Anda di halaman 1dari 31

REKAYASA IRIGASI II (HSKB 641)

BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Studi Lapangan merupakan kegiatan pembelajaran langsung
dilapangan dimana kegiatan ini mengharuskan mahasiswa untuk melakukan
kunjungan ke lokasi yang dituju. Mahasiswa mengambil data-data yang
diperlukan seperti data-data primer maupun sekunder. Kemudian data
tersebut disatukan dan dibuat laporan sebagai output dari program studi
lapangan tersebut.
Di era globalisasi saat ini tidaklah cukup belajar secara teori. Sehingga
diadakanlah Studi Lapangan dimana mahasiswa diajak untuk belajar
langsung dilapangan bersama sumber - sumber yang terkait. Dengan
diadakannya Studi ini mahasiswa diharapkan dapat lebih mendalami dan
mengetahui lebih jauh tentang materi yang sedang diajarkan . Khususnya
pada mata kuliah yang bersangkutan yaitu Rekayasa Irigasi II ini. Guna
lebih memahami tentang saluran irigasi beserta jaringan irigasi, dan juga
mengamati struktur bangunan irigasi tersebut.
Adanya Studi ini mahasiswa juga dapat membandingkan proses
belajar di lapangan dengan ilmu yang diperoleh di kuliah. Program Studi
Lapangan ini tak hanya memberikan kita sebuah materi namun mengetahui
lebih jelas gambaran tentang bagian bangunan-bangunan yang terdapat pada
bendung Irigasi Karang Intan tersebut.

1.2. Lokasi Kegiatan


Lokasi kegiatan dalam kunjungan ini adalah Bendung Karang Intan
sebagai salah satu bendung yang terletak di Desa Mandikapau Barat,
Kecamatan Karang Intan, Kabupaten Banjar, Provinsi Kalimantan Selatan,
berjarak sekitar lebih kurang 12 Km di sebelah hilir Bendungan Pusat
Pembangkit Listrik Tenaga Air Ir, Pangeran Muhammad Noor.

EMILDA YULIYANTI (H1A114082) 1


REKAYASA IRIGASI II (HSKB 641)

1.3. Tujuan
Kunjungan ini bertujuan agar mahasiswa dapat:
a. Mahasiswa dapat melihat langsung bangunan bendung
b. Mahasiswa mengetahui bagian-bagian dari bangunan bendung
c. Mahasiswa mampu menjelaskan fungsi dari bagian-bagian dari bangunan
bendung

1.4. Manfaat
a. Menambah wawasan mengenai bendung yang ada di Kalimantan Selatan
yaitu Bendung Irigasi Riam Kanan atau sering dikenal dengan Bendung
Karang Intan.
b. Mengetahui Bangunan-bangunan pelengkap dari Bendung Karan Intan.

1.5. Batasan Masalah


Untuk mempermudah penulisan laporan ini maka pembahasan masalah pada
laporan ini akan membahas tentang:
1. Bagaimana fungsi bangunan intake bendung Karang Intan
2. Bagaimana Kondisi bangunan intake bendung Karang Intan

EMILDA YULIYANTI (H1A114082) 2


REKAYASA IRIGASI II (HSKB 641)

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Pengertian Bendung

Bendung adalah pembatas yang dibangun melintasi sungai yang


dibangun untuk mengubah karakteristik aliran sungai. Dalam banyak kasus,
bendung merupakan sebuah kontruksi yang jauh lebih kecil dari bendungan
yang menyebabkan air menggenang membentuk kolam tetapi mampu
melewati bagian atas bendung. Bendung mengizinkan air meluap melewati
bagian atasnya sehingga aliran air tetap ada dan dalam debit yang sama
bahkan sebelum sungai dibendung. Bendung bermanfaat untuk mencegah
banjir, mengukur debit sungai, dan memperlambat aliran sungai sehingga
menjadikan sungai lebih mudah dilalui.

Kementerian Pekerjaan Umum Indonesia membagi bendung menjadi


dua, yaitu bendung tetap dan bendung gerak:

 Bendung tetap adalah bangunan yang dipergunakan untuk


meninggikan muka air di sungai sampai pada ketinggian yang diperlukan
agar air dapat dialirkan ke saluran irigasi dan petak tersier.
 Bendung gerak dalah bangunan yang sebagian besar konstruksinya
terdiri dari pintu yang dapat digerakan untuk mengatur ketinggian muka air
di sungai

Bendung juga merupakan konstruksi yang dibangun untuk menahan


laju air menjadi waduk, danau, atau tempat rekreasi. Seringkali bendungan
juga digunakan untuk mengalirkan air kesebuah pembangkit listrik tenaga
air. Kebanyakan dam juga memiliki bagian yang disebut pintu air untuk
membuang air yang tidak diinginkan secara bertahap atau berkelanjutan.

EMILDA YULIYANTI (H1A114082) 3


REKAYASA IRIGASI II (HSKB 641)

2.2. Fungsi Bendung


Fungsi Bendungan adalah sebagai berikut:
a. Sebagai pembangkit listrik
Listrik tenaga air adalah sumber utama listrik di dunia.banyak Negara
memiliki sungai dengan aliran air yang memadai, yang dapat dibendung.
b. Untuk menstabilkan aliran air /irigasi
Bendungan sering digunakan untuk mengontrol dan menstabilkan aliran
air, untuk pertanian dan irigasi. Bendungan dapat membantu
menstabilkan atau mengembalikan tingkat air danau dan laut
pedalaman.mereka menyimpan air untuk minum dan digunakan untuk
kebutuhan manusia secara langsung
c. Untuk mencegah banjir
Bendungan diciptakan untuk pengendalian banjir.
Contoh: Bendungan Scrivener, Canberra Australia, dibangun untuk
mengatasi banjir 5000-tahunan.
d. Untuk bangunan pengalihan
Bendungan juga sering digunakan untuk tujuan hiburan atau sebagai
tempat rekreasi. Contoh: taman rekreasi bendungan karangkates
(malang), bendungan solorejo (malang), bendungan palasari di (kota
Negara/bali).

2.3. Macam-macam Bendung


Berdasarkan fungsinya
a. Bendungan pengelak pendahuluan (primary cofferdam, dike)
Adalah bendungan yang pertama-tama dibangun di sungai pada waktu
debit air rendah agar lokasi rencana bendungan pengelak menjadi kering
yang memungkinkan pembangunannya secara teknis.
b. Bendungan pengelak (cofferdam)
Adalah bendungan yang dibangun sesudah selesainya bendungan
pengelak pendahuluan sehingga lokasi rencana bendungan utama
menjadi kering yang memungkinkan pembangunannya secara teknis.

EMILDA YULIYANTI (H1A114082) 4


REKAYASA IRIGASI II (HSKB 641)

c. Bendungan utama (main dam)


Adalah bendungan yang dibangun untuk memenuhi satu atau lebih tujuan
tertentu.
d. Bendungan sisi (high level dam)
Adalah bendungan yang terletak di sebelah sisi kiri dan sisi kanan
bendungan utama yang tinggi puncaknya juga sama. Ini dipakai untuk
membuat proyek seoptimal-optimalnya, artinya dengan menambah tinggi
pada bendungan utama diperoleh hasil yang sebesar-besarnya biarpun
harus menaikkan sebelah sisi kiri dan atau sisi kanan.
e. Bendungan di tempat rendah (saddle dam)
Adalah bendungan yang terletak di tepi waduk yang jauh dari bendungan
utama yang dibangun untuk mencegah keluarnya air dari waduk sehingga
air waduk tidak mengalir ke daerah sekitarnya.
f. Tanggul (dyke, levee)
Adalah bendungan yang terletak di sebelah sisi kiri dan atau kanan
bendungan utama dan di tempat yang jauh dari bendungan utama yang
tinggi maksimalnya hanya 5 m dengan panjang puncaknya maksimal 5
kali tingginya.
g. Bendungan limbah industri (industrial waste dam)
Adalah bendungan yang terdiri atas timbunan secara bertahap untuk
menahan limbah yang berasal dari industri.
h. Bendungan pertambangan (mine tailing dam, tailing dam)
Adalah bendungan yang terdiri atas timbunan secara bertahap untuk
menahan hasil galian pertambangan dan bahan pembuatnya pun berasal
dari hasil galian pertambangan juga.

EMILDA YULIYANTI (H1A114082) 5


REKAYASA IRIGASI II (HSKB 641)

2.4. Bagian- bagian Bendung


Beberapa bagian yang ada pada sistem irigasi antara lain:
1. Bangunan Bendung
Bendung (weir) atau bendung gerak (barrage) dipakai untuk meninggikan
muka air di sungai sampai pada ketinggian yang diperlukan agar air dapat
dialirkan kesaluran irigasi dan petak tersier. Ketinggian itu akan
menentukan luas daerah yang diairi (command area). Bendung gerak
adalah bangunan yang dilengkapi dengan pintu yang dapat dibuka untuk
mengalirkan air pada waktu terjadi banjir besar dan ditutup apabila aliran
kecil. Di Indonesia, bendung adalah bangunan yang paling umum dipakai
untuk membelokkan air sungai untuk keperluan irigasi.

Gambar 2.6 Bangunan bendung

2. Bangunan Pengambilan
Banguan pengambilan adalah bangunan yang dibuat ditepi sungai yang
menalirkan air sungai kedalam jaringan irigasi. Dalam keadaan demikian,
jelas bahwa muka air di sungai harus lebih tinggi dari daerah yang diairi
dan jumlah air yang dibelokkan harus dapat dijamin cukup.

EMILDA YULIYANTI (H1A114082) 6


REKAYASA IRIGASI II (HSKB 641)

Gambar 2.7 Bangunan pengambilan

3. Bangunan Pembilas atau Penguras


Bangunan pembilas adalah bangunan dengan pintu yang dioperasikan
dengan tangan, dipakai untuk mengosongkan seluruh ruas saluran bila
diperlukan. Untuk mengurangi tingginya biaya, banguanan ini dapat
digabung dengan bangunan pelimpah.

Gambar 2.8 Bangunan pembilas

4. Kantong Lumpur
Kantong lumpur adalah bagian potongan melintang saluran yang
diperbesar untuk memperlambat aliran dan memberikan waktu bagi
sedimen untuk mengendap. Kapasitas pengangkutan sedimen kantong
lumpur harus lebih rendah daripada yang dimiliki oleh jaringan saluran
irigasi.

EMILDA YULIYANTI (H1A114082) 7


REKAYASA IRIGASI II (HSKB 641)

Gambar 2.9 Kantong lumpur

5. Bangunan Bagi
Bangunan bagi adalah bangunan yang terletak di saluran primer dan
sekunder pada suatu titik cabang dan berfungsi untuk membagi aliran
antara dua saluran atau lebih.

Gambar 2.10 Bangunan bagi

6. Siphon
Siphon adalah bagian bendung yang dipakai untuk mengalirkan air irigasi
dengan menggunakan gravitasi di bawah saluran pembuang, cekungan,
anak sungai atau sungai. Sipon juga dipakai untuk melewatkan air
dibawah jalan, jalan kereta api, atau bangunan-bangunan yang lain. Sipon

EMILDA YULIYANTI (H1A114082) 8


REKAYASA IRIGASI II (HSKB 641)

merupakan saluran tertutup yang direncanakan untuk mengalirkan air


secara penuh dan sangat dipengaruhi oleh tinggi tekanan.

7. Talang
Talang dipakai untuk mengalirkan air irigasi lewat diatas saluran lainnya,
saluran pembuang alamiah atau cekungan dan lembah-lembah. Aliran
didalam talang adalah aliran bebas.

Gambar 2.11 Talang

8. Gorong-Gorong
Gorong-gorong dipasang ditempat-tempat dimana saluran lewat dibawah
bangunan (jalan, rel kereta api) atau apabila pembuangan lewat di bawah
saluran. Aliran didalam gorong-gorong umumnya aliran bebas.

Gambar 2.12 Gorong-gorong

EMILDA YULIYANTI (H1A114082) 9


REKAYASA IRIGASI II (HSKB 641)

9. Talud
Talud dipasang di sepanjang sungai yang berfungsi sebagai penjaga
stabilitas tanah pinggiran sungai.

Gambar 2.13 Talud

10. Saluran Primer


Saluran primer adalah saluran yang membawa air dari jaringan utama ke
saluran sekunder dan petak- petak tersier. Batas ujung saluran primer
adalah angunan bagi yang terakhir.

Gambar 2.14 Saluran primer

11. Bangunan Terjunan

EMILDA YULIYANTI (H1A114082) 10


REKAYASA IRIGASI II (HSKB 641)

Bangunan yang berfungsi untuk menurunkan muka air (dan tinggi energy)
dipusatkan di satu tempat. Bangunan ini bias memiliki terjun tegak atau
terjun miring. Jika perbedaan tinggi energy mencapai beberapa meter
maka konstruksi got miring dipertimbangkan.

Gambar 2.15 Bangunan terjunan

2.5. Bendung Karang Intan

Gambar 2.16 Bagian-bagian bendung Karang Intan

EMILDA YULIYANTI (H1A114082) 11


REKAYASA IRIGASI II (HSKB 641)

Bendung Irigasi Karang Intan dibangun untuk menyadap air dihulu


Bendung (Weir) dan air buangan dari Bendungan (Dam) Pusat Pembangkit
Listrik Tenaga Air Ir. Pangeran Muhammad Noor. Air ini dimanfaatkan
untuk mengairi sawah secara teknis seluas 25.900 hektar bersih.
Bendung terletak di Desa Mandikapau Barat, wilayah Kecamatan
Karang Intan, Kabupaten Banjar, Provinsi Kalimantan Selatan, lebih kurang
12 Km di sebelah hilir Bendungan Pusat Pembangkit Listrik Tenaga Air Ir,
Pangeran Muhammad Noor.
Material Bendung terdiri dari gabungan beton graviti dan urugan
tanah. Sifat bendung adalah Bendung tetap (Fixed Weir) diletakan
melintang/tegak lurus arah aliran sungai dan dilengkapi dengan bangunan-
bangunan pelengkap (Related Structure), Pintu Bilas (Sluice gate), Pintu
Bilas bawah (Undersluice gate), dinding penahan banjir (Flood Wall),
tanggul penutup (Closing embankment), dan saluran pembawa (Conveyance
canal).
Pelaksanaan Konstruksi pada Proyek Irigasi Riam Kanan
dilaksanakan dalam tiga tahapan. Masing-masing tahapan dibagi dalam
beberapa paket pekerjaan. Pekerjaan pembuatan Bendung dan bangunan
pengambilan serta bangunan pelengkapnya dilaksanakan oleh PT.ADHI
KARYA pada tahap I paket I-1 yang sudah dimulai sejak tanggal 5
September 1988 yang lalu dan direncanakan akan sudah selesai pasa tanggal
25 September 1990 yang akan datang.

2.6. Data Teknis Bendung Karang Intan


Berikut ini data teknik mengenai Bendung Karang Intan:
Oleh karena adanya Kolam :
 Luas catchment (di hilir Dam) 106 Km2
 Luas catchment (termasuk Dam) 1.140 Km2
 Kapasitas Penampungan 5.060.000 m3
 Tinggi air normal EL. 9,8 s/d 10,00 m
 Tinggi air banjir (1000 th) EL. 12,58 m

EMILDA YULIYANTI (H1A114082) 12


REKAYASA IRIGASI II (HSKB 641)

 Tinggi air banjir puncak EL. 13,00 m

Bendung:
Jenis: Gabungan beton graviti dan urugan tanah.
 Debit banjir rencana (100 th) 640 m3/dt
 Elevasi mercu:
- Mercu Pelimpah (beton) EL. 10,00 m
- Mercu bukan pelimpah EL. 14,00 m
(tanggul tanah penutup)
 Panjang total bendung 260 m
- Panjang bagian mercu pelimpah 77 m
(beton)
- Panjang bagian mercu bukan 183 m
pelimpah (Tanggul tanah penutup)
 Tinggi bendung:
- Tinggi bagian mercu pelimpah 9,5 m
(beton)
- Tinggi bagian mercu 1,5 s/d 8,5 m
bukan pelimpah (tanggul tanah penutup)
 Bangunan pintu air (pengambilan):
- Debit rencana 30 m3/dt
- Pintu pengambilan 2,0 m x 3,6 m x 6 bh
pintu sorong
 Volume fisik pekerjaan:
Pekerjaan tanah:
- Galian untuk bendung dan 185.000 m3
pengambilan
- Volume tanggul termasuk urugan 60.000 m3
kembali untuk bangunan pengambilan
 Volume Bendung:
- Volume Beton 25.500 m3

EMILDA YULIYANTI (H1A114082) 13


REKAYASA IRIGASI II (HSKB 641)

- Pekerjaan penulangan 300 ton


- Pintu pembilas bawah 2,0 m x 5,1 m &
5,2 m x 3 bh
- Pekerjaan pemasangan 3000 m3
 Bangunan Pengambilan:
- Pintu air pengambilan 2,0 m x 3,6 m x 3 bh
- Pekerjaan beton 6000 m3
- Pekerjaan penulangan 180 ton
- Pekerjaan pasangan 1.500 m3
- Pintu pembuang 2,0 m x 2,0 m x 2 bh
 Pekerjaan tanah sementara:
- Galian untuk saluran pengelak 100.000 m3
sementara
- Urugan tanah untuk koferdam 45.000 m3
- Urugan kembali dari saluran 35.000 m3
pengelak sementara sebagai
sisa timbunan
 Rumah pengawasan dan lain-lain:
- Bangunan kantor 135 m2
- Rumah generator 45 m2
- Naungan di atas geladak pintu 168 m2
- Generator mesin diesel 20 Kva. 2 set
8 Kva. 1 set
- Pesawat pengukur: pengukur aliran ultrasonic

EMILDA YULIYANTI (H1A114082) 14


REKAYASA IRIGASI II (HSKB 641)

BAB III
PEMBAHASAN

3.1. Realisasi Kegiatan


Untuk menambah wawasan mahasiswa maka pada hari Rabu, 15
Februari 2017 mahasiswa jurusan Teknik Sipil khususnya untuk kelas
Mata Kuliah Rekayasa Irigasi II melakukan Studi Lapangan ke Bendung
Karang Intan.

3.2. Objek Pengamatan


Diadakannya studi lapangan ini agar mahasiswa mengetahui secara
langsung objek yang terdapat pada bagian-bagian Bendung Karang Intan.
Sebelumnya sudah dibahas mengenai keseluruhan bagian-bagian bendung,
sekarang akan di jelaskan kembali mengenai gambaran umum atau objek
yang dipilih pada salah satu bagian Bendung Karang Intan sebagaimana
yang tertera pada Identifikasi Masalah.
Objek yang dipilih adalah:
Bangunan Pembilas atau Penguras
Bangunan Pembilas yaitu bagian dari bangunan utama yang
berfungsi untuk membilas sedimen.
_ Pembilas bawah, adalah bangunan pembilas melalui tubuh bendung
berupa gorong-gorong di bagian bawah pintu penguras.
_ Pembilas samping, adalah bangunan pembilas yang tidak terletak pada
tubuh bendung, dengan maksud tidak mengurangi lebar tubuh bendung
(shunt undersluice).
Bangunan pembilas adalah salah satu perlengkapan pokok bendung
yang terletak di dekat dan menjadi satu kesatuan dengan intake. Berfungsi
untuk menghindarkan angkutan muatan sedimen dasar dan mengurangi
angkutan muatan sedimen layang masuk ke Pengambilan. Bangunan
pembilas dirancang pada bendung yang dibangun di sungai dengan
volume angkutan muatan sedimen dasar relatif besar, yang dikhawatirkan

EMILDA YULIYANTI (H1A114082) 15


REKAYASA IRIGASI II (HSKB 641)

mengganggu pengaliran ke Pengambilan. Tinggi tekan yang cukup


diperlukan untuk efektivitas pembilasan sehingga penentuan elevasi mercu
bendung perlu mempertimbangkan hal ini. Selain itu perlu pula
diusahakan pengaliran dengan sifat aliran sempurna melalui atas pintu
bilas. Juga harus mempertimbangkan tidak akan mengakibatkan
penggerusan setempat hilir bangunan yang akan membahayakan
bangunan. Bangunan pembilas dibedakan menjadi:
1. Bangunan pembilas konvensional terdiri satu dan dua lubang pintu,
umumnya dibangun pada bendung-bendung kecil dengan batang sekitar
20 m.
2. Bangunan pembilas dengan undersluice ditempatkan pada bentang di
bagian sisi yang arahnya tegak lurus sumbu bending.
3. Bangunan pembilas shunt undersluice digunakan pada bendung di
sungai ruas hulu, untuk menghindarkan benturan batu dan benda padat
lainnya terhadap bangunan.

Gambar 3.1 Bangunan Pembilas Tampak Depan

EMILDA YULIYANTI (H1A114082) 16


REKAYASA IRIGASI II (HSKB 641)

Gambar 3.2 Bangunan Pembilas Tampak Belakang

Gambar 3.3 Pintu Saluran Pembilas

EMILDA YULIYANTI (H1A114082) 17


REKAYASA IRIGASI II (HSKB 641)

Gambar 3.4 Pintu Saluran Pembilas Tampak Samping

Gambar 3.5 Pintu Saluran Pembilas Tampak Atas

EMILDA YULIYANTI (H1A114082) 18


REKAYASA IRIGASI II (HSKB 641)

Gambar 3.6 Denah dan Potongan Bangunan Pembilas

Guna mencapai pembilasan yang sempurna maka akhir bangunan pembilas yang
masuk di sungai disarankan mempunyai beda tinggi yang cukup. Bila terlalu
curam (dalam) disarankan dilengkapi dengan bangunan terjun dalam kolam olak
serta got miring sepanjang saluran. Kecepatan dalam saluran pembilas berkisar 1
– 1.5 m/dt dan besarnya debit pembilas adalah: Qs = 1,2 Qn (Qn = debit rata-rata
yang lewat kantong lumpur (m3/dt). Guna mengetahui sejauh mana sedimen di
kantong lumpur dapat dibilas dengan sempurna, maka diperlukan perhitungan

EMILDA YULIYANTI (H1A114082) 19


REKAYASA IRIGASI II (HSKB 641)

efisiensi pembilas. Efisiensi pembilas tergantung dari besarnya gaya geser


sedimen yang selalu mengendap.
Komponen bangunan pembilas terdiri dari pintu pembilas, pilar penempatan
pintu, tembok baya-baya, jembatan pelayan, rumah pintu, sponeng pintu, sponeng
cadangan, tembok pangkal, tangga.
Pintu pembilas merupakan bagian dari bendung, pada umumnya dipilih jenis
sorong dari kayu dengan rangka baja, atau plat besi dengan rangka baja. Dapat
dibuat satu pintu atau dua pintu (pintu atas dan pintu bawah). Fungsi pintu
pembilas:

1. Pintu bawah untuk pembilas sedimen yang terdapat di dalam, di udik, dan
di sekitar underslice. Pengoperasian pintu dengan cara mengangkat pintu.
2. Pintu atas untuk menghanyutkan benda-benda padat yang terapung di udik
pintu. Pengoperasian pintu dengan cara menurunkan pintu.

Dalam mendesain pintu, faktor-faktor yang harus dipertimbangkan adalah beban


yang bekerja pada pintu, alat pengangkat (tenaga manusia atau mesin),sistem
kedap air, bahan bangunan. Sedangkan untuk ukuran pintu adalah:

1. Untuk satu lubang/ruang pintu sorong yang dioperasikan dengan


tenagamanusia, lebar maksimum 2,50m. Sedangkan ukuran untuk satu
balok kayu pintu harus dihitung; biasanya berukuran 0,2 x 2,5 m.
2. Untuk pintu yang dioperasikan dengan mesin dapat dibuat lebih lebar
2,5m tapi tidak lebih dari 5m. ketinggian mercu pintu pembilas ditentukan
sama tinggi yang terakhir iniumumnya yang digunakan dan ketentuan ini
untuk pembilas tanpa dinding banjir.

Lantai pembilas merupakan kantong tempat mengendapnya bahan-bahan kasar


didepan pembilas pengambilan. Sedimen yang terkumpul dapat dibilas dengan
jalanmembuka pintu pembilas secara berkala guna menciptakan aliran
terkonsentrasitepat di depan pengambilan. Pengalaman yang diperoleh dari

EMILDA YULIYANTI (H1A114082) 20


REKAYASA IRIGASI II (HSKB 641)

banyak bendung dan pembilas yang sudah dibangun, telah menghasilkan beberapa
pedoman menentukan lebar pembilas:

1. Lebar pembilas ditambah tebal pilar pembagi sebaiknya sama dengan 1/6 -
1/10 dari lebar bersih bendung, untuk sungai-sungai yang lebarnya kuramg
dari 100m
2. Lebar pembilas sebaiknya diambil 60% dari lebar total pengambilan
termasuk pilar-pilar

EMILDA YULIYANTI (H1A114082) 21


REKAYASA IRIGASI II (HSKB 641)

BAB IV
PENUTUP

4.1. Kesimpulan
Dari hasil tinjauan lapangan terhadap bangunan bendung Karang Intan
terdapat komponen-komponen bangunan utama bendung seperti Bangunan
Bendung, Pondasi (foundation), Pintu air (gates), Bangunan pelimpah (spill
way), Kanal (canal), Reservoir, Stilling basin, Katup (kelep, valves),
Drainage gallery. Bangunan Pengambilan, Bangunan Pembilas atau
Penguras, Kantong Lumpur, Bangunan Bagi, Siphon, Talang, Gorong-
Gorong, Talud, Saluran Primer, serta Bangunan Terjunan.
Diadakannya studi lapangan ini agar mahasiswa dapat memperluas
pengetahuan tentang bangunan – bangunan air (jaringan irigasi),
memberikan informasi tentang objek dari bangunan air, untuk sarana belajar
langsung, sebagai tindak lanjut pembelajaran teori yang selama ini di
pelajari, menambah wawasan mengenai bendung yang ada di Kalimantan
Selatan yaitu Bendung Irigasi Riam Kanan atau sering dikenal dengan
Bendung Karang Intan, mengetahui Bangunan-bangunan pelengkap dari
Bendung Karan Intan.
Objek yang dipilih adalah:
Bangunan Pembilas atau Penguras
Bangunan Pembilas yaitu bagian dari bangunan utama yang berfungsi
untuk membilas sedimen.
- Pembilas bawah, adalah bangunan pembilas melalui tubuh bendung
berupa gorong-gorong di bagian bawah pintu penguras.
- Pembilas samping, adalah bangunan pembilas yang tidak terletak pada
tubuh bendung, dengan maksud tidak mengurangi lebar tubuh
bendung (shunt undersluice).

EMILDA YULIYANTI (H1A114082) 22


REKAYASA IRIGASI II (HSKB 641)

4.2. Saran
Dari beberapa persoalan yang terdapat pada hasil studi lapangan
tersebut, maka dapat kami sarankan kepada pembaca untuk tetap menjaga
Bendungan Karang Intan dalam kondisi baik, tidak melakukan perbuatan
tercela seperti mencoret-coret dinding bangunan, membuang sampah ke
kanal atau saluran irigasi, kencing sembarangan, menghilangkan
perlengkapan dari bagian-bagian bendung. Hal tersebut dilakukan agar
kondisi bendung tetap terjaga dan bisa berfungsi dengan maksimal.

EMILDA YULIYANTI (H1A114082) 23


REKAYASA IRIGASI II (HSKB 641)

DAFTAR PUSTAKA

Erman Mawardi,Drs.Dipl.AIT dan Moch.Memed. Ir. Dipl. HE, 2002.


Desain Hidraulik Bendung tetap untuk Irigasi teknis. AlfaBeta Bandung. ISBN
979-8433-56-2

Novitasari. 2012. Kajian Pengelolaan Sumber Daya Air (Studi Kasus Hulu
DAS Martapura SUB DAS Riam Kanan). Info Teknik. Volume 13 No.1. Juli 2012

Di unduh pada tanggal 19 Februari 2017


https://id.wikipedia.org/wiki/Bendung

Di unduh pada tanggal 22 Februari 2017


http://www.ilmutekniksipil.com/bangunan-air/pengertian-bendungan

EMILDA YULIYANTI (H1A114082) 24


REKAYASA IRIGASI II (HSKB 641)

LAMPIRAN

EMILDA YULIYANTI (H1A114082) 25


REKAYASA IRIGASI II (HSKB 641)

EMILDA YULIYANTI (H1A114082) 26


REKAYASA IRIGASI II (HSKB 641)

EMILDA YULIYANTI (H1A114082) 27


REKAYASA IRIGASI II (HSKB 641)

EMILDA YULIYANTI (H1A114082) 28


REKAYASA IRIGASI II (HSKB 641)

EMILDA YULIYANTI (H1A114082) 29


REKAYASA IRIGASI II (HSKB 641)

EMILDA YULIYANTI (H1A114082) 30


REKAYASA IRIGASI II (HSKB 641)

EMILDA YULIYANTI (H1A114082) 31

Anda mungkin juga menyukai