Anda di halaman 1dari 8

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG


Usia lanjut merupakan suatu kejadian yang pasti akan dialami oleh semua
manusia. Seseorang yang dikatakan lanjut usia adalah seseorang yang telah
berusia diatas 60 tahun dimana usia tersebut termasuk dalam tahap akhir
dari siklus kehidupan manusia. Manusia lanjut usia adalah seseorang yang
karena usianya yang lanjut mengalami perubahan biolgis, fisik, kejiwaan,
dan sosial. Dikatakan juga menurut Undang-Undang RI nomor 13 tahun
1998, Depkes (2001) yang dimaksud dengan usia lanjut adalah seorang laki-
laki atau perempuan yang berusia 60 tahun atau lebih, baik yang secara fisik
masih berkemampuan (potensial) maupun karena sesuatu hal tidak mampu
berperan aktif dalam pembangunan atau tidak potensial (Murwani &
Priyantari, 2011).

Saat ini, di seluruh dunia, jumlah lanjut usia diperkirakan lebih dari 629 juta
jiwa (satu dari 10 orang berusia lebih dari 60 tahun), dan pada tahun 2025,
lanjut usia akan mencapai 1,2 milyar. Di negara maju, pertambahan populasi
atau penduduk lanjut usia telah diantisipasi sejak awal abad ke-20. Tidak
heran bila masyarakat di negara maju sudah lebih siap menghadapi
pertambahan populasi lanjut usia dengan aneka tantangaannya. Namun, saat
ini, negara berkembang pun mulai menghadapi masalah yang sama.
Fenomena ini jelas mendatangkan sejumlah konsekuensi, antara lain
timbulnya masalah fisik, mental, sosial, serta kebutuhan pelayanan
kesehatan dan keperawatan, terutama kelainan degeneratif (Nugroho, 2014).

Murwani & Priyantari (2011) yang mengutip data dari WHO, pada abad 21
jumlah penduduk dunia yang lanjut usia semakin melonjak. Di wilayah Asia
Pasifik, jumlah kaum lanjut usia akan bertambah pesat dari 410 juta tahun
2007 menjadi 733 juta pada 2025, dan diperkirakan menjadi 1,3 miliar pada
tahun 2050. Pada tahun 2005-2010, jumlah lanjut usia akan sama dengan
anak balita, yaitu sekitar 19,3 juta jiwa (± 9%) dari jumlah penduduk.
Bahkan pada tahun 2020-2025, Indonesia akan menduduki peringkat negara
dengan struktur dan jumlah penduduk lanjut usia setelah RRC, India, dan
Amerika Serikat, dengan umur harapan hidup di atas 70 tahun. (Nugroho,
2014). Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) pada tahun 2007,
jumlah lansia di Indonesia mencapai 18,6 juta orang. Dari jumlah tersebut,
14% di antaranya berada di Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta, atau
yang merupakan daerah paling tinggi jumlah lansianya. Disusul Provinsi
Jawa Tengah (11,6%), Jawa Timur (11,14%), dan Bali (11,02%)
(Menkokesra dalam buku Murwani & Priyantari, 2011).

Menurut Nugroho (2014) penyakit pada lanjut usia cenderung ke arah


penyakit degeneratif. Penyakit jantung iskemik, serebrovaskular atau
penyakit pembuluh darah otak, merupakan penyebab kematian urutan
pertama, selain penyakit neoplasma dan saluran pernapasan, termasuk
pneumonia dan diperparah adanya aneka penyakit menular di negara
berkembang yang masih merupakan ancaman. Sedangkan hipertensi
merupakan salah satu faktor resiko yang dapat menyebabkan gangguan pada
kardiovaskular.

Hipertensi merupakan salah satu penyebab kematian di dunia. Penyakit ini


kadang tidak disadari oleh penderitanya dikarenakan gejala yang
ditimbulkan kadang tidak menyebabkan keluhan. Biasanya para penderita
baru menyadari penyakit tersebut setelah terjadinya komplikasi. Penyakit
ini merupakan masalah utama dalam ranah kesehatan, baik di Indonesia
maupun di dunia.

Hipertensi sendiri adalah tingginya tekanan darah diatas ambang normal.


Dijelaskan oleh Ardiansyah (2012) bahwa hipertensi adalah tekanan darah
tinggi yang bersifat abnormal dan diukur paling tidak pada tiga kesempatan
berbeda. Hipertensi juga sering diartikan sebagai suatu keadaan di mana
tekanan darah sistolik lebih dari 120 mmHg dan tekanan diastolik lebih dari
80 mmHg.

Menurut data World Health Organization (WHO) pada tahun 2012 yang
dikutip oleh Sari & Kamil (2017), jumlah kasus hipertensi ada 839 juta
kasus. Kasus ini diperkirakan akan semakin tinggi pada tahun 2025 dengan
jumlah perkiraan 1,15 milyar kasus atau sekitar 29% dari total penduduk
dunia. Hipertensi menyumbang 51 persen kematian akibat stroke dan 45
persen kematian akibat jantung koroner (Kemenkes RI, 2014). Menurut data
Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2013, prevalensi hipertensi secara
nasional adalah sebesar 25,8%. Jika saat ini penduduk Indonesia sebanyak
252.124.458 jiwa maka terdapat 65.048.110 jiwa yang menderita hipertensi.

Menurut Ardiyansyah (2012), prevalensi hipertensi terbanyak di Indonesia


berkisar antara 6% sampai dengan 15%, tetapi ada pula wilayah dengan
angka ekstrem yang rendah, seperti di Ungaran, Jawa Tengah (1,8%),
Lembah Baliem Pegunungan Jaya Wijaya, Irian Jaya (0,6%), dan Talang
Sumatera Barat 17,8%.

Sedangkan berdasarkan data Riskesdas (2013), prevalensi hipertensi di


Indonesia sebesar 25,8%, prevalensi tertinggi terjadi di Bangka Belitung
(30,%) dan yang terendah di Papua (16,8%). Sementara itu, data Survei
Indikator Kesehatan Nasional (Sirkesnas) tahun 2016 menunjukkan
peningkatan prevalensi hipertensi pada penduduk usia 18 tahun ke atas
sebesar 32,4%.

Hipertensi dengan penangan yang kurang baik dapat menyebabkan


komplikasi seperti stroke, penyakit jantung, gagal ginjal, diabetes dan
kebutaan. Tekanan yang tidak terkontrol dalam waku yang lama dapat
menyebabkan kerusakan pada berbagai organ seperti jantung, mata, ginjal
serta pembuluh darah. Peningkatan tekanan darah secara terus menerus juga
dapat menyebabkan kerusakan pada pembuluh darah organ-organ vital.
Apabila kerusakan pada pembuluh darah terus berlanjut maka hal tersebut
dapat menghambat aliran darah dan pada suatu saat dapat menutup
pembuluh darah. Meningkatnya angka penyakit hipertensi di tiap tahunnya
menuntut tenaga kesehatan khususnya perawat untuk melakukan tindakan
pencegahan agar terhindar dari penyakit tersebut. Menurut Maryam (2008),
pencegahan yang dapat dilakukan oleh lansia agar terhindar dari penyakit
hipertensi menggunakan dengan semboyan “Seimbangan gizi, Enyahkan
rokok, Hindari stress, Awasi tekanan darah dan Teratur berolahraga
(SEHAT)”. Teratur berolahraga dilakukan dengan latihan fisik yang sesuai
dengan lansia seperti senam (Najihah & Ramli, 2018).

Senam lansia adalah olahraga ringan yang mudah dilakukan dan tidak
memberatkan, yang dapat diterapkan pada lansia. Aktivitas olahraga ini
akan membantu tubuh lansia agar tetap bugar dan segar, karena senam lansia
ini mampu melatih tulang agar tetap kuat, mendorong jantung bekerja secara
optimal dan membantu menghilangkan radikal bebas yang berkeliaran
didalam tubuh (Widianti & Properawati, 2010).

Dalam penelitian Moniaga et al. (2013) aktivitas menurut Sctotch yang


dikutip oleh Darmojo dan Martono latihan yang baik untuk para lansia
adalah dengan berolahraga. Jenis olahraga yang bisa dilakukan pada lansia
antara lain adalah senam. Olahraga yang cukup dapat menurunkan
kecemasan, stres, dan menurunkan tingkat depresi. Penurunan tersebut akan
menstimulasi kerja sistem saraf perifer terutama parasimpatis yang
menyebabkan vasodilatasi penampang pembuluh darah akan
mengakibatkan terjadinya penurunan tekanan darah baik sistolik maupun
diastotik. Disamping itu, dampak positif dari senam lansia terhadap
peningkatan fungsi organ tubuh, senam lansia juga dapat berpengaruh dalam
peningkatan imunitas di dalam tubuh manusia setelah melakukan latihan
secara teratur. Bahkan dari berbagai penelitian menunjukan bahwa latihan
atau olahraga seperti senam lansia dapat mengeliminasi berbagai resiko
penyakit seperti hipertensi, diabetes melitus, penyakit arteri koroner dan
kecelakaan.

Berdasarkan latar belakang tersebut, peneliti tertarik untuk melakukan


penelitian tentang pengaruh senam lansia terhadap penurunan tekanan darah
pada lansia yang menderita hipertensi di Panti Sosial Tresna Werdha Budi
Sejahtera Banjarbaru.

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang di atas maka rumusan masalah penelitian ini
“Apakah ada pengaruh senam lansia terhadap penurunan tekanan darah
pada lansia yang menderita hipertensi di Panti Sosial Tresna Werdha Budi
Sejahtera Banjarbaru?”

1.3 Tujuan Penelitian


1.3.1 Tujuan Umum
Tujuan umum penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh
pengaruh senam lansia terhadap penurunan tekanan darah pada
lansia yang menderita hipertensi di Panti Sosial Tresna Werdha
Budi Sejahtera Banjarbaru.
1.3.2 Tujuan Khusus
1.3.2.1 Mengetahui gambaran tekanan darah pada lansia di Panti
Sosial Tresna Werdha Budi Sejahtera Banjarbaru sebelum
pelaksanaan senam lansia.
1.3.2.2 Mengetahui gambaran tekanan darah pada lansia di Panti
Sosial Tresna Werdha Budi Sejahtera Banjarbaru sesudah
pelaksanaan senam lansia.
1.3.2.3 Menganalisis pengaruh senam lansia terhadap penurunan
tekanan darah pada lansia yang menderita hipertensi di Panti
Sosial Tresna Werdha Budi Sejahtera Banjarbaru.

1.4 Manfaat Penelitian


1.4.1 Bagi peneliti, sebagai referensi dan menambah wawasan ilmu
pengetahuan mengenai manfaat dari terapi non farmakologis berupa
senam lansia dalam menurunkan tekanan darah.
1.4.2 Bagi instansi terkait, sebagai masukan untuk meningkatkan mutu
dan pelayanan senam pada lanjut usia sehingga dapat bermanfaat
bagi kesehatan jantung para lansia dan mengetahui ada apa tidaknya
pengaruh pelaksanaan senam lansia terhadap penurunan tekanan
darah.
1.4.3 Bagi institusi pendidikan, dapat dijadikan informasi dan sumber
penelitian khususnya di bidang keperawatan gerontik bagi
mahasiswa Program Studi Ilmu Keperawatan.

1.5 Penelitian Terkait


Penelitian yang pernah dilakukan sebelumnya yang berhubungan dengan
penelitian ini adalah :
1.5.1 Asmara Ari Sandi (2015), mahasiswa Sekolah Tinggi Ilmu
Kesehatan Muhammadiyah Banjarmasin, dengan judul Pengaruh
Senam Lansia Terhadap Aktivitas Fisik Pada Lansia Osteoarthritis
Di Panti Sosial Tresna Werdha Budi Sejahtera Provinsi Kalimantan
Selatan Banjarbaru. Persamaan penelitian ini dengan penelitian
terdahulu terletak pada tempat penelitian yaitu di “Panti Sosial
Tresna Werdha Budi Sejahtera” Provinsi Kalimantan Selatan
Banjarbaru dan penelitian ini sama-sama meneliti mengenai senam
lansia. Adapun perbedaan penelitian ini terdapat pada variabel
terikatnya adalah penurunan tekanan darah pada lansia yang
menderita hipertensi di Panti Sosial Tresna Werdha Budi Sejahtera
Banjarbaru.
1.5.2 Ulfah Rusyaida (2014), mahasiswa Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan
Muhammadiyah Banjarmasin, dengan judul Hubungan Senam
Lansia Dengan Tingkat Nyeri Punggung Di Panti Sosial Tresna
Werdha Budi Sejahtera Provinsi Kalimantan Selatan Banjarbaru.
Adapun perbedaan penelitian ini yaitu di variabel bebasnya yaitu
penurunan tekanan darah pada lansia yang menderita hipertensi di
Panti Sosial Tresna Werdha Budi Sejahtera Banjarbaru. Sedangkan
pada penelitian ini mengenai pengaruh senam lansisa terhadap
penurunan tekanan darah pada lansia yang menderita hipertensi di
Panti Sosial Tresna Werdha Budi Sejahtera Banjarbaru.
1.5.3 Herlina (2010), mahasiswa Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan
Muhammadiyah Banjarmasin, dengan judul Pengaruh Pelaksanaan
Senam Lanjut Usia Terhadap Kemandirian Melakukan Aktivitas
Dasar Sehari Hari Pada Lanjut Usia Di Panti Sosial Tresna Werdha
Budi Sejahtera Provinsi Kalimantan Selatan Di Banjarbaru. Adapun
perbedaan penelitian ini dengan penelitian terdahulu yaitu pada
variabel terikatnya. Dimana pada penelitian sebelumnya ingin
mengetahui pengaruh pelaksanaan senam lanjut usia terhadap
kemandirian melakukan aktivitas dasar sehari hari pada lanjut usia
sedangkan penelitian ini ingin mengetahui pengaruh senam lanjut
usia terhadap penurunan tekanan darah lansia.
1.5.4 Penelitian Moniaga et al. (2013) tentang “Pengaruh Senam Bugar
Lansia Terhadap Tekanan Darah Penderita Hipertensi Di BPLU
Senja Cerah Paniki Bawah”. Jenis penelitian yang dilakukan adalah
one group pretest posttest design. Populasi dalam penelitian ini
sebanyak 30 orang. Berdasarkan hasil penelitian bahwa adanya
perbedaan pada tekanan darah sistolik sebelum dan setelah diberikan
perlakuan. Adapun perbedaan antara penelitian ini terletak pada
tempat penelitian, yakni pada penelitian ini dilakukan di BPLU
Senja Cerah Paniki Bawah. Perbedaan lainnya juga terdapat pada
waktu penelitian dimana penelitian ini dilakukan pada tahun 2013.
1.5.5 Penelitian Sari & Kamil (2017) tentang “Pengaruh Senam Lansia
Terhadap Penurunan Tekanan Darah Pada Lansia Hipertensi di
Puskesmas Walantaka. Jenis penelitian yang dilakukan adalah
nonequivalent pretest-posttest control group design. Populasi dalam
penelitian ini sebanyak 284 lansia. Dari hasil penelitian ini dikatakan
bahwa adanya pengaruh metode non farmakologis berupa senam
lanjut usia dalam menurunkan tekanan darah lansia. Adapun
perbedaan dengan penelitian ini terletak pada lokasi penelitian
dimana pada penelitian ini, lokasinya terletak di Puskesmas
Walantaka. Perbedaan lainnya juga terletak pada waktu penelitian,
penelitian ini dilakukan pada tahun 2017.

Anda mungkin juga menyukai