Anda di halaman 1dari 7

Fungi (Colletotricum dematium)

1. Penggolongan OPT (Colletotricum dematium)

(a) (b)
Gambar (a) Penampakan mikroskopis Colletotricum dematium
Gambar (b) Konidia Colletotricum dematium
Sumber : Researchgate.net
Colletotricum dematium merupakan penyebab penyakit antraknosa pada tanaman kedelai.
Selain tanaman kedelai, tanaman ini juga memiliki tanaman inang lainnya yaitu kentang,
tomat, kacang tanah, wortel, dan bayam. Klasifikasi patogen ini yaitu sebagai berikut :
Kingdom : Fungi
Phylum : Ascomycota
Class : Sordariomycetes
Order : Glomerellales
Family : Glomerellaceae
Genus : Colletotrichum
Species : C. dematium
Patogen menginfeksi daun, tangkai daun, batang, dan polong. Infeksi pada biji
menyebabkan kotiledon terlihat cekung, bercak coklat tua dan berkembang ke batang
tanaman. Gejala pada batang, polong, dan tangkai kedelai berupa bercak tak beraturan.
Jaringan tanaman yang terinfeksi tertutup oleh badan buah (acervuli) yang berduri kecil
(setae), berwarna hitam. Infeksi pada fase pembentukan hingga pemasakan polong
menyebabkan biji mengkerut dan berwarna cokelat gelap. Perkembangan penyakit terjadi
saat cuaca hangat dan lembab dengan suhu 26-32 0C sangat sesuai bagi perkembangan
penyakit. Daun yang selalu basah karena embun atau air hujan mendukung perkecambahan
spora. Jamur dapat bertahan hidup lebih dari tiga bulan pada batang tanaman di lapang.
Gambar a sampai d menunjukkan gejala yang ditimbulkan saat kedelai terserang
Colletotricum dematium
Sumber : Balai Penelitian Tanaman Aneka Kacang dan Umbi
2. Penilaian resiko masuk/ Introduksi
Faktor yang dinilai Kategori penilaian
1. Bentuk dan tujuan pemasukan Resiko sedang
Alasan : Impor kedelai yang berasal dari Malaysia merupakan impor kedelai untuk keperluan
bahan baku industri untuk pengolahan lebih lanjut sebagai bahan pembuatan tempe, tahu,
ataupun produk industri lainnya. Kedelai yang diimpor ini tergolong sulit untuk ditanami di
Indonesia. bentuk impor kedelai ke Indonesia dalam bentuk biji-bijian.
2. Frekuensi dan jumlah/volume Resiko tinggi
Alasan : Indonesia mengimpor kedelai dari Malaysia secara rutin setiap tahunnya dengan
jumlah impor dari 9000 ton hingga 200 ribu ton. Jumlah ini sebenarnya masih kecil jika
dibandingkan dengan Amerika yang mampu mengekspor kedelai ke Indonesia hingga 2 juta
ton pertahunnya.
3. Peluang terbawa komoditas dan/atau pada alat angkut Resiko tinggi
Alasan : Colletotricum dematium merupakan OPTK yang memiliki sifat seed borne atau tular
benih. Karena impor yang dilakukan berupa biji maka peluang patogen ini terbawa pada
komoditas menjadi lebih besar. Patogen ini memiliki inang alternatif seperti kentang, bayam,
bit, dan wortel. Dengan jumlah yang banyak sulit untuk badan karantina memeriksa secara
menyeluruh seluruh biji kedelai yang masuk ke Indonesia.
4. Kemampuan OPTK bertahan selama dalam perjalanan Resiko tinggi
Alasan : Colletotricum dematium memiliki struktur bertahan dalam bentuk miselium yang
menyebabkannya mampu bertahan dalam kondisi dorman pada kondisi lingkungan yang
tidak mendukung.
5. Kemampuan mendeteksi dan identifikasi (diagnosis) di Resiko sedang
tempat pemasukan
Alasan : Cendawan ini memiliki fase inkubasi yang menyebabkan sulit untuk mendeteksi
keberadaan patogen ini dalam biji kedelai. Sebenarnya dengan alat scanner saat tidak dalam
fase inkubasi patogen ini dapat teridentifikasi.
6. Kemampuan membebaskan OPTK dari media pembawa Resiko rendah
Alasan : OPTK ini dapat dengan mudah dipisahkan dari media pembawanya dengan
perlakuan seperti dengan fungisida berbahan aktif benomil. Sebenarnya karena tujuan
impornya hanyalah sebagai bahan baku industri maka kemungkinan OPTK ini dapat
menyebar menjadi lebih kecil.
Jumlah penilaian : sedang + tinggi + tinggi + tinggi + sedang + rendah = sedang

3. Penilaian resiko menetap

Faktor yang dinilai Kategori penilaian


1. Ketersediaan dan distribusi tanaman inang Resiko tinggi
Alasan : Cendawan ini merupakan penyebab penyakit antraknose pada tanaman kedelai
namun cendawan ini juga memiliki tanaman inang alternatif lain yang cukup banyak
diantaranya kentang, bayam, kacang tanah, terung, bayam dan tomat. Jika diperhatikan
tanaman-tanaman inang aternatif tersebut banyak tersebar di Indonesia.
2. Epidemik penyakit Resiko tinggi
Alasan : Kondisi lingkungan yang mendukung perkembangan patogen ini adalah cuaca hangat dan
lembab dengan suhu 26-32 0C. Daun yang selalu basah karena embun atau air hujan mendukung
perkecambahan spora. Cendawan ini dapat bertahan hidup lebih dari tiga bulan pada batang tanaman
di lapang. Kondisi lingkungan di Indonesia yaitu tropis sangat cocok untuk pertumbuhan patogen ini.
Selain itu tanaman inang berupa kedelai cocok pula ditanam di Indonesia.
3. Siklus hidup patogen Resiko tinggi
Alasan : Colletotrichum terkadang menghasilkan bentuk khusus yang disebut hypha, bukan
miselium. Hifa adalah bentuk seksual Colletotrichum. Dua hifa dari individu Colletotricum
yang berbeda bergabung bersama dan menghasilkan spora melalui reproduksi seksual. Spora
ini disebut ascospore, dan dapat bertahan di lingkungan untuk waktu yang sangat lama.
Reproduksi seksual menghasilkan keturunan yang beragam secara genetik, dan keragaman
genetik ini membantu Colletotrichum bertahan hidup dalam kondisi dan lingkungan yang
berbeda. Cendawan ini memiliki sifat polisiklik.
4. Kemampuan dan metode bertahan Resiko sedang
Alasan : Cendawan ini memiliki struktur bertahan dalam bentuk miselium. Cendawan ini
memiliki kemampuan beradaptasi dengan baik sehingga pada kondisi lingkungan yang
kurang menguntungkan. Walaupun begitu cendawan ini mampu bertahan dalam kondisi
lingkungan yang tidak mendukung ini tidak dalam waktu yang lama, cendawan harus
menemukan tanaman inang yang cocok ataupun berada pada sisa-sisa tanaman agar tetap
hidup.
5. Kesesuaian lingkungan abiotik Resiko tinggi
Alasan : OPTK ini berasal dari negara Malaysia dimana memiliki kondisi lingkungan yang
mirip dengan kondisi lingkungan di Indonesia. Di negara pengimpornya yaitu Malaysia,
OPTK ini mampu berkembang dengan baik karena memang OPTK ini menyukai iklim tropis
seperti di Indonesia maupun Malaysia yang memiliki kelembaban yang tinggi dan suhu
sekitar 23 0C.
6. Kemampuan adaptasi Resiko tinggi
Alasan : Memiliki kemampuan adaptasi lingkungan biotik dan abiotik yang tinggi dimana
sangat toleransi dengan kondisi lingkungan yang kurang menguntungkan.
7. Strategi perbanyakan/karakteristik reproduksi Resiko sedang
Alasan : Cendawan ini memiliki reproduksi secara seksual. Selain secara seksual, cendawan
ini juga memiliki reproduksi aseksual dimana terdapat acervuli pada lesi yang disebabkan
oleh Colletotricum melepaskan spora yang disebut Konidia, yang tersebar oleh angin.
Konidia juga dapat disebarkan oleh hujan, yang memercikkannya ke tanaman lain. Ketika
konidium mendarat di tanaman yang dapat terinfeksi, ia menembus kulit tanaman. Begitu
berada di dalam tanaman, Colletotricum tumbuh dan menyebar sebagai miselium, bentuk
serat dari cendawan . Gejala-gejala infeksi Colletotricum muncul ketika miselium menembus
permukaan tanaman dan menghasilkan acervuli.
8. Keberadaan dan pengaruh musuh alami Resiko rendah
Alasan : Menurut penelitian yang dilakukan oleh Solvan, L.R dkk pada tahun 2008 di
Banglades didapatkan hasil bahwa Trichoderma harzianum yang diisolasi dari rhizosphere
mampu menghambat pertumbuhan cendawan ini hingga 89,44 %
9. Kemampuan eradikasi Resiko rendah
Alasan : Penyebaran OPTK ini masih lambat dan masih terbatas akan benih kedelai
sedangkan di Indonesia sendiri jarang petani yang menggunakan benih kedelai yang berasal
dari luar negeri, biasanya impor kedelai hanyalah untuk tujuan bahan baku industri bukan
untuk penyediaan benih kedelai
Jumlah : tinggi + tinggi + tinggi + sedang + tinggi + tinggi + sedang + rendah + rendah =
sedang

4. Penilaian resiko menyebar

Faktor yang dinilai Kategori penilaian


1. Kesesuaian vegetasi alami dan lingkungan tanaman budidaya Resiko tinggi
Alasan : Cendawan ini memiliki tanaman inang alternatif yang beragam dan banyak tersebar
di Indonesia sehingga jika ditemukan OPTK ini di pertanaman maka kemungkinannya untuk
menyebar akan lebih besar. Selain itu cendawan ini juga mampu bertahan pada sisa-sisa
tanaman yang ada di pertanaman.
2. Potensi menyebar melalui komoditas dan/atau alat angkut Resiko tinggi
Alasan : Impor kedelai ini disebar ke seluruh wilayah Indonesia secara merata untuk
keperluan bahan baku pembuatan tempe, tahu, kecap dan lain sebagainya. Jumlah yang
didistribusikannya dalam jumlah besar.
3. Penyebaran melalui vektor Resiko rendah
Alasan : Sejauh ini belum ditemukan adanya vektor yang membawa dan menyebarkan
patogen ini.
4. Ketersediaan organisme lain untuk membantu proses infeksi Resiko rendah
Alasan : Tidak ditemukan organisme lain yang membantu dalam infeksi patogen ini. Infeksi
dilakukan sendiri oleh cendawan ini. Ketika konidium mendarat di tanaman yang dapat
terinfeksi, ia menembus kulit tanaman. Begitu berada di dalam tanaman, Colletotricum
tumbuh dan menyebar sebagai miselium, bentuk serat dari jamur.
5. Keberadaan dan pengaruh musuh alami Resiko sedang
Alasan : Sejauh ini baru ditemukan satu musuh alami yaitu Trichoderma harzianum.
Jumlah : tinggi + tinggi + rendah + rendah + sedang = sedang
5. Penilaian potensi menimbulkan kerugian secara ekonomi

Faktor yang dinilai Kategori penilaian


1. Potensi menurunkan produksi dan nilai jual Resiko tinggi
Alasan : Impor kedelai dari Malaysia ini dilakukan dengan tujuan untuk memenuhi
kebutuhan akan kedelai sebagai bahan baku industri sehingga saat kedelai terserang oleh
cendawan ini maka kondisi biji kedelai akan rusak sehingga produksi akan menurunkan
kualitas produk yang akan dihasilkan. Selain itu cendawan ini dapat menimbulkan penyakit
bagi manusia apabila kedelai yang terkontaminasi cendawan ini digunakan sebagai bahan
baku pembuatan produk makanan.
2. Potensi menimbulkan kehilangan pasar Resiko tinggi
Alasan : Kualitas dan kuantitas dari produk impor sangat menentukan apakah kerjasama
ekspor impor itu masih akan dilanjutkan atau tidak. Apabila dalam suatu produk ditemukan
masalah maka kehilangan akan pasar akan beresiko terjadi.
3. Potensi meningkatkan biaya pengendalian Resiko tinggi
Alasan : Kedelai sebagai bahan pangan yang kebutuhannya di Indonesia masih harus impor
mengharuskan pengendalian yang lebih besar agar tidak terjadi masalah OPT. Pengendalian
akan semakin besar semakin besarnya produk yang terinfeksi.
4. Potensi menimbulkan kerusakan lingkungan Resiko rendah
Alasan : Karena kedelai yang diimpor bukanlah untuk penanaman maka kerusakan
lingkungan akibat cendawan ini dapat dihindarkan
5. Potensi menimbulkan masalah sosial di masyarakat Resiko tinggi
Alasan : Hal ini dikarenakan kedelai merupakan bahan baku pembutan tempe dan tahu yang
merupakan produk olahan yang disukai oleh hampir seluruh rakyat Indonesia. Jika
ditemukan cendawan ini maka produksi kedelai akan terganggu akibat kurang pasokan
kedelai yang nantinya akan menimbulkan keresahan bagi masyarakat tidak dapat lagi
mengkonsumsi tempe dan tahu karena kemungkinan kedelai impor yang lain akan
dihentikan impornya untuk mencegah penyebaran lebih lanjut.
Jumlah : tinggi + tinggi + tinggi + rendah + tinggi = tinggi

Tabel hasil penilaian keseluruhan :

No Aspek yang dinilai Nilai Kategori


1. Potensi masuk 2,33 Sedang
2. Potensi menetap 2,33 Sedangs
3. Potensi menyebar 2 Sedang
4. Potensi menimbulkan kerugian ekonomi 2,6 Tinggi

Anda mungkin juga menyukai