Anda di halaman 1dari 6

PEMERIKSAAN PENUNJANG PADA ANAK DENGAN DIARE

Makalah disusun guna memenuhi tugas


mata kuliah Keperawatan Anak 1

Dosen Pengampu: Ns. Herlina, M.Kep, SP. Kep. An

Disusun oleh:

Riska Hidayatullah (1710711044)

Siti Nurazizah Puspa Tanya (1710711112)

Sonya Lapitacara S. (1710711129)

UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN” JAKARTA


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
PROGRAM STUDI S-1 KEPERAWATAN
2019
PEMERIKSAAN PENUNJANG PADA ANAK DENGAN DIARE

1. Pemeriksaan Feses

Berat feses > 300 gram/24 jam mengkonfirmasi adanya diare. Perhatikan bentuk tinja,
apakah setengah cair, cair, berlemak atau bercampur darah. Diare seperti air dapat terjadi
akibat kelainan pada semua tingkat system pencernaan, terutama usus halus. Adanya makanan
yang tidak tercerna merupakan manifestasi dari kontak yang terlalu cepat antara tinja dan
dinding usus yang disebabkan cepatnya waktu transit usus. Diare yang bervolume banyak dan
berbau busuk menunjukkan adanya infeksi dan dapat dilakukan pewarnaan gram ataupun
kultur. Dan terdapat bakteri,virus, parasit, cabdida. Pemeriksaan makroskopis dan
mikroskopis tinja. PH dan kadar glukosa dalam tinja diuji dengan kertas lakmus dan tablet
clinitest, apabila terdapat intoleransi glukosa.
Contoh tinja harus segera diperiksa untuk melihat adaya leukosit, eritrosit, parasit.
Apabila dalam feses terdapat >14 gram lemak/24 jam menunjukkan adanya steatorea. Adanya
gelembung lemak mengarah ke penyakit pankreas, dll. Adanya amilum dalam tinja
menunjukkan adanya maldigesti karbohidrat. Eritrosit dalam tinja menunjukkan ada luka,
colitis ulserativa, infeksi, polip atau keganasan. Leukosit dalam tinja menunjukkan
kemungkinan infeksi atau inflamasi usus. pH tinja < 5,3 (asam) dan tes reduksi (+)
menunjukkan intoleransi glukosa, pH 6,0-7,5 dijumpai pada sindrom malabsorpsi asam amino
dan asam lemak.

2. Pemeriksaan Darah
Dapat dilakukan pemeriksaan darah tepi lengkap (Hb, Ht, Leukosit, diftel), kadar elektrolit
serum, analisa gas darah (apabila terdapat tanda-tanda gangguan keseimbangan asam basa),
fungsi kelenjar tiroid. Diare yang disebabkan virus memiliki jumlah dan hitung jenis leukosit
normal atau limfositosis. Apabila diare disebabkan infeksi bakteri yang invasif ke mukosa
memiliki leukositosis. Eosinofil meningkat pada alergi makanan atau infeksi parasit. Kadar
asam folat rendah menunjukkan penyakit seliak. Kadar vitamin B12 rendah menunjukkan
pertumbuhan bakteri berliebihan dalam usus halus. Kadar albumin rendah menunjukkan tanda
kehilangan protein dari peradangan di ileum, jejunum, kolon dan pada sindrom malabsorpsi.
Jika ada kemungkinan kuat penyakit dasar infeksi HIV pada pasien dengan diare kronik, maka
skrining pemeriksaan infeksi HIV dalam darah penting dilakukan.

3. Pemeriksaan AGD
AGD : asidosis metabolic (Ph menurun, po2 meningkat, pco2 meningkat, hco3 menurun)
 Bikarbonat adalah bahan kimia yang membantu mencegah pH darah menjadi terlalu
asam atau terlalu basa.
 Tekanan parsial oksigen adalah ukuran tekanan oksigen terlarut dalam darah. Hal ini
menentukan seberapa baik oksigen bisa mengalir dari paru-paru ke dalam darah.
 Tekanan parsial karbon dioksida adalah ukuran tekanan karbon dioksida terlarut dalam
darah. Hal ini menentukan seberapa baik karbon dioksida dapat mengalir keluar dari
tubuh.
 Saturasi oksigen adalah ukuran dari jumlah oksigen yang dibawa oleh hemoglobin
dalam sel darah merah.

Secara umum, nilai normal analisa gas darah adalah sebagai berikut:

 pH darah normal (arteri): 7,38-7,42


 Bikarbonat (HCO3): 22-28 miliekuivalen per liter
 Tekanan parsial oksigen: 75 sampai 100 mm Hg
 Tekanan parsial karbon dioksida (pCO2): 38-42 mm Hg
 Saturasi oksigen: 94 sampai 100 persen.

Adapun hasil abnormal dapat menjadi tanda dari kondisi medis tertentu, sebagai berikut:

 pH darah: < 7,4, Bikarbonat: Rendah, pCO2: Rendah => Asidosis Metabolik,
contohnya pada gagal ginjal, syok, dan ketoasidosis diabetik (KAD).
 pH darah: < 7,4, Bikarbonat: Tinggi, pCO2: Tinggi => Asidosis Respiratorik,
contohnya pada penyakit paru-paru, termasuk pneumonia atau PPOK.
 pH darah: > 7,4, Bikarbonat: Tinggi, pCO2: Tinggi => Alkalosis Metabolik, contohnya
pada muntah kronis, kalium darah rendah (hipokalemia).
 pH darah: > 7,4, Bikarbonat: Rendah, pCO2: Rendah => Alkalosis Respiratorik,
contohnya pada Bernapas terlalu cepat, rasa sakit, atau kecemasan.

Cara mudah membaca hasil analisa gas darah (AGD):

 Jika pH darah rendah (asidosis), maka perhatikan nilai pCO2, jika tinggi berarti
respiratorik dan jika rendah berarti metabolik.
 Jika pH darah tinggi (alkalosis), maka perhatikan nilai bikarbonat, jika tinggi berarti
metabolik dan jika rendah berarti respiratorik.

4. Pemeriksaan Faal Ginjal


Yaitu pemeriksaan kadar ureum dan kreatinin. Jika diare pada anak kadar ureum dan
creatinin meningkat.
 Normal ureum pada anak : 5-18 g/dL
 Normal kreatinin pada anak 0,2 – 1,0 mg/dL

5. Pemeriksaan Elektrolit
Jika diare pada anak hiponatremi, hipernatremi, hipokalemi.
 Nilai normal kalsium (Ca) : 9-11,5 mg/dL
 Nilai normal Natrium (Na) : 135-145 mEq/L
 Nilai normal Kalium (K) : 3,6 – 5,8 mEq/L

6. Pemeriksaan Lanjutan
 Barium enema kontras ganda dan BNO: pemeriksaan barium enema kontras ganda
dilakukan untuk melihat kelainan di kolon dan ileum terminal. BNO dilakukan untuk
melihat adanya kalsifikasi pancreas dan dilatasi kolon.
 Kolonoskopi dan ileoskopi: membantu dalam menegakkan diagnosis terutama dalam
mendapatkan diagnosis patologi anatomi dengan biopsy mukosa usus. Dengan
kolonoskopi dapat diketahui penyebab diare apakah keganasan atau inflamasi, dapat
ditemukan sudah terjadi displasi atau keganasan pada colitis yang lama.
 Barium follow through: pemeriksaan roentgen ini dilakukan bila ada kecurigaan
gangguan pada ileum dan jejunum. Interpretasi gambaran usus lebih sulit daripada barium
enema sehingga gambaran normal belum dapat menyingkirkan diagnosis.

7. Pemeriksaan Atau Penentuan Derajat Dehidrasi

Untuk menilai derajat Dehidrasi (kekurangan cairan) dapat digunakan skor WHO dibawah ini:

SKOR
Yang dinilai
1 2 3
Keadaan umum Baik Lesu/haus Gelisah, lemas,
mengantuk hingga
syok
Mata Biasa Cekung Sangat cekung
Mulut Biasa Kering Sangat kering
Pernapasan < 30 x/menit 30-40 x/menit > 40 x/menit
Turgor Baik Kurang Jelek
Nadi < 120 x/menit 120-140 x/menit > 140 x/menit

Skor : 6 : tanpa dehidrasi.


7 – 12 : dehidrasi ringan-sedang.
≥ 13 : dehidrasi berat.

Macam-Macam Dehidrasi

a. Dehidrasi Ringan
Ciri-ciri:
 Tanda muka memerah.
 Rasa yang sangat haus.
 Kulit kering dan pecah-pecah.
 Volume urin berkurang dengan warna lebih gelap dari biasanya.
 Pusing dan lemah.
 Kram otot terutama pada kaki dan tangan.
 Kelenjar air mata berkurang kelembabannya.
 Sering mengantuk.
 Mulut dan lidah kering dan air liur berkurang.

b. Dehidrasi Sedang
Ciri-ciri:

 Penurunan tekanan darah.


 Dalam kondisi tertentu gampang sekali pingsan.
 Kontraksi kuat pada otot lengan, kaki, perut, dan punggung.
 Kejang.
 Perut kembung.
 Gagal jantung.
 Ubun-ubun cekung.
 Denyut nadi cepat dan lemah.

c. Dehidrasi Berat
Dehidrasi pada tingkatan ini sangatlah berbahaya jika tidak segera dilakukan pertolongan dan
penanganan karena jenis dehidrasi ini bisa mengakibatkan kematian.
Ciri-ciri :
 Kesadaran berkurang.
 Tidak buang air kecil.
 Tangan dan kaki dingin serta lembab.
 Denyut nadi semakin cepat dan lemah sehingga tidak teraba.
 Tekanan darah turun drastis sehingga tidak dapat diukur.
 Ujung kuku, mulut, dan lidah berwarna kebiruan.

8. Radiologi
 Kolonoskopi
Pada pasien dengan diare kronik meliputi kecurigan akan colitis infeksiosa atau
inflamatorik (berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik, dan peningkata laju endap
darah).
 Esofagogastroduodenoskopi
Pada pasien dengan diare kronik adalah kecurigaan penyakit seliak, giardiasis,
enteropati pasca infeksi, alergi, atau eosinofili, limfangiektasia usus atau penyakit
usus meradang.
 Intubasi Duodenum
Untuk uji fungsi pancreas di indikasi pada individu dengan gangguan pertumbuhan
yang tinjanya mengandung lemak netral
 Pemeriksaan endoskopik
Untuk uji pertama dalam evaluasi bayi atau anak dengan diare kronik
 Pemeriksaan Follow-through Usus Halus/GI
Untuk mengeliminasi kemungkinan suatu defek anatomic atau peradangan (mis.
Penyakit Crohn)
 Enema barium
Biasanya untuk menentukan posisi sekum, untuk melihat anatomi proksimal dari
suatu striker, atau untuk menyingkirkan penyakit Hirschprung
 Ultrasonigrafi
Jarang diindikasikan dalam evaluasi diare kronik, kecuali penyakit ginjal atau hati
yang “tersembunyi” tidak dapat disingkirkan sebagai factor kontribusi. Disebagian
besar institusi, computed tomography merupakan teknik yang lebih baik daripada
ultrasonography untuk menyingkirkn tumor atau abses
 Mungkin ditemukan bronchopemoni

Daftar Pustaka

Rudolph, Abraham M.Dkk. 2007. Buku Ajar Pediatri Rudolph Volume 2. Jakarta : EGC.

Anda mungkin juga menyukai