Kelompok A-4
Ketua : Grandy Ilham Hutama (1102017099)
Sekretaris : Rahma Hazfani Hasibuan (1102017185)
Seorang bayi berumur 2 bulan mendapat vaksinasi BCG di lengan kanan atas untuk
mencegah penyakit dan mendapatkan kekebalan. Empat minggu kemudian bayi tersebut di
bawa kembali ke RS karena timbul benjolan di ketiak kanan. Setelah Dokter melakukan
pemeriksaan didapatkan pembesaran nodus limfatikus di region axilaris dekstra. Hal ini
disebabkan adanya reaksi terhadap antigen yang terdapat dalam vaksin tersebut dan
menimbulkan respon imun tubuh.
KATA-KATA SULIT
2. Vaksinasi BCG : Vaksinasi BCG (Bacillus Calmette Guerin) adalah memberikan vaksin
untuk mendapatkan kekebalan dari penyakit TBC, dibuat dari Mycobacterium bovis
ataupun Vaksin yang berfungsi melindungi bayi dari TBC.
5. Regio Axila dekstra : Regio dada di sekitar fossa axilaris sebelah kanan, bagian tubuh
yang berada di ketiak bagian kanan.
JAWABAN
1. Karena untuk mendapatkan kekebalan terhadap penyakit TBC dan kanker kandung
kemih.
2. Karena diketiak sebelah kanan terdapat nodus limfatikus yang sedang bekerja melawan
antigen atau benda asing.
3. Karena vaksin dianggap benda asing oleh tubuh.
4. Terbentuknya antibody untuk pertahanan tubuh, dengan harapan individu tersebut
memiliki kekebalan terhadap bakteri mikrobakterium.
5. Usia optimal pemberian vaksin adalah 2-3 bulan.
6. Vaksin yang dapat diberikan kepada bayi adalah cacar, campak, HIB, DPT, polio
7. Vaksinasi adalah memberikan vaksin atau jenis patogen tertentu yang dilemahkan
atau dinon-aktifkan. Sedangkan imunisasi adalah pemberian serum tertentu yang
sudah terdapat hasil respon imun, misalnya antibodi. Vaksinasi merupakan imunitas
aktif buatan sedangkan imunisasi adalah imunitas golongan pasif buatan.
8. Karena pada usia tersebut respon imun bayi mulai terbentuk.
9. Tidak, tapi efek yang ditumbulkan tidak separah orang yang tidak diberi vaksin.
Vaksin tidak bertahan selamanya, tapi vaksin bias di BOOSTER atau pemberian
ulang.
10. Boleh, jika dalam keadaan halal. Apabila ada kandunga zat haramnya juga
diperbolehkan apabila dalam keadaan darurat. Dan hukumnya mubah.
11. Antigen adalah zat yang merangsang system imun yang menyebabkan produksi
antibody, sedangkan Antibody adalah produk yang dikeluarkan ketika antigen masuk
kedalam tubuh.
HIPOTESIS
Vaksin merupakan patogen yang dilemahkan untuk merangsang terbentuknya antibody yang
berperan dalam mekanisme pertahanan tubuh. Pemberian vaksin dilakukan secara aktif buatan.
BCG merupakan salah satu contoh dari vaksin, pemberian vaksin tersebut
menimbulkanpembesaran pada nodus limfatikusakibat adanya reaksi inflamasi. Pemberian
vaksin dilakukan sedini mungkin untuk memberikan kekebalan padaindividu tersebut.
SASARAN BELAJAR
Sistem limfatik adalah sebuah sistem sirkulasi sekunder yang berfungsi mengalirkan limfa
atau getah bening dalam tubuh yang berasal dari cairan atau protein yang hilang, sistem ini
dianggap juga sebagai sistem pelengkap dari sistem imunitas tubuh.
Sistem limfatik terdiri atas limfe, pembuluh limfe, dan sekumpulan massa kecil jaringan
limfoid yang disebut nodus limfe, dan tiga organ yaitu tonsil, timus, dan limpa. Bagian penting
lain dari penelitian meliputi peran organ limfatik dalam pembentukan antibodi, respons imun,
reaksi alergi, dan dasar penolakan terhadap transplantasi, teknik imunosupresif, dan penyakit
autoimun.
Sistema lymphaticum dan systema cardiovascular adalah system yang membawa cairan tubuh
beredar keseluruh tubuh, tetapi harus diingat bahwa fungsi dari kedua system tersebut berbeda.
System lymphaticum bukan system sirkular yang tertutup dan tidak mempunyai pompa sentral.
Serta dibentuk oleh kumpulan pembuluh lymph berdinding tipis yang membawa cairan yang
jernih.
Systema lymphaticum dibentuk oleh:
1. Lymph
2. Pembuluh lymph, urutan besar pembuluh dari kecil sampai besar : kapiler lymph, lymphatic,
sampai ductus lymphaticus
3. Nodus lymphaticus, juga disebut : lymphoglandulae
4. Jaringan lymph di tractus intestinal, tepatnya di vili-vili intestinal yang biasa disebut plaque
peyeri
5. Lien, yang sering disebut limpa
6. Thymus
7. Tonsil
System lymphaticum didalam tubuh berfungsi sebagai:
1. Mengembalikan cairan dan protein dari jaringan ke dalam sirkulasi darah
2. Mengangkut lymphocytes dari kelenjar lymph ke sirkulasi darah
3. Untuk membawa lemak yang sudah diemulsikan oleh usus ke sirkulasi darah (oleh lacteal)
4. Kelenjar lymph (kelenjar getah bening) menyaring dan menghancurkan mikroorganisme untuk
menghindari penyebaran mikroorganisme itu dari tempat masuknya kedalam jaringan, ke
bagian tubuh lain
5. Apabila ada infeksi, kelenjar lymph menghasilkan zat anti (antibody) untuk melindungi tubuh
terhadap kelanjutan infeksi
1.1. Makroskopik
Timus
Timus tumbuh terus hingga pubertas. Setelah mulai pubertas, timus akan mengalami involusi
dan mengecil seiring umur kadang sampai tidak ditemukan. akan tetapi masih berfungsi untuk
menghasilkan limfosit T yang baru dan darah. Mempunyai 2 buah lobus, mempunyai bagian
cortex dan medulla, berbentuk segitiga, gepeng dan kemerahan.
Timus mempunyai 2 batasan, yaitu :
Perdarahan : Berasal dari arteri thymica cabang dari arteri thyroidea inferior dan
mammaria interna. Kembali melalui vena thyroidea inferior dan vena mammaria interna.
Thymus mempunyai struktur pipih, berlobus dua atau tiga. Terletak antara sternum dan
pericardium dalam mediastinum superior. Pada bayi neonates, thymus mempunyai ukuran
relative yang terbesar dibandingkan dengan ukuran tubuhnya, dimana pada saat itu thymus
dapat meluas sampai didepan pembuluh-pembuluh besar dan pangkal leher. Thymus terus
tumbuh sampai pubertas, tetapi setelah dewasa thymus akan mengalami involusi. Thymus
tampak berwarna dadu dan berlobus dan merupakan sumber penting limfosit T. batas anterior
thymus adalah sternum, rawan costae 4, M.sternophyoid dan M.sternothyroideus. batas
atas/superior adalah leher, kadang sampai dekat lobus inferior glandula thyroidea. ( Grey,
1865 )
Sumsum Tulang
Terdapat pada sternum, vertebra, tulang iliaka, dan tulang iga. Sel stem hematopoetik akan
membentuk sel-sel darah. Proliferasi dan diferensiasi dirangsang sitokin. Terdapat juga sel
lemak, fibroblas dan sel plasma. Sel stem hematopoetik akan menjadi progenitor limfoid yang
kemudian mejadi prolimfosit B dan menjadi prelimfosit B yang selanjutnya menjadi limfosit
B dengan imunoglobulin D dan imunoglobulin M (B Cell Receptor) yang kemudian
mengalami seleksi negatif sehingga menjadi sel B naive yang kemudian keluar dan mengikuti
aliran darah menuju ke organ limfoid sekunder. Sel stem hematopoetik menjadi progenitor
limfoid juga berubah menjadi prolimfosit T dan selanjutnya menjadi prelimfosit T yang
akhirnya menuju timus.
1. Limfonodus
Terletak disekitar pembuluh darah yang berfungsi untuk memproduksi limfosit dan
antibodi untuk mencegah penyebaran infeksi lanjutan, menyaring aliran limfatik sekurang-
kurangnya oleh satu nodus sebelum dikembalikan kedalam aliran darah melalui duktus
torasikus, sehingga dapat mencegah penyebaran infeksi lebih luas. Terdapat permukaan
cembung dan bagian hillus (cekung) yang merupakan tempat masuknya pembuluh darah
dan saluran limfe eferen yang membawa aliran limfe keluar dari limfonodus. Saluran
afferen memasuki limfonodus pada daerah sepanjang permukaan cembung.
NODUS LYMPHATICUS
Berbetuk oval seperti kacang tanah, mempunyai pinggiran yang cembung dan cekung, pinggiran yang
cekung disebut dengan hillum. Biasanya nodus lymphaticus berada di sekitar pembuluh darah
Kepala
1. Kepala dan Leher belakang
2. Sekitar M.sternimastoideus , meliputi belakang lidah, pharynx, cavum nasi, atap mulut dan
wajah
3. Dibawah ramus mandibula, mencakup dasar mulut
Ekstremitas Superior
1. Lipat siku sampai lengan bawah dan tangan
2. Regio Axillaris
3. Dibawah M. Pectoralis, meliputi glandula mamae , kulit dan otot thorax
Thorax
1. Bagian parietal, dinding thorax
2. Bagian Viscera, meliputi jantung, pericardium, pulmo, pleura , thymus, dan oesophagus
Abdomen dan pelvis
1. Bagian parietal, meliputi bawah peritoneum, dekat pembuluhn darah besar
2. Bagian viscera meliputi pembuluh darah viscera
Rectum
Ekstremitas Inferior
1. Diatas A.V tibialis anterior
2. Regio poplitea
3. Regio inguinal
C. Organ Limfoid
Bentuk : Oval seperti kacang tanah atau kacang merah dengan pinggiran cekung (hillus).
Ukuran : Sebesar kepala peniti atau buah kenari, dapat diraba pada daerah leher, axilla,
dan inguinal dalam keadaan infeksi.
2. Lien (Limpa)
Merupakan organ limfoid yang terbesar, lunak, rapuh, vaskular berwarna kemerahan
karena banyak mengandung darah dan berbentuk oval. Pembesaran limpa disebut dengan
splenomegali. Pembesaran ini terdapat pada keaadan leukimia, cirrosis hepatis, dan anemia
berat.
Letak : Regio hipochondrium sinistra intra peritoneal. Pada proyeksi costae 9, 10,
dan 11. Setinggi vertebrae thoracalis 11-12. Batas anterior yaitu gaster, ren
sinistra, dan flexura colli sinistra. Batas posterior yaitu diafragma, dan
costae 9-12. Lien terletak antara vertebrae thoracalis 9-12 dan pada costae
9,10,11 sinistra. Lien berada disebelah lateral dari linea mid clavicula
sinistra dan sepanjang sumbu costae 10. Margo anterior lien teraba tajam ,
mempunyai tiga incisura dan tidak keluar dari arcus costarum . sedangkan
margo posterior teraba tumbul.
Aliran darah : Aliran darah akan masuk kedaerah hillus lienalis yaitu arteri lienalis dan
keluar melalui vena lienalis ke vena porta menuju hati.
Batas-batas
Batas anterior adalah gaster, cauda pancreas, flexura coli sinistra , ren sinistra sepanjang pinggir
medialnya. Batas posteriornya adalah diaphragma, pleura sinistra , pulmo sinistra, costae 9,10,11
sinistra.
Bagian-Bagian
Facies visceralis
Facies diaphragmatica
Hilus lienalis
Pada hillus lienalis menempel cauda pancreas (daerah intraperitoneal) , A.V .lienalis dan vasa
lienalis
Dengan ren oleh lig lienorenalis , adalah : lig. Gastrolienalis yang melipat ke belakang abdomen
bagian posterior sebagai lapisan anterior Lig.lienorenalis.
3. Tonsil
Tonsil termaksud salah satu dari organ limfoid yang terdiri atas 3 buah tonsila yaitu
Tonsila Palatina, Tonsila Lingualis, Tonsila Pharyngealis. Ketiga tonsil tersebut
membentuk cincin pada saluran limf yang dikenal dengan “Ring of Waldeyer” hal ini yang
menyebabkan jika salah satu dari ketiga tonsila ini terinfeksi dua tonsila yang lain juga
ikut meradang. Organ limfoid yang terdiri atas 3 buah tonsila, yaitu :
a) Tonsila palatina
Terletak pada dinding lateralis (kiri-kanan uvula) oropharynx dextra dan sinistra.
Terletak dalam 1 lekukan yang dikenal sebagai fossa tonsilaris dengan dasar yang biasa
disebut tonsil bed. Fossa tonsilaris dibatasi oleh dua otot melengkung membentuk arcus
yaitu arcus palatoglossus dan arcus palatopharyngeus.
b) Tonsila lingualis
Adalah susunan jaringan lymphoid dibawah mukosa 1/3 posterior lidah, tidak
mempunyai papila yang menyebabkan permukaannya berbenjol-benjol tidak teratur.
Lidah diperdarahi oleh arteri lingualis, ramus tonsilaris a. Facialis dan a. Pharyngea
ascendens, vena-venanya bermuara ke vena jugularis interna.
c) Tonsila pharyngealis
Merupakan kelompok jaringan lymphoid dibawah epitel atap nasopharynx di dinding
posteriornya. Perdarahan tonsilla pharyengealis diberikan oleh A. Maxillaris dan
A.facialis. Vena-venanya sesuai dengan nama arterinya yang semuanya akan bermuara
ke plexus venosus pharyngeal.
Perdarahan : Aliran darah berasal dari arteri tonsillaris yang merupakan cabang dari arteri
maxillaris externa (fascialis) dan arteri pharyngica ascendens lingualis.
1.2. Mikroskopik
a. Kapiler Lymph
i. Mempunyai katup satu arah sehingga kelebihan cairan dapat masuk tetapi tidak dapat
keluar
ii. Mengambil bakteri dan virus yang akan dihancurkan di limfonodus
d. Nodus Lymphaticus
Limfonodus memiliki sisi konveks (cembung) dan konkaf (cekung) yg disebut hilus tempat arteri
dan saraf masuk dan vena serta vassa efferent keluar dari organ
a. Korteks Luar
Dibentuk oleh jaringan limfoid yang terdiri atas sel retikular mesenkimal yg
menghasilkan serat retikular yang dipenuhi oleh limfosit B
Di dalam jaringan limfoid korteks terdapat struktur berbentuk sferis yg disebut nodulus
limfatikus
Terdapat sinus subkapsularis, yang dibentuk oleh suatu jaringan ikat longgar dari
makrofag, sel retikular dan serat retikular
ii. Korteks Dalam
Merupakan kelanjutan korteks luar, mengandung beberapa nodulus
Mengandung banyak limfosit T, terutama T helper
i. Timus memiliki suatu simpai jaringan ikat yang masuk ke dalam parenkim dan membagi
timus menjadi lobulus.
ii. Setiap lobulus memiliki satu zona perifer gelap disebut korteks dan zona pusat yang terang
disebut medula. Korteks dan medula berisi sel-sel limfosit.
iii. Korteks Timus
a. Sebagian besar limfosit T yang sedang berproliferasi
b. Sel retikular epitelial yang tersebar
c. Beberapa makrofag
a. Pulpa Lien
i. Pada permukaan irisan melalui lien segar, dengan mata tampak bintik-bintik putih dalam
parenkim nodulus limfatikus (pulpa putih/pulpa alba)
ii. Pulpa alba terdapat dalam jaringan merah tua yang penuh dengan darah pulpa
merah/pulpa rubra.
iii. Pulpa rubra terdiri atas bangunan memanjang yaitu korda lien (korda billroth) yang terdapat
diantara sinusoid.
b. Tonsila Pharyngeal
i. Ditutupi epitel bertingkat silindris bersilia
ii. Terdiri atas lipatan-lipatan mukosa dengan jaringan limfoid difus dan nodulus limfatikus
iii. Tidak memiliki kriptus
iv. Simpai lebih tipis dari tonsila palatina
c. Tonsila Lingualis
i. Lebih kecil dan lebih banyak
ii. Terletak pada pangkal lidah
iii. Ditutupi epitel berlapis gepeng
iv. Masing-masing mempunyai sebuah kriptus
Sirkulasi
Susunan sel-sel endotel membentuk lubang mirip katup satu arah di dinding pembuluh.
Tekanan cairan di bagian luar pembuluh mendorong masuk tepi-tepi paling dalam dari
sepasang tepi yang tumpang-tindih, menciptakan celah antara tepi-tepi (yaitu lubang katup).
Lubang ini memungkinkan cairan interstisium masuk.
Setelah masuk ke pembuluh limfe, cairan limfe tidak keluar. Tekanan cairan di bagian dalam
mendorong tepi-tepi yang tumpang tindih saling mendekat, menutup katup sehingga cairan
limfe tidak keluar.
Partikel besar di cairan interstisium, misalnya protein plasma yang keluar dan bakteri, dapat
memperoleh akses ke pembuluh limfe awal tetapi tidak dapat masuk ke kapiler darah.
Pembuluh-pembuluh limfe awal kemudian menyatu untuk membentuk pembuluh limfe yang
semakin besar, yang akhirnya bermuara ke dalam sistem vena didekat tempat darah memasuki
atrium kanan.
Aliran limfe terjadi melalui dua mekanisme:
Pertama
o Pembuluh limfe selain pembuluh limfe awal dikelilingi oleh otot polos, yang
berkontraksi secara ritmis akibat aktivitas miogenik.
o Ketika otot tersebut teregang akibat pembuluh terisi oleh limfe, otot tersebut secara
inheren berkontraksi lebih kuat, mendorong cairan limfe di dalam pembuluh.
o Stimulasi otot polos limfe oleh sistem simpatis semakin meningkatkan aktivitas
pemompaan pembuluh limfe.
Kedua
o Karena pembuluh limfe limfe terletak diantara otot-otot rangka, kontraksi otot-otot ini
memeras limfe keluar dari pembuluh.
o Katup-katup satu arah yang terletak di pembuluh limfe mengarahkan aliran limfe
menuju pintu keluarnya di vena dada.
LO2. MEMAHAMI DAN MENJELASKAN SISTEM IMUN
2.1. Definisi
Imunitas adalah pertahanan terhadap penyakit ,terutama penyakit infeksi (Immunologi Abbas);
Imunitas adalah resistensi terhadap penyakit terutama infeksi. (Imunologi UI) ; Sistem Imun adalah
kumpulan sel-sel , jaringan dan molekul-molekul yang berperan dalam pertahanan infeksi (imunologi
Abbas) ; Sistem Imun adalah gabungan sel,molekul dan jaringan yang berperan dalam resistensi
terhadap infeksi (Imunologi UI) ; Sistem kompleks yang terdiri dari komponen-komponen seluler dan
molekuler, fungsi utamanya adalah untuk membedakan substansinya sendiri dengan substansi asing
serta sebagai mekanisme pertahanan tubuh terhadap berbagai organisme atau substansi asing [Dorland
Ed. 29] ; Imunitas adalah kemampuan tubuh untuk melindungi dirinya sendiri dengan menahan atau
menghilangkan benda asing (seperti bakteri atau virus) atau sel abnormal (sel kanker) yang berpotensi
merugikan. (Sherwood, 2015)
2.2. Klasifikasi
Sistem Imun
Non-Spesifik Spesifik
Respon imun adalah bentuk reaksi pertahanan tubuh terhadap antigen. Sedangkan imunitas lebih
mengarah kepada darimana pertahanan itu kita dapatkan. Respon imun dapat dibagi menjadi
respon imun alamiah atau nonspesifik / natural / innate / native / nonadaptif dan didapat atau
spesifik / adaptif / acquired.
1. Respon Imun Nonspesifik
Disebut nonspesifik karena tidak ditujukan terhadap mikroba tertentu, telah ada dan siap
berfungsi sejak lahir. Mekanismenya tidak menunjukkan spesifisitas terhadap bahan asing
dan mampu melindungi tubuh terhadap banyak patogen potensial. Sistem tersebut merupakan
pertahanan terdepan dalam menghadapi serangan berbagai mikroba dan dapat memberikan
respons langsung.
a. Pertahanan fisik/mekanik
Kulit, selaput lendir, silia saluran napas, batuk dan bersin, merupakan garis pertahanan
terdepan terhadap infeksi.
b. Pertahanan biokimia
1) pH asam keringat dan sekresi kelenjar sebaseus, berbagai asam lemak yang dilepas
kulit mempunyai efek denaturasi terhadap protein membrane sel sehingga dapat
mencegah infeksi melalui kulit.
2) Lisozim dalam keringat, ludah, air mata, ASI dapat melindungi tubuh dari kuman gram
(+) dengan cara menghancurkan lapisan peptidoglikan dinding bakteri.
3) ASI, ludah juga mengandung laktooksidase. Pada ASI mempunyai sifat antibacterial
terhadap E.Coli dan stafilokok. Pada saliva dapat merusak dinding sel mikroba dan
menimbulkan kebocoran sitoplasma.
c. Pertahanan humoral
Menggunakan berbagai molekul larut yang diproduksi di tempat infeksi dan berfungsi
local. Molekulnya berupa peptide antimikroba seperti defesin, katelisidin, dan IFN
dengan efek antiviral.
1) Komplemen: terdiri atas sejumlah besar protein yang bila diaktifkan akan memberikan
proteksi terhadap infeksi dan berperan dalam respons inflamasi. Spectrum yang luas
diproduksi hepatosit dan monosit. Berperan sebagai opsonin yang meningkatkan
fagositosis, sebagai factor kemotaktik dan menimbulkan destruksi/lisis bakteri dan
parasit.
2) CRP (C-reactive protein): salah satu PFA, termasuk golongan protein yang kadarnya
dalam darah meningkat pada infeksi akut sebagai respons imunitas nonspesifik.
Pengukuran CRP digunakan untuk menilai aktivitas penyakit inflamasi. Dengan
bantuan Ca++ dapat mengikat berbagai molekul antara lain fosforikolin yang ditemukan
pada permukaan bakteri/jamur.
d. Pertahanan selular
Fagosit, sel NK (Natural Killer), sel mast dan eosinofil berperan dalam sistem imun
nonspesifik selular. Sel-sel sistem imun tersebut dapat ditemukan dalam sirkulasi atau
jaringan. Contoh sel yang dapat ditemukan dalam sirkulasi adalah neutrofil, eosinofil,
basofil, monosit, sel T, sel B, sel NK, sel darah merah dan trombosit. Sel-sel tersebut
dapat mengenal produk mikroba esensial yang diperlukan untuk hidupnya. Contoh sel-
sel dalam jaringan adalah eosinofil, sel mast, makrofag, sel T, sel plasma dan sel NK.
2. Respon Imun Spesifik
Respon imun spesifik mempunyai kemampuan untuk mengenal benda yang dianggap asing
bagi dirinya. Benda asing yang pertama kali terpajan dengan tubuh segera dikenal oleh sistem
imun spesifik. Pajanan tersebut menimbulkan sensitasi, sehingga antigen yang sama dan
masuk tubuh untuk kedua kali akan dikenal lebih cepat dan kemudian dihancurkan. Oleh
karena itu, sistem tersebut disebut spesifik. Untuk menghancurkan benda asing yang
berbahaya bagi tubuh, sistem imun spesifik dapat bekerja tanpa bantuan sistem imun
nonspesifik. Namun pada umumnya terjalin kerjasama yang baik antara sistem imun
nonspesifik dan spesifik seperti antara komplemen-fagosit-antibodi dan antara makrofag-sel
T.
Proses fagositosis bakteri. Luka yang menyebabkan bakteri masuk menembus barrier kulit
akan direspon langsung oleh fagosit yang bermigrasi dari pembuluh darah. Kemudian membran sel
fagosit akan membentuk cekungan agar bakteri bisa masuk. Dari situ bakteri akan masuk ke dalam
sel di dalam vacuola berbungkus membran (disebut Fagosom). Lalu fagosom akan bergabung
bersama lisosom untuk proses digesti bakteri.
Salah satu contoh respon imun non-spesifik adalah Natural Killer (NK). Dimana sel tersebut
merupakan jenis pertahanan selular. Mereka membuat sekitar 5% sampai 15% dari total populasi
limfosit beredar. Mereka menargetkan sel tumor dan melindungi terhadap berbagai mikroba
menular. Natural Killer Sel adalah faktor yang sangat penting dalam memerangi kanker. Stimulasi
imun adalah kunci untuk menjaga jumlah sel darah putih yang tinggi dan memberikan Sel Natural
Killer kesempatan untuk melawan kanker dan penyakit lainnya.
Natural Killer ikut mengalir bersama peredaran darah. Ketika terjadi viremia, virus akan
melekat pada sel tersebut dan melakukan penetrasi genom. Pada saat inilah sel natural killer
mendapatkan identitas gen mengenai virus. Sel ini selanjutnya akan mencari sel terinfeksi yang
memiliki identitas yang sama seperti virus lalu membunuhnya dengan mengeluarkan toksin.
B. Mekanisme Respon Imun Spesifik
Aktivasi dari respon imun pada umumnya berawal dari masuknya patogen ke dalam tubuh.
Kemudian makrofag akan mencerna(memakan), memproses, dan membuat fragmen antigen pada
tubuh mereka. Makrofag dengan pengenalan fragmen pada tubuhnya disebut Antigent Presenting
Cell (APC). Kemudian sel T helper akan mendeteksi fragmen tersebut dan membentuk interaksi
dengan fragmen di permukaan APC. Saat proses interaksi, APC akan menegeluarkan sinyal kimia
dalam bentuk Interleukin-1 yang merangsang sel T helper untuk melepas Interleukin-2. Zat kimia
Interleukin ini akan merangsang proliferasi dari sel T efektor jenis sel T sitotoksin dan sel B.
Respon imun dalam poin ini kemudian akan terbagi menjadi dua jalur, yaitu:
1. Sel T Sitotoksin
Sel normal yang terinfeksi juga dapat mencerna serta membuat fragmen antigen pada
permukaan tubuh mereka. Tubuh kita membuat berjuta-juta sel T sitotoksin dengan tipe yang
berbeda untuk setiap jenis antigen yang berbeda. Sel T sitotoksin dapat berinteraksi dengan
fragmen antigen pada sel terinfeksi, dengan cara berikatan dengan fragmen tersebut. Ikatan
tersebut akan merangsang sel T sitotoksin untuk mengeluarkan zat kimia toksik yang dapat
membunuh sel terinfeksi beserta dengan antigen di dalamnya.
2. Sel B
Sel B juga terdiri dari berjuta-juta tipe yang dimana setiap jenisnya berfungsi untuk mengenali
antigen berbeda. Sel B ini akan teraktivasi oleh sel T helper yang memiliki pasangan struktur
fragmen antigen. Kemudian sel B akan berdiferensiasi menjadi sel plasma. Sel plasma ini
menjadi pabrik utama sumber antibodi yang akan ikut mengalir bersama aliran darah. Antibodi
yang sudah spesifik akan mengikat antigen tertentu sehingga tidak bisa berikatan dengan sel
lainnya. Pengikatan ini sebagai marker bagi makrofag untuk menghancurkan patogen tersebut.
LO 3. MEMAHAMI DAN MENJELASKAN TENTANG ANTIGEN DAN ANTIBODI
3.1 DEFINISI
I. Antigen adalah zat yang mampu menginduksi respons imun spesifik dan bereaksi dengan produk-
produk respons tersebut, yaitu dengan antibodi spesifik atau limfosit T yang disensitisasi secara
khusus atau keduanya. (kamus dorland)
II. Antigen adalah molekul asing besar yang unik yang memicu respon imun spesifik terhadap
dirinya jika masuk ke dalam tubuh. (Sherwood, L. Fisiologi Manusia ed. 6 hal 458)
III. Menurut Kamus Kedokteran Dorland, antibodi adalah molekul imunoglobulin yang bereaksi
dengan antigen spesifik yang menginduksi sintesisnya dan dengan molekul yang menyerupai
antigen tersebut.
3.2 KLASIFIKASI
ANTIGEN
Antigen dapat dibagi menurut epitop (atau determinan antigen, yaitu bagian dari antigen yang
dapat membuat kontak fisik dengan reseptor antibodi, menginduksi pembentukan antibodi yang
dapat diikat dengan spesifik oleh bagian dari antibodi atau oleh reseptor antibodi), spesifisitas,
ketergantungan terhadap sel T dan sifat kimiawi:
ANTIBODI
Terdapat 5 jenis antibodi atau imunoglobulin, yaitu imunoglobulin G, imunoglobulin A,
imunoglobulin M, imunoglobulin D, dan imunoglobulin E.
1. Imunoglobulin M
Antibodi yang dihasilkan pada pemaparan awal oleh suatu antigen.
a. Imunoglubulin utama pada sekret (kolostrum, saliva, air mata, secret saluran
pernapasan, gastrointestinal, dan genitalia.
b. Melindungi membran mukosa dari bakteri dan virus.
c. Berperan sebagai reseptor permukaan sel B dan disekresi pada tahap awal respons sel
plasma.
2. Imunoglobulin G
Antibodi yang dihasilkan pada pemaparan selanjutnya.
a. Imunoglobulin utama pada serum manusia (70-75% immunoglobulin).
b. Antibodi terpenting pada respon imun sekunder & prtahan terhadap bakteri & virus.
c. Satu-satunya antibodi yang dapat melewati plasenta.
d. Memberikan imunitas pasif pada bayi yg baru lahir.
e. IgG yang tersebar d intravaskuler dan ekstravaskuler bersifat antitoksin.
f. Terdiri dari = 2 rantai L & 2 rantai H yang dihubungkan dengan ikatan disulfide
(formula molekul H2L2).
g. Bersifat divalen (karena mempunyai 2 tempat pengikatan yang identik).
h. Sub kelas IgG : IgG1 (65%), IgG2 (ditujukan pada antigen polisakarida (bagian
sistem pertahanan penting terhadap bakteri berkapsul), IgG3, IgG4 (berdasarkan
pada perbedaan antigen rantai H, dan lokasi ikatan disulfide).
i. Ig terbanyak di darah, diproduksi jika tubuh berespons terhadap antigen yang sama.
j. IgM & IgG berperan jika terjadi invasi bakteri dan virus serta aktivasi komplemen.
3. Imunoglobulin A
a. Ada di dalam sekresi mukosa dan aktif di tempat tersebut.
b. Ditemukan pada sekresi sistem pencernaan, pernapasan, dan perkemihan (contoh:
pada airmata dan ASI).
4. Imunoglobulin D
a. Terdapat pada banyak permukaan sel B; mengenali antigen pada sel B.
b. Antibodi yang terdapat dalam jumlah yang sangat sedikit dalam darah.
5. Imunoglobulin E
a. Melindungi tubuh dari infeksi parasit dan merupakan mediator pada reaksi alergi;
melepaskan histamin dari basofil dan sel mast.
b. Menyebabkan reaksi alergi akut.
LO4. MEMAHAMI DAN MENJELASKAN VAKSIN DAN IMUNISASI
4.1. DEFINISI
Vaksinasi
Vaksinasi adalah penanaman bibit penyakit (misal cacar) yang sudah dilemahkan ke dalam
tubuh manusia atau binatang (dengan cara menggoreskan atau menusukkan jarum) agar orang
atau binatang itu menjadi kebal terhadap penyakit.
Pemberian vaksin diberikan untuk merangsang sistem imunologi tubuh untuk membentuk
antibodi spesifik sehingga dapat melindungi tubuh dari serangan penyakit yang dapat dicegah
dengan vaksin. Ada beberapa jenis vaksin. Namun, apa pun jenisnya tujuannya sama, yaitu
menstimulasi reaksi kekebalan tanpa menimbulkan penyakit.
Vaksin dapat dibagi menjadi vaksin hidup dan vaksin mati. Vaksin hidup dibuat dalam
pejamu, dapat menimbulkan penyakit ringan, dan menimbulkan respons imun seperti yang
terjadi pada infeksi alamiah. Vaksin mati merupakan bahan (seluruh sel atau komponen
spesifik) asal patogen seperti toksoid yang diinaktifkan tetapi tetap imunogen.
Imunisasi
Imunisasi adalah suatu cara untuk meningkatkan kekebalan seseorang secara aktif
terhadap suatu antigen, sehingga bila kelak ia terkena antigen serupa, tidak akan terjadi
penyakit. Kemudian menurut Kamus Kedokteran Dorland, hanya berarti untuk menyuntikkan
"suspensi mikroorganisme dilemahkan atau dibunuh, diberikan untuk pencegahan atau
pengobatan penyakit menular.”
iii. Serum asal hewan: Serum asal hewan seperti anti bisa ular tertentu, laba-laba,
kalajengking yang beracun digunakan untuk mengobati mereka yang digigit.
Bahayanya ialah penyakit serum.
iv. Antibodi heterolog versus antibodi homolog: antibodi heterolog asal kuda dapat
menimbulkan sedikitnya 2 jeni hipersensivitas yaitu reaksi tipe I atau tipe III
(penyakit serum atau kompleks imun)
v. Hal-hal yang perlu diperhatikan pada pemberian globulin serum: Biasanya
preparat globulin diberikan IM mengingat pemberian IV dapat menimbulkan
reaksi anafilaksis. Preparat baru adalah aman untuk pemberian IV. Keunikan
kontraindikasi pemberian Immunoglobulin yaitu pada defisiensi IgA kongenital.
2) Imunisasi aktif
untuk mendapatkan proteksi dapat diberikan vaksin hidup/dilemahkan atau yang
dimatikan. Keuntungan dari pemberian vaksin hidup/dilemahkan ialah terjadinya replikasi
mikroba sehingga menimbulkan pajanan dengan dosis lebih besar dan respons imun di
tempat infeksi alamiah. Risiko vaksin yang dilemahkan ialah oleh karena dapat menjadi
virulen kembali dan merupakan hal yang berbahaya untuk subyek imunokompromais.
Perbedaan respons imun di berbagai bagian tubuh: ada perbedaan kadar antibodi dalam intra
dan ekstra-vaskuler. sIgA diproduksi setempat di lamina propria di bawah membran mukosa
saluran napas dan cerna yang sering merupakan tempat kuman masuk. sIgA merupakan Ig utama
dalam sekresi hidung, bronkus, intestinal, saluran kemih, saliva, kolostrum dan empedu. sIgA
memberikan keuntungan dan dapat mencegah virus di tempat virus masuk tubuh, sintesis antibodi
sekretori lokal terbatas pada lokasi-lokasi anatomis tertentu yang dirangsang langsung melalui
kontak dengan antigen.
Klasifikasi Vaksin
Jenis Vaksin Penyakit Keuntungan Keruugian
Vaksin hidup Campak, parotitis, Respon imun kuat, Memerlukan
polio, virus rota, sering seumur hidup alat pendingin
rubella, yellow fever, dengan beberapa dosis. untuk
tuberkulosis menyimpan
dan dapat
berubah
menjadi bentuk
virulen.
Vaksin mati Kolera,influenza, Stabil, aman disbanding Respon imun
hepatitis A, pes, polio, vaksin hidup, tidak lebih lemah
salk, rabies memerlukan alat dibanding
pendingin.
vaksin hidup,
biasa
diperlukan
suntikan
booster.
Toksoid Difteri, tetanus Respon imun dipacu
untuk mengenal toksin
bakteri
Subunit (eksotoksin HepatitisB, Antigen spesifik Sulit untuk
yang diinaktifkan) pertussis,S. pneumoni menurunkan dikembangkan
kemungkinan efek
samping
Konjugat H. influenza B, Memacu sistem imun
S.Pneumoni bayi untuk mengenal
sistem tertentu
CARA PEMBERIAN
A. BCG
Vaksinasi BCG memberikan kekebalan aktif terhadap penyakit tuberculosis
(TBC), BCG optimal diberikan 1 kali sebelum anak berumur 3 bulan. BCG
ulangan tidak dianjurkan karena keberhasilannya diragukan.
Vaksin disuntikan secara intrakutan pada lengan atas, untuk bayi berumur
kurang dari 1 tahun diberikan sebanyak 0,05 mL dan untuk anak lebih dari 1
tahun diberikan sebanyak 0,1 Ml.
Vaksin ini mengandung bakteri Bacillus Calmette-Guerrin hidup yang
dilemahkan sifat virulensinya, sebanyak 50.000-1.000.000 partikel/dosis.
Kontraindikasi untuk vaksinasi BCG adalah penderita gangguan sistem
kekebalan (misalkan penderita leukemia, penderita yang menjalani pengobatan
steroid jangka panjang, penderita infeksi HIV)
Reaksi yang mungkin terjadi:
1. Reaksi lokal
1-2 minggu setelah penyuntikan pada tempa penyuntikan timbul kemerahan
dan benjolan kencil yang teraba keras. Kemudian benjolan tersebut berubah
menjadi pustula (gelembung berisi nanah), lalu pecah membentuk ulkus.
Sembuh secara spontan dalam waktu 8-12 minggu dengan meninggalkan
jaringan parut.
2. Reaksi regional
Pembesaran kelenjar getah bening ketiak atau leher, tanpa disertai nyeri
tekan maupun demam, yang akan menghilang dalam waktu 3-6 bulan.
Komplikasi yang timbul
a. Pembentukan abses
b. Limfadenitis supurativa
B. DPT
Vaksin 3-in-1 yang melindungi terhadap penyakit difteri, pertusis, dan tetanus.
Difteri adalh infeksi banteri yang menyerang tenggorokan dan dapat
menyebabkan komplikasi yang fatal.
Petusis (batuk rejan) adalah infek bakteri pada saluran udara yang ditandai
dengan batuk hebat yang menetap serta bunyi pernafasan yang melengking.
Berlangsung selama beberapa minggu dan dapat menyebabkan serangan batuk
hebat sehingga anak tidak dapat bernafas, makan atau minum. Pertusis dapat
menimbulkan komplikasi serius seperti pneumonia, kejang dan kerusakan otak.
Diberikan pada anak yang berusia kurang dari 7 tahun. Biasanya vaksin DPT
dapat dalam bentuk suntikan dan disuntikan pada bagian lengan atau paha.
Diberikan 3 kali, pada anak berumur 2 bulan (DPT 1), 3 bulan (DPT 2), 4 bulan
(DPT 3). Imunisasi ulang diberikan 1 tahun setelah DPT 3 dan pada anak usia
prasekolah. Jika mengalami alergi terhadap vaksin pertusis, maka diberikan
imunisasi DT bukan DPT.
Efek samping biasanya efek samping yang ringan seperti demam ringan dan
nyeri ditempat penyuntikan selama beberapa hari, efek samping terjadi karena
adanya komponen pertusis. Untuk menurunkan demam bisa diberikan
asetaminofen (ibuprofen). Dan untuk mengurangi nyeri di tempat suntikan bisa
dilakukan kompres hangat.
DPT ditunda jika anak sedang menderita sakit yang lebih serius daripada flu
ringan sampai anak sehat. Jika anak pernah mengalami kejang, penyakit otak
atau perkembangannya abnormal, penyuntikan DPT ditunda hingga kondisinya
membaik.
C. Polio
Memberikan kekebalan aktif terhadap penyakit poliomyelitis. Polio
menyebabkan nyeri otot dan kelumpuhan pada salah satu maupun kedua lengan
atau tungkai. Polio juga dapat menyebabkan kelumpuhan otot pernafasan dan
otot untuk menelan.
Terdapat 2 macam vaksin polio:
i. IPV (Inactivated Polio Vaccine, vaksin Salk), mengandung virus polio
yang telah dimatikan dan diberikan melalui suntikan
ii. OPV (Oral Polio Vaccine, vaksin Sabin) mengandung vaksin hidup
yang telah dilemahkan dan diberikan dalam bentuk pil atau cairan.
Bentuk trivalent (TOPV) efektif melawan semua bentuk polio, bentuk
monovalent (MOPV) melawan 1 jenis polio.
Imunisasi dasar polio diberikan 4 kali) dengan interval tidak kurang dari 4
minggu. Imunisasi polio ulangan diberikan 1 tahun setelah imunisasi polio 4,
kemudian pada saat prasekolah (5-6 tahun).
Di Indonesia umumnya vaksin yang diberikan adalah vaksin Sabin. Vaksin ini
diberikan sebayak 2 tetes (0,1 mL) langsung ke mulut anak atau menggunakan
sendok yang berisi air gula.
Kontra indikasi pemberian vaksin polio:
i. Diare berat
ii. Gangguan kekebalan
iii. Kehamilan
iv. Syok (kebiruan, pucat, lemah, tidak memberikan respon)
Efek samping yang mungkin terjadi berupa kelumpuhan dan kejang.
Dosis pertama dan kedua diperlukan untuk menimbulakn respon kekebalan
primer, sedangkan ketiga dan keempat diperlukan untuk meningkatkan
kekuatan antibody sampai pada tingkat yang tertinggi.
IPV bisa diberikan pada anak yang menderita diare. IPV menyebabkan nyeri
dan kemerahan pada tempat penyuntikan yang berlangsung selama beberapa
hari.
D. Campak
Diberikan sebanyak 1 dosis pada anak berumur 9 bulan atau lebih. Pada KLB
dapat diberikan pada umur 6 bulan dan diulang 6 bulan kemudian dengan dosis
0,5 mL.
Kontra indikasi pemberian vaksin campak:
i. Infeksi akut yang disertai demam tinggi
ii. Gangguan sistem kekebalan
iii. Pemakaian obat imunosupressan
iv. Alergi protein telur
v. Wanita hamil
Efek samping yang mungkin terjadi seperti demam, ruam kulit, diare.
E. Imunisasi MMR
Memberikan perlindungan terhadap campak, gondongan dan rubella disuntikan
sebanyak 2 kali.
Suntikan pertama diberikan saat anak berusia 12-15 bulan, suntikan keuda pada
anak berumur 5-6 tahun atau anak berusia 11-13 tahun.
Efek samping yang mungkin ditimbulkan antara lain demam yang berlangsung
dalam jangka waktu 1-2 minggu, pada komponen campak Jerman terjadi
pembengkakan kelenjar getah bening, nyeri, artritis (pembengkakan sendi
disertai nyeri), nyeri pada tangan atau kaki selama beberapa hari, kejang.
Tidak diberikan pada:
i. Anak yang alergi terhadap telur, gelatin atau antibiotic neomisin.
ii. Anak yang 3 bulan lalu menerima gamma globulin
iii. Gangguan kekebalan tubuh
iv. Mengkonsumsi obat imunosupresan
v. Wanita hamil
F. HiB
Imunisasi HiB membantu mencegah infeksi oleh Haemophilus influenza tipe b
yang menyebabkan meningitis, pneumonia dan infeksi tenggorokan berat.
Diberikan 3 kali suntikan, biasanya pada anak usia 2, 4 dan 6 bulan.
G. Varisella
Memberikan perlindungan terhadap cacar air.
Anak yang berumur 12-18 bulan dan belum pernah menderita cacar air
dianjurkan untuk menjalani imunisasi varisella. Anak yang mendapatkan
imunisasi varisella sebelum umur 13 tahunhanya memerlukan 1 dosis.
Sedangkan untuk anak berusia lebih dari umur 13 tahun dan belum pernah
mendapatkan vaksinasi dan tidak pernah sakit cacar, sebaiknya diberikan 2
dosis vaksin dengan selang waktu 4-8 minggu.
Vaksin varisella memberikan kekebalan jangka panjang
Efek samping biasanya ringan dapat berupa demam, nyeri pada tempat
penyuntikan, ruam vesicular yang terlokalisir di tempat penyuntikan.
Efek samping yang lebih berat seperti kejang demam yang terjadi dalam waktu
1-6 minggu setelah penyuntikaan, pneumonia, reaksi alergi (gangguan
pernafasan, kaligata, bersin, pusing), ensefalitis, penurunan koordinasi otot
Tidak diberikan pada:
i. Wanita hamil atau wanita menyusui
ii. Gangguang kekebalan atau riwayat keluarga dengan kelainan
imunosuupresif
iii. Alergi terhadap antibiotic neomisin atau gelatin
iv. Menderita penyakit serius seperti kanker atau AIDS
v. Mengkonsumsi kortikosteroid
vi. Pasien yang baru saja menjalani transfuse darah
vii. Menerima suntikan immunoglobulin 3-6 bulan yang lalu
H. HBV
Dosis pertama di berikan segera setelah bayi lahir atau jika ibunya memiliki
HBsAg negative, bisa diberikan pada saat bayi berumur 2 bulan. Diberikan
sebanyak 3 kali dengan selang waktu 1 bulan antara suntikan pertama dan
kedua, serta selang waktu 5 bulan antara suntikan kedua dan ketiga. Imunisasi
ulangan diberikan 5 tahun setelah HBV 3. Sebelum imunisasi ulangan
dianjurkan pemeriksaan kadar HBsAg. Disuntikan pada otot lengan atau paha.
Kepada bayi yang lahir dari ibu dengan HBsAgnya positif, diberikan HBV pada
lengan kiri dan 0,5 HBIG (hepatitis B Immunoglobulin) pada lengan kanan
dalam waktu 12 jam setelah lahir. Dosis kedua pada usia 1-2 bulan, dosis ketiga
pada usia 6 bulan.
Dapat diberikan pada ibu hamil
Efek samping adalah efek lokal (nyeri pada tempat penyuntikan) dan sistemis
(demam ringan, lesu, mual) yang akan hilang beberapa hari.
Imunisasi hukumnya boleh dan tidak terlarang, karena termasuk penjagaan diri dari
penyakit sebelum terjadi. Rasulullah shallallahu ’alaihi wa sallam bersabda :
“Barangsiapa yang memakan tujuh butir kurma ajwah, maka dia akan terhindar sehari itu
dari racun dan sihir”(HR. Bukhari : 5768, Muslim : 4702).
Hadits ini menunjukkan secara jelas tentang disyari’atkannya mengambil sebab untuk
membentengi diri dari penyakit sebelum terjadi. Demikian juga kalau dikhawatirkan terjadi
wabah yang menimpa maka hukumnya boleh sebagaimana halnya boleh berobat tatkala
terkena penyakit.
“Sesungguhnya Allah hanya mengharamkan bagimu bangkai, darah, daging babi, dan
binatang yang (ketika disembelih) disebut (nama) selain Allah. Tetapi barangsiapa
dalam keadaan terpaksa (memakannya) sedang dia tidak menginginkannya dan tidak
(pula) melampaui batas, maka tidak ada dosa baginya. Sesungguhnya Allah Maha
Pengampun lagi Maha Penyayang.” (QS. Al-baqarah[2]:173)
Daftar Pustaka
Baratawidjaja, Karnen Garna. 2016. Imunologi Dasar Edisi 11. Jakarta : Balai
Penerbit Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.