Ceramah Berjudul Istiqomah Dalam Kehidupan
Ceramah Berjudul Istiqomah Dalam Kehidupan
KELAS: XI IPA 8
Tanpa ijin dari Allah tak mungkin kita bisa hadir dan bermuwajah di tempat ini.
Kedua kalinya, semoga keselamatan dan kesejahteraan tetap di limpahkan Allah kepada panutan
kita semua, yakni Rosulullah saw. Berikut para keluarganya, para sahabatnya, Amiin.
Allah berfirman:
Artinya:
dan bahwa (yang Kami perintahkan ini) adalah jalan-Ku yang lurus, maka ikutilah dia, dan
janganlah kamu mengikuti jalan-jalan (yang lain), karena jalan-jalan itu mencerai beraikan kamu
dari jalan-Nya. Yang demikian itu diperintahkan Allah agar kamu bertakwa. QS: Al-An'am Ayat:
153)
Jalan Allah yang yang dimaksudkan dalam ayat tersebut adalah Al-Qur’an dan As Sunnah. Adapun
jalan-jalan lain adalah pedoman hidup yang didasarkan dari selain Al-Qur’an dan As-Sunnah.
Istiqamah merupakan suatu jalan yang dapat menyelamatkan dunia akherat. Dengan selalu
beristiqamah maka seseorang akan terpelihara imannya dan terlindung imanya dan terlindung dari
dorongan hawa nafsu serta setan yang berbuat maksiat. Orang-orang yang mau berpikir, maka
merakatidak akan mencari jalan lain dalam memperbaiki kehidupan kecuali jalan yang di atur oleh
Allah dalam petunjukNya. Yaitu Al-Qur’an. Sebab menempuh jaran di luar tuntunan Al-Qur’an dan
As Sunnah akan mendorong menjadi binasa atau rugi besar, dunia akherat.
Islam membingbing manusia agar istiqamah, teguh pendirian dalam menjalankan perintah Allah
dan menjalankan segala laranganNya. Orang yang beristiqomah akan menjalankan keuntungan
yang sangat besar.
Istiqamah lisan yaitu tetap dalam keadaan mudawamah.yaitu dalam keadaan mengucapkan dua
kalimat syahadat. Kemudian diikuti istiqamah hati dengan istiqamah hati , yaitu hati secara terus –
menerus bertekat melakukan kebenan atau selalu berkemauan untuk mengamalkan suatu kebaikan.
Adapun istiqamah tubuh ialah menjalankan secara lahiriah.
Adapun pula yang berpendapat bahwa istiqamah bahwa istiqamah itu menyangkut masalah amal
taat, menjauhi larangan dan mensyukuri nikmat,serta sabar menempuh jalan surga.
Istiqamah dalam beramal taat secara ikhlas dan mencegah maksiat itu belumlah cukup jika tidak
disertai dengan peryataan rasa syukur atas nikmat yang kita terima. Pernyataan syukur ini
hendaknya dilakukan secara terus-menerus pula. Dan harus pula ditambah dengan istiqamah berupa
sabar. Yakni terus-menerus menghadapi segala yang tidak menyenangkan dengan sabar . untuk
mencapai keempat istiqamah itu, maka kita harus memberkali dengan taat yang sempurna dan iklas,
kemudian taat yang sempurna dengan taubat, syukur yang sempurna dengan mengoreksi diri, serta
sabar yang tidak disertai dengan tidak berputus-asa.
2. Menghindari prasangka buruk. Menunjukan firman Allah ,”hindarilah umumnya prasangka buruk
terhadap sesame muslim, sebab prasangka buruk termasuk perbuatan dosa.”Dan tunjukanlah sabda
Nabi saw. “Hindarilah prasangka buruk,sebab dugaan jelek itu kata-kata dusta yang berbahaya.”
3. menghindari perbuatan yang bersifat menghina atau mengejek orang lain. Berdasarkan firman
Allah ,”janganlah suatu kaum menghina kaum lainnya, karena yang dihina itu lebih baik daripada
yang menghina….”
4. membatasi pandangan mata dari penglihatan yang berbau maksiat. Firman Allah,”serukanlah
kepada orang-orang mukmin, agar merendahkan pandangan matanya dari melihat yang terlarang.”
5. selalu berkata benar, sesuai dengan petunjuk dalam Al-Qur’an, dan apabila kamu berkata, maka
berlakula adil (benar).”
Itulah ciri orang yang beristiqamah dalam menempuh jalan lurus, yakni menempuh perintah Allah
dan menjauhi segala larangannya. Sudahkah kita memiliki sepuluh cirri tersebut . jawabannya ada
pada diri kita masing-masing. Karena itu, marila kita mengoreksi diri dan meningkatkan amal
ibadah kepada Allah sehinngga menjadi orang yang benar-benar istiqamah.
Demikian ceramah agama yang dapat saya sampaikan pada kesempatan ini, semoga dapat
bermanfaat bagi kita semua dan dapat kita aplikasikan dalam kehidupan sehari-hari. Lebih dan
kurangnya mohon dimaafkan, yang benar datangnya dari Allah SWT Yang Maha Benar, dan yang
salah, khilaf, atau keliru itu datangnya dari saya pribadi sebagai manusia biasa yang tidak pernah
luput dari salah, khilaf dan dosa.
Akhirul kalam,
Wassalamu alaikum warohmatullahi wabarokaatuh