Anda di halaman 1dari 33

ASUHAN KEPERAWATAN PADA TN.

E
POST LAPARATOMI EKSPLORASI AI HERNIA UMBILICAL + CKD ON HD
DI RUANG HIGH CARE UNIT RSUD Dr. HASAN SADIKIN BANDUNG

Disusun Oleh
Angga Bahtera Dewa 4006180037 Anggota Tim
Azka Fadilla. R 4006180050 Anggota Tim
Cahya Fitri 4006180023 Anggota Tim
Clara Yollanda. R 4006180011 Anggota Tim
Enggartia Lukita 4006180025 Anggota Tim
Ganesh Virel Bravelba 4006180002 Anggota Tim
Hasby Sopiandi. R 4006180020 Anggota Tim
Nadia Ima Mustika 4006180043 Anggota Tim
Nely Ismayanti 4006180054 Anggota Tim
Setiawan Ramdhani 4006180036 Anggota Tim
Yovie Antia 4006180026 Anggota Tim

Pembimbing Klinik

( )

PROGRAM PROFESI NERS


PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN
STIKES DHARMA HUSADA BANDUNG
2019
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar belakang
Chronic Kidney Disease (CKD) atau penyakit ginjal kronis didefinisikan sebagai
kerusakan ginjal untuk sedikitnya 3 bulan dengan atau tanpa penurunan glomerulus
filtration rate (GFR) (Nahas & Levin,2010). CKD atau gagal ginjal kronis (GGK)
didefinisikan sebagai kondisi dimana ginjal mengalami penurunan fungsi secara lambat,
progresif, irreversibel, dan samar (insidius) dimana kemampuan tubuh gagal dalam
mempertahankan metabolisme, cairan, dan keseimbangan elektrolit, sehingga terjadi
uremia atau azotemia (Smeltzer, 2009).
Diperkirakan hingga tahun 2015 Data WHO dengan kenaikan dan tingkat
persentase dari tahun 2009 sampai sekarang 2011 sebanyak 36 juta orang warga dunia
meninggal dunia akibat penyakit Cronic Kidney Disease (CKD). CKD di Indonesia tahun
2013 berdasarkan diagnosis dokter adalah 0,2 %, angka ini meningkat seiring
bertambahnya umur, yaitu tertinggi pada kelompok umur ≥ 75 tahun sebesar 0,6 %.
Prevalensi pada laki-laki (0,3 %) lebih tinggi dari wanita (0,2 %), prevalensi tinggi pada
masyarakat pedesaan (0,3 %), tidak bersekolah (0,4%), pekerjaan wiraswasta,
petani/nelayan/buruh (0,3%) (Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan RI, 2013).
Menurut Riskesdas tahun 2018 Prevalensi Gagal Ginjal sebesar 2% (499.800
orang). Prevalensi terendah sebesar 1% dan tertinggi sebesar 4%. Adapun Faktor Risiko
Penyakit Ginjal Kronis di Indonesia Prevalensi Hipertensi 25,8 %,Prevalensi Terendah
sebesar 16,8% dan Prevalensi Tertinggi sebesar 30,9 %. Prevalensi Obesitas 15,4 %
Prevalensi Terendah sebesar 10,2% Prevalensi Tertinggi sebesar 33,2 %,Prevalensi
Diabetes Melitus 2,3 % Prevalensi Terendah sebesar 0,8% Prevalensi Tertinggi sebesar
3,7 %.
Penyakit CKD akan mempengaruhi penurunan LFG dan fungsi ginjal memburuk
lebih lanjut, retensi natrium dan air biasa terjadi. Hal ini dapat menyebabkan resiko edema
dan hipertensi, pasien juga akan merasa cepat lelah, sesak nafas, dan nafsu makan
menurun. Penanganan pada pasien CKD tahap akhir dilakukan beberapa terapi
diantaranya yaitu terapi pengganti ginjal seperti transplantasi ginjal, dialisis peritoneal,
maupun hemodialisa (Lemone, 2012; Tanto, dkk, 2014; Black & Hawks, 2009).
Hemodialisa (HD) adalah sebuah proses yang bertujuan untuk mengeluarkan
produk limbah dan cairan yang berada didalam tubuh, serta menggantikan fungsi ginjal
dalam tubuh yang tidak dapat berfungsi dengan baik (Smeltzer & Bare, 2013). Didunia
saat ini tercatat ada lebih dari 2 juta pasien yang menjalani terapi HD. Pasien HD di
Amerika Serikat mencapai 350 ribu orang, Jepang 300 ribu orang, sedangkan di Indonesia
hampir mencapai 15 ribu orang (Setiati, dkk, 2014).
Pelayanan hemodialisis harus memiliki sarana dan prasarana yang memadai sesuai
dengan Permenkes 812 tahun 2010, di antaranya ruang peralatan mesin hemodialisis
untuk kapasitas empat mesin hemodialisis, ruang pemeriksaan dokter atau konsultasi,
ruang tindakan, ruang perawatan,ruang sterilisasi, ruang penyimpanan obat, ruang
penunjang medik, ruang administrasi, ruang tunggu pasien, dan ruang lainnya sesuai
kebutuhan. Peralatan yang dibutuhkan pada pelayanan hemodialisis sekurang-kurangnya
meliputi empat mesin hemodialisis siap pakai, peralatan medik standar, peralatan reuse
dialiser manual atau otomatik, peralatan sterilisasi alat medis, peralatan pengolahan air
untuk dialisis yang memenuhi standar dan kelengkapan lainnya sesuai kebutuhan.
Pada tahun 2015, dari total 4.898 mesin hemodialisis yang terdata, proporsi
terbanyak terdapat di wilayah DKI Jakarta (26%) dan Jawa Barat (22%),Kendala dalam
pelayanan hemodialisis di antaranya karena hemodialisis merupakan hospital-based
treatment, membutuhkan unit hemodialisis dengan standar sarana, prasarana, dan SDM
sesuai standar seperti disebutkan di atas, sehingga selain jumlah unit layanan hemodialisis
masih terbatas, pelayanan hemodialisis juga membutuhkan pembiayaan yang tinggi.
Keterbatasan unit pelayanan hemodialisis ini kemudian mengakibatkan daftar tunggu
pasien yang tinggi.

B. Rumusan Masalah
Bagaimana asuhan keperawatan pada pasien dengan Chronic Kidney Disease ?

C. Tujuan Penulisan
1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui tentang penyakit Chronic Kidney Disease
2. Tujuan Khusus
a. Mengetahui pengertian penyakit Chronic Kidney Disease
b. Mengetahui etiologi penyakit Chronic Kidney Disease
c. Mengetahui klasifikasi penyakit Chronic Kidney Disease
d. Mengetahui manifestasi klinik penyakit Chronic Kidney Disease
e. Mengetahui patofisiologi penyakit Chronic Kidney Disease
f. Mengetahui penatalaksanaan dan terapi penyakit Chronic Kidney Disease
g. Mengetahui komplikasi penyakit Chronic Kidney Disease
h. Dapat melakukan asuhan keperawatan dari pengkajian sampai dengan evaluasi
pada penyakit Chronic Kidney Disease

D. Ruang Lingkup
Penulisan makalah ini dilakukan untuk mengetahui bagaimana asuhan
keperawatan pada pasien dengan Chronic Kidney Disease di ruang HCU RSUP Dr. Hasan
Sadikin Bandung.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Gagal Ginjal Kronis


1. Pengertian
Gagal ginjal kronis adalah kegagalan fungsi ginjal untuk mempertahankan
metabolisme serta keseimbangan cairan dan elektrolit akibat destruksi struktur
ginjal yang progresif dengan manifestasi penumpukan sisa metabolit (toksik
uremik) di dalam darah (Muttaqin dan Sari, 2011).
Chronic kidney disease (CKD) atau penyakit ginjal kronis didefinisikan
sebagai kerusakan ginjal untuk sedikitnya 3 bulan dengan atau tanpa penurunan
glomerulus filtration rate (GFR) (Nahas & Levin, 2010).
Sementara menurut Smeltzer, (2009), gagal ginjal kronis didefinisikan sebagai
kondisi dimana ginjal mengalami penurunan fungsi secara lambat, progresif,
irreversibel, dan samar (insidius) dimana kemampuan tubuh gagal dalam
mempertahankan metabolisme, cairan, dan keseimbangan elektrolit, sehingga terjadi
uremia atau azotemia (Smeltzer, 2009)
Berdasarkan pengertian di atas maka dapat disimpulkan bahwa gagal ginjal
kronik adalah suatu keadaan dimana ginjal mengalami kerusakan sehingga tidak
mampu lagi mengeluarkan sisa-sisa metabolisme yang ada di dalam tubuh dan
menyebabkan penumpukan urea dan sampah metabolisme lainnya serta
ketidakseimbangan cairan dan elektrolit.

2. Etiologi
Menurut Muttaqin dan Sari, (2011) kondisi klinis yang memungkinkan dapat
mengakibatkan GGK bisa disebabkan dari ginjal sendiri dan di luar ginjal.
a. Penyakit Dari Ginjal
1) Penyakit pada saringan (glomerulus): glomerulusnefritis
2) Infeksi kuman: pyelonefritis, ureteritis
3) Batu ginjal: nefrolitiasis
4) Kista di ginjal: polycstis kidney
5) Trauma langsung pada ginjal
6) Keganasan pada ginjal
7) Sumbatan: batu, tumor, penyempitan/striktur.
b. Penyakit Umum Di Luar Ginjal
1) Penyakit sistemik: diabetes melitus, hipertensi, kolesterol tinggi.
2) Dyslipidemia
3) SLE
4) Infeksi di badan: TBC paru, sifilis, malaria, hepatitis
5) Preeklamsi
6) Obat-obatan.
7) Kehilangan bnyak cairan yang mendadak (luka bakar).

3. Manifestasi
Menurut Nurarif dan Kusuma, (2015), setiap sistem tubuh pada gagal ginjal
kronis dipengaruhi oleh kondisi uremia, maka pasien akan menunjukkan sejumlah
tanda dan gejala. Keparahan tanda dan gejala bergantung pada bagian dan tingkat
kerusakan ginjal, usia pasien dan kondisi yang mendasari. Tanda dan gejala pasien
gagal ginjal kronis adalah sebagai berikut :
a. Manifestasi kardiovaskuler, mencakup hipertensi (akibat retensi cairan dan natrium
dari aktivasi sistem renin, angiotensin, aldosteron), pitting edema (kaki, tangan,
sakrum), edema periorbital, Friction rub perikardial, pembesaran vena leher
b. Manifestasi dermatologi, warna kulit abu-abu mengkilat, kulit kering, bersisik,
pruritus, ekimosis, kuku tipisdan rapuh, rambut tipis dan kasar
c. Manifestasi Pulmoner, krekels, sputum kental dan liat, napas dangkal, pernapasan
kussmauld.
d. Manifestasi Gastrointestinal, napas berbau amonia, ulserasi dan pendarahan pada
mulut, anoreksia, mual, muntah, konstipasi dan diare, pendarahan saluran
gastrointestinal.
e. Manifestasi Neurologi, kelemahan dan keletihan, konfusi, disorientasi, kejang,
kelemahan tungkai, panas pada telapak kaki, perubahan perilaku.
f. Manifestasi Muskuloskeletal, kram otot, kekuatan otot hilang, fraktur tulang, foot
drop
g. Manifestasi Reproduktif, amenore dan atrofi testikuler
4. Patofisiologi
Gagal ginjal merupakan sebuah fenomena kehilangan secara bertahap fungsi
dari nefron. Kerusakan nefron merangsang kompensasi nefron yang masih utuh untuk
mempertahankan homeostasis cairan dan elektrolit. Mekanisme adaptasi pertama
adalah dengan cara hipertrofi dari nefron yang masih utuh untuk meningkatkan
kecepatan filtrasi, beban solut dan reabsorpsi tubulus.
Apabila 75 % massa nefron sudah hancur maka kecepatan filtrasi dan beban
solute untuk tiap nefron sangat tinggi sehingga keseimbangan glomerolus dan tubulus
tidak dapat dipertahankan. Terjadi ketidakseimbangan antara filtrasi dan reabsorpsi
disertai dengan hilangnya kemampuan pemekatan urin. Perjalanan gagal ginjal kronik
dibagi menjadi 3 stadium, yaitu :
1) Stadium I
Stadium pertama merupakan sebuah proses penurunan cadangan ginjal. Selama
stadium ini kreatinin serum dan kadar BUN normal dan pasien asimptomatik.
2) Stadium II
Tahap ini merupakan insufisiensi ginjal dimana lebih dari 75% jaringan yang

berfungsi telah rusak dan GFR (Glomerulus Filtration Rate) besarnya hanya 25%

dari normal. Kadar BUN mulai meningkat tergantung dari kadar protein dalam

diet. Kadar kreatinin serum juga mulai meningkat disertai dengan nokturia dan

poliuria sebagai akibat dari kegagalan pemekatan urin.

3) Stadium III
Stadium ini merupakan stadium akhir dimana 90 % dari massa nefron telah hacur

atau hanya tinggal 200.000 nefron saja yang masih utuh. GFR (Glomerulus

Filtration Rate) hanya 10 % dari keadaan normal. Kreatinin serum dan BUN akan

meningkat. Klien akan mulai merasakan gejala yang lebih parah karena ginjal

tidak lagi dapat mempertahankan homeostasis cairan dan elektrolit dalam tubuh.

Urin menjadi isoosmotik dengan plasma dan pasien menjadi oligurik dengan

haluaran urin kurang dari 500 cc/hari.


5. Pathway
6. Penatalaksanaan Gagal Ginjal Kronis
Penatalaksanaan keperawatan pada pasien dengan CKD dibagi tiga yaitu :
a. Konservatif
1) Dilakukan pemeriksaan laboraturium.darah dan urin
2) Observasi balance cairan
3) Observasi adanya odema
4) Batasi cairan yang masuk
b. Dialysis
1) Peritoneal Dialysis, biasanya dilakukan pada kasus-kasus emergency.
Sedangkan dialysis yang bisa dilakukan dimana saja yang tidak bersifat akut
adalah CAPD (Continues Ambulatori Peritonial Dialysis)
2) Hemodialisis, yaitu dialisis yang dilakukan melalui tindakan infasif di vena
dengan menggunakan mesin. Pada awalnya hemodiliasis dilakukan melalui
daerah femoralis namun untuk mempermudah maka dilakukan :
a) AV fistule : menggabungkan vena dan arteri
b) Double lumen : langsung pada daerah jantung (vaskularisasi ke jantung)
c. Operasi
1) Pengambilan batu
2) Transplantasi ginjal

6. Pemeriksaan Penunjang
a. Radiologi, ditujukan untuk menilai keadaan ginjal dan menilai derajat dari
komplikasi yang terjadi
b. Foto polos abdomen untuk menilai bentuk dan besar ginjal
c. IVP (Intra Vena Pielografi), untuk menilai sistem pelviokalises dan ureter,
pemeriksaan ini mempunyai resiko penurunan faal ginjal pada keadaan tertentu,
misalnya : usia lanjut, DM, dan Nefropati Asam Urat.
d. USG, untuk menilai besar dan bentuk ginjal, tebal parenkim ginjal, kepadatan
parenkim ginjal, antomi sistem pelviokalises, ureter proksimal, kandung kemih
serta prostat.
e. Renogram untuk menilai fungsi ginjal kanan dan kiri, lokasi dari gangguan
(vaskuler, parenkim, ekskresi ), serta sisa fungsi ginjal.
f. Pemeriksaan radiologi jantung untuk mencari kardiomegali, efusi perikardial.
g. Pemeriksaan radiologi, tulang untuk mencari osteodistrofi (terutama untuk falanks
jari), kalsifikasi metastasik.
h. Pemeriksaan radilogi paru untuk mencari uremik lung; yang terkhir ini dianggap
sebagai bendungan.
i. Pemeriksaan pielografi retrograd, bila dicurigai obstruksi yang reversibel.
j. EKG untuk melihat kemungkinan : hipertropi ventrikel kiri, tanda-tanda
perikarditis, aritmia, gangguan elektrolit (hiperkalemia).
k. Biopsi ginjal
l. Pemeriksaan Laboratorium yang umumnya dianggap menunjang, kemungkinan
adanya suatu Gagal Ginjal Kronik :
1) Laju Endap Darah : Meninggi yang diperberat oleh adanya anemia, dan
hipoalbuminemia.
2) Anemia normositer normokrom, dan jumlah retikulosit yang rendah.
3) Ureum dan kreatinin : Meninggi, biasanya perbandingan antara ureum dan
kreatinin lebih kurang 20 : 1. Ingat perbandingan bisa meninggi oleh karena
perdarahan saluran cerna, demam, luka bakar luas, pengobatan steroid, dan
obstruksi saluran kemih. Perbandingan ini berkurang : Ureum lebih kecil dari
Kreatinin, pada diet rendah protein, dan Tes Klirens Kreatinin yang menurun.
4) Hiponatremi : umumnya karena kelebihan cairan.
5) Hiperkalemia : biasanya terjadi pada gagal ginjal lanjut bersama dengan
menurunnya diuresis.
6) Hipokalsemia dan Hiperfosfatemia : terjadi karena berkurangnya sintesis 1,24
(OH)2 vit D3 pada GGK.
7) Fosfatase lindi meninggi akibat gangguan metabolisme tulang, terutama
Isoenzim fosfatase lindi tulang.
8) Hipoalbuminemis dan Hipokolesterolemia; umumnya disebabkan gangguan
metabolisme dan diet rendah protein.
9) Peninggian Gula Darah , akibat gangguan metabolisme karbohidrat pada gagal
ginjal, (resistensi terhadap pengaruh insulin pada jaringan ferifer)
10) Hipertrigliserida, akibat gangguan metabolisme lemak, disebabkan, peninggian
hiormon inslin, hormon somatotropik dan menurunnya lipoprotein lipase.
11) Asidosis metabolik dengan kompensasi respirasi menunjukan pH yang
menurun, BE yang menurun, HCO3 yang menurun, PCO2 yang menurun,
semuanya disebabkan retensi asam-asam organik pada gagal ginjal.
7. Komplikasi
Komplikasi dari gagal ginjal kronis menurut Smeltzer (2009) yaitu :
a. Hiperkalemia: akibat penurunan ekskresi, asidosis metabolik, katabolisme dan
masukan diit berlebih.
b. Perikarditis : Efusi pleura dan tamponade jantung akibat produk sampah uremik
dan dialisis yang tidak adekuat.
c. Hipertensi akibat retensi cairan dan natrium serta malfungsi sistem
reninangiotensin-aldosteron.
d. Anemia akibat penurunan eritropoetin, penurunan rentang usia sel darah merah.
e. Penyakit tulang serta kalsifikasi akibat retensi fosfat, kadar kalsium serum
rendah, metabolisme vitamin D dan peningkatan kadar aluminium.
f. Asidosis metabolic, Osteodistropi ginjal & Sepsis, Neuropati perifer,
Hiperuremia
BAB III
PEMBAHASAN

Kasus

Tn. E usia 53 tahun di rawat di ruang HCU High Care Unit dengan post LE a.i hernia
umbilical dengan CKD on HD. Pada saat dilakukan pengkajian Tn. E mengalami penurunan
kesadaran pada verbalnya dengan nilai GCS = 14 (compos mentis) eye (4), verbal (4),
motorik (6). Tn. E masuk RS pada tanggal 30 April 2019 dengan keluhan nyeri perut bagian
umbilical dan terlihat benjolan besar berukuran 10x8x8 cm berwarna merah muda. Pada
tanggal 1 Mei 2019 jam 19.30 dilakukan Laparotomi Eksplorasi pada bagian umbilikalnya.
Pasien dipindahkan ke HCU Kemuning tanggal 5 Mei 2019 dengan terpasang monitor
dengan TD : 163/97 mmHg, RR : 20 x/menit, N : 86 x/menit, S : 36,4°C , SpO2 : 96%, drain
diperut bagian kanan dengan hasil ±1000 cc/24 jam, terdapat luka post op dibagian umbilikal,
terpasang srynge pump dengan obat Nicardipine dengan kebutuhan 2 mcg/kg/jam, terpasang
infus pump NaCl 0,4 % dengan kebutuhan 20 tpm, pasien mengalami anuria. Keluarga
mengatakan pasien memiliki riwayat HD sejak 3 tahun lalu karena CKD nya dan memiliki
riwayat hipertensi.

A. Step 1 ( Kata Sulit )


1. Hernia Umbilical
2. CKD
3. Hemodialisa (HD)
4. Anuria
5. Laparotomi Eksplorasi
6. Nicardipine
7. Hipertensi

B. Step 2 ( Definisi Masalah Dalam Skenario )


1. Apa masalah yang mungkin muncul dari kasus tersebut ?
2. Bagaimana penatalaksanaan pada CKD ?
3. Apa saja tindakan keperawatan yang dapat di lakukan pada Tn. E ?
4. Bagaimana proses CKD bisa terjadi hernia umbilikal ?
5. Apa yang menyebakan Tn. E mengalami penurunan kesadaran ?
6. Mengapa Tn. E diberikan NaCl 0,4 % ?
7. Apa penyebab Tn. E mengalami anuria ?
8. Apa efek yang ditimbulkan dari tindakan Laparotomi Eksplorasi pada Tn.E ?
9. Faktor-faktor apa saja yang dapat menyebabkan CKD ?
10. Bagaimana proses hipertensi bisa menyebabkan terjadinya CKD?
11. Bagaimana teknik perawatan luka pada pasien dengan post op Laparotomi ?

C. Step 3 ( Diskusi Masalah - Prior Knowledge )


1. Jawaban Step 1
a. Hernia Umbilical :
1) Suatu benjolan dari suatu organ dibagian daerah umbilical.
2) Suatu masa yang terbentuk seperti bejolan dibagian pusar atau umbilical.
3) Suatu kondisi adanya benjolan yang keluar tepatnya dibagian pusar.
b. CKD :
1) Gagal ginjal kronis atau gagalnya ginjal memfiltrasi sisa-sisa metabolisme
dalam tubuh
2) Chronic kidney disease dimana terjadi kerusakan pada ginjal
c. Hemodialisa (HD) :
1) Suatu tindakan cuci darah yang dilakukan oleh alat
2) Suatu tindakan yang dilkukan untuk membuang cairan berlebih didalam
tubuh.
d. Anuria :
1) Tidak adanya keluaran urin sama sekali
2) Suatu keadaan tidak adanya produksi urin sehingga tidak ada urin yang keluar
e. Laparotomi :
1) Proses pembedahan dibagian perut
2) Pembedahan berupa sayatan diperut
f. Nicardipine, obat untuk pasien dengan darah tinggi
g. Hipertensi, tekanan darah yang tinggi diaman sistol lebih dari 140 mmHg
2. Jawaban Step 2
a. Apa masalah yang mungkin muncul dari kasus tersebut ?
1) Kelebihan volume cairan (yang menumpuk pada drain)
2) Resiko ketidakseimbangan elektrolit
3) Gangguan pertukaran gas
4) Intloreansi aktivitas
1) Bagaimana penatalaksanaan pada CKD ?
1) Dianjurkan dilakukan HD secara rutin
2) Pembatasaan cairan
3) Monitor adanya edema pada pasien
4) Melakukan cek berat badan
2) Apa saja tindakan keperawatan yang dapat di lakukan pada Tn. E ?
1) Memposisikan semi fowler
2) Memberikan terapi oksigen
3) Monitor tanda vital setiap jam
4) Menghitung balance cairan
5) Kolaborasi obat dengan dokter
3) Bagaimana proses CKD bisa terjadi hernia umbilikal ?
Sisa-sisa metabolisme Tn. E tidak dapat disaring karena gagal ginjalnya tersebut
yang akan membuat penumpukan berlebih pada daerah abdomen dan membuat
pembesaran abnormal pada organ daerah umbilical
4) Apa yang menyebakan Tn. E mengalami penurunan kesadaran ?
Penurunan kesadaran pada klien disebabkan karena adanya gangguan secara
fisiologis yang dipengaruhi oleh fungsi otak. obat-obata juga dapat menyebabkan
menurunya kesadaran.
5) Mengapa Tn. E diberikan NaCl 0,4 % ?
Karena nacl memiliki fungsi sebagai pengatur keseimbangan cairan tubuh.
6) Apa penyebab Tn. E mengalami anuria ?
Pasien mengalami anuria karena pasien mengalami gagal ginjal dimaan fungsi
ginjal tidak berkerja dengan semestinya.
7) Apa efek yang ditimbulkan dari tindakan Laparotomi Eksplorasi pada Tn.E ?
Efek yang yang ditimbulkan adalah yaitu disaat obat anastesi sudah berkurang
maka pasien akan merasakan sakit dibagian operasinya
8) Faktor-faktor apa saja yang dapat menyebabkan CKD ?
Diabetes, hipertensi dan infeksi pada ginjal dapat menyebabkan terjadinya CKD
9) Bagaimana proses hipertensi dan CKD saling berhubungan?
Darah akan disaring oleh ginjal sedangkan pada psien dengan hipertensi arteri
sekitar ginjal menyempit dan mempersulit kinerja dari ginjal
10) Bagaimana teknik perawatan luka pada pasien dengan post op Laparotomi ?
Perawatan luka dapat dilakukan dengan model konvesional maupun modern.

D. Step 4 ( Analisis Masalah )

Sudah jelas Belum Jelas

Tidak ada Step 1 & 2

E. Step 5 ( Rumusan Tujuan Belajar )


1. Learning Objektive
a. Konsep Cronic Kidney Disease (CKD)
b. Laporan Pendahuluan Hernia

F. Step 6 (self study)


1. Pertanyaan Step 1
a. Hernia Umbilical
Berkembang di dalam dan sekitar umbilikus (pusar) yang disebabkan bukaan pada
dinding perut, yang biasanya menutup sebelum kelahiran, tidak menutup
sepenuhnya (Giri Made Kusala, 2009).
b. CKD
Gagal ginjal kronik merupakan kegagalan fungsi ginjal untuk mempertahankan
metabolisme serta keseimbangan cairan dan elektrolit akibat destruksi struktur
ginjal yang progresif dengan manifestasi penumpukan sisa metabolit ( toksik
uremik ) di dalam darah. (Arif Muttaqin, 2011)
c. Hemodialisa (HD)
Hemodialisa adalah terapi cuci darah di luar tubuh untuk orang yang ginjalnya
sudah tidak bisa berfungsi dengan optimal. Sebenarnya, tubuh kita secara alami
mampu melakukan cuci darah secara otomatis. Dalam hal ini, ginjal merupakan
organ yang bertanggung jawab dalam melakukan tugas ini. Selain membersihkan
darah dalam tubuh, ginjal juga membentuk zat-zat yang menjaga tubuh agar tetap
sehat. Namun, pada pengidap penyakit ginjal kronis atau gagal ginjal, organ ini
sudah tidak bisa berfungsi dengan baik. Karena itulah, proses cuci darah bisa
dilakukan dengan bantuan alat medis. Hemodialisa menggantikan fungsi ginjal
ketika ginjal sudah tidak lagi bekerja (Supartondo. 2011 ).
d. Anuria
Anuria adalah kondisi ketika ginjal tidak dapat memproduksi urine. Jika tidak
segera diberikan penanganan yang tepat, anuria dapat menyebabkan kerusakan
ginjal permanen yang menyebabkan kondisi lebih serius, hingga mengancam
nyawa.
e. Laparotomi Eksplorasi
Laparotomi adalah prosedur yang membuat irisan vertikal besar pada dinding perut
ke dalam rongga perut (Giri Made Kusala, 2009).
f. Nicardipine
Nicardipine adalah obat yang digunakan dengan atau tanpa obat lain untuk
mengobati tekanan darah tinggi (hipertensi). Menurunkan tekanan darah tinggi
akan membantu mencegah stroke, serangan jantung, dan masalah ginjal.
Nicardipine disebut sebagai penghambat saluran kalsium. Ia bekerja dengan
membuat rileks pembuluh darah sehingga darah dapat mengalir lebih mudah
(Wikipedia. 2019)
g. Hipertensi
Hipertensi adalah nama lain dari tekanan darah tinggi. Tekanan darah itu sendiri
adalah kekuatan aliran darah dari jantung yang mendorong dinding pembuluh
darah (arteri). Kekuatan tekanan darah ini bisa berubah dari waktu ke waktu,
dipengaruhi oleh aktivitas apa yang sedang dilakukan jantung (misalnya sedang
berolahraga atau dalam keadaan normal/istirahat) dan daya tahan pembuluh
darahnya (Supartondo, 2011 ).
2. Pertanyaan Step 2
a. Apa masalah yang mungkin muncul dari kasus tersebut ?
1) Kelebihan volume cairan berhubungan dengan penurunan keluaran urine, diet
berlebih dan retensi cairan dan natrium
2) Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan anoreksia,
mual, muntah, pembatasan diet dan perubahan membrane mukosa mulut
3) Gangguan integritas kulit berhubungan dengan gangguan status metabolic,
sirkulasi,sensasi, penurunan turgor kulit, penurunan aktivitas, akumulasi ureum
dalam kulit.
4) Intoleransi aktivitas berhubungan dengan keletihan, anemia, retensi produk
sampah dan prosedur
5) Gangguan konsep diri ( gambaran diri ) berhubungan dengan penurunan fungsi
tubuh, tindakan dialysis, koping maladaptive
6) Kurangnya pengetahuan tentang kondisi, prognosis, dan kebutuhan pengobatan
berhubungan dengan kurangnya informasi.
7) Nyeri Akut berhubungan dengan agen cedera fisik
8) Intoleransi aktivitas berhubungan dengan tirah baring.
9) Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan factor mekanik.
10) Kebutuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
ketidakmampuan untuk mencerna makanan.
11) Kekurangan volume cairan berhubungan dengan kehilangan cairan aktif.
12) Resiko infeksi
13) Defisiensi pengetahuan berhubungan dengan kurangnya informasi mengenai
penyakitnya.
(Doenges, Marilynn E.2011)

b. Bagaimana penatalaksanaan pada CKD ?


1) Dialisis, dapat dlakukan untuk mencegah komplikasi gagal ginjal yang serius,
seperti hiperkalemia, perikarditis, dan kejang. Dialysis memperbaiki
abnormalitas biokimia, menyebabkan cairan, protein, dan natrium dapat
dikonsumsi sevara bebas, menghilangkan kecenderungan pendarahan, dan
membantu menyembuhkan luka.
2) Koreksi hiperkalemi, mengendalikan kalium darah sangat penting karena
hiperkalemi dapat menimbulkan kematian mendadak. Hal yang pertama harus
diingat adalah jangan menimbulkan hiperkalemia. Selain dengan pemeriksaan
darah, hiperkalemia juga dapat didiagnosis dengan EEG dan EKG. Bila terjadi
hiperkalemia, maka pengobatannya adalah dengan mengurangi intake kalium,
pemberian Na Bikarbonat, dan pemberian infuse glukosa.
3) Koreksi anemia, pengendalian gagal ginjal pada keseluruhan akan dapat
meninggikan Hb. Transfusi darah hanya dapat diberikan bila ada indikasi yang
kuat, missal pada adanya insufisiensi koroner.
4) Koreksi asidosis, pemberian asam melalui makanan dan obat-obatan harus
dihindari. Natrium bikarbonat dapat diberikan peroral atau parenteral.
Hemodialisis dan dialysis peritoneal dapat juga mengatasi asidosis
5) Pengendalian hipertensi, pemberian obat beta bloker, alpa metildopa, dan
vasodilator dilakukan. Mengurangi intake garam dalam mengendalikan
hipertensi harus hati-hati karena tidak semua gagal ginjal disertai retensi
natrium.
6) Transplantasi ginjal, dengan pencangkokan ginjal yang sehat ke pasien GGK,
maka seluruh faal ginjal diganti oleh ginjal yang baru.
(Supartondo. 2011)

c. Apa saja tindakan keperawatan yang dapat di lakukan pada Tn. E ?


1) Pertahankan intake dan output yang akurat
2) Monitor status dehidrasi
3) Monitor vital sign
4) Monitor status nutrisi
5) Kaji status cairan :
a) Timbang berat badan harian
b) Keseimbangan masukan dan pengeluaran
c) Turgor kulit dan adanya edema
d) Distensi vena leher
e) Tekanan darah, denyut dan irama nadi
f) Batasi masukan cairan
(Doenges, Marilynn E. 2011)

d. Bagaimana proses CKD bisa terjadi hernia umbilikal ?


Sisa-sisa metabolisme tidak dapat disaring karena gagal ginjalnya tersebut yang
akan membuat penumpukan berlebih pada daerah abdomen dan membuat
pembesaran abnormal pada organ daerah umbilikal (Giri Made Kusala, 2009).

e. Apa yang menyebakan Tn. E mengalami penurunan kesadaran ?


Gejala dermatologi yang sering terjadi pada CKD mencakup rasa gatal yang parah
(pruritis). Butiran uremik, suatu penumpukan kristal urea di kulit, saat ini jarang
terjadi akibat penanganan dini dan agresif terhadap penyakit ginjal tahap akhir.
Gejala gastrointestinal juga sering terjadi dan mencakup anoreksia, mual, muantah
dan cegukan. Perubahan neuromuskuler mencakup perubahan tingkat kesadaran,
ketidak mampuan berkonsentrasi, kedutan otot dan kejang (Supartondo2011 ).

f. Mengapa Tn. E diberikan NaCl 0,4 % ?


Cairan dekstrosa 5% NaCl 0,45% dapat mencegah hipoglikemia tetapi
menyebabkan hiperglikemia post operasi. Cairan infus dekstrosa 2,5% NaCl
0,45% yang mempunyai kadar glukosa lebih kecil, diperkirakan tidak
menyebabkan hiperglikemia atau hipoglikemia

g. Apa penyebab Tn. E mengalami anuria ?


Manifestasi klinik menurut (Smeltzer, 2006) antara lain : hipertensi, (akibat retensi
cairan dan natrium dari aktivitas sisyem renin - angiotensin – aldosteron), gagal
jantung kongestif dan udem pulmoner (akibat cairan berlebihan) dan perikarditis
(akibat iriotasi pada lapisan perikardial oleh toksik, pruritis, anoreksia, mual,
muntah, anuria dan cegukan, kedutan otot, kejang, perubahan tingkat kesadaran,
tidak mampu berkonsentrasi).

h. Apa efek yang ditimbulkan dari tindakan Laparotomi Eksplorasi pada Tn.E ?
Nyeri, Intoleransi aktivitas, Kerusakan integritas kulit, Ketidak seimbangan nutrisi
kurang dari kebutuhan tubuh, Kekurangan volume cairan berhubungan dan Resiko
infeksi

i. Faktor-faktor apa saja yang dapat menyebabkan CKD ?


Begitu banyak kondisi klinis yang bisa menyebabkan terjadinya gagal ginjal
kronis. Akan tetapi apapun sebabnya, respon yang terjadi adalah penurunan fungsi
ginjal secara progresif. Kondisi klinis yang memungkinkan dapat mengakibatkan
GGK bisa disebabkan dari ginjal sendiri dan dari luar ginjal :
1) Penyakit dari ginjal
a) Penyakit pada saringan (glomerulus) : glomerulonephritis
b) Infeksi kuman : pyelonefritis, ureteritis
c) batu ginjal : nefrolitiasis
d) Kista di ginjal : polcystis kidney
e) Trauma langsung pada ginjal
f) keganasan pada ginjal
g) Sumbatan : tumor, batu, penyempitan/striktur
2) Penyakit umum di luar ginjal
a) Penyakit sistemik : diabetes mellitus, hipertensi, kolesterol tinggi
b) Dyslipidemia
c) infeksi di badan : tbc paru, sifilis, malaria, hepatitis
d) Preeklamsi
e) Obat-obatan
f) Kehilangan banyak cairan yang mendadak ( luka bakar)
(Supartondo. ( 2011 )

j. Bagaimana proses hipertensi bisa menyebabkan terjadinya CKD?


Manifestasi kardiovaskuler, pada gagal ginjal kronis mencakup hipertensi (akibat
retensi cairan dan natrium dari aktivasi system rennin-angiotenin-aldosteron),
dimana darah yang di saring lebih cepat dan banyak sehingga kerja ginjal semakin
berat (Supartondo. ( 2011 ).

k. Bagaimana teknik perawatan luka pada pasien dengan post op Laparotomi ?


Berdasarkan hasil penelitian Noer (2008) di RSUD Labuang Baji Makassar,
didapatkan bahwa pasien pasca operasi laparatomi yang frekuensi perawatan
lukanya 1 kali sehari sebanyak 11 (35%) dan frekuensi perawatan lukanya 2 kali
sehari sebanyak 20 (64%), serta didapatkan adanya hubungan frekuensi perawatan
luka dengan lama hari rawat pada pasien pasca operasi laparatomi.
3. Konsep Hernia
a. Pengertian
Hernia adalah penonjolan isi suatu rongga melalui defek atau bagian lemah
dari dinding rongga bersangkutan. Pada hernia abdomen isi perut menonjol melalui
defek atau bagian lemah dari lapisan dinding perut (Sjamsuhidayat, 2009).
Hernia adalah proporsi abnormal organ jaringan atau bagian organ melalui
stuktur yang secara normal berisi bagian ini. Hernia paling sering terjadi pada
rongga abdomen sebagai akibat dari kelemahan muskular abdomen konginental
atau didapat (Ester, 2009).
Hernia adalah menonjolnya suatu organ atau struktur organ dari tempatnya
yang normal melalui sebuah defek kongenital atau yang didapat (Long, 2009).

b. Etiologi
1) Umur
Penyakit ini dapat diderita oleh semua kalangan tua, muda, pria maupun
wanita. Pada Anak-anak penyakit ini disebabkan karena kurang sempurnanya
procesus vaginalis untuk menutup seiring dengan turunnya testis.
Pada orang dewasa khususnya yang telah berusia lanjut disebabkan oleh
melemahnya jaringan penyangga usus atau karena adanya penyakit yang
menyebabkan peningkatan tekanan dalam rongga perut .
2) Jenis Kelamin
Hernia yang sering diderita oleh laki-laki biasanya adalah jenis hernia
Inguinal. Hernia Inguinal adalah penonjolan yang terjadi pada daerah
selangkangan, hal ini disebabkan oleh proses perkembangan alat reproduksi.
Penyebab lain kaum adam lebih banyak terkena penyakit ini disebabkan karena
faktor profesi, yaitu pada buruh angkat atau buruh pabrik. Profesi buruh yang
sebagian besar pekerjaannya mengandalkan kekuatan otot mengakibatkan
adanya peningkatan tekanan dalam rongga perut sehingga menekan isi hernia
keluar dari otot yang lemah tersebut
3) Penyakit penyerta
Penyakit penyerta yang sering terjadi pada hernia adalah seperti pada
kondisi tersumbatnya saluran kencing, baik akibat batu kandung kencing atau
pembesaran prostat, penyakit kolon, batuk kronis, sembelit atau konstipasi
kronis dan lain-lain. Kondisi ini dapat memicu terjadinya tekanan berlebih pada
abdomen yang dapat menyebabkan keluarnya usus melalui rongga yang lemah.
4) Keturunan
Resiko lebih besar jika ada keluarga terdekat yang pernah terkena hernia.
5) Obesitas
Berat badan yang berlebihan menyebabkan tekanan berlebih pada
tubuh, termasuk di bagian perut. Ini bisa menjadi salah satu pencetus hernia.
Peningkatan tekanan tersebut dapat menjadi pencetus terjadinya penonjolan
organ melalui dinding organ yang lemah.
6) Kehamilan
Kehamilan dapat melemahkan otot di sekitar perut sekaligus memberi
tekanan lebih di bagian perut. Kondisi ini juga dapat menjadi pencetus
terjadinya hernia.
7) Pekerjaan
Beberapa jenis pekerjaan yang membutuhkan daya fisik dapat
menyebabkan terjadinya hernia. Contohnya, pekerjaan buruh angkat barang.
Aktivitas yang berat dapat mengakibatkan peningkatan tekanan yang terus-
menerus pada otot-otot abdomen. Peningkatan tekanan tersebut dapat menjadi
pencetus terjadinya prostrusi atau penonjolan organ melalui dinding organ yang
lemah.
8) Kelahiran prematur
Bayi yang lahir prematur lebih berisiko menderita hernia inguinal
daripada bayi yang lahir normal karena penutupan kanalis inguinalis belum
sempurna, sehingga memungkinkan menjadi jalan bagi keluarnya organ atau
usus melalui kanalis inguinalis tersebut. Apabila seseorang pernah terkena
hernia, besar kemungkinan ia akan mengalaminya lagi.(Giri Made Kusala,
2009).

c. Jenis- jenis Hernia


1) Hernia hiatal, kondisi di mana kerongkongan (pipa tenggorokan) turun,
melewati diafragma melalui celah yang disebut hiatus sehingga sebagian perut
menonjol ke dada (toraks)
2) Hernia epigastric, terjadi di antara pusar dan bagian bawah tulang rusuk di
garis tengah perut. Hernia epigastrik biasanya terdiri dari jaringan lemak dan
jarang yang berisi usus. Terbentuk di bagian dinding perut yang relatif lemah,
hernia ini sering menimbulkan rasa sakit dan tidak dapat didorong kembali ke
dalam perut ketika pertama kali ditemukan
3) Hernia umbilical, berkembang di dalam dan sekitar umbilikus (pusar) yang
disebabkan bukaan pada dinding perut, yang biasanya menutup sebelum
kelahiran, tidak menutup sepenuhnya.
4) Hernia inguinalis, merupakan hernia yang paling umum terjadi dan muncul
sebagai tonjolan di selangkangan atau skrotum. Hernia inguinalis terjadi ketika
dinding abdomen berkembang sehingga usus menerobos ke bawah melalui
celah. Hernia tipe ini lebih sering terjadi pada laki-laki daripada perempuan.
5) Hernia femoralis, hernia ini muncul sebagai tonjolan di pangkal paha. Tipe ini
lebih sering terjadi pada wanita dibandingkan pada pria
6) Hernia insisional, hernia ini dapat terjadi melalui luka pasca operasi perut.
Hernia ini muncul sebagai tonjolan di sekitar pusar yang terjadi ketika otot
sekitar pusar tidak menutup sepenuhnya.

d. Patofisiologi
Hernia berkembang ketika intra abdominal mengalami pertumbuhan
tekanan seperti tekanan pada saat mengangkat sesuatu yang berat, pada saat buang
air besar atau batuk yang kuat atau bersin dan perpindahan bagian usus ke daerah
otot abdominal, tekanan yang berlebihan pada daerah abdominal itu tentu saja akan
menyebabkan suatu kelemahan mungkin disebabkan dinding abdominal yang tipis
atau tidak cukup kuatnya pada daerah tersebut dimana kondisi itu ada sejak atau
terjadi dari proses perkembangan yang cukup lama, pembedahan abdominal,
kemudian terjadi hernia. Karena organ– organ selalu saja melakukan pekerjaan
yang berat dan berlangsung dalam waktu yang cukup lama, sehingga terjadilah
penonjolan yang mengakibatkan kerusakan yang sangat parah. Sehingga akhirnya
menyebabkan kantung yang terdapat dalam perut menjadi atau mengalami
kelemahan.

e. Manifestasi klinik
1) Berupa benjolan
2) Adanya rasa nyeri pada daerah benjolan
3) Terdapat gejala mual dan muntah atau distensi bila telah ada komplikasi
4) Terdapat keluhan kencing berupa disuria pada hernia femoralis yang berisi
kandung kencing

f. Penatalaksanaan medis
1) Secara konservatif (non operatif)
a) Reposisi hernia, hernia dikembalikan pada tempat semula bisa langsung
dengan tangan
b) Penggunaan alat penyangga dapat dipakai sebagai pengelolaan sementara,
misalnya pemakaian korset
2) Secara operatif
a) Hernioplasti
Memindahkan fasia pada dinding perut yang lemah, hernioplasti sering
dilakukan pada anak-anak
b) Herniographi
Pada bedah elektif, kanalis dibuka, isi hernia di masukkan, kantong diikat,
dan dilakukan bainy plasty atau teknik yang lain untuk memperkuat dinding
belakang kanalis inguinalis. Ini sering dilakukan pada orang dewasa
c) Herniotomi
Seluruh hernia dipotong dan diangkat lalu dibuang. Ini dilakukan pada klien
dengan hernia yang sudah nekrosis
4. Konsep Chronic kidney disease (CKD)
a. Pengertian Gagal Ginjal Kronis
Gagal ginjal kronis adalah kegagalan fungsi ginjal untuk mempertahankan
metabolisme serta keseimbangan cairan dan elektrolit akibat destruksi
struktur ginjal yang progresif dengan manifestasi penumpukan sisa metabolit
(toksik uremik) di dalam darah (Muttaqin dan Sari, 2011).
Chronic kidney disease (CKD) atau penyakit ginjal kronis didefinisikan
sebagai kerusakan ginjal untuk sedikitnya 3 bulan dengan atau tanpa penurunan
glomerulus filtration rate (GFR) (Nahas & Levin, 2010). CKD atau gagal ginjal
kronis (GGK) didefinisikan sebagai kondisi dimana ginjal mengalami penurunan
fungsi secara lambat, progresif, irreversibel, dan samar (insidius) dimana
kemampuan tubuh gagal dalam mempertahankan metabolisme, cairan, dan
keseimbangan elektrolit, sehingga terjadi uremia atau azotemia (Smeltzer, 2009).
Berdasarkan pengertian di atas maka dapat disimpulkan bahwa gagal ginjal
kronik adalah suatu keadaan dimana ginjal mengalami kerusakan sehingga tidak
mampu lagi mengeluarkan sisa-sisa metabolisme yang ada di dalam tubuh dan
menyebabkan penumpukan urea dan sampah metabolisme lainnya serta
ketidakseimbangan cairan dan elektrolit.

b. Etiologi Gagal Ginjal Kronis


Menurut Muttaqin dan Sari (2011), kondisi klinis yang memungkinkan
dapat mengakibatkan GGK bisa disebabkan dari ginjal sendiri dan di luar
ginjal:
1) Penyakit dari ginjal
a) Penyakit pada saringan (glomerulus): glomerulusnefritis.
b) Infeksi kuman: pyelonefritis, ureteritis.
c) Batu ginjal: nefrolitiasis.
d) Kista di ginjal: polycstis kidney.
e) Trauma langsung pada ginjal.
f) Keganasan pada ginjal.
g) Sumbatan: batu, tumor, penyempitan/striktur.
2) Penyakit umum di luar ginjal
a) Penyakit sistemik: diabetes melitus, hipertensi, kolesterol tinggi.
b) Dyslipidemia.
c) SLE.
d) Infeksi di badan: TBC paru, sifilis, malaria, hepatitis
e) Preeklamsi.
f) Obat-obatan.
g) Kehilangan bnyak cairan yang mendadak (luka bakar).

c. Patofisiologi dan Pathway


Gagal ginjal merupakan sebuah fenomena kehilangan secara bertahap
fungsi dari nefron. Kerusakan nefron merangsang kompensasi nefron yang masih
utuh untuk mempertahankan homeostasis cairan dan elektrolit. Mekanisme
adaptasi pertama adalah dengan cara hipertrofi dari nefron yang masih utuh untuk
meningkatkan kecepatan filtrasi, beban solut dan reabsorpsi tubulus.
Apabila 75 % massa nefron sudah hancur maka kecepatan filtrasi dan
beban solute untuk tiap nefron sangat tinggi sehingga keseimbangan glomerolus
dan tubulus tidak dapat dipertahankan. Terjadi ketidakseimbangan antara filtrasi
dan reabsorpsi disertai dengan hilangnya kemampuan pemekatan urin. Perjalanan
gagal ginjal kronik dibagi menjadi 3 stadium, yaitu :
1) Stadium I, merupakan sebuah proses penurunan cadangan ginjal. Selama
stadium ini kreatinin serum dan kadar BUN normal dan pasien asimptomatik.
2) Stadium II, tahap ini merupakan insufisiensi ginjal dimana lebih dari 75%
jaringan yang berfungsi telah rusak dan GFR (Glomerulus Filtration Rate)
besarnya hanya 25% dari normal. Kadar BUN mulai meningkat tergantung dari
kadar protein dalam diet. Kadar kreatinin serum juga mulai meningkat disertai
dengan nokturia dan poliuria sebagai akibat dari kegagalan pemekatan urin
3) Stadium III, stadium ini merupakan stadium akhir dimana 90 % dari massa
nefron telah hacur atau hanya tinggal 200.000 nefron saja yang masih utuh.
GFR (Glomerulus Filtration Rate) hanya 10 % dari keadaan normal. Kreatinin
serum dan BUN akan meningkat. Klien akan mulai merasakan gejala yang
lebih parah karena ginjal tidak lagi dapat mempertahankan homeostasis cairan
dan elektrolit dalam tubuh. Urin menjadi isoosmotik dengan plasma dan pasien
menjadi oligurik dengan haluaran urin kurang dari 500 cc/hari.
d. Manifestasi Klinis Gagal Ginjal Kronis
Menurut Nurarif dan Kusuma, (2015), setiap sistem tubuh pada gagal ginjal
kronis dipengaruhi oleh kondisi uremia, maka pasien akan menunjukkan sejumlah
tanda dan gejala. Keparahan tanda dan gejala bergantung pada bagian dan tingkat
kerusakan ginjal, usia pasien dan kondisi yang mendasari. Tanda dan gejala pasien
gagal ginjal kronis adalah sebagai berikut :
1) Manifestasi kardiovaskuler, mencakup hipertensi (akibat retensi cairan dan
natrium dari aktivasi sistem renin, angiotensin, aldosteron), pitting edema
(kaki, tangan, sakrum), edema periorbital, Friction rub perikardial, pembesaran
vena leher
2) Manifestasi dermatologi, warna kulit abu-abu mengkilat, kulit kering, bersisik,
pruritus, ekimosis, kuku tipisdan rapuh, rambut tipis dan kasar
3) Manifestasi Pulmoner, krekels, sputum kental dan liat, napas dangkal,
pernapasan kussmauld.
4) Manifestasi Gastrointestinal, napas berbau amonia, ulserasi dan pendarahan
pada mulut, anoreksia, mual, muntah, konstipasi dan diare, pendarahan saluran
gastrointestinal.
5) Manifestasi Neurologi, kelemahan dan keletihan, konfusi, disorientasi, kejang,
kelemahan tungkai, panas pada telapak kaki, perubahan perilaku.
6) Manifestasi Muskuloskeletal, kram otot, kekuatan otot hilang, fraktur tulang,
foot drop
7) Manifestasi Reproduktif, amenore dan atrofi testikuler

l. Penatalaksanaan Gagal Ginjal Kronis


Penatalaksanaan keperawatan pada pasien dengan CKD dibagi tiga yaitu :
1) Konservatif
a) Dilakukan pemeriksaan lab.darah dan urin
b) Observasi balance cairan
c) Observasi adanya odema
d) Batasi cairan yang masuk
2) Dialysis
Peritoneal dialysis, biasanya dilakukan pada kasus-kasus emergency.
Sedangkan dialysis yang bisa dilakukan dimana saja yang tidak bersifat akut
adalah CAPD (Continues Ambulatori Peritonial Dialysis)
3) Hemodialisis, yaitu dialisis yang dilakukan melalui tindakan infasif di vena
dengan menggunakan mesin. Pada awalnya hemodiliasis dilakukan melalui
daerah femoralis namun untuk mempermudah maka dilakukan :
a) AV fistule : menggabungkan vena dan arteri
b) Double lumen : langsung pada daerah jantung (vaskularisasi ke jantung)
4) Operasi
a) Pengambilan batu
b) Transplantasi ginjal

m. Pemeriksaan Penunjang
1) Radiologi, ditujukan untuk menilai keadaan ginjal dan menilai derajat dari
komplikasi yang terjadi
2) Foto polos abdomen untuk menilai bentuk dan besar ginjal (batu a/ obstruksi).
Dehidrasi akan memperburuk keadaan ginjal oleh sebab itu penderita
diharapkan tidak puasa
3) IVP (Intra Vena Pielografi) untuk menilai sistem pelviokalises dan ureter.
Pemeriksaan ini mempunyai resiko penurunan faal ginjal pada keadaan
tertentu, misalnya : usia lanjut, DM, dan Nefropati Asam Urat.
4) USG untuk menilai besar dan bentuk ginjal, tebal parenkim ginjal, kepadatan
parenkim ginjal, antomi sistem pelviokalises, ureter proksimal, kandung kemih
serta prostat.
5) Renogram untuk menilai fungsi ginjal kanan dan kiri, lokasi dari gangguan
(vaskuler, parenkim, ekskresi ), serta sisa fungsi ginjal.
6) Pemeriksaan radiologi jantung untuk mencari kardiomegali, efusi perikardial.
7) Pemeriksaan Radiologi tulang untuk mencari osteodistrofi (terutama untuk
falanks jari), kalsifikasi metastasik.
8) Pemeriksaan radilogi paru untuk mencari uremik lung; yang terkhir ini
dianggap sebagai bendungan.
9) Pemeriksaan Pielografi Retrograd bila dicurigai obstruksi yang reversibel.
10) EKG untuk melihat kemungkinan :hipertropi ventrikel kiri, tanda-tanda
perikarditis, aritmia, gangguan elektrolit (hiperkalemia).
11) Biopsi ginjal, pemeriksaan Laboratorium yang umumnya dianggap menunjang,
kemungkinan adanya suatu Gagal Ginjal Kronik:
a) Laju Endap Darah : Meninggi yang diperberat oleh adanya anemia, dan
hipoalbuminemia.
b) Anemia normositer normokrom, dan jumlah retikulosit yang rendah.
c) Ureum dan kreatinin : Meninggi, biasanya perbandingan antara ureum dan
kreatinin lebih kurang 20 : 1. Ingat perbandingan bisa meninggi oleh karena
perdarahan saluran cerna, demam, luka bakar luas, pengobatan steroid, dan
obstruksi saluran kemih. Perbandingan ini berkurang : Ureum lebih kecil
dari Kreatinin, pada diet rendah protein, dan Tes Klirens Kreatinin yang
menurun.
d) Hiponatremi : umumnya karena kelebihan cairan.
e) Hiperkalemia : biasanya terjadi pada gagal ginjal lanjut bersama dengan
menurunnya diuresis.
f) Hipokalsemia dan Hiperfosfatemia : terjadi karena berkurangnya sintesis
1,24 (OH)2 vit D3 pada GGK.
g) Fosfatase lindi meninggi akibat gangguan metabolisme tulang, terutama
Isoenzim fosfatase lindi tulang
h) Hipoalbuminemis dan Hipokolesterolemia; umumnya disebabkan gangguan
metabolisme dan diet rendah protein.
i) Peninggian Gula Darah , akibat gangguan metabolisme karbohidrat pada
gagal ginjal, (resistensi terhadap pengaruh insulin pada jaringan ferifer)
j) Hipertrigliserida, akibat gangguan metabolisme lemak, disebabkan,
peninggian hiormon inslin, hormon somatotropik dan menurunnya
lipoprotein lipase.
k) Asidosis metabolik dengan kompensasi respirasi menunjukan pH yang
menurun, BE yang menurun, HCO3 yang menurun, PCO2 yang menurun,
semuanya disebabkan retensi asam-asam organik pada gagal ginjal.

n. Komplikasi
Komplikasi dari gagal ginjal kronis menurut Smeltzer (2009) yaitu :
1) Hiperkalemia: akibat penurunan ekskresi, asidosis metabolik, katabolisme
dan masukan diit berlebih.
2) Perikarditis : Efusi pleura dan tamponade jantung akibat produk sampah
uremik dan dialisis yang tidak adekuat.
3) Hipertensi akibat retensi cairan dan natrium serta malfungsi sistem
reninangiotensin-aldosteron.
4) Anemia akibat penurunan eritropoetin, penurunan rentang usia sel darah merah.
5) Penyakit tulang serta kalsifikasi akibat retensi fosfat, kadar kalsium serum
rendah, metabolisme vitamin D dan peningkatan kadar aluminium.
6) Asidosis metabolic, Osteodistropi ginjal & Sepsis, Neuropati perifer,
Hiperuremi
DAFTAR PUSTAKA

Long, Barbara C. 2009. Perawat Medical Bedah. Volume I. (terjemahan). Yayasan Ikatan
Alumni Pendidikan Keperawatan Pajajaran: Bandung
Mansjoer, A. 2008. Kapita Selekta Kedokteran. Edisi 3. Jilid II. Media Aesculapius FKUI:
Jakarta
Muttaqin, Arif dan Kumala Sari. 2011. Asuhan Keperawatan Gangguan Sistem Perkemihan.
Jakarta : Salemba Medika
Nahas, Meguid El & Adeera Levin. 2010.Chronic Kidney Disease: A Practical Guide to
Understanding and Management. USA : Oxford University Press.
Nurarif, Amin Huda dan Hardhi Kusuma. 2015.Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan
Diagnosa Medis & NANDA NIC-NOC. Jogjakarta; MediAction
Poppy Kumala, dkk. 2009. Kamus Saku Kedokteran Dorland. EGC: Jakarta
R. Sjamsuhidayat & Wim, D.J. 2008. Buku Ajar Ilmu Bedah. Penerbit Buku Kedokteran
EGC: Jakarta
Smeltzer, S. 2009. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner dan Suddarth. Volume 2
Edisi 8. Jakarta : EGC.
Sudoyo, A.W., Setiyohadi, B,.Alwi, I., Simadibrata, M., & Setiati, S. (Ed). 2009. Buku Ajar
Ilmu Penyakit Dalam. (Edisi 4). Jilid II. Jakarta: Pusat Penerbitan Penyakit Dalam
FKUI

Anda mungkin juga menyukai