Sex Education
Sex Education
Disusun oleh :
S1 Keperawatan
2019
1
KATA PENGANTAR
Penyusun
2
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI.............................................................................................................................3
BAB V PENUTUP..................................................................................................................15
3
BAB 1
PENDAHULUAN
Selama ini, jika kita berbicara mengenai seks, maka yang terbersit dalam benak
sebagian besar orang adalah hubungan seks/ senggama. Padahal, seks itu artinya
jenis kelamin yang membedakan pria dan wanita secara biologis. Kebanyakan orang pasti
akan menganggap tabu jika membicarakan tentang seks, dianggapnya sex education akan
mendorong remaja untuk berhubungan seks. Sebagian besar masyarakat masih
berpandangan stereotype dengan pendidikanseks (sex education) seolah sebagai suatu hal
yang vulgar. Padahal, pendidikan seks sangat penting untuk dikenalkan sedini mungkin,
agar tidak terjadi penyimpangan-penyimpangan seksual nantinya.
Cara penyampaian tentang pendidikan seks juga harus disesuaikan dengan usia,
jangan sampai mengecohkan pikiran mereka. Oleh karena itu, kita harus pandai-pandai
dalam penyamapaian mengenai pendidikan seks, hal tersebut dilakukan supaya mereka
mudah dalam menerima dan memahami apa yang mereka pelajari. Sebelum kita
mengajarkan mengenai pendidikan seks kepada anak didik kita, seyogyanya kita terlebih
dahulu mengetahui dan memahami tentang pendidikan seks itu sendiri.
Dengan adanya pendidikan seks tersebut, diharapkan para pelajar memahami dan
mengerti dengan peran jenis kelaminnya. Paling tidak, perilaku seks menyimpang hingga
menimbulkan kehamilan di luar nikah juga bisa dicegah karena mengetahui dampak
buruknya.
Sex education untuk anak-anak bertujuan agar anak mengerti identitas dirinya dan
terlindung dari masalah seksual yang dapat berakibat buruk bagi anak. Pendidikan seks
untuk anak pra sekolah lebih bersifat pemberian informasi berdasarkan komunikasi yang
benar antara orangtua dan anak.
Sex education untuk remaja bertujuan melindungi remaja dari berbagai akibat buruk
karena persepsi dan perilaku seksual yang keliru. Sementara pendidikan sex untuk
dewasa bertujuan agar dapat membina kehidupan sexual yang harmonis sebagai pasangan
suami istri.
Pendidikan seksual selain menerangkan tentang aspek-aspek anatomis dan biologis juga
menerangkan tentang aspek-aspek psikologis dan moral. Pendidikan seksual yang benar
harus memasukkan unsur-unsur hak asasi manusia. Juga nilai-nilai kultur dan agama
diikutsertakan sehingga akan merupakan pendidikan akhlak dan moral juga.
Ketika kita mendengar kata seks apa yang terpikir di benak kita? Pornografi, vulgar,
menjijikkan dll. Memang sebagian besar masyarakat menganggap membicarakan seks itu
adalah sesuatu hal yang tabu dan tak layak dibicarakan. Ketika anak kita bertanya soal
seksualitasnya pasti kita dengan cepat akan mengalihkannya dan akan mengatakan
“Hus…ga baik ngomong gitu, masih kecil nanti kalo sudah besar kan tau sendiri”. Sikap
seperti itulah yang salah, karena anak memiliki rasa ingin tahu tentang banyak hal, bila
kita sebagai orang tua tidak bisa mengarahkan dengan baik, tidak bisa memberikan
informasi yang jelas cenderung mereka akan mencari informasi dari orang lain dan
teman-temannya, informasi tersebut belum tentulah informasi yang baik.
Sedikit sekali masyarakat terutama orang tua yang peduli akan pendidikan seks dan
menempatkan bahwa seks adalah sesuatu yang penting. Bahkan banyak orang tua yang
tidak memberikan pendidikan seks pada anak, dengan alasan anak akan tabu dengan
sendirinya. Selama ini seks identik dengan orang dewasa saja. "Pendidikan seks tidak
selalu mengenai hubungan pasangan suami istri, tapi juga mencakup hal-hal lain seperti
pemberian pemahaman tentang perkembangan fisik dan hormonal seorang anak serta
memahami berbagai batasan sosial yang ada di masyarakat," ujar Dra Dini Oktaufik dari
yayasan ISADD (Intervention Service for Autism and Developmental Delay).
Membahas masalah seks pada anak memang tidak mudah. Namun, mengajarkan
pendidikan seks pada anak harus diberikan agar anak tidak salah melangkah dalam
5
hidupnya. Pendidikan seks wajib diberikan orangtua pada anaknya sedini mungkin.
Tepatnya dimulai saat anak usia 3-4 tahun, karena pada usia ini anak sudah bisa
melakukan komunikasi dua arah dan dapat mengerti mengenai organ tubuh mereka dan
dapat pula dilanjutkan pengenalan organ tubuh internal.
6
BAB II
PEMBAHASAN
Pendidikan seks penting untuk anak agar anak tidak kekurangan informasi tentang
seks. Dengan sifat keingintahuannya seorang anak akan selalu mencari tahu segala
sesuatu yang didengarnya dari pergaulannya seharihari. Masih untung sebetulnya jika si
anak menanyakan hal tersebut kepada orang tuanya, daripada dapat pengajaran sebagian-
7
sebagian dari orang lain yang mungkin tidak punya pengetahuan tentang itu. Apalagi
masalah seks, orang cenderung membayangkannya sebagai masalah hubungan intim.
Alangkah disayangkan kalau anak mendapat pengetahuannya dari orangorang yang tidak
bertanggung jawab. Karena itu pendidikan seks diperlukan agar anak mengetahui fungsi
organ seks, tanggung jawab yang ada padanya, halal haram berkaitan dengan organ seks
dan panduan menghindari penyimpangan dalam perilaku seksual mereka sejak dini.
Menurut Sofyan Sauri pendidikan seks itu penting terutama bagi remaja karena beberapa
hal. Pertama, anak akan tumbuh menjadi remaja dan mereka belum paham tentang seks,
sementara orang tua menganggap kalau membicarakan seks adalah hal yang tabu. Karena
ketidakpahaman itu para remaja merasa tidak bertanggung jawab dengan seks atau
kesehatan anatomi reproduksinya. Kedua, dari ketidakpahaman remaja tentang seks dan
kesehatan anatomi reproduksinya, di lingkungan seosial masyarakat, hal lain ditawarkan
hanya sebatas komoditi, seperti media-media yang menyajikan hal-hal yang bersifat
pornografi, antara lain seperti VCD, majalah, internet, bahkan tayangan televisipun sudah
mengarah ke hal-hal yang seperti itu. Dampak dari ketidakpahaman remaja tentang seks,
banyak hal-hal negatif yang terjadi, seperti hubungan seks di luar nikah, kehamilan yang
tidak diinginkan, penularan virus HIV, dan lain sebagainya.
Tujuan pendidikan seks berbeda-beda sesuai usia perkembangan. Seperti pada
usia balita, tujuannya adalah untuk memperkenalkan organ seks yang dimiliki, seperti
menjelaskan anggota tubuh lainnya, termasuk menjelaskan fungsi serta cara
melindunginya. Untuk usia sekolah mulai 6–10 tahun bertujuan memahami perbedaan
jenis kelamin (laki-laki dan perempuan), menginformasikan asal-usul manusia,
membersihkan alat genital dengan benar agar terhindar dari kuman dan penyakit. Pada
usia menjelang remaja, pendidikan seks bertujuan untuk menerangkan masa pubertas dan
karakteristiknya, serta menerima perubahan dari bentuk tubuh. Berbeda halnya dengan
pendidikan seks yang diberikan pada anak usia remaja, pendidikan seks berguna untuk
memberi penjelasan mengenai perilaku seks yang merugikan (seperti seks bebas),
menanamkan moral dan prinsip ”say no” untuk seks pranikah serta membangun
penerimaan terhadap diri sendiri. Bahkan, pendidikan seks juga penting diberikan pada
anak di usia pranikah untuk pembekalan pada pasangan yang ingin menikah tentang
hubungan seks yang sehat dan tepat. Dan usia setelah menikah, pendidikan seks penting
diberikan untuk memelihara pernikahan melalui hubungan seks yang berkualitas dan
berguna untuk melepas ketegangan.
Tujuan merupakan sesuatu yang harus kita ketahui dan pikirkan baik dan
buruknya diawal sebelum melaksanakan kegiatan untuk apa dan siapa kita niatkan harus
jelas, pasti, dan tegas serta tidak ada keraguan di dalamnya karena semakin tidak jelas,
tidak pasti, dan tidak tegas suatu kegiatan maka semakin banyak menimbulkan peluang
banyak kesalahan dan kegagalan dan sebaliknya semakin jelas, pasti, dan tegas maka
semakin mendekati kenyataan/berhasil jadi hanya yang paling jelas, pasti, dan tegas serta
tidak ada keraguannya di dunia ini adalah janji/perintah dari Allah SWT dan Rasul-Nya,
8
selain itu perlu diragukan! Dalam hadits yang diriwayatkan oleh Umar bin Khattab r.a,
Aku mendengar Nabi SAW. Bersabda, “Amalan-amalan itu tergantung pada niatnya. Dan
setiap orang hanyalah mendapatkan sesuai dengan apa yang diniatkan. Barang siapa yang
amalan hijrahnya karena Allah dan Rasul-Nya maka hijrahnya itu karena Allah dan
Rasul-Nya. Dan siapa yang hijrahnya karena dunia yang ingin ia peroleh atau karena
wanita yang ingin ia nikahi maka hijrahnya itu pada apa yang dia tujukan atau niatkan.”
(HR. Bukhari dan Muslim). Diantara tujuan yang ingin dicapai dalam mengenalkan
pendidikan seks kepada anak usia dini sebagai berikut:
1. Membantu anak dapat mengetahui dan memahami anggota tubuh dirinya sejak dini.
Banyak ditemukan anak usia dini usia 1-2 tahun belum mengetahui tentang alat
reproduksi dirinya dan ditemukan juga ada diantara mereka menanyakan tentang alat
reproduksinya. Waktu yang sangat tepat untuk mengenalkan seluruh anggota tubuhnya
dari luar dan dalam, dari umum hingga pribadi dan rahasia serta tersembunyi, yaitu saat
orang tua memandikan anak-anak usia dini mereka. Diharapkan dengan pendidikan seks
anak usia dini semua anggota tubuh anak dapat diketahui dan dimengerti oleh anak
dengan baik dan benar sejak anak usia dini.
2. Menjaga anggota tubuh dan alat reproduksi anak sejak dini agar tetap sehat. Segala
yang diciptakan Allah di alam semesta ini termasuk anggota tubuh diri kita dan orang lain
harus tetap dijaga karena kita memiliki kewajiban kepada Allah untuk menjaganya. Anak
sejak usia dini harus diajarkan bagaimana menjaga anggota-anggota tubuhnya temasuk
alat reproduksinya agar tetap sehat dan aman dari segala penyakit dan perbuatan maksiat
baik dilakukan oleh sendiri maupun orang lain. Bagi anak yang beragama Islam, anak
dibiasakan sejak usia dini untuk menutupi auratnya dengan cara memakai jilbab dan
pakaian yang rapih dan sopan tidak memperlihatkan tonjolan dan lekuk tubuhnya
sehingga tidak dapat menimbulkan gairah orang lain yang melihatnya. Sekecil apapun
usaha untuk menjaga anggota tubuh dan alat reproduksi harus tetap dilakukan agar
menutup peluangpeluang kejahatan.
3. Mengetahui fungsi alat reproduksi sejak anak usia dini. Anak tidak hanya mengetahui
alat reproduksi yang ada dalam dirinya tapi harus mengenal fungsinya (sebatas masih
dalam kewajaran anak). Anak usia empat tahun diantaranya adalah harus mengetahui
bahwa seorang ibu itu dapat melahirkan bayi,menyusui bayi, dan anak juga harus
mengetahui kalau buang air kecil dan besar itu dapat menyehatkan pencernaan tubuh.
4. Menjadikan anak normal sesuai dengan jenis kelaminnya. Perlakuan orang tua kepada
anak merupakan sesuatu yang sangat penting sekali. Penerimaan dan pengakuan orang
tua kepada anak baik berupa fisik, mental, dan jenis kelamin merupakan sesuatu pertama
dan utama sikap orang tuakepada anaknya agar anak merasa keberadaan dirinya diterima
di lingkungan keluarganya dengan cara orang tua menjaga, melindungi, memperhatikan,
menyayangi, dan meluangkan waktu untuk anaknya. Kekurangan dan kelebihan serta
sesuatu yang tidak diharapkan pun oleh orang tua harus diterima apa adanya dengan
9
ikhlas. Orang tua memperlakukan anak sesuai dengan jenis kelaminnya diantaranya
dengan cara memberikan nama, pakaian, mainan, teman, keterampilan, pengajaran, dan
pendidikan yang dibutuhkan sesuai dengan jenis kelaminnya. Diharapkan dari semuanya
itu dapat menjadikan pikiran, perasaan, kebiasaan, dan karakter anak sesuai dengan jenis
kelamin anak dalam keadaan normal.
5. Menghindari dari pelecehan seksual dan pemerkosaan. Pendidikan seks anak usia dini
mengajarkan bagaimana anak dapat menghindari dari segala bentuk pelecehan seksual.
Banyaknya korban dari pelecehan seksual terjadi pada anak-anak sehingga orang tua
harus lebih waspada dan selalu mengingatkan anakanaknya untuk berhati-hati kepada
orang lain yang tidak dikenal dan orang-orang terdekat yang mencurigakan dan
mengancam dirinya kemudian segera melaporkan kepada orang tua, keluarga, dan
gurunya. Orang tua membekali pengetahuan bagaimana anak dapat menghindari
pelecehan seksual dan pemerkosaan, diantaranya yaitu ketika anak disentuh tubuhnya
bagian yang tersembunyi, pribadi,dan rahasia maka dengan gerakan spontan akan
menangkisnya kemudian mengatakan tidak/engga dan berteriak dengankeras minta
tolong kepada orang terdekat dengan dirinya serta anak diajarkan bagaimana melaporkan
atau mengatakan kepada orang tuanya, keluarganya,dan gurunya bila terjadi pelecehan
seksual dan pemerkosaan karena umumnya korban tidak mengerti bagaimana melaporkan
dan menjelaskan kepada orang lain, serta takut diancam oleh pelaku kejahatan.
6. Menanamkan akhlak mulia. Pendidikan anak usia dini merupakan bagian dari
pendidikan akhlak. Salah satu tujuan pendidikan anak usia dini adalah 7 menanamkan
nilai-nilai akhlak mulia kepada anak sejak dini. Nilainilai akhlak yang ditanamkan
melalui pendidikan seks anak usia dini diantaranya adalah nilai kebersihan, kesehatan,
kesucian, kehormatan, disiplin, tanggung jawab, dan menghargai diri sendiri dan orang
lain.
10
dijelaskan bagaimana bayi bisa berada dalam kandungan ibu. Tentu saja harus
dilihat perkembangan kognitif anak. Yang penting orangtua tidak membohongi
anak misalnya dengan mengatakan kalau adik datang dari langit atau dibawa
burung. Cobalah memosisikan diri Anda sebagai anak pada usia tersebut. Cukup
beritahu hal-hal yang ingin diketahuinya. Jelaskan dengan contoh yang terjadi
pada binatang.
Hindari perasaan malu dan bersalah atas bentuk serta fungsi tubuhnya.
Ajarkan anak untuk mengetahui nama yang benar setiap bagian tubuh dan
fungsinya. Katakan vagina untuk alat kelamin wanita dan penis untuk alat
kelamin pria ketimbang mengatakan burung atau yang lainnya.
Bantu anak memahami konsep pribadi dan ajarkan mereka kalau pembicaraan
soal seks adalah pribadi.
Beri dukungan dan suasana kondusif agar anak mau datang kepada orangtua
untuk bertanya soal seks
Bantu anak memahami masa pubertas. Berikan penjelasan soal menstruasi bagi
anak perempuan serta mimpi basah bagi anak laki-laki sebelum mereka
mengalaminya. Dengan begitu anak sudah diberi persiapan tentang perubahan
yang bakal terjadi pada dirinya.
Hargai privasi anak. Dukung anak untuk melakukan komunikasi terbuka.
Tekankan kepada anak bahwa proses kematangan seksual setiap individu itu
berbeda-beda.
Bantu anak untuk memahami bahwa meskipun secara fisik ia sudah dewasa,
aspek kognitif dan emosionalnya belum dewasa untuk berhubungan intim.
Beri pemahaman kepada anak bahwa banyak cara untuk mengekspresikan cinta
dan kasih sayang tanpa perlu berhubungan intim.
11
Diskusi terbuka dengan anak tentang alat kontrasepsi. Katakan bahwa alat
kontrasepsi berguna bagi pasangan suami istri untuk mengatur atau menjarangkan
kelahiran.
Diskusikan tentang perasaan emosional dan seksual.
Diharapkan sudah benar-benar memiliki pengetahuan seks yang utuh, lengkap dan
benar serta memahami sesuai norma yang dianut keluarga.
Pengajaran seksual pada anak usia ini dilakukan dengan diskusi tertutup
berdasarkan kesamaan jender demi menghindar perasaan rikuh dan malu pada
anak.
Diskusi dilakukan dengan obrolan santai sambil mendiskusikan relasi laki-laki
dan perempuan, aspek percintaan lawan jenis, kesepakatan tentang pacaran,
kebijaksanaan keluarga menanggapi hubungan seks pranikah, seluk beluk peting,
persenggamaan, kontrasepsi, pornografi, penyimpangan seks, dan penyakit
menular seksual.
Dorong anak memegang teguh prinsip dan standar moral yang dimilikinya
meskipun itu bertentangan dengan prinsip teman-temannya.
2. Kedua, Toleransi dalam seks, kita harus dapat menjadikan seks sebagai sebuah
pandangan tentang gaya pendidikan. Yang perlu diubah pertama adalah anggapan
12
dari pendidik bahwa seks itu memang bagian dari pendidikan wajib bagi anak.
Pendidikan merupakan awal dari pendidikan yang akan terjadi, jadi pendidik
harus mampu enyampaikan kebenaran tentang seks pada anak didiknya.
Toleransi seks juga harus mengajarkan tentang saling menghargai perbedaan
antara gender. Dalam hal ini, laki laki juga akan mempelajari system seks
perrempuan dan begitupun sebaliknya. Menurut saya cara ini akan menjadi
sangat efektif ketika pengajar mampu menyajikan seks dalm bentuk yang
menarik. Mungkin guru bisa menggunakan alat peraga guna memperjelas
gambarang anak tentang alat kelamin lawan jenis mereka. Cara ini dapat
mengurangi rasa penasaran dari peserta didik karena mereka sudah mengetahui
bagaimana bentuknya. Toleransi seks juga harus mengajarkan tentang perbedaan
adatdan kebudayaan dengan keperluan pendidikan. Contoh sederhana adalah
dengan menimbulkan anggapan pada anak bahwa pakaian adat daerah papua itu
merupakan warisan berharga bagi bangsa ini dan bukan salah satu bentuk dari
penyelewengan seks. Ketika anak mampu melakukan toleransi seks tidak
menutup kemungkinan kalo dia akan menganggap seks itu sebagai pendidikan
wajib dan bukan suatu hal yang tabu.
3. Ketiga, Penumbuhan pengetahuan tentang seks, ini adalah apa yang kita bahas
sejauh ini. Ketika muncul pertanyaan “bagaimana”, maka akan timbul jawaban
“lakukanlah”. Lakukan disini bermakna untuk menyuruh agar mengajarkannya.
Pengajar harus lebih dulu belajar tentang seks sebelum mengajarkannya. Ketika
pengajar lebih mendalami materi maka peserta didik akan merasa lebih nyaman
dan menjadi yakin akan apa yang disampaikan oleh guru. Dengan adanya metode
ini maka diharapkan jika pendidikan seks menjadi materi wajib yang harus
dikuasai oleh setiap guru di Negara ini. Pendidikan seks menjadi sangat sacral
ketika kita menengok kebelakang dan melihat fakta tentang kejahatan seksual di
Indonesia. Rendahnya latar belakang pendidikan seks hanya akan mengakibatkan
tingginya angka kejahatan seksual. “Ketika sesorang mendapat ilmu secara
kurang mendalam, secara akan secara alami mencari, menggali, atau mungkin
mengembangkan sendiri ilmu itu.” , seperti halnya anak anak yang masih
terdapat dalam masa perkembangan. Berkembangnya anak adalah sesuatu yang
sangat krusial, perlu dampingan orang dewasa guna mengarahkan kehal yang
positif dan bermanfaat bagi apa yang ia perlukan bagi dia kedepannya.
Pendidikan seks sangat bermanfaat bagi masa depannya maka dari itu pendidikan
seks menjadi sesuatu yang penting bagi anak anak.
13
2.4 Kapan pendidikan seks dapat laksanakan
Banyaknya kejadian penyimpangan pendidikan seks dikalangan usia remaja
bahkan dni diakbitkan oleh ketidakpekaan orang tua dan pendidik terhadap kondisi
remaja menyebabkan remaja sering terjatuh pada kegiatan tuna sosial. Ditambah lagi
keengganan dan kecanggungan remaja untuk bertanya pada orang yang tepat semakin
menguatkan alasan kenapa remaja sering bersikap tidak tepat terhadap organ
reproduksinya. Data menunjukkan dari remaja usia 12-18 tahun, 16% mendapat
informasi seputar seks dari teman, 35% dari film porno, dan hanya 5% dari orang tua.
Pendidikan seks yang baik adalah yang dimulai sejak dini. Dimulai dari proses
pengenalan tubuh agar anak mengenal tubuh mereka masing-masing sehingga mereka
dapat menghargai tubuh orang lain. Dalam proses pengenalan ini, orang tua juga harus
mengetahui masa-masa pengenalan organ seksual anak yang dimulai sejak mereka lahir.
Kesadaran anak akan seks sebenarnya sudah terbentuk saat dia masih bayi. Ada masa
oral, anal, dan genital. Saat anak masih bayi semua dirasakan dengan mulut karena pada
saat usia 0-1 tahun dia mengenal area kenikmatan itu hanya mulut, itulah mengapa ketika
dewasa ada yang dinamakan oral seks. Lalu, mereka merasa lega saat buang air besar,
menangis ketika tidak dibersihkan. Ketika dibersikan otot-otot anusnya disentuh dan dia
merasa senang. Itulah mengapa anus termasuk salah satu organ seksual
14
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Saran
1. Bagi orangtua perlu adanya bimbingan dan perhtian supaya anak tidak melakukan hal
hal yang tidak diinginkan
2. Bagi Sekolah Perlu adanya sex education ( pendidikan sex ) bagi para siswa. Adapun
bentuknya seperti penyuluhan kesehatan reproduksi uang bekerja sama antara pihak
sekolah dengan dinas kesehatan setempat.
15
DAFTAR PUSTAKA
Ratnasari, Risa Fitri dan Alias M.2016.prntingnya pendidikan seks untuk anak usia dini.
Jurnal Tarbawi Khatulistiwa. Vol 2: Hal 57-5
16