Dalam sejarah United Nation (UN) berdiri pasca Perang Dunia ke-2 yang dimana lembaga ini bertaraf Internasional, awal mulanya lembaga ini dibentuk oleh beberapa negara hegemoni termasuk Amerika, Cina, Rusia, Perancis dan Jerman. Dibentuknya PBB untuk dijadikan sebagai tempat dimana negara-negara di dunia dapat mempermudah proses kerjasama bilateral maupun multirateral untuk mewujudkan kepentingan-kepentingan negara tersebut. Tidak hanya itu, PBB juga didirikan atas bentuk sebuah nilai-nilai kedamaian yang diharapkan bisa melindungi Hak Asasi Manusia (HAM) dan bertujuan untuk kehidupan yang lebih baik. Akan tetapi saat ini United Nation (UN) mulai tidak sejalur dengan fungsinya dan malah menjadi alat untuk negara-negara hegemoni memenuhi national interestnya, dan dapat dikatakan juga UN saat ini menjadi lembaga internasional yang suprer power. Amerika adalah negara super power di dunia sejak hegemoninya di perang dunia yang menyebabkan terpecahnya Uni Soviet. Setelah keberhasilan itu, banyak negara-negara yang ingin menjalin sebuah kerjasama dengan Amerika demi mendapatkan keterjaminan internal negaranya entah itu di bidang ekonomi, keamanan, sosial, tekhnoligi, dll. Dengan ini Amerika sebagai negara super power bertujuan untuk menjadikan PBB sebagai aktor untuk menjalankan kepentingannya sebagai bentuk pengakuannya. Dalam jurnalnya Shashi Tharoor menekankan bahwa PBB bukanlah Amerika yang berdiri sendiri, lantas PBB seharusnya sebagai lembaga yang berkerja untuk perwakilan seluruh negara di dunia. Seperti yang saya kutip sebagai berikut: “The United States has already learned this lesson: for example, when it has tried to prompt countries to revise and update their domestic security procedures or laws on terrorism, it has discovered that governments are often happier to receive the same American expert as a UN adviser than as a U.S. one.” Kutipan tersebut merupakan salah satu alasan mengapa Amerika masih membutuhkan PBB yaitu, untuk mendapatkan legitimasi dari negara-negara merdeka maka Amerika harus mendapatkannya dari dumber legitimasi negara merdeka yaitu PBB. Terdapat pula sebuah aturan mengenai intervensi hukum dimana tidak diperbolehkannya hukum nasional di intervensi oleh negara lain, kecuali hal tersebut dibawa ke ranah internasional. Maka amerika tidak bisa ikut campur, akan tetapi apabila Amerika memiliki kepentingan nasional dalam hal ini, maka Amerika akan menggunakan PBB sebagai salah satu cara untuk mengintervensi hukum tersebut agar dapat memenuhi kebutuhan nasionalnya. PBB adalah lembaga internasional yang didirikan untuk proses perdamaian dan kestabilan kehidupan yang telah disepakati oleh negara-negara di dalamnya untuk membayar iuran-iuran yang secara langsung itu membuat biaya lebih murah. Dan dalam hal ini keberadaan PBB dapat membuat hubungan multilateral Amerika dengan negara lain yang menjadi lebih efisien dan hemat biaya. Seperti hal nya untuk mejaga stabilitas keamanan serta perdamaian dibutuhkan biaya untuk alusista dan tentara. Belum lagi salah satu program PBB yaitu, untuk menjadi alat penarik bagi negara-negara non super power dan tentunya Amerika sebagai negara super power memanfaatkan situasi yang ada untuk menebarkan paham demokrasinya ke negara-negara lain dibanding menggunakan cara perang yang menghabiskan biaya yang cukup banyak. Alasan terakhir yaitu, Amerika terbantu kesejahteraanya oleh PBB. Hal ini terjadi karena PBB sebagai wada internasional yang memfasilitasi negara-negara yang ada di dalamnya untuk mengutarakan sebuah ide atau pendapat mereka dalam forum.Dengan ini Amerika mudah untuk menganalisa negara lain. Sama seperti Amerika mengintervesi mereka terhadap hukum negara lain, atau bisa disebut tindakan awal untuk mengintervensi hukum tersebut. Dengan Amerika mengetahui kelemahan serta struktur hukumnya, mereka dapat menyusun peraturannya yang berkaitan dengan Hubungan Internasional. Dan oleh karena itu Amerika juga dapat mengambil keuntungan dari kebijakan luar negerinya. Dari beberapa penjelasan diastase, kita dapat menyimpulkan mengapa Amerika membutuhkan PBB adalah untuk memenuhi kepentingan mereka. Karena tindakan PBB saat ini merupakan interpretasi dari tindakan Amerika sekarang ini. Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) telah menjelma sebagai lembaga internasional pro Amerika meskipun harus diakui memang Amerika juga termasuk salah satu pemrakarsa atas terbentuknya lembaga tersebut dan pasti memiliki keotoritasan yang lebih tinggi dibandingkan dengan negara anggota lainnya. Lalu,bagaimana untuk menimalisir intervensi yang terlalu dalam dari Amerika ini? cara yang paling rasional untuk mengembalikan PBB sebagai lembaga yang netral tanpa campur tangan kepentingan di dalamnya adalah dengan harus adanya intervensi pula dari negara prakarsa lainnya karena mereka lah yang memegang otoritas tertinggi dalam PBB saat ini. Penyelamatnya adalah Rusia, China, Prancis, dan Jerman sebagai sesame negara pionir PBB harus segera mengambil tindakan meskipun dengan cara seperti ini pun terbilang cukup mustahil karena keempat negara lainnya ini juga memiliki kepentingan yang berbeda-beda, terlebih Prancis dan Jerman merupakan sahabat dari Amerika Serikat dan Amerika pun juga memiliki hubungan sejarah dengan Prancis sebagai awal lahirnya kemerdekaan dan demokrasi di Amerika Serikat. National Interest yang ingin dicapai secara global melalui PBB membuat rasa haus Amerika akan pengakuan atas gelar super power terlihat menenggelamkan integritasnya sebagai promotor demokrasi, menggelorakan perdamaian namun memberikan support yang berkencenderungan dalam beberapa peperangan. Dan hingga saat ini memang Amerika Serikat masih membutuhkan PBB, terutama sebagai sarana dan media dalam mencapai tujun nasionalnya. Memberikan intervensi hokum melalui kebijakan titipan, Memeroleh legitimasi atas negara-negara kecil yang tergabung dalam PBB, melabeli diri sebagai negara superpower, menumbuhkembangkan kedigdayaan yang sudah kian lama bersemi. Namun, apabila langkah penegasan kekuasaan Amerika Serikat atas dunia melalui PBB akan menjadi bias karena konsepsi demokrasi yang melenceng setelah konsep tersebut melampaui batas negara terutama pada sektor pola intervensi terhadap kebebasan actor-aktor yang ada di dalam PBB.