dalam vaksin tersebut dan
menimbulkan respon imun tubuh.
KATA-KATA SULIT

1. Vaksin : Sebuah senyawa antigen yang berfungsi untuk meningkatkan imunitas


tubuh terhadap virus dengan menghasilkan antibody dan Suspensi mikroorganisme yang
dilemahkan atau dimatikan ataupun suspensi protein antigen yang berasal dari
mikroorganisme tersebut yang diberikan untuk mencegah atau meringankan atau
mengobati penyakit menular.

2. Vaksinasi BCG : Vaksinasi BCG (Bacillus Calmette Guerin) adalah memberikan vaksin
untuk mendapatkan kekebalan dari penyakit TBC, dibuat dari Mycobacterium bovis
ataupun Vaksin yang berfungsi melindungi bayi dari TBC.

3. Antigen : zat yang merangsang system imun yang menyebabkan produksi


antibody.

4. Nodus limfatikus : Suatu kumpulan jaringan limfoid yang terletak di sepanjang


sistem limfatikus atau kelenjar kecil seperti kacang tanah, berfungsi untuk membentuk
limfosit dan berterminal di limfa.

5. Regio Axila dekstra : Regio dada di sekitar fossa axilaris sebelah kanan, bagian tubuh
yang berada di ketiak bagian kanan.

6. Respon Imun : Respon yang ditimbulkan oleh sel-sel molekul yang


berhadapan dengan substansi asing, kekebalan tubuh terhadap penyakit terutama infeksi.
Atau perlindungan terhadap penyakit, biasanya penyakit menular di perantarai oleh sel-
sel dan jaringan yang disebut sistem imun yang mengacu pada kemampuan untuk
merespon pada zat asing, mikroba dan molekul non infeksi.
PERTANYAAN

1. Kenapa pasien diberi vaksin BCG?


2. Kenapa timbul bejolan?
3. Kenapa terjadi reaksi antigen setelah vaksin?
4. Bagaimana respon tubuh setelah diberi vaksin?
5. Berapa usia optimal pemberian vaksin BCG?
6. Selain BCG vaksin apa yang dapat diberikan kepada bayi?
7. Apa bedanya vaksin dengan imunisasi?
8. Mengapa vaksin diberikan kepada bayi berumur 2 bulan?
9. Apakah vaksin memberikan kekebalan terhadap penyakit selamanya?
10. Apakah dalam islam vaksin diperbolehkan?
11. Perbedaan antigen dan anti body?

JAWABAN
1. Karena untuk mendapatkan kekebalan terhadap penyakit TBC dan kanker kandung
kemih.
2. Karena diketiak sebelah kanan terdapat nodus limfatikus yang sedang bekerja melawan
antigen atau benda asing.
3. Karena vaksin dianggap benda asing oleh tubuh.
4. Terbentuknya antibody untuk pertahanan tubuh, dengan harapan individu tersebut
memiliki kekebalan terhadap bakteri mikrobakterium.
5. Usia optimal pemberian vaksin adalah 2-3 bulan.
6. Vaksin yang dapat diberikan kepada bayi adalah cacar, campak, HIB, DPT, polio
7. Vaksinasi adalah memberikan vaksin atau jenis patogen tertentu yang dilemahkan
atau dinon-aktifkan. Sedangkan imunisasi adalah pemberian serum tertentu yang
sudah terdapat hasil respon imun, misalnya antibodi. Vaksinasi merupakan imunitas
aktif buatan sedangkan imunisasi adalah imunitas golongan pasif buatan.
8. Karena pada usia tersebut respon imun bayi mulai terbentuk.
9. Tidak, tapi efek yang ditumbulkan tidak separah orang yang tidak diberi vaksin.
Vaksin tidak bertahan selamanya, tapi vaksin bias di BOOSTER atau pemberian
ulang.
10. Boleh, jika dalam keadaan halal. Apabila ada kandunga zat haramnya juga
diperbolehkan apabila dalam keadaan darurat. Dan hukumnya mubah.
11. Antigen adalah zat yang merangsang system imun yang menyebabkan produksi
antibody, sedangkan Antibody adalah produk yang dikeluarkan ketika antigen masuk
kedalam tubuh.
HIPOTESIS

Vaksin merupakan patogen yang dilemahkan untuk merangsang terbentuknya antibody yang
berperan dalam mekanisme pertahanan tubuh. Pemberian vaksin dilakukan secara aktif buatan.
BCG merupakan salah satu contoh dari vaksin, pemberian vaksin tersebut
menimbulkanpembesaran pada nodus limfatikusakibat adanya reaksi inflamasi. Pemberian
vaksin dilakukan sedini mungkin untuk memberikan kekebalan padaindividu tersebut.
SASARAN BELAJAR

LO1. MEMAHAMI DAN MENJELASKAN ORGAN LIMFOID


1.1 Makroskopis
1.2 Mikroskopis

LO2. MEMAHAMI DAN MENJELASKAN SISTEM IMUN


2.1 Definisi
2.2 Klasifikasi
2.3 Mekanisme

LO3. MEMAHAMI DAN MENJELASKAN ANTIGEN DAN ANTIBODI


3.1 Definisi
3.2 Klasifikasi

LO4. MEMAHAMI DAN MENJELASKAN VAKSIN DAN IMUNISASI


4.1 Definisi
4.2 Jenis-Jenis dan Cara Pemberian

LO5. MEMAHAMI DAN MENJELASKAN PANDANGAN ISLAM TERHADAP


PEMBERIAN VAKSIN
LI.1. Memahami dan Menjelaskan Organ Limfoid

Sistem limfatik adalah sebuah sistem sirkulasi sekunder yang berfungsi mengalirkan limfa
atau getah bening dalam tubuh yang berasal dari cairan atau protein yang hilang, sistem ini
dianggap juga sebagai sistem pelengkap dari sistem imunitas tubuh.
Sistem limfatik terdiri atas limfe, pembuluh limfe, dan sekumpulan massa kecil jaringan
limfoid yang disebut nodus limfe, dan tiga organ yaitu tonsil, timus, dan limpa. Bagian penting
lain dari penelitian meliputi peran organ limfatik dalam pembentukan antibodi, respons imun,
reaksi alergi, dan dasar penolakan terhadap transplantasi, teknik imunosupresif, dan penyakit
autoimun.
Sistema lymphaticum dan systema cardiovascular adalah system yang membawa cairan tubuh
beredar keseluruh tubuh, tetapi harus diingat bahwa fungsi dari kedua system tersebut berbeda.
System lymphaticum bukan system sirkular yang tertutup dan tidak mempunyai pompa sentral.
Serta dibentuk oleh kumpulan pembuluh lymph berdinding tipis yang membawa cairan yang
jernih.
Systema lymphaticum dibentuk oleh:
1. Lymph
2. Pembuluh lymph, urutan besar pembuluh dari kecil sampai besar : kapiler lymph, lymphatic,
sampai ductus lymphaticus
3. Nodus lymphaticus, juga disebut : lymphoglandulae
4. Jaringan lymph di tractus intestinal, tepatnya di vili-vili intestinal yang biasa disebut plaque
peyeri
5. Lien, yang sering disebut limpa
6. Thymus
7. Tonsil
System lymphaticum didalam tubuh berfungsi sebagai:
1. Mengembalikan cairan dan protein dari jaringan ke dalam sirkulasi darah
2. Mengangkut lymphocytes dari kelenjar lymph ke sirkulasi darah
3. Untuk membawa lemak yang sudah diemulsikan oleh usus ke sirkulasi darah (oleh lacteal)
4. Kelenjar lymph (kelenjar getah bening) menyaring dan menghancurkan mikroorganisme untuk
menghindari penyebaran mikroorganisme itu dari tempat masuknya kedalam jaringan, ke
bagian tubuh lain
5. Apabila ada infeksi, kelenjar lymph menghasilkan zat anti (antibody) untuk melindungi tubuh
terhadap kelanjutan infeksi
1.1. Makroskopik

Sistem Limfatikus ini dibentuk oleh :


A. Lymph
Lymph merupakan cairan jernih yang dibawa mengalir dalam pembuluh Lymph pada
sistem Lymphaticus. Cairan intraselular (cairan yang berada di antara rongga2) yang
masuk ke kapiler lymph dan nantinya akan mengalami filtrasi untuk masuk ke pembuluh
lymph yang nantinya beredar/ bersirkulasi keseluruh tubuh yang kemudian akan masuk ke
pembuluh darah. Lymph seperti plasma tetapi memiliki kadar protein yang lebih kecil.
Kelenjar-Kelenjar Lymph menambahkan Lymphocytes pada Lymph. Lymph dalam
salurannya digerakkan oleh kontraksi otot rangka (skelet) seperti di ekstremitas inferior
(disebut skeletl muscle pump), oleh otot polos dan adanya katup untuk lymphatic yang
lebih besar, jga dibantu oleh gerakan respirasi pada pembuuh lymph di thorax, disebut
dengan respiratory pump.

B. Pembuluh Lymph (kapiler Lymph, Lymphatic, Ductus Lymphaticus)


Pembuluh Lymph berdinding tipis dan mempunyai katup seperti pembuluh darah vena.
Pembuluh lymph mempunyai diameter yang berbeda-beda, mulai dari yang paling kecil
yaitu Kapiler lymph, pembuluh lyph yang lebih besar disebut lymphatic dan pembuluh
yang paling besar disebut Ductus Lymphaticus.
Kapiler Lymph berada diseluruh tubuh, kecuali susunan saraf pusat, meninges, bola mata
(kecuali conjunctiva), lobulus hepar, pulpa lien, parenkim ren dan semua cartilago/ tulang
rawan.

Ductus Lymphaticus terdiri atas 2:


1. Ductus Lymphaticus Dextra
Ductur Lymphaticus Dextra merupakan pembuluh lymph yang pendek. Ductus ini
menerima aliran lymph dari kepala dan leher kanan, ekstremitas superior dextra
(lengan kanan) dan thorax dextra.

2. Ductus Lymphaticus Sinistra / Ductus Lymphaticus thoracicus


Ductus Lymphaticus sinistra / Ductus Lymphaticus thoracicus ini merupakan duktus
yang panjang. Ductus lymphaticus sinistra ini menerima aliran lymph dari kepala
dan leher kiri, ekstremitas superior sinistra, thorax sinistra, seluruh abdomen dan
kedua ekstremitas inferior. Ductus lymphaticus sinistra juga menerima aliran lymph
dan chyle dari cysterna chyle.
Cysterna Chyle ini menerima chyle dari lacteal / chyliferous (kapiler lymph pada
vili-vili intestinal tenue / usus halus), dan menerima aliran lymph dari kedua
ekstremitas inferior, dinding dan viscera abdomen & pelvis. Lacteal juga menyerap
lemak yang sudah di emulsikan, asam lemak dan vitamin A, D, E, K.
Organ limfoid primer :
Organ limfoid primer terdiri dari sumsum tulang dan timus. Sumsum tulang merupakan jaringan
yang kompleks tempat hematopoiesis dan depot lemak. Lemak merupakan 50 % atau lebih dari
kompartemen rongga sumsum tulang. Organ limfoid diperlukan untuk pematangan, diferensiasi
dan poliferasi sel T dan B sehingga menjadi limfosit yang dapat mengenal antigen. Sel
hematopoietik yang diproduksi di sumsum tulang menembus dinding pembuluh darah dan masuk
ke sirkulasi dan di distribusikan ke bagian tubuh.

Timus
Timus tumbuh terus hingga pubertas. Setelah mulai pubertas, timus akan mengalami involusi
dan mengecil seiring umur kadang sampai tidak ditemukan. akan tetapi masih berfungsi untuk
menghasilkan limfosit T yang baru dan darah. Mempunyai 2 buah lobus, mempunyai bagian
cortex dan medulla, berbentuk segitiga, gepeng dan kemerahan.
Timus mempunyai 2 batasan, yaitu :

1) Batasan anterior = manubrium sterni dan rawan costae IV


2) Batasan atas = Regio colli inferior (trachea)
Letak : Terdapat pada mediastinum superior, dorsal terhadap sternum. Dasar timus
bersandar pada perikardium, ventral dari arteri pulmonalis, aorta, dan trakea. Batas anterior
yaitu manubrium sterni, dan rawan costae IV. Batas Atas yaitu regio colli inferior (trachea).

Perdarahan : Berasal dari arteri thymica cabang dari arteri thyroidea inferior dan
mammaria interna. Kembali melalui vena thyroidea inferior dan vena mammaria interna.

Thymus mempunyai struktur pipih, berlobus dua atau tiga. Terletak antara sternum dan
pericardium dalam mediastinum superior. Pada bayi neonates, thymus mempunyai ukuran
relative yang terbesar dibandingkan dengan ukuran tubuhnya, dimana pada saat itu thymus
dapat meluas sampai didepan pembuluh-pembuluh besar dan pangkal leher. Thymus terus
tumbuh sampai pubertas, tetapi setelah dewasa thymus akan mengalami involusi. Thymus
tampak berwarna dadu dan berlobus dan merupakan sumber penting limfosit T. batas anterior
thymus adalah sternum, rawan costae 4, M.sternophyoid dan M.sternothyroideus. batas
atas/superior adalah leher, kadang sampai dekat lobus inferior glandula thyroidea. ( Grey,
1865 )
Sumsum Tulang
Terdapat pada sternum, vertebra, tulang iliaka, dan tulang iga. Sel stem hematopoetik akan
membentuk sel-sel darah. Proliferasi dan diferensiasi dirangsang sitokin. Terdapat juga sel
lemak, fibroblas dan sel plasma. Sel stem hematopoetik akan menjadi progenitor limfoid yang
kemudian mejadi prolimfosit B dan menjadi prelimfosit B yang selanjutnya menjadi limfosit
B dengan imunoglobulin D dan imunoglobulin M (B Cell Receptor) yang kemudian
mengalami seleksi negatif sehingga menjadi sel B naive yang kemudian keluar dan mengikuti
aliran darah menuju ke organ limfoid sekunder. Sel stem hematopoetik menjadi progenitor
limfoid juga berubah menjadi prolimfosit T dan selanjutnya menjadi prelimfosit T yang
akhirnya menuju timus.

Organ limfoid sekunder :


Organ limfoid sekunder merupakan tempat sel dendritik mempersentasikan antigen yang yang
ditangkapnya di bagian lain tunuh ke sel T yang memacunya untuk poliferasi dan diferensiasi
limfosit.

1. Limfonodus
Terletak disekitar pembuluh darah yang berfungsi untuk memproduksi limfosit dan
antibodi untuk mencegah penyebaran infeksi lanjutan, menyaring aliran limfatik sekurang-
kurangnya oleh satu nodus sebelum dikembalikan kedalam aliran darah melalui duktus
torasikus, sehingga dapat mencegah penyebaran infeksi lebih luas. Terdapat permukaan
cembung dan bagian hillus (cekung) yang merupakan tempat masuknya pembuluh darah
dan saluran limfe eferen yang membawa aliran limfe keluar dari limfonodus. Saluran
afferen memasuki limfonodus pada daerah sepanjang permukaan cembung.
NODUS LYMPHATICUS

Berbetuk oval seperti kacang tanah, mempunyai pinggiran yang cembung dan cekung, pinggiran yang
cekung disebut dengan hillum. Biasanya nodus lymphaticus berada di sekitar pembuluh darah

Lokasi Nodus Lymphaticus

 Kepala
1. Kepala dan Leher belakang
2. Sekitar M.sternimastoideus , meliputi belakang lidah, pharynx, cavum nasi, atap mulut dan
wajah
3. Dibawah ramus mandibula, mencakup dasar mulut
 Ekstremitas Superior
1. Lipat siku sampai lengan bawah dan tangan
2. Regio Axillaris
3. Dibawah M. Pectoralis, meliputi glandula mamae , kulit dan otot thorax
 Thorax
1. Bagian parietal, dinding thorax
2. Bagian Viscera, meliputi jantung, pericardium, pulmo, pleura , thymus, dan oesophagus
 Abdomen dan pelvis
1. Bagian parietal, meliputi bawah peritoneum, dekat pembuluhn darah besar
2. Bagian viscera meliputi pembuluh darah viscera
 Rectum
 Ekstremitas Inferior
1. Diatas A.V tibialis anterior
2. Regio poplitea
3. Regio inguinal
C. Organ Limfoid

Bentuk : Oval seperti kacang tanah atau kacang merah dengan pinggiran cekung (hillus).

Ukuran : Sebesar kepala peniti atau buah kenari, dapat diraba pada daerah leher, axilla,
dan inguinal dalam keadaan infeksi.
2. Lien (Limpa)
Merupakan organ limfoid yang terbesar, lunak, rapuh, vaskular berwarna kemerahan
karena banyak mengandung darah dan berbentuk oval. Pembesaran limpa disebut dengan
splenomegali. Pembesaran ini terdapat pada keaadan leukimia, cirrosis hepatis, dan anemia
berat.

Letak : Regio hipochondrium sinistra intra peritoneal. Pada proyeksi costae 9, 10,
dan 11. Setinggi vertebrae thoracalis 11-12. Batas anterior yaitu gaster, ren
sinistra, dan flexura colli sinistra. Batas posterior yaitu diafragma, dan
costae 9-12. Lien terletak antara vertebrae thoracalis 9-12 dan pada costae
9,10,11 sinistra. Lien berada disebelah lateral dari linea mid clavicula
sinistra dan sepanjang sumbu costae 10. Margo anterior lien teraba tajam ,
mempunyai tiga incisura dan tidak keluar dari arcus costarum . sedangkan
margo posterior teraba tumbul.

Ukuran : Sebesar kepalan tangan masing-masing individu.

Aliran darah : Aliran darah akan masuk kedaerah hillus lienalis yaitu arteri lienalis dan
keluar melalui vena lienalis ke vena porta menuju hati.
Batas-batas

Batas anterior adalah gaster, cauda pancreas, flexura coli sinistra , ren sinistra sepanjang pinggir
medialnya. Batas posteriornya adalah diaphragma, pleura sinistra , pulmo sinistra, costae 9,10,11
sinistra.

Bagian-Bagian

 Facies visceralis
 Facies diaphragmatica
 Hilus lienalis

Hubungan lien dengan alat sekitar


Dengan gaster oleh ligamentum gastrilienalis, dari hilus lienalis ke curvatura major.
Dengan diaphragma oleh ligamentum phrenico lienalis Dengan dalaman perut
 Depan : gaster
 Belakang : ren (ginjal)
 Bawah : Flexura coli sinistra

Pada hillus lienalis menempel cauda pancreas (daerah intraperitoneal) , A.V .lienalis dan vasa
lienalis

Dengan ren oleh lig lienorenalis , adalah : lig. Gastrolienalis yang melipat ke belakang abdomen
bagian posterior sebagai lapisan anterior Lig.lienorenalis.
3. Tonsil
Tonsil termaksud salah satu dari organ limfoid yang terdiri atas 3 buah tonsila yaitu
Tonsila Palatina, Tonsila Lingualis, Tonsila Pharyngealis. Ketiga tonsil tersebut
membentuk cincin pada saluran limf yang dikenal dengan “Ring of Waldeyer” hal ini yang
menyebabkan jika salah satu dari ketiga tonsila ini terinfeksi dua tonsila yang lain juga
ikut meradang. Organ limfoid yang terdiri atas 3 buah tonsila, yaitu :

a) Tonsila palatina
Terletak pada dinding lateralis (kiri-kanan uvula) oropharynx dextra dan sinistra.
Terletak dalam 1 lekukan yang dikenal sebagai fossa tonsilaris dengan dasar yang biasa
disebut tonsil bed. Fossa tonsilaris dibatasi oleh dua otot melengkung membentuk arcus
yaitu arcus palatoglossus dan arcus palatopharyngeus.
b) Tonsila lingualis
Adalah susunan jaringan lymphoid dibawah mukosa 1/3 posterior lidah, tidak
mempunyai papila yang menyebabkan permukaannya berbenjol-benjol tidak teratur.
Lidah diperdarahi oleh arteri lingualis, ramus tonsilaris a. Facialis dan a. Pharyngea
ascendens, vena-venanya bermuara ke vena jugularis interna.
c) Tonsila pharyngealis
Merupakan kelompok jaringan lymphoid dibawah epitel atap nasopharynx di dinding
posteriornya. Perdarahan tonsilla pharyengealis diberikan oleh A. Maxillaris dan
A.facialis. Vena-venanya sesuai dengan nama arterinya yang semuanya akan bermuara
ke plexus venosus pharyngeal.
Perdarahan : Aliran darah berasal dari arteri tonsillaris yang merupakan cabang dari arteri
maxillaris externa (fascialis) dan arteri pharyngica ascendens lingualis.
1.2. Mikroskopik
a. Kapiler Lymph
i. Mempunyai katup satu arah sehingga kelebihan cairan dapat masuk tetapi tidak dapat
keluar
ii. Mengambil bakteri dan virus yang akan dihancurkan di limfonodus

b. Pembuluh Lymph Sedang


i. Serupa dengan pembuluh darah (mempunyai 3 lapisan) tetapi lebih tipis
ii. Pembuluh lymph superfisial berjalan bersama dengan vena superfisial
iii. Pembuluh lymph visera dan pembuluh lymph di saluran cerna berjalan bersama dengan
arteri visera
iv. Mempunyai tekanan yang sangat rendah
c. Pembuluh Lymph Besar (Ductus Thoracicus)

d. Nodus Lymphaticus
Limfonodus memiliki sisi konveks (cembung) dan konkaf (cekung) yg disebut hilus  tempat arteri
dan saraf masuk dan vena serta vassa efferent keluar dari organ
a. Korteks Luar
 Dibentuk oleh jaringan limfoid yang terdiri atas sel retikular mesenkimal yg
menghasilkan serat retikular yang dipenuhi oleh limfosit B
 Di dalam jaringan limfoid korteks terdapat struktur berbentuk sferis yg disebut nodulus
limfatikus
 Terdapat sinus subkapsularis, yang dibentuk oleh suatu jaringan ikat longgar dari
makrofag, sel retikular dan serat retikular
ii. Korteks Dalam
 Merupakan kelanjutan korteks luar, mengandung beberapa nodulus
 Mengandung banyak limfosit T, terutama T helper

iii. Medula Limfonodus


 Terdiri atas korda medularis yang merupakan perluasan korteks dalam
 Mengandung Limfosit B, limfosit T dan sel plasma
 Korda medularis dipisahkan oleh struktur seperti kapiler yg berdilatasi  sinus limfoid
medularis yang mengandung cairan limfe
e. Timus

i. Timus memiliki suatu simpai jaringan ikat yang masuk ke dalam parenkim dan membagi
timus menjadi lobulus.
ii. Setiap lobulus memiliki satu zona perifer gelap disebut korteks dan zona pusat yang terang
disebut medula. Korteks dan medula berisi sel-sel limfosit.
iii. Korteks Timus
a. Sebagian besar limfosit T yang sedang berproliferasi
b. Sel retikular epitelial yang tersebar
c. Beberapa makrofag

iv. Medula Timus


a. Lebih banyak sel retikular epitelial dan limfosit matang
b. Sel retikular epitelial mensekresi hormon thymosin utk diferensiasi dan
proliferasi sel T
c. Mengandung badan hassal yang merupakan sel retikular epitel gepeng yang
tersusun konsentris, mengalami degenerasi dan mengandung granula
keratohialin.
d. Fungsi badan hassal belum diketahui
f. Lien

a. Pulpa Lien
i. Pada permukaan irisan melalui lien segar, dengan mata tampak bintik-bintik putih dalam
parenkim  nodulus limfatikus (pulpa putih/pulpa alba)
ii. Pulpa alba terdapat dalam jaringan merah tua yang penuh dengan darah  pulpa
merah/pulpa rubra.
iii. Pulpa rubra terdiri atas bangunan memanjang yaitu korda lien (korda billroth) yang terdapat
diantara sinusoid.

b. Pulpa Putih / Pulpa Alba


i. Terdiri atas jaringan limfoid yang menyelubungi a. sentralis dan nodulus limfatikus
ii. Sel-sel limfoid yang mengelilingi a. sentralis terutama Limfosit T dan membentuk
selubung periarteri
iii. Diantara pulpa putih dan pulpa merah terdapat zona marginalis

c. Pulpa Merah / Pulpa Rubra


i. Adalah jaringan retikular dengan ciri khas, yaitu adanya:
1. korda lien yang terdiri atas sel dan serat retikular mesenkimal
2. makrofag
3. limfosit
4. sel plasma
5. banyak unsur darah (eritrosit, trombosit, granulosit)
ii. Banyak terdapat sinusoid

g. GALT (Gut Associated Lymphoid Tissue)


a. Dapat ditemukan terisolasi atau berkelompok dalam jaringan ikat longgar berbagai organ,
terutama dalam lamina propria saluran cerna, saluran napas bagian atas dan saluran kemih.
Contoh: plaques peyeri

h. MALT (Mucous Associated Lymphoid Tissue)


i. O-MALT (organized mucosa-associated lymphatic tissue)
a. Tonsila Palatina
i. Terletak pada dinding lateral faring bagian oral
ii. Setiap tonsila memiliki 10-20 invaginasi epitel (epitel berlapis gepeng tanpa lapisan tanduk)
yang menyusup ke dalam parenkim membentuk kriptus yabg mengandung sel-sel epitel
yang terlepas, limfosit hidup dan mati, dan bakteri dalam lumennya
iii. Yang memisahkan jaringan limfoid dari organ-organ berdekatan adalah satu lapis jaringan
ikat padat yg disebut simpai tonsila yang biasanya bekerja sebagai sawar terhadap
penyebaran infeksi tonsila

b. Tonsila Pharyngeal
i. Ditutupi epitel bertingkat silindris bersilia
ii. Terdiri atas lipatan-lipatan mukosa dengan jaringan limfoid difus dan nodulus limfatikus
iii. Tidak memiliki kriptus
iv. Simpai lebih tipis dari tonsila palatina

c. Tonsila Lingualis
i. Lebih kecil dan lebih banyak
ii. Terletak pada pangkal lidah
iii. Ditutupi epitel berlapis gepeng
iv. Masing-masing mempunyai sebuah kriptus
Sirkulasi

 Susunan sel-sel endotel membentuk lubang mirip katup satu arah di dinding pembuluh.
 Tekanan cairan di bagian luar pembuluh mendorong masuk tepi-tepi paling dalam dari
sepasang tepi yang tumpang-tindih, menciptakan celah antara tepi-tepi (yaitu lubang katup).
Lubang ini memungkinkan cairan interstisium masuk.
 Setelah masuk ke pembuluh limfe, cairan limfe tidak keluar. Tekanan cairan di bagian dalam
mendorong tepi-tepi yang tumpang tindih saling mendekat, menutup katup sehingga cairan
limfe tidak keluar.
Partikel besar di cairan interstisium, misalnya protein plasma yang keluar dan bakteri, dapat
memperoleh akses ke pembuluh limfe awal tetapi tidak dapat masuk ke kapiler darah.
 Pembuluh-pembuluh limfe awal kemudian menyatu untuk membentuk pembuluh limfe yang
semakin besar, yang akhirnya bermuara ke dalam sistem vena didekat tempat darah memasuki
atrium kanan.
 Aliran limfe terjadi melalui dua mekanisme:
Pertama
o Pembuluh limfe selain pembuluh limfe awal dikelilingi oleh otot polos, yang
berkontraksi secara ritmis akibat aktivitas miogenik.
o Ketika otot tersebut teregang akibat pembuluh terisi oleh limfe, otot tersebut secara
inheren berkontraksi lebih kuat, mendorong cairan limfe di dalam pembuluh.
o Stimulasi otot polos limfe oleh sistem simpatis semakin meningkatkan aktivitas
pemompaan pembuluh limfe.
Kedua
o Karena pembuluh limfe limfe terletak diantara otot-otot rangka, kontraksi otot-otot ini
memeras limfe keluar dari pembuluh.
o Katup-katup satu arah yang terletak di pembuluh limfe mengarahkan aliran limfe
menuju pintu keluarnya di vena dada.
LO2. MEMAHAMI DAN MENJELASKAN SISTEM IMUN

2.1. Definisi
Imunitas adalah pertahanan terhadap penyakit ,terutama penyakit infeksi (Immunologi Abbas);
Imunitas adalah resistensi terhadap penyakit terutama infeksi. (Imunologi UI) ; Sistem Imun adalah
kumpulan sel-sel , jaringan dan molekul-molekul yang berperan dalam pertahanan infeksi (imunologi
Abbas) ; Sistem Imun adalah gabungan sel,molekul dan jaringan yang berperan dalam resistensi
terhadap infeksi (Imunologi UI) ; Sistem kompleks yang terdiri dari komponen-komponen seluler dan
molekuler, fungsi utamanya adalah untuk membedakan substansinya sendiri dengan substansi asing
serta sebagai mekanisme pertahanan tubuh terhadap berbagai organisme atau substansi asing [Dorland
Ed. 29] ; Imunitas adalah kemampuan tubuh untuk melindungi dirinya sendiri dengan menahan atau
menghilangkan benda asing (seperti bakteri atau virus) atau sel abnormal (sel kanker) yang berpotensi
merugikan. (Sherwood, 2015)

2.2. Klasifikasi

Sistem Imun
Non-Spesifik Spesifik

Fisik Larut Humoral Selular


Selular
Biokimia:
-Kulit -Fagosit:
-Lisozim Sel B Sel T
-Selaput > Mononuklear
lendir - -IgG -Th1
Sekresisebaseus -Th2
-Silia >Polimorfonukle
-IgA
-Asam lambung -IgM -Th17
-Batuk ar
-Laktoferin -IgE -Treg
-Bersin -Sel NK
-Asam -IgD -Tdth
-Basofil
neuraminik Sitokin -CTL/Tc
-Eosinofil -NKT
-SD
Humoral:
-Komplemen
-APP
-Mediator asal
lipid
-Stitokin

Respon imun adalah bentuk reaksi pertahanan tubuh terhadap antigen. Sedangkan imunitas lebih
mengarah kepada darimana pertahanan itu kita dapatkan. Respon imun dapat dibagi menjadi
respon imun alamiah atau nonspesifik / natural / innate / native / nonadaptif dan didapat atau
spesifik / adaptif / acquired.
1. Respon Imun Nonspesifik
Disebut nonspesifik karena tidak ditujukan terhadap mikroba tertentu, telah ada dan siap
berfungsi sejak lahir. Mekanismenya tidak menunjukkan spesifisitas terhadap bahan asing
dan mampu melindungi tubuh terhadap banyak patogen potensial. Sistem tersebut merupakan
pertahanan terdepan dalam menghadapi serangan berbagai mikroba dan dapat memberikan
respons langsung.
a. Pertahanan fisik/mekanik
Kulit, selaput lendir, silia saluran napas, batuk dan bersin, merupakan garis pertahanan
terdepan terhadap infeksi.

b. Pertahanan biokimia
1) pH asam keringat dan sekresi kelenjar sebaseus, berbagai asam lemak yang dilepas
kulit mempunyai efek denaturasi terhadap protein membrane sel sehingga dapat
mencegah infeksi melalui kulit.
2) Lisozim dalam keringat, ludah, air mata, ASI dapat melindungi tubuh dari kuman gram
(+) dengan cara menghancurkan lapisan peptidoglikan dinding bakteri.
3) ASI, ludah juga mengandung laktooksidase. Pada ASI mempunyai sifat antibacterial
terhadap E.Coli dan stafilokok. Pada saliva dapat merusak dinding sel mikroba dan
menimbulkan kebocoran sitoplasma.

c. Pertahanan humoral
Menggunakan berbagai molekul larut yang diproduksi di tempat infeksi dan berfungsi
local. Molekulnya berupa peptide antimikroba seperti defesin, katelisidin, dan IFN
dengan efek antiviral.
1) Komplemen: terdiri atas sejumlah besar protein yang bila diaktifkan akan memberikan
proteksi terhadap infeksi dan berperan dalam respons inflamasi. Spectrum yang luas
diproduksi hepatosit dan monosit. Berperan sebagai opsonin yang meningkatkan
fagositosis, sebagai factor kemotaktik dan menimbulkan destruksi/lisis bakteri dan
parasit.
2) CRP (C-reactive protein): salah satu PFA, termasuk golongan protein yang kadarnya
dalam darah meningkat pada infeksi akut sebagai respons imunitas nonspesifik.
Pengukuran CRP digunakan untuk menilai aktivitas penyakit inflamasi. Dengan
bantuan Ca++ dapat mengikat berbagai molekul antara lain fosforikolin yang ditemukan
pada permukaan bakteri/jamur.

d. Pertahanan selular
Fagosit, sel NK (Natural Killer), sel mast dan eosinofil berperan dalam sistem imun
nonspesifik selular. Sel-sel sistem imun tersebut dapat ditemukan dalam sirkulasi atau
jaringan. Contoh sel yang dapat ditemukan dalam sirkulasi adalah neutrofil, eosinofil,
basofil, monosit, sel T, sel B, sel NK, sel darah merah dan trombosit. Sel-sel tersebut
dapat mengenal produk mikroba esensial yang diperlukan untuk hidupnya. Contoh sel-
sel dalam jaringan adalah eosinofil, sel mast, makrofag, sel T, sel plasma dan sel NK.
2. Respon Imun Spesifik
Respon imun spesifik mempunyai kemampuan untuk mengenal benda yang dianggap asing
bagi dirinya. Benda asing yang pertama kali terpajan dengan tubuh segera dikenal oleh sistem
imun spesifik. Pajanan tersebut menimbulkan sensitasi, sehingga antigen yang sama dan
masuk tubuh untuk kedua kali akan dikenal lebih cepat dan kemudian dihancurkan. Oleh
karena itu, sistem tersebut disebut spesifik. Untuk menghancurkan benda asing yang
berbahaya bagi tubuh, sistem imun spesifik dapat bekerja tanpa bantuan sistem imun
nonspesifik. Namun pada umumnya terjalin kerjasama yang baik antara sistem imun
nonspesifik dan spesifik seperti antara komplemen-fagosit-antibodi dan antara makrofag-sel
T.

a. Respon imun spesifik humoral


Pemeran utama dalam sistem imun spesifik humoral adalah limfosit B atau sel B. Humor
berarti cairan tubuh. Sel B berasal dari sel asal multipoten di sumsum tulang. Pada
manusia diferensiasinya terjadi dalam sumsum tulang. Sel B merupakan asal dari sel
plasma yang membentuk imunoglobulin (Ig) yang terdiri atas IgG,IgM,IgA,IgE dan IgD.
IgD berfungsi sebagai opsonin, dapat mengaglutinasikan kuman/virus, menetralisir toksin
dan virus, mengaktifkan komplemen (jalur klasik) dan berperanan pada Antibody
Dependent Cellular Cytotoxicity (ADCC). ADCC tidak hanya merusak sel tunggal tetapi
juga mikroorganisme multiselular seperti telur skistosoma, kanker, penolakan transplan,
sedang ADCC melalui neutrofil dan eosinofil berperan pada imunitas parasit.

b. Respon imun spesifik selular


Peran sel T dapat dibagi menjadi 2 fungsi utama : fungsi regulator dan fungsi efektor. Fungsi
regulator terutama dilakukan oleh salah satu subset sel T, sel T penolong (juga dikenal
sebagai sel CD4 karena petanda cluster of differentiation di permukaan sel diberi nomor 4).
Sel-sel CD4 mengeluarkan molekul yang dikenal dengan nama sitokin (protein berberat
molekul rendah yang disekresikan oleh sel-sel sistem imun) untuk melaksanakan fungsi
regulatornya. Sitokin-sitokin dari sel CD4 mengendalikan proses-proses imun seperti
pembentukan immunoglobulin oleh sel B, pengaktivan sel T lain, dan pengaktivan
makrofag. Fungsi efektor dilakukan oleh sel T sitotoksik (dahulu dikenal sebagai sel T
pembunuh tetapi jangan kacaukan dengan sel NK; saat ini dikenal sebagai CD8 karena
cluster of differentiation diberi nomor 8). Sel-sel CD8 mampu mematikan sel yang terinfeksi
oleh virus, sel tumor, dan jaringan transplantasi dengan menyuntikan zat kimia yang disebut
perforin ke dalam sasaran asing
2.3. Mekanisme
A. Mekanisme Respon Imun Non-Spesifik
Sistem imun alami merupakan pertahanan tubuh yang pertama kali bekerja saat terdapat
invasi. Sistem ini umumnya aktif sampai 12 jam pertama sejak invasi organisme. Sel yang
berperan dalam sistem imun alami di antaranya adalah makrofag dan natural killer cell. Sel-sel
tersebut dinamakan fagosit karena akan melawan invasi dengan cara fagositosis (penelanan
organisme asing).
Selain fagositosis, salah satu mekanisme lain dalam sistem imun alami adalah dengan
produksi ‘antibiotik alami’ berupa interferon dan lysozyme. Interferon berperan dalam mengeblok
replikasi dari virus yang masuk ke dalam tubuh, sedangkan lysozyme berperan dalam menyerang
dinding sel bakteri.

Proses fagositosis bakteri. Luka yang menyebabkan bakteri masuk menembus barrier kulit
akan direspon langsung oleh fagosit yang bermigrasi dari pembuluh darah. Kemudian membran sel
fagosit akan membentuk cekungan agar bakteri bisa masuk. Dari situ bakteri akan masuk ke dalam
sel di dalam vacuola berbungkus membran (disebut Fagosom). Lalu fagosom akan bergabung
bersama lisosom untuk proses digesti bakteri.
Salah satu contoh respon imun non-spesifik adalah Natural Killer (NK). Dimana sel tersebut
merupakan jenis pertahanan selular. Mereka membuat sekitar 5% sampai 15% dari total populasi
limfosit beredar. Mereka menargetkan sel tumor dan melindungi terhadap berbagai mikroba
menular. Natural Killer Sel adalah faktor yang sangat penting dalam memerangi kanker. Stimulasi
imun adalah kunci untuk menjaga jumlah sel darah putih yang tinggi dan memberikan Sel Natural
Killer kesempatan untuk melawan kanker dan penyakit lainnya.
Natural Killer ikut mengalir bersama peredaran darah. Ketika terjadi viremia, virus akan
melekat pada sel tersebut dan melakukan penetrasi genom. Pada saat inilah sel natural killer
mendapatkan identitas gen mengenai virus. Sel ini selanjutnya akan mencari sel terinfeksi yang
memiliki identitas yang sama seperti virus lalu membunuhnya dengan mengeluarkan toksin.
B. Mekanisme Respon Imun Spesifik
Aktivasi dari respon imun pada umumnya berawal dari masuknya patogen ke dalam tubuh.
Kemudian makrofag akan mencerna(memakan), memproses, dan membuat fragmen antigen pada
tubuh mereka. Makrofag dengan pengenalan fragmen pada tubuhnya disebut Antigent Presenting
Cell (APC). Kemudian sel T helper akan mendeteksi fragmen tersebut dan membentuk interaksi
dengan fragmen di permukaan APC. Saat proses interaksi, APC akan menegeluarkan sinyal kimia
dalam bentuk Interleukin-1 yang merangsang sel T helper untuk melepas Interleukin-2. Zat kimia
Interleukin ini akan merangsang proliferasi dari sel T efektor jenis sel T sitotoksin dan sel B.
Respon imun dalam poin ini kemudian akan terbagi menjadi dua jalur, yaitu:

1. Sel T Sitotoksin
Sel normal yang terinfeksi juga dapat mencerna serta membuat fragmen antigen pada
permukaan tubuh mereka. Tubuh kita membuat berjuta-juta sel T sitotoksin dengan tipe yang
berbeda untuk setiap jenis antigen yang berbeda. Sel T sitotoksin dapat berinteraksi dengan
fragmen antigen pada sel terinfeksi, dengan cara berikatan dengan fragmen tersebut. Ikatan
tersebut akan merangsang sel T sitotoksin untuk mengeluarkan zat kimia toksik yang dapat
membunuh sel terinfeksi beserta dengan antigen di dalamnya.

2. Sel B
Sel B juga terdiri dari berjuta-juta tipe yang dimana setiap jenisnya berfungsi untuk mengenali
antigen berbeda. Sel B ini akan teraktivasi oleh sel T helper yang memiliki pasangan struktur
fragmen antigen. Kemudian sel B akan berdiferensiasi menjadi sel plasma. Sel plasma ini
menjadi pabrik utama sumber antibodi yang akan ikut mengalir bersama aliran darah. Antibodi
yang sudah spesifik akan mengikat antigen tertentu sehingga tidak bisa berikatan dengan sel
lainnya. Pengikatan ini sebagai marker bagi makrofag untuk menghancurkan patogen tersebut.
LO 3. MEMAHAMI DAN MENJELASKAN TENTANG ANTIGEN DAN ANTIBODI

3.1 DEFINISI
I. Antigen adalah zat yang mampu menginduksi respons imun spesifik dan bereaksi dengan produk-
produk respons tersebut, yaitu dengan antibodi spesifik atau limfosit T yang disensitisasi secara
khusus atau keduanya. (kamus dorland)
II. Antigen adalah molekul asing besar yang unik yang memicu respon imun spesifik terhadap
dirinya jika masuk ke dalam tubuh. (Sherwood, L. Fisiologi Manusia ed. 6 hal 458)
III. Menurut Kamus Kedokteran Dorland, antibodi adalah molekul imunoglobulin yang bereaksi
dengan antigen spesifik yang menginduksi sintesisnya dan dengan molekul yang menyerupai
antigen tersebut.

3.2 KLASIFIKASI
ANTIGEN
Antigen dapat dibagi menurut epitop (atau determinan antigen, yaitu bagian dari antigen yang
dapat membuat kontak fisik dengan reseptor antibodi, menginduksi pembentukan antibodi yang
dapat diikat dengan spesifik oleh bagian dari antibodi atau oleh reseptor antibodi), spesifisitas,
ketergantungan terhadap sel T dan sifat kimiawi:

1. Pembagian antigen menurut epitop


a. Unideterminan, univalen
Hanya satu jenis determinan/epitop pada satu molekul. Contoh: hapten.
b. Unideterminan, multivalen
Hanya satu jenis determinan tetapi dua atau lebih determinan tersebut ditemukan
pada satu molekul. Contoh: polisakarida.
c. Multideterminan, univalen
Banyak epitop yang bermacam-macam tetapi hanya satu dari setiap macamnya.
Contoh: protein.
d. Multideterminan, multivalen
Banyak macam determinan dan banyak dari setiap macam pada satu molekul (antigen
dengan berat molekul yang tinggi dan kompleks secara kimiawi). Contoh: kimia
kompleks.

2. Pembagian antigen menurut spesifisitas


a. Heteroantigen, uang dimiliki oleh banyak spesies.
b. Xenoantigen, yang hanya dimiliki spesies tertentu.
c. Aloantigen (isoantigen), yang spesifik untuk individu dalam satu spesies.
d. Antigen organ spesifik, yang hanya dimiliki organ tertentu.
e. Autoantigen, yang dimiliki alat tubuh sendiri.
3. Pembagian antigen menurut ketergantungan terhadap sel T
a. T dependen, yang memerlukan pengenalan oleh sel T terlebih dahulu untuk dapat
menimbulkan respons antibodi. Kebanyakan antigen protein termasuk dalam
golongan ini.
b. T independen, yang dapat merangsang sel B tanpa bantuan sel T untuk membentuk
antibodi. Kebanyakan antigen golongan ini berupa molekul besar polimerik yang
dipecah di dalam tubuh secara perlahan-lahan, misalnya lipopolisakarida, ficoll,
dekstran, levan dan flagelin polimerik bakteri.

4. Pembagian antigen menurut sifat kimiawi


a. Hidrat arang (polisakarida)
Hidrat arang pada umumnya imunogenik. Glikoprotein yang merupakan bagian
permukaan sel banyak mikroorganisme dapat menimbulkan respons imun terutama
pembentukan antibodi. Contoh lain adalah respons imun yang ditimbulkan golongan
darah ABO, sifat antigen dan spesifisitas imunnya berasal dari polisakarida pada
permukaan sel darah merah.
b. Lipid
Lipid biasanya tidak imunogenik, tetapi menjadi imunogenik bila diikat protein
pembawa. Lipid dianggap sebagai hapten, contohnya adalah sfingolipid.
c. Asam nukleat
Asam nukleat tidak imunogenik, tetapi dapat menjadi imunogenik bila diikat protein
molekul pembawa. DNA dalam bentuk heliksnya biasanya tidak imunogenik.
Respons imun terhadap DNA terjadi pada penderita dengan LES (Lupus Eritematosus
Sistemik).
d. Protein
Kebanyakan protein adalah imunogenik dan pada umumnya multideterminan dan
univalen.

ANTIBODI
Terdapat 5 jenis antibodi atau imunoglobulin, yaitu imunoglobulin G, imunoglobulin A,
imunoglobulin M, imunoglobulin D, dan imunoglobulin E.

1. Imunoglobulin M
Antibodi yang dihasilkan pada pemaparan awal oleh suatu antigen.
a. Imunoglubulin utama pada sekret (kolostrum, saliva, air mata, secret saluran
pernapasan, gastrointestinal, dan genitalia.
b. Melindungi membran mukosa dari bakteri dan virus.
c. Berperan sebagai reseptor permukaan sel B dan disekresi pada tahap awal respons sel
plasma.
2. Imunoglobulin G
Antibodi yang dihasilkan pada pemaparan selanjutnya.
a. Imunoglobulin utama pada serum manusia (70-75% immunoglobulin).
b. Antibodi terpenting pada respon imun sekunder & prtahan terhadap bakteri & virus.
c. Satu-satunya antibodi yang dapat melewati plasenta.
d. Memberikan imunitas pasif pada bayi yg baru lahir.
e. IgG yang tersebar d intravaskuler dan ekstravaskuler bersifat antitoksin.
f. Terdiri dari = 2 rantai L & 2 rantai H yang dihubungkan dengan ikatan disulfide
(formula molekul H2L2).
g. Bersifat divalen (karena mempunyai 2 tempat pengikatan yang identik).
h. Sub kelas IgG : IgG1 (65%), IgG2 (ditujukan pada antigen polisakarida (bagian
sistem pertahanan penting terhadap bakteri berkapsul), IgG3, IgG4 (berdasarkan
pada perbedaan antigen rantai H, dan lokasi ikatan disulfide).
i. Ig terbanyak di darah, diproduksi jika tubuh berespons terhadap antigen yang sama.
j. IgM & IgG berperan jika terjadi invasi bakteri dan virus serta aktivasi komplemen.

3. Imunoglobulin A
a. Ada di dalam sekresi mukosa dan aktif di tempat tersebut.
b. Ditemukan pada sekresi sistem pencernaan, pernapasan, dan perkemihan (contoh:
pada airmata dan ASI).

4. Imunoglobulin D
a. Terdapat pada banyak permukaan sel B; mengenali antigen pada sel B.
b. Antibodi yang terdapat dalam jumlah yang sangat sedikit dalam darah.

5. Imunoglobulin E
a. Melindungi tubuh dari infeksi parasit dan merupakan mediator pada reaksi alergi;
melepaskan histamin dari basofil dan sel mast.
b. Menyebabkan reaksi alergi akut.
LO4. MEMAHAMI DAN MENJELASKAN VAKSIN DAN IMUNISASI
4.1. DEFINISI
Vaksinasi
Vaksinasi adalah penanaman bibit penyakit (misal cacar) yang sudah dilemahkan ke dalam
tubuh manusia atau binatang (dengan cara menggoreskan atau menusukkan jarum) agar orang
atau binatang itu menjadi kebal terhadap penyakit.

Pemberian vaksin diberikan untuk merangsang sistem imunologi tubuh untuk membentuk
antibodi spesifik sehingga dapat melindungi tubuh dari serangan penyakit yang dapat dicegah
dengan vaksin. Ada beberapa jenis vaksin. Namun, apa pun jenisnya tujuannya sama, yaitu
menstimulasi reaksi kekebalan tanpa menimbulkan penyakit.

Vaksin dapat dibagi menjadi vaksin hidup dan vaksin mati. Vaksin hidup dibuat dalam
pejamu, dapat menimbulkan penyakit ringan, dan menimbulkan respons imun seperti yang
terjadi pada infeksi alamiah. Vaksin mati merupakan bahan (seluruh sel atau komponen
spesifik) asal patogen seperti toksoid yang diinaktifkan tetapi tetap imunogen.

Imunisasi
Imunisasi adalah suatu cara untuk meningkatkan kekebalan seseorang secara aktif
terhadap suatu antigen, sehingga bila kelak ia terkena antigen serupa, tidak akan terjadi
penyakit. Kemudian menurut Kamus Kedokteran Dorland, hanya berarti untuk menyuntikkan
"suspensi mikroorganisme dilemahkan atau dibunuh, diberikan untuk pencegahan atau
pengobatan penyakit menular.”

4.2. JENIS DAN CARA PEMBERIAN


IMUNISASI
1) Imunisasi Pasif
A. Imunisasi pasif alamiah: Imunisasi pasif, terjadi bila seseorang menerima antibodi
atau produk sel dari orang lain yang telah mendapat imunisasi aktif. Imunitas pasif
dapat diperoleh melalui antibodi dari ibu atau dari globulin gama homolog yang
dikumpulkan.
i. Imunitas maternal melalui plasenta, antibodi dalam darah ibu merupakan proteksi
pasif kepada janin. Ibu yang mendapat vaksinasi aktif akan memberikan proteksi
pasif kepada janin dan bayi.
ii. Imunitas maternal melalui kolostrum (ASI pertama segera setelah melahirkan).
Antibodi ditemukan dalam ASI dan kadarnya lebih tinggi dalam kolostrum.
Antibodi terhadap mikroorganisme yang menempati usus ibu dapat ditemukan
dalam kolostrum sehingga selanjutnya bayi memperoleh proteksi terhadap
mikroorganisme yang masuk saluran cerna.
B. Imunisasi pasif buatan:
i. Immune Serum Globulin nonspesifik (Human Normal Immunoglobulin):
 ISG digunakan untuk imunisasi pasif terhadap berbagai penyakit atau
untuk perawatan penderita imunokompromais dan pada keadaan tertentu.
 ISG diberikan kepada penderita purpura TIP. Dosis tinggi IgG diperlukan
untuk dapat mencegah reseptor Fc pada fagosit, terjadinya fagositosis dan
rusaknya trombosit akibat ADCC.

ii. Immune Serum Globulin spesifik


Plasma atau serum yang diperoleh dari donor yang dipilih sesudah
imunisasi atau booster atau konvaselen dari suatu penyakit.
 Hepatitis B immune Globulin:
 ISG Hepatitis A
 ISG Campak
 Human Rabies Immune Globulin
 Human Varicella-Zoster Immnue Globulin
 Antisera terhadap virus Sitomegalo

iii. Serum asal hewan: Serum asal hewan seperti anti bisa ular tertentu, laba-laba,
kalajengking yang beracun digunakan untuk mengobati mereka yang digigit.
Bahayanya ialah penyakit serum.
iv. Antibodi heterolog versus antibodi homolog: antibodi heterolog asal kuda dapat
menimbulkan sedikitnya 2 jeni hipersensivitas yaitu reaksi tipe I atau tipe III
(penyakit serum atau kompleks imun)
v. Hal-hal yang perlu diperhatikan pada pemberian globulin serum: Biasanya
preparat globulin diberikan IM mengingat pemberian IV dapat menimbulkan
reaksi anafilaksis. Preparat baru adalah aman untuk pemberian IV. Keunikan
kontraindikasi pemberian Immunoglobulin yaitu pada defisiensi IgA kongenital.

2) Imunisasi aktif
untuk mendapatkan proteksi dapat diberikan vaksin hidup/dilemahkan atau yang
dimatikan. Keuntungan dari pemberian vaksin hidup/dilemahkan ialah terjadinya replikasi
mikroba sehingga menimbulkan pajanan dengan dosis lebih besar dan respons imun di
tempat infeksi alamiah. Risiko vaksin yang dilemahkan ialah oleh karena dapat menjadi
virulen kembali dan merupakan hal yang berbahaya untuk subyek imunokompromais.

A. Respons primer dan sekunder


Respons primer ditandai dengan lag phase yang diperluka sel naif untuk menjalani
seleksi klon, ekspansi klon dan diferensiasi menjadi sel memori dan sel plasma.
Kemampuan untuk memberikan respons humoral sekunder tergantung dari adanya
sel B memori dan sel T memori. Aktivasi kedua sel memori menimbulkan respons
antibodi sekunder yang dapat dibedakan dari respons primer.

Perbedaan respons imun di berbagai bagian tubuh: ada perbedaan kadar antibodi dalam intra
dan ekstra-vaskuler. sIgA diproduksi setempat di lamina propria di bawah membran mukosa
saluran napas dan cerna yang sering merupakan tempat kuman masuk. sIgA merupakan Ig utama
dalam sekresi hidung, bronkus, intestinal, saluran kemih, saliva, kolostrum dan empedu. sIgA
memberikan keuntungan dan dapat mencegah virus di tempat virus masuk tubuh, sintesis antibodi
sekretori lokal terbatas pada lokasi-lokasi anatomis tertentu yang dirangsang langsung melalui
kontak dengan antigen.
Klasifikasi Vaksin
Jenis Vaksin Penyakit Keuntungan Keruugian
Vaksin hidup Campak, parotitis, Respon imun kuat, Memerlukan
polio, virus rota, sering seumur hidup alat pendingin
rubella, yellow fever, dengan beberapa dosis. untuk
tuberkulosis menyimpan
dan dapat
berubah
menjadi bentuk
virulen.
Vaksin mati Kolera,influenza, Stabil, aman disbanding Respon imun
hepatitis A, pes, polio, vaksin hidup, tidak lebih lemah
salk, rabies memerlukan alat dibanding
pendingin.
vaksin hidup,
biasa
diperlukan
suntikan
booster.
Toksoid Difteri, tetanus Respon imun dipacu
untuk mengenal toksin
bakteri
Subunit (eksotoksin HepatitisB, Antigen spesifik Sulit untuk
yang diinaktifkan) pertussis,S. pneumoni menurunkan dikembangkan
kemungkinan efek
samping
Konjugat H. influenza B, Memacu sistem imun
S.Pneumoni bayi untuk mengenal
sistem tertentu
CARA PEMBERIAN
A. BCG
 Vaksinasi BCG memberikan kekebalan aktif terhadap penyakit tuberculosis
(TBC), BCG optimal diberikan 1 kali sebelum anak berumur 3 bulan. BCG
ulangan tidak dianjurkan karena keberhasilannya diragukan.
 Vaksin disuntikan secara intrakutan pada lengan atas, untuk bayi berumur
kurang dari 1 tahun diberikan sebanyak 0,05 mL dan untuk anak lebih dari 1
tahun diberikan sebanyak 0,1 Ml.
 Vaksin ini mengandung bakteri Bacillus Calmette-Guerrin hidup yang
dilemahkan sifat virulensinya, sebanyak 50.000-1.000.000 partikel/dosis.
 Kontraindikasi untuk vaksinasi BCG adalah penderita gangguan sistem
kekebalan (misalkan penderita leukemia, penderita yang menjalani pengobatan
steroid jangka panjang, penderita infeksi HIV)
 Reaksi yang mungkin terjadi:
1. Reaksi lokal
1-2 minggu setelah penyuntikan pada tempa penyuntikan timbul kemerahan
dan benjolan kencil yang teraba keras. Kemudian benjolan tersebut berubah
menjadi pustula (gelembung berisi nanah), lalu pecah membentuk ulkus.
Sembuh secara spontan dalam waktu 8-12 minggu dengan meninggalkan
jaringan parut.
2. Reaksi regional
Pembesaran kelenjar getah bening ketiak atau leher, tanpa disertai nyeri
tekan maupun demam, yang akan menghilang dalam waktu 3-6 bulan.
 Komplikasi yang timbul
a. Pembentukan abses
b. Limfadenitis supurativa

B. DPT
 Vaksin 3-in-1 yang melindungi terhadap penyakit difteri, pertusis, dan tetanus.
 Difteri adalh infeksi banteri yang menyerang tenggorokan dan dapat
menyebabkan komplikasi yang fatal.
 Petusis (batuk rejan) adalah infek bakteri pada saluran udara yang ditandai
dengan batuk hebat yang menetap serta bunyi pernafasan yang melengking.
Berlangsung selama beberapa minggu dan dapat menyebabkan serangan batuk
hebat sehingga anak tidak dapat bernafas, makan atau minum. Pertusis dapat
menimbulkan komplikasi serius seperti pneumonia, kejang dan kerusakan otak.
 Diberikan pada anak yang berusia kurang dari 7 tahun. Biasanya vaksin DPT
dapat dalam bentuk suntikan dan disuntikan pada bagian lengan atau paha.
 Diberikan 3 kali, pada anak berumur 2 bulan (DPT 1), 3 bulan (DPT 2), 4 bulan
(DPT 3). Imunisasi ulang diberikan 1 tahun setelah DPT 3 dan pada anak usia
prasekolah. Jika mengalami alergi terhadap vaksin pertusis, maka diberikan
imunisasi DT bukan DPT.
 Efek samping biasanya efek samping yang ringan seperti demam ringan dan
nyeri ditempat penyuntikan selama beberapa hari, efek samping terjadi karena
adanya komponen pertusis. Untuk menurunkan demam bisa diberikan
asetaminofen (ibuprofen). Dan untuk mengurangi nyeri di tempat suntikan bisa
dilakukan kompres hangat.
 DPT ditunda jika anak sedang menderita sakit yang lebih serius daripada flu
ringan sampai anak sehat. Jika anak pernah mengalami kejang, penyakit otak
atau perkembangannya abnormal, penyuntikan DPT ditunda hingga kondisinya
membaik.

C. Polio
 Memberikan kekebalan aktif terhadap penyakit poliomyelitis. Polio
menyebabkan nyeri otot dan kelumpuhan pada salah satu maupun kedua lengan
atau tungkai. Polio juga dapat menyebabkan kelumpuhan otot pernafasan dan
otot untuk menelan.
 Terdapat 2 macam vaksin polio:
i. IPV (Inactivated Polio Vaccine, vaksin Salk), mengandung virus polio
yang telah dimatikan dan diberikan melalui suntikan
ii. OPV (Oral Polio Vaccine, vaksin Sabin) mengandung vaksin hidup
yang telah dilemahkan dan diberikan dalam bentuk pil atau cairan.
Bentuk trivalent (TOPV) efektif melawan semua bentuk polio, bentuk
monovalent (MOPV) melawan 1 jenis polio.
 Imunisasi dasar polio diberikan 4 kali) dengan interval tidak kurang dari 4
minggu. Imunisasi polio ulangan diberikan 1 tahun setelah imunisasi polio 4,
kemudian pada saat prasekolah (5-6 tahun).
 Di Indonesia umumnya vaksin yang diberikan adalah vaksin Sabin. Vaksin ini
diberikan sebayak 2 tetes (0,1 mL) langsung ke mulut anak atau menggunakan
sendok yang berisi air gula.
 Kontra indikasi pemberian vaksin polio:
i. Diare berat
ii. Gangguan kekebalan
iii. Kehamilan
iv. Syok (kebiruan, pucat, lemah, tidak memberikan respon)
 Efek samping yang mungkin terjadi berupa kelumpuhan dan kejang.
 Dosis pertama dan kedua diperlukan untuk menimbulakn respon kekebalan
primer, sedangkan ketiga dan keempat diperlukan untuk meningkatkan
kekuatan antibody sampai pada tingkat yang tertinggi.
 IPV bisa diberikan pada anak yang menderita diare. IPV menyebabkan nyeri
dan kemerahan pada tempat penyuntikan yang berlangsung selama beberapa
hari.
D. Campak
 Diberikan sebanyak 1 dosis pada anak berumur 9 bulan atau lebih. Pada KLB
dapat diberikan pada umur 6 bulan dan diulang 6 bulan kemudian dengan dosis
0,5 mL.
 Kontra indikasi pemberian vaksin campak:
i. Infeksi akut yang disertai demam tinggi
ii. Gangguan sistem kekebalan
iii. Pemakaian obat imunosupressan
iv. Alergi protein telur
v. Wanita hamil
 Efek samping yang mungkin terjadi seperti demam, ruam kulit, diare.

E. Imunisasi MMR
 Memberikan perlindungan terhadap campak, gondongan dan rubella disuntikan
sebanyak 2 kali.
 Suntikan pertama diberikan saat anak berusia 12-15 bulan, suntikan keuda pada
anak berumur 5-6 tahun atau anak berusia 11-13 tahun.
 Efek samping yang mungkin ditimbulkan antara lain demam yang berlangsung
dalam jangka waktu 1-2 minggu, pada komponen campak Jerman terjadi
pembengkakan kelenjar getah bening, nyeri, artritis (pembengkakan sendi
disertai nyeri), nyeri pada tangan atau kaki selama beberapa hari, kejang.
 Tidak diberikan pada:
i. Anak yang alergi terhadap telur, gelatin atau antibiotic neomisin.
ii. Anak yang 3 bulan lalu menerima gamma globulin
iii. Gangguan kekebalan tubuh
iv. Mengkonsumsi obat imunosupresan
v. Wanita hamil

F. HiB
 Imunisasi HiB membantu mencegah infeksi oleh Haemophilus influenza tipe b
yang menyebabkan meningitis, pneumonia dan infeksi tenggorokan berat.
 Diberikan 3 kali suntikan, biasanya pada anak usia 2, 4 dan 6 bulan.

G. Varisella
 Memberikan perlindungan terhadap cacar air.
 Anak yang berumur 12-18 bulan dan belum pernah menderita cacar air
dianjurkan untuk menjalani imunisasi varisella. Anak yang mendapatkan
imunisasi varisella sebelum umur 13 tahunhanya memerlukan 1 dosis.
Sedangkan untuk anak berusia lebih dari umur 13 tahun dan belum pernah
mendapatkan vaksinasi dan tidak pernah sakit cacar, sebaiknya diberikan 2
dosis vaksin dengan selang waktu 4-8 minggu.
 Vaksin varisella memberikan kekebalan jangka panjang
 Efek samping biasanya ringan dapat berupa demam, nyeri pada tempat
penyuntikan, ruam vesicular yang terlokalisir di tempat penyuntikan.
 Efek samping yang lebih berat seperti kejang demam yang terjadi dalam waktu
1-6 minggu setelah penyuntikaan, pneumonia, reaksi alergi (gangguan
pernafasan, kaligata, bersin, pusing), ensefalitis, penurunan koordinasi otot
 Tidak diberikan pada:
i. Wanita hamil atau wanita menyusui
ii. Gangguang kekebalan atau riwayat keluarga dengan kelainan
imunosuupresif
iii. Alergi terhadap antibiotic neomisin atau gelatin
iv. Menderita penyakit serius seperti kanker atau AIDS
v. Mengkonsumsi kortikosteroid
vi. Pasien yang baru saja menjalani transfuse darah
vii. Menerima suntikan immunoglobulin 3-6 bulan yang lalu

H. HBV
 Dosis pertama di berikan segera setelah bayi lahir atau jika ibunya memiliki
HBsAg negative, bisa diberikan pada saat bayi berumur 2 bulan. Diberikan
sebanyak 3 kali dengan selang waktu 1 bulan antara suntikan pertama dan
kedua, serta selang waktu 5 bulan antara suntikan kedua dan ketiga. Imunisasi
ulangan diberikan 5 tahun setelah HBV 3. Sebelum imunisasi ulangan
dianjurkan pemeriksaan kadar HBsAg. Disuntikan pada otot lengan atau paha.
 Kepada bayi yang lahir dari ibu dengan HBsAgnya positif, diberikan HBV pada
lengan kiri dan 0,5 HBIG (hepatitis B Immunoglobulin) pada lengan kanan
dalam waktu 12 jam setelah lahir. Dosis kedua pada usia 1-2 bulan, dosis ketiga
pada usia 6 bulan.
 Dapat diberikan pada ibu hamil
 Efek samping adalah efek lokal (nyeri pada tempat penyuntikan) dan sistemis
(demam ringan, lesu, mual) yang akan hilang beberapa hari.

I. PCV (Pneumococcal Conjugate Vaccine)


Vaksin PCV merupakan vaksin yang diberikan kepada anak agar tidak terjangkit
dari penyakit pneumococcus yang nantinya akan menyebabkan terjangkit
meningitis, pneumonia serta otitis. Biasanya penyakit tersebut menyerang anak
usia 2 tahun, akan tetapi pemberian vaksin ini sebaiknya bertahap.

Adapun tahapan pemberian vaksin PCV adalah sebelum menginjak 6 bulan


diberikan hingga 3-4 kali, setelah 6 bulan diberikan 2-3 kali dan setelah
menginjak usia 2 tahun diberikan 2x dalam setahun.
LO 5. MEMAHAMI DAN MENJELASKAN VAKSINASI MENURUT
PANDANGAN ISLAM

Imunisasi hukumnya boleh dan tidak terlarang, karena termasuk penjagaan diri dari
penyakit sebelum terjadi. Rasulullah shallallahu ’alaihi wa sallam bersabda :
“Barangsiapa yang memakan tujuh butir kurma ajwah, maka dia akan terhindar sehari itu
dari racun dan sihir”(HR. Bukhari : 5768, Muslim : 4702).
Hadits ini menunjukkan secara jelas tentang disyari’atkannya mengambil sebab untuk
membentengi diri dari penyakit sebelum terjadi. Demikian juga kalau dikhawatirkan terjadi
wabah yang menimpa maka hukumnya boleh sebagaimana halnya boleh berobat tatkala
terkena penyakit.

“Katakanlah: "Tiadalah aku peroleh dalam wahyu yang diwahyukan kepadaku,


sesuatu yang diharamkan bagi orang yang hendak memakannya, kecuali kalau
makanan itu bangkai, atau darah yang mengalir atau daging babi -- karena
sesungguhnya semua itu kotor -- atau binatang yang disembelih atas nama selain
Allah. Barangsiapa yang dalam keadaan terpaksa, sedang dia tidak menginginkannya
dan tidak (pula) melampaui batas, maka sesungguhnya Tuhanmu Maha Pengampun
lagi Maha Penyayang". (QS. Al-An’am [6]: 145)

“Sesungguhnya Allah hanya mengharamkan bagimu bangkai, darah, daging babi, dan
binatang yang (ketika disembelih) disebut (nama) selain Allah. Tetapi barangsiapa
dalam keadaan terpaksa (memakannya) sedang dia tidak menginginkannya dan tidak
(pula) melampaui batas, maka tidak ada dosa baginya. Sesungguhnya Allah Maha
Pengampun lagi Maha Penyayang.” (QS. Al-baqarah[2]:173)
Daftar Pustaka
Baratawidjaja, Karnen Garna. 2016. Imunologi Dasar Edisi 11. Jakarta : Balai
Penerbit Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.

Dorland, W. A. N. (2010). Kamus Kedokteran Dorland, edisi 31. Jakarta: EGC

Sherwood, Lauralee. (2015) Fisiologi Manusia dari Sel ke Sistem Edisi 8.


Jakarta, EGC.

Anda mungkin juga menyukai