Anda di halaman 1dari 16

SEX EDUCATION

Dosen pengampu : Ns.Herlina,M.Kep,SP.Kep.An

Disusun oleh :

Riska Hidayattullah 1710711044

Fakultas Ilmu Ilmu Kesehatan

S1 Keperawatan

Universitas Pembangunan Nasional ‘Veteran’ Jakarta

2019

1
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh


Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan kami kemudahan sehingga kami
dapat menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu. Tanpa pertolongan-Nya tentunya kami
tidak akan sanggup untuk menyelesaikan makalah ini dengan baik. Shalawat serta salam semoga
terlimpah curahkan kepada baginda tercinta kita yaitu Nabi Muhammad SAW yang kita nanti-
natikan syafa’atnya di akhirat nanti.
Penulis mengucapkan syukur kepada Allah SWT atas limpahan nikmat sehat-Nya, baik
itu berupa sehar fisik maupun akal pikiran, sehingga penulis mampu untuk menyelesaikan
pembuatan makalah sebagai tugas akhir dari mata kuliah Keperawatan Anak 1 dengan judul
“Sex Education”.
Penulis tentu menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna dan masih
banyak terdapat kesalahan serta kekurangan di dalamnya. Untuk itu, penulis mengharapkan
kritik serta saran dari pembaca untuk makalah ini, supaya makalah ini nantinya dapat menjadi
makalah yang lebih baik lagi. Demikian, dan apabila terdapat banyak kesalahan pada makalah ini
penulis mohon maaf yang sebesar-besarnya.
Demikian, semoga makalah ini dapat bermanfaat. Terima kasih.

Jakarta , 1 Mei 2019

Penyusun

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR. .............................................................................................................2

DAFTAR ISI.............................................................................................................................3

BAB I PENDAHULUAN. .......................................................................................................4

1.1 Latar Belakang. ........................................................................................................4


1.2 Rumusan Masalah. ...................................................................................................6
1.3 Tujuan Penulisan ......................................................................................................6

BAB II PEMBAHASAN. ........................................................................................................7

2.1 Apa pengertian pendidikan seks?........................................................................7

2.2 Apa saja tujuan dari pendidikan seks? ....................................................................7

2.3. Siapa saja sasaran tahapan pada pendidikan seks? ...............................................10

2.4 kapan pendidikan seks dapat dilakukan? ……………………………………….14

BAB V PENUTUP..................................................................................................................15

3.1 Kesimpulan . ............................................................................................................15

3.2 Saran. .......................................................................................................................15

DAFTAR PUSTAKA. ............................................................................................................16

3
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Berbicara mengenai seks merupakan topik yang sangat menarik, terutama bagi
kaum remaja dan dewasa. Sebenarnya, bukan hanya remaja dan orang dewasa saja yang
perlu diberi pengetahuan mengenai pendidikan seks, pendidikan seks perlu diberikan
sedini mungkin, bahkan sejak usia anak-anak. Terkait maraknya kasus-kasus pelecehan
seksual pada anak dibawah umur maupun dewasa, dunia prostitusi, seks bebas di
kalangan remaja maupun dewasa, bahkan di kalangan anak-anak dibawah umur yang
kerap terjadi baru-baru ini. Oleh karena itu, pendidikan seks sangat dibutuhkan untuk
menyelamatkan generasi muda kita supaya tetap waspada dan berada di jalan yang benar,
bertindak sesuai nilai moral, agama dan budaya yang berlaku.

Selama ini, jika kita berbicara mengenai seks, maka yang terbersit dalam benak
sebagian besar orang adalah hubungan seks/ senggama. Padahal, seks itu artinya
jenis kelamin yang membedakan pria dan wanita secara biologis. Kebanyakan orang pasti
akan menganggap tabu jika membicarakan tentang seks, dianggapnya sex education akan
mendorong remaja untuk berhubungan seks. Sebagian besar masyarakat masih
berpandangan stereotype dengan pendidikanseks (sex education) seolah sebagai suatu hal
yang vulgar. Padahal, pendidikan seks sangat penting untuk dikenalkan sedini mungkin,
agar tidak terjadi penyimpangan-penyimpangan seksual nantinya.

Pendidikan seks (sex education) adalah suatu informasi mengenai persoalan


seksualitas manusia. Informasi itu meliputi proses terjadinya pembuahan, kehamilan
sampai kelahiran, tingkah laku seksual, hubungan seksual, dan aspek-aspek kesehatan,
kejiwaan dan kemasyarakatan.

Cara penyampaian tentang pendidikan seks juga harus disesuaikan dengan usia,
jangan sampai mengecohkan pikiran mereka. Oleh karena itu, kita harus pandai-pandai
dalam penyamapaian mengenai pendidikan seks, hal tersebut dilakukan supaya mereka
mudah dalam menerima dan memahami apa yang mereka pelajari. Sebelum kita
mengajarkan mengenai pendidikan seks kepada anak didik kita, seyogyanya kita terlebih
dahulu mengetahui dan memahami tentang pendidikan seks itu sendiri.

Dengan adanya pendidikan seks tersebut, diharapkan para pelajar memahami dan
mengerti dengan peran jenis kelaminnya. Paling tidak, perilaku seks menyimpang hingga
menimbulkan kehamilan di luar nikah juga bisa dicegah karena mengetahui dampak
buruknya.

Sex education/pendidikan seks sebenarnya berarti pendidikan seksualitas yaitu suatu


pendidikan mengenai seksualitas dalam arti luas. Seksualitas meliputi berbagai aspek
4
yang berkaitan dengan seks, yaitu aspek biologik, orientasi, nilai sosiokultur dan moral,
serta perilaku.

Sesuai dengan kelompok usia berdasarkan perkembangan hidup manusia, maka


pendidikan sex dapat dibagi menjadi pendidikan seks untuk anak prasekolah dan sekolah,
pendidikan seks untuk remaja, untuk dewasa pranikah serta menikah.

Sex education untuk anak-anak bertujuan agar anak mengerti identitas dirinya dan
terlindung dari masalah seksual yang dapat berakibat buruk bagi anak. Pendidikan seks
untuk anak pra sekolah lebih bersifat pemberian informasi berdasarkan komunikasi yang
benar antara orangtua dan anak.

Sex education untuk remaja bertujuan melindungi remaja dari berbagai akibat buruk
karena persepsi dan perilaku seksual yang keliru. Sementara pendidikan sex untuk
dewasa bertujuan agar dapat membina kehidupan sexual yang harmonis sebagai pasangan
suami istri.

Pendidikan seksual selain menerangkan tentang aspek-aspek anatomis dan biologis juga
menerangkan tentang aspek-aspek psikologis dan moral. Pendidikan seksual yang benar
harus memasukkan unsur-unsur hak asasi manusia. Juga nilai-nilai kultur dan agama
diikutsertakan sehingga akan merupakan pendidikan akhlak dan moral juga.

Ketika kita mendengar kata seks apa yang terpikir di benak kita? Pornografi, vulgar,
menjijikkan dll. Memang sebagian besar masyarakat menganggap membicarakan seks itu
adalah sesuatu hal yang tabu dan tak layak dibicarakan. Ketika anak kita bertanya soal
seksualitasnya pasti kita dengan cepat akan mengalihkannya dan akan mengatakan
“Hus…ga baik ngomong gitu, masih kecil nanti kalo sudah besar kan tau sendiri”. Sikap
seperti itulah yang salah, karena anak memiliki rasa ingin tahu tentang banyak hal, bila
kita sebagai orang tua tidak bisa mengarahkan dengan baik, tidak bisa memberikan
informasi yang jelas cenderung mereka akan mencari informasi dari orang lain dan
teman-temannya, informasi tersebut belum tentulah informasi yang baik.

Sedikit sekali masyarakat terutama orang tua yang peduli akan pendidikan seks dan
menempatkan bahwa seks adalah sesuatu yang penting. Bahkan banyak orang tua yang
tidak memberikan pendidikan seks pada anak, dengan alasan anak akan tabu dengan
sendirinya. Selama ini seks identik dengan orang dewasa saja. "Pendidikan seks tidak
selalu mengenai hubungan pasangan suami istri, tapi juga mencakup hal-hal lain seperti
pemberian pemahaman tentang perkembangan fisik dan hormonal seorang anak serta
memahami berbagai batasan sosial yang ada di masyarakat," ujar Dra Dini Oktaufik dari
yayasan ISADD (Intervention Service for Autism and Developmental Delay).

Membahas masalah seks pada anak memang tidak mudah. Namun, mengajarkan
pendidikan seks pada anak harus diberikan agar anak tidak salah melangkah dalam

5
hidupnya. Pendidikan seks wajib diberikan orangtua pada anaknya sedini mungkin.
Tepatnya dimulai saat anak usia 3-4 tahun, karena pada usia ini anak sudah bisa
melakukan komunikasi dua arah dan dapat mengerti mengenai organ tubuh mereka dan
dapat pula dilanjutkan pengenalan organ tubuh internal.

1.2 Rumusan Masalah

1. Apa pengertian pendidikan seks?


2. Apa saja tujuan dari pendidikan seks?
3. Siapa saja sasaran tahapan pada pendidikan seks ?
4. kapan pendidikan seks dapat dilakukan?

1.3 Tujuan Penulisan

1. Untuk memperoleh informasi mengenai pendidikan seks


2. Untuk memberi wawasan terhadap pembaca

6
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Pendidikan Seks


Pengertian seks dalam kamus bahasa Indonesia adalah jenis kelamin. Dalam Kamus
Oxford, seks adalah menyatakan tentang laki-laki atau perempuan dan seksual adalah hal-
hal yang berhubungan dengan bagianbagian atau organ tubuh pada laki-laki atau
perempuan ataupun perbedaan dan karakteristik laki-laki dan perempuan. Sedangkan
masalah seksual adalam permasalahan yang menyangkut berbagai elemen tentang seksual
seperti: pemahaman alat kelamin (alat reproduksi) secara biologis dan fisiologis, fungsi
hormonal, pemahaman gender dan seksualitas, pemahaman hasrat seksual, pemahaman
sumber rangsangan seksualitas, pemahaman seksualitas pada anak, remaja, dan usia
lanjut, pemahaman industry seks, pemahaman penyimpangan seks, pemahaman unsur
genetis, dan lain-lain sebagainya.

Pendidikan seks adalah upaya pengajaran, penyadaran, dan pemberian informasi


tentang masalah seksual. Informasi yang diberikan di antaranya adalah pengetahuan
tentang fungsi organ, reproduksi dengan menanamkan moral, etika, komitmen, dan
agama, agar tidak terjadi penyalahgunaan organ reproduksi tersebut. Karena itu
pendidikan seks dapat dikataka sebagai cikal bakal pendidikan kehidupan berkeluarga
yang memiliki makna sangat penting. Para ahli psikologi menganjurkan agar pendidikan
seks mulai dikenalkan pada anak sejak usia dini, sesuai dengan tahap perkembangan
kedewasaannya. Informasi tentang seks bisa diberikan sejak anak sudah bisa melakukan
komunikasi dua arah. Orang tua saat ini perlu dibekali pengetahuan mengenai seks,
karena tidak jarang juga anak-anak yang bertanya tentang masalah seks. Mencari
informasi tentang seks, selain untuk menjawab pertanyaan anak, juga untuk mendidik
anak sehingga dia mengetahui informasi yang tepat dan berguna. Kurangnya pembekalan
tentang seks membuat anak menjadi bingung dan bisa mencari informasi yang salah,
sebab didapat dari narasumber yang tidak layak. Hasil akhirnya tentu tidak sesuai dengan
harapan dan manfaat. Berikut ini akan di uraikan beberapa permasalahan seksual, di
antaranya: perbedaan organ tubuh laki-laki dan perempuan, pemahaman alat kelamin dan
hormon, pemahaman gender dan seksualitas, pemahaman hasrat dan sumber rangsangan
seksualitas, penyimpangan seks, kekerasan seksual, dan masturbasi.

2.2 Tujuan dari pendidikan seks

Pendidikan seks penting untuk anak agar anak tidak kekurangan informasi tentang
seks. Dengan sifat keingintahuannya seorang anak akan selalu mencari tahu segala
sesuatu yang didengarnya dari pergaulannya seharihari. Masih untung sebetulnya jika si
anak menanyakan hal tersebut kepada orang tuanya, daripada dapat pengajaran sebagian-

7
sebagian dari orang lain yang mungkin tidak punya pengetahuan tentang itu. Apalagi
masalah seks, orang cenderung membayangkannya sebagai masalah hubungan intim.
Alangkah disayangkan kalau anak mendapat pengetahuannya dari orangorang yang tidak
bertanggung jawab. Karena itu pendidikan seks diperlukan agar anak mengetahui fungsi
organ seks, tanggung jawab yang ada padanya, halal haram berkaitan dengan organ seks
dan panduan menghindari penyimpangan dalam perilaku seksual mereka sejak dini.
Menurut Sofyan Sauri pendidikan seks itu penting terutama bagi remaja karena beberapa
hal. Pertama, anak akan tumbuh menjadi remaja dan mereka belum paham tentang seks,
sementara orang tua menganggap kalau membicarakan seks adalah hal yang tabu. Karena
ketidakpahaman itu para remaja merasa tidak bertanggung jawab dengan seks atau
kesehatan anatomi reproduksinya. Kedua, dari ketidakpahaman remaja tentang seks dan
kesehatan anatomi reproduksinya, di lingkungan seosial masyarakat, hal lain ditawarkan
hanya sebatas komoditi, seperti media-media yang menyajikan hal-hal yang bersifat
pornografi, antara lain seperti VCD, majalah, internet, bahkan tayangan televisipun sudah
mengarah ke hal-hal yang seperti itu. Dampak dari ketidakpahaman remaja tentang seks,
banyak hal-hal negatif yang terjadi, seperti hubungan seks di luar nikah, kehamilan yang
tidak diinginkan, penularan virus HIV, dan lain sebagainya.
Tujuan pendidikan seks berbeda-beda sesuai usia perkembangan. Seperti pada
usia balita, tujuannya adalah untuk memperkenalkan organ seks yang dimiliki, seperti
menjelaskan anggota tubuh lainnya, termasuk menjelaskan fungsi serta cara
melindunginya. Untuk usia sekolah mulai 6–10 tahun bertujuan memahami perbedaan
jenis kelamin (laki-laki dan perempuan), menginformasikan asal-usul manusia,
membersihkan alat genital dengan benar agar terhindar dari kuman dan penyakit. Pada
usia menjelang remaja, pendidikan seks bertujuan untuk menerangkan masa pubertas dan
karakteristiknya, serta menerima perubahan dari bentuk tubuh. Berbeda halnya dengan
pendidikan seks yang diberikan pada anak usia remaja, pendidikan seks berguna untuk
memberi penjelasan mengenai perilaku seks yang merugikan (seperti seks bebas),
menanamkan moral dan prinsip ”say no” untuk seks pranikah serta membangun
penerimaan terhadap diri sendiri. Bahkan, pendidikan seks juga penting diberikan pada
anak di usia pranikah untuk pembekalan pada pasangan yang ingin menikah tentang
hubungan seks yang sehat dan tepat. Dan usia setelah menikah, pendidikan seks penting
diberikan untuk memelihara pernikahan melalui hubungan seks yang berkualitas dan
berguna untuk melepas ketegangan.
Tujuan merupakan sesuatu yang harus kita ketahui dan pikirkan baik dan
buruknya diawal sebelum melaksanakan kegiatan untuk apa dan siapa kita niatkan harus
jelas, pasti, dan tegas serta tidak ada keraguan di dalamnya karena semakin tidak jelas,
tidak pasti, dan tidak tegas suatu kegiatan maka semakin banyak menimbulkan peluang
banyak kesalahan dan kegagalan dan sebaliknya semakin jelas, pasti, dan tegas maka
semakin mendekati kenyataan/berhasil jadi hanya yang paling jelas, pasti, dan tegas serta
tidak ada keraguannya di dunia ini adalah janji/perintah dari Allah SWT dan Rasul-Nya,

8
selain itu perlu diragukan! Dalam hadits yang diriwayatkan oleh Umar bin Khattab r.a,
Aku mendengar Nabi SAW. Bersabda, “Amalan-amalan itu tergantung pada niatnya. Dan
setiap orang hanyalah mendapatkan sesuai dengan apa yang diniatkan. Barang siapa yang
amalan hijrahnya karena Allah dan Rasul-Nya maka hijrahnya itu karena Allah dan
Rasul-Nya. Dan siapa yang hijrahnya karena dunia yang ingin ia peroleh atau karena
wanita yang ingin ia nikahi maka hijrahnya itu pada apa yang dia tujukan atau niatkan.”
(HR. Bukhari dan Muslim). Diantara tujuan yang ingin dicapai dalam mengenalkan
pendidikan seks kepada anak usia dini sebagai berikut:

1. Membantu anak dapat mengetahui dan memahami anggota tubuh dirinya sejak dini.
Banyak ditemukan anak usia dini usia 1-2 tahun belum mengetahui tentang alat
reproduksi dirinya dan ditemukan juga ada diantara mereka menanyakan tentang alat
reproduksinya. Waktu yang sangat tepat untuk mengenalkan seluruh anggota tubuhnya
dari luar dan dalam, dari umum hingga pribadi dan rahasia serta tersembunyi, yaitu saat
orang tua memandikan anak-anak usia dini mereka. Diharapkan dengan pendidikan seks
anak usia dini semua anggota tubuh anak dapat diketahui dan dimengerti oleh anak
dengan baik dan benar sejak anak usia dini.
2. Menjaga anggota tubuh dan alat reproduksi anak sejak dini agar tetap sehat. Segala
yang diciptakan Allah di alam semesta ini termasuk anggota tubuh diri kita dan orang lain
harus tetap dijaga karena kita memiliki kewajiban kepada Allah untuk menjaganya. Anak
sejak usia dini harus diajarkan bagaimana menjaga anggota-anggota tubuhnya temasuk
alat reproduksinya agar tetap sehat dan aman dari segala penyakit dan perbuatan maksiat
baik dilakukan oleh sendiri maupun orang lain. Bagi anak yang beragama Islam, anak
dibiasakan sejak usia dini untuk menutupi auratnya dengan cara memakai jilbab dan
pakaian yang rapih dan sopan tidak memperlihatkan tonjolan dan lekuk tubuhnya
sehingga tidak dapat menimbulkan gairah orang lain yang melihatnya. Sekecil apapun
usaha untuk menjaga anggota tubuh dan alat reproduksi harus tetap dilakukan agar
menutup peluangpeluang kejahatan.
3. Mengetahui fungsi alat reproduksi sejak anak usia dini. Anak tidak hanya mengetahui
alat reproduksi yang ada dalam dirinya tapi harus mengenal fungsinya (sebatas masih
dalam kewajaran anak). Anak usia empat tahun diantaranya adalah harus mengetahui
bahwa seorang ibu itu dapat melahirkan bayi,menyusui bayi, dan anak juga harus
mengetahui kalau buang air kecil dan besar itu dapat menyehatkan pencernaan tubuh.
4. Menjadikan anak normal sesuai dengan jenis kelaminnya. Perlakuan orang tua kepada
anak merupakan sesuatu yang sangat penting sekali. Penerimaan dan pengakuan orang
tua kepada anak baik berupa fisik, mental, dan jenis kelamin merupakan sesuatu pertama
dan utama sikap orang tuakepada anaknya agar anak merasa keberadaan dirinya diterima
di lingkungan keluarganya dengan cara orang tua menjaga, melindungi, memperhatikan,
menyayangi, dan meluangkan waktu untuk anaknya. Kekurangan dan kelebihan serta
sesuatu yang tidak diharapkan pun oleh orang tua harus diterima apa adanya dengan

9
ikhlas. Orang tua memperlakukan anak sesuai dengan jenis kelaminnya diantaranya
dengan cara memberikan nama, pakaian, mainan, teman, keterampilan, pengajaran, dan
pendidikan yang dibutuhkan sesuai dengan jenis kelaminnya. Diharapkan dari semuanya
itu dapat menjadikan pikiran, perasaan, kebiasaan, dan karakter anak sesuai dengan jenis
kelamin anak dalam keadaan normal.
5. Menghindari dari pelecehan seksual dan pemerkosaan. Pendidikan seks anak usia dini
mengajarkan bagaimana anak dapat menghindari dari segala bentuk pelecehan seksual.
Banyaknya korban dari pelecehan seksual terjadi pada anak-anak sehingga orang tua
harus lebih waspada dan selalu mengingatkan anakanaknya untuk berhati-hati kepada
orang lain yang tidak dikenal dan orang-orang terdekat yang mencurigakan dan
mengancam dirinya kemudian segera melaporkan kepada orang tua, keluarga, dan
gurunya. Orang tua membekali pengetahuan bagaimana anak dapat menghindari
pelecehan seksual dan pemerkosaan, diantaranya yaitu ketika anak disentuh tubuhnya
bagian yang tersembunyi, pribadi,dan rahasia maka dengan gerakan spontan akan
menangkisnya kemudian mengatakan tidak/engga dan berteriak dengankeras minta
tolong kepada orang terdekat dengan dirinya serta anak diajarkan bagaimana melaporkan
atau mengatakan kepada orang tuanya, keluarganya,dan gurunya bila terjadi pelecehan
seksual dan pemerkosaan karena umumnya korban tidak mengerti bagaimana melaporkan
dan menjelaskan kepada orang lain, serta takut diancam oleh pelaku kejahatan.
6. Menanamkan akhlak mulia. Pendidikan anak usia dini merupakan bagian dari
pendidikan akhlak. Salah satu tujuan pendidikan anak usia dini adalah 7 menanamkan
nilai-nilai akhlak mulia kepada anak sejak dini. Nilainilai akhlak yang ditanamkan
melalui pendidikan seks anak usia dini diantaranya adalah nilai kebersihan, kesehatan,
kesucian, kehormatan, disiplin, tanggung jawab, dan menghargai diri sendiri dan orang
lain.

2.3 Sasaran Tahapan pada pendidikan Seks

Usia 0-5 tahun

 Bantu anak agar merasa nyaman dengan tubuhnya


 Beri sentuhan dan pelukan kepada anak agar mereka merasakan kasih sàyang dari
orangtuanya secara tulus.
 Bantu anak memahami perbedaan perilaku yang boleh dan tidak boleh dilakukan
di depan umum. Contohnya, saat anak selesai mandi harus mengenakan baju di
dalam kamar mandi atau di kamarnya. Orangtua harus menanamkan bahwa tidak
diperkenankan berlarian usai mandi tanpa busana. Anak harus tahu bahwa ada
hal-hal pribadi dari tubuhnya yang tidak sèmua orang boleh lihat apalagi
menyentuhnya.
 Ajari anak untuk mengetahui perbedaan anatomi tubuh pria dan wanita. Jelaskan
proses tubuh seperti hamil dan melahirkan dalam kalimat sederhana. Dari sini bisa

10
dijelaskan bagaimana bayi bisa berada dalam kandungan ibu. Tentu saja harus
dilihat perkembangan kognitif anak. Yang penting orangtua tidak membohongi
anak misalnya dengan mengatakan kalau adik datang dari langit atau dibawa
burung. Cobalah memosisikan diri Anda sebagai anak pada usia tersebut. Cukup
beritahu hal-hal yang ingin diketahuinya. Jelaskan dengan contoh yang terjadi
pada binatang.
 Hindari perasaan malu dan bersalah atas bentuk serta fungsi tubuhnya.
 Ajarkan anak untuk mengetahui nama yang benar setiap bagian tubuh dan
fungsinya. Katakan vagina untuk alat kelamin wanita dan penis untuk alat
kelamin pria ketimbang mengatakan burung atau yang lainnya.
 Bantu anak memahami konsep pribadi dan ajarkan mereka kalau pembicaraan
soal seks adalah pribadi.
 Beri dukungan dan suasana kondusif agar anak mau datang kepada orangtua
untuk bertanya soal seks

Usia 6-9 tahun

 Tetap menginformasikan masalah seks kepada anak, meski tidak ditanya.


 Jelaskan bahwa setiap keluarga mempunyai nilai-nilai sendiri yang patut dihargai.
Seperti nilai untuk menjaga diri sebagai perempuan atau laki-laki serta
menghargai lawan jenisnya.
 Berikan informasi mendasar tentang permasalahan seksual
 Beritahukan kepada anak perubahan yang akan terjadi saat mereka menginjak
masa pubertas.

Usia 10-12 tahun

 Bantu anak memahami masa pubertas. Berikan penjelasan soal menstruasi bagi
anak perempuan serta mimpi basah bagi anak laki-laki sebelum mereka
mengalaminya. Dengan begitu anak sudah diberi persiapan tentang perubahan
yang bakal terjadi pada dirinya.
 Hargai privasi anak. Dukung anak untuk melakukan komunikasi terbuka.
 Tekankan kepada anak bahwa proses kematangan seksual setiap individu itu
berbeda-beda.
 Bantu anak untuk memahami bahwa meskipun secara fisik ia sudah dewasa,
aspek kognitif dan emosionalnya belum dewasa untuk berhubungan intim.
 Beri pemahaman kepada anak bahwa banyak cara untuk mengekspresikan cinta
dan kasih sayang tanpa perlu berhubungan intim.

11
 Diskusi terbuka dengan anak tentang alat kontrasepsi. Katakan bahwa alat
kontrasepsi berguna bagi pasangan suami istri untuk mengatur atau menjarangkan
kelahiran.
 Diskusikan tentang perasaan emosional dan seksual.

Usia 15 Tahun ke Atas

 Diharapkan sudah benar-benar memiliki pengetahuan seks yang utuh, lengkap dan
benar serta memahami sesuai norma yang dianut keluarga.
 Pengajaran seksual pada anak usia ini dilakukan dengan diskusi tertutup
berdasarkan kesamaan jender demi menghindar perasaan rikuh dan malu pada
anak.
 Diskusi dilakukan dengan obrolan santai sambil mendiskusikan relasi laki-laki
dan perempuan, aspek percintaan lawan jenis, kesepakatan tentang pacaran,
kebijaksanaan keluarga menanggapi hubungan seks pranikah, seluk beluk peting,
persenggamaan, kontrasepsi, pornografi, penyimpangan seks, dan penyakit
menular seksual.
 Dorong anak memegang teguh prinsip dan standar moral yang dimilikinya
meskipun itu bertentangan dengan prinsip teman-temannya.

 Metode pengajaran seks kepada anak meliputi 3 aspek, yaitu:

1. pertama, Eliminasi Bahasa, Adalah cara menyampaikan informasi dengan


menggunakan kata kata secukupnya. Dalam hal ini, kita harus pandai dalam
mengubah kata yang kurang senonoh menjadi kata yang mudah didengar. Ini
akan menyebabkan anak lebih mudah menerimanya dan mencernanya dengan
pemikiran mereka sendiri. Penggunaan kata seperti “penis” mungkinbisa diganti
dengan “burung” karena kata ini lebih mudah dimengerti maknannya oleh anak
anak. Pertama kita harus mempermudah anak dalam mengerti dan memahami
makna dari tiap kata yang berhubungan dengan seks. Tapi yang sering menjadi
fatal, pendidik pasti ingin menjadi orang intelek yang mengajarkan seks kepada
anak dengan takaran dari anak remaja. Hal itu sangatlah tidak dibenarkan, karena
hal itu hanya akan menimbulka rasa penasaran dan dapat mengarahkan ke hal
yang tak diinginkan.metode ini hanya akan efektif pada anak usia 5 – 12 tahun
karena mereka masih dalam tahap pencarian dan pemahaman. Hal itu bukan
merupakan suatu acuan tetap, karena perkembangan pemikiran seorang anak juga
dipengaruhi oleh factor lingkungan dan faktor gaya belajar anak dapat
mempercepat pemikiran anak.

2. Kedua, Toleransi dalam seks, kita harus dapat menjadikan seks sebagai sebuah
pandangan tentang gaya pendidikan. Yang perlu diubah pertama adalah anggapan

12
dari pendidik bahwa seks itu memang bagian dari pendidikan wajib bagi anak.
Pendidikan merupakan awal dari pendidikan yang akan terjadi, jadi pendidik
harus mampu enyampaikan kebenaran tentang seks pada anak didiknya.
Toleransi seks juga harus mengajarkan tentang saling menghargai perbedaan
antara gender. Dalam hal ini, laki laki juga akan mempelajari system seks
perrempuan dan begitupun sebaliknya. Menurut saya cara ini akan menjadi
sangat efektif ketika pengajar mampu menyajikan seks dalm bentuk yang
menarik. Mungkin guru bisa menggunakan alat peraga guna memperjelas
gambarang anak tentang alat kelamin lawan jenis mereka. Cara ini dapat
mengurangi rasa penasaran dari peserta didik karena mereka sudah mengetahui
bagaimana bentuknya. Toleransi seks juga harus mengajarkan tentang perbedaan
adatdan kebudayaan dengan keperluan pendidikan. Contoh sederhana adalah
dengan menimbulkan anggapan pada anak bahwa pakaian adat daerah papua itu
merupakan warisan berharga bagi bangsa ini dan bukan salah satu bentuk dari
penyelewengan seks. Ketika anak mampu melakukan toleransi seks tidak
menutup kemungkinan kalo dia akan menganggap seks itu sebagai pendidikan
wajib dan bukan suatu hal yang tabu.

3. Ketiga, Penumbuhan pengetahuan tentang seks, ini adalah apa yang kita bahas
sejauh ini. Ketika muncul pertanyaan “bagaimana”, maka akan timbul jawaban
“lakukanlah”. Lakukan disini bermakna untuk menyuruh agar mengajarkannya.
Pengajar harus lebih dulu belajar tentang seks sebelum mengajarkannya. Ketika
pengajar lebih mendalami materi maka peserta didik akan merasa lebih nyaman
dan menjadi yakin akan apa yang disampaikan oleh guru. Dengan adanya metode
ini maka diharapkan jika pendidikan seks menjadi materi wajib yang harus
dikuasai oleh setiap guru di Negara ini. Pendidikan seks menjadi sangat sacral
ketika kita menengok kebelakang dan melihat fakta tentang kejahatan seksual di
Indonesia. Rendahnya latar belakang pendidikan seks hanya akan mengakibatkan
tingginya angka kejahatan seksual. “Ketika sesorang mendapat ilmu secara
kurang mendalam, secara akan secara alami mencari, menggali, atau mungkin
mengembangkan sendiri ilmu itu.” , seperti halnya anak anak yang masih
terdapat dalam masa perkembangan. Berkembangnya anak adalah sesuatu yang
sangat krusial, perlu dampingan orang dewasa guna mengarahkan kehal yang
positif dan bermanfaat bagi apa yang ia perlukan bagi dia kedepannya.
Pendidikan seks sangat bermanfaat bagi masa depannya maka dari itu pendidikan
seks menjadi sesuatu yang penting bagi anak anak.

13
2.4 Kapan pendidikan seks dapat laksanakan
Banyaknya kejadian penyimpangan pendidikan seks dikalangan usia remaja
bahkan dni diakbitkan oleh ketidakpekaan orang tua dan pendidik terhadap kondisi
remaja menyebabkan remaja sering terjatuh pada kegiatan tuna sosial. Ditambah lagi
keengganan dan kecanggungan remaja untuk bertanya pada orang yang tepat semakin
menguatkan alasan kenapa remaja sering bersikap tidak tepat terhadap organ
reproduksinya. Data menunjukkan dari remaja usia 12-18 tahun, 16% mendapat
informasi seputar seks dari teman, 35% dari film porno, dan hanya 5% dari orang tua.

kurangnya pengetahuan seksual pada anak remaja memicu keingintahuan berlebih


pada anak. Apalagi, orang tua kerap kali tertutup soal seks. Alhasil, mereka memuaskan
rasa keingintahuan mereka dengan bertanya pada teman, atau mencarinya di internet yang
belum tentu menyediakan informasi yang benar.

Pendidikan seks yang baik adalah yang dimulai sejak dini. Dimulai dari proses
pengenalan tubuh agar anak mengenal tubuh mereka masing-masing sehingga mereka
dapat menghargai tubuh orang lain. Dalam proses pengenalan ini, orang tua juga harus
mengetahui masa-masa pengenalan organ seksual anak yang dimulai sejak mereka lahir.

Kesadaran anak akan seks sebenarnya sudah terbentuk saat dia masih bayi. Ada masa
oral, anal, dan genital. Saat anak masih bayi semua dirasakan dengan mulut karena pada
saat usia 0-1 tahun dia mengenal area kenikmatan itu hanya mulut, itulah mengapa ketika
dewasa ada yang dinamakan oral seks. Lalu, mereka merasa lega saat buang air besar,
menangis ketika tidak dibersihkan. Ketika dibersikan otot-otot anusnya disentuh dan dia
merasa senang. Itulah mengapa anus termasuk salah satu organ seksual

14
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Pendidikan seks bukanlah tentang mendukung anak untuk melakukan hubungan


seksual, tapi menjelaskan fungsi alami seks sebagai bagian diri mereka serta
konsekuensinya jika disalahgunakan. Orang tua merupakan aktor utama dalam hal
pendidikan anak. Orang tua sebagai wahana belajar utama bagi anak, karena orang tua
lah yang paling tepat untuk memberikan pendidikan seks pada usia dini. Orang tua tidak
perlu ragu lagi akan pentingnya pendidikan seks sejak dini. Hilangkan rasa canggung
yang ada dan mulailah membangun kepekaan akan kebutuhan pendidikan seks pada anak.
Kurangnya pembekalan tentang seks dan apabila tidak dimulai sejak dini maka akan lebih
membahayakan apabila anak beranjak remaja. Para remaja bisa mencari informasi yang
berhubungan dengan seks melalui berbagai sumber seperti buku, majalah, film, internet
dengan mudah membuat anak menjadi bingung dan bias sebab didapat dari narasumber
yang tidak layak. Padahal, informasi yang didapat belum tentu benar dan bahkan
mungkin bisa menjerumuskan atau menyesatkan. Hasil akhirnya pun tentu tidak sesuai
dengan harapan dan manfaat.

B. Saran
1. Bagi orangtua perlu adanya bimbingan dan perhtian supaya anak tidak melakukan hal
hal yang tidak diinginkan
2. Bagi Sekolah Perlu adanya sex education ( pendidikan sex ) bagi para siswa. Adapun
bentuknya seperti penyuluhan kesehatan reproduksi uang bekerja sama antara pihak
sekolah dengan dinas kesehatan setempat.

15
DAFTAR PUSTAKA

Miswanto. 2014. Pentingnya Pendidikan Kesehatan Reproduksi dan Seksualitas pada


Remaja. JURNAL STUDI PEMUDA. Vol 3(2) : Hal 117-121

Nurlaili. Pendidikan Seks Pada Anak. Hal 3-5

Ratnasari, Risa Fitri dan Alias M.2016.prntingnya pendidikan seks untuk anak usia dini.
Jurnal Tarbawi Khatulistiwa. Vol 2: Hal 57-5

16

Anda mungkin juga menyukai